2.3 Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya TB MDR
Faktor utama penyebab terjadinya resistensi kuman terhadap OAT adalah ulah manusia sebagai akibat tatalaksana pengobatan pasien TB yang tidak
dilaksanakan dengan baik. Penatalaksanaan pasien TB yang tidak adekuat tersebut dapat ditinjau dari sisi:
1. Pemberi jasapetugas kesehatan, yaitu karena:
a. Diagnosis tidak tepat
b. Pengobatan tidak menggunakan paduan yang tepat
c. Dosis, jenis, jumlah obat, dan jangka waktu pengobatan yang tidak
adekuat d.
Penyuluhan kepada pasien yang tidak adekuat 2.
Pasien, yaitu karena: a.
Tidak memenuhi anjuran dokterpetugas kesehatan b.
Tidak teratur menelan paduan OAT c.
Menghentikan pengobatan secara sepihak sebelum waktunya d.
Gangguan penyerapan obat 3.
Program Pengendalian TB, yaitu karena: a.
Persediaan OAT yang kurang b.
Kualitas OAT yang disediakan rendah atau Pharmaco-vigillance Ditjen PP dan PL, 2013.
4. Obat
a. Pengobatan TB jangka waktunya lama lebih dari 6 bulan sehingga
membosankan pasien b.
Obat toksik menyebabkan efek samping sehingga pengobatan komplit atau sampai selesai gagal
c. Obat tidak dapat diserap dengan baik misalnya rifampisin diminum setelah
makan atau ada diare 5.
Faktor HIVAIDS a.
Kemungkinan terjadinya TB MDR lebih besar b.
Gangguan penyerapan obat c.
Kemungkinan terjadinya efek samping lebih besar
Universitas Sumatera Utara
6. Faktor kuman
Kuman M. tuberculosis super strain kuman yang resisten paling sedikit 3 atau 4 OAT sangat virulen dan memiliki daya tahan tubuh lebih tinggi Soepandi,
2010.
Penderita dengan resiko resisten OAT dibagi atas 3 kelompok yaitu: penderita yang kontak dengan pasien yang resisten OAT, penderita yang pernah
mendapat pengobatan, dan penderita yang gagal pengobatan Pinto dan Menzies, 2011. Penelitian yang dilakukan Liang et al pada tahun 2012 di Cina
menunjukkan bahwa pasien yang mendapat pengobatan ulang beresiko 5,48 kali 95 CI 4,04 -7,44 menderita TB MDR dibandingkan dengan kasus baru. Pasien
yang pernah mendapat isoniazid dan rifampisin lebih dari 180 hari beresiko 4,82 kali 95 CI 2,97-7,81 menderita TB MDR dibandingkan dengan pasien yang
pernah mendapat isoniazid dan rifampisin kurang dari 180 hari. Ada hubungan antara usia dan lamanya mendapat pengobatan TB dengan TB MDR. Kemiskinan,
kurangnya pengetahuan, dan efek samping pengobatan TB juga merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya TB MDR. Kurangnya koordinasi pelayanan dan
pengawasan pengobatan yang tidak memuaskan dapat mengancam pengendalian TB MDR.
Pasien yang mendapat beberapa pengobatan TB dan mendapat pengobatan terakhir di rumah sakit 13 kali rmempunyai resiko TB MDR dibandingkan dengan
pasien yang mendapat pengobatan di tempat lain. Ada beberapa penjelasan yang mungkin untuk penemuan kasus ini: pasien mungkin saja sudah TB MDR ketika
pasien terdaftar di rumah sakit dan pasien tidak menerima pengobatan yang efektif untuk TB MDR; pasien telah terdaftar tanpa TB MDR dan menerima pengobatan
salah yang menyebabkan permasalahan dalam perkembangan TB MDR; atau pasien adalah TB MDR yang didapat dari transmisi nosokomial Zhao et al,
2012. Menurut Masniari et al dalam Sarwani 2012, pengobatan yang terputus
ataupun tidak sesuai dengan standar Directly Observed Treatment, Short-Course DOTS juga dapat berakibat pada munculnya kasus TB MDR. Penyebaran TB
MDR, maupun TB MDR dengan HIV dan tidak tersedianya rapid diagnostic ikut
Universitas Sumatera Utara
menyumbang terjadinya kegagalan pengendalian TB di seluruh dunia Lawn dan Nicol, 2011; Zumla et al, 2013. Bahkan di negara kaya, TB MDR berhubungan
dengan meningkatnya resiko yang merugikan, termasuk kematian Low et al, 2009; Migliori et al, 2009; Minion et al, 2013.
2.4 Klasifikasi Resistensi OAT