4. Pasien TB kategori 1 yang gagal.
5. Pasien TB pengobatan kategori 1 yang tetap positif setelah 3 bulan
pengobatan. 6.
Pasien TB kasus kambuh relaps kategori 1 dan kategori 2. 7.
Pasien TB kasus kambuh setelah loss to follow-up lalai berobatdefault. 8.
Suspek TB yang mempunyai riwayat kontak erat dengan pasien TB MDR. 9.
Pasien koinfeksi TB-HIV yang tidak respon terhadap pemberian OAT.
Pasien yang memenuhi salah satu kriteria suspek TB resisten obat harus dirujuk secara sistematik ke RS Rujukan TB MDR untuk kemudian dikirim ke
laboratorium rujukan TB MDR dan dilakukan pemeriksaan apusan basil tahan asam BTA mikroskopis, biakan, dan uji kepekaan M. tuberculosis dengan
metode konvensional maupun rapid test atau metode cepat Ditjen PP dan PL, 2013.
2.6 Mekanisme Resistensi M. tuberculosis Terhadap OAT
Mycobacterium tuberculosis merupakan kuman obligat aerob dan pertumbuhannya memerlukan oksigen konsentrasi tinggi. Pada lesi kavitas
parenkim paru yang mempunyai oksigen konsentrasi tinggi, M. tuberculosis bereplikasi dengan cepat Chiang, 2013. Resistensi terhadap OAT bukanlah
fenomena yang baru terjadi. Sejak pertama kali antimikroba digunakan untuk pengobatan TB, munculnya resistensi obat telah meningkat, sehingga antimikroba
yang baru menjadi banyak digunakan di masyarakat Enarson dan Harries, 2013. Strain M. tuberculosis resisten terhadap strepromisin segera muncul setelah
diperkenalkannya obat untuk mengobati TB pada tahun 1944 Zhang dan Yew, 2009.
Resisten terhadap antimikroba merupakan karakteristik innate bawaan M. tuberculosis. Hal ini berhubungan dengan mutasi genetik yang terjadi secara
alamiah pada sebagian besar populasi M. tuberculosis wild type dimana antimikroba belum pernah digunakan dan tidak menimbulkan gejala klinis.
Timbulnya gejala klinis yang signifikan disebabkan karena pemakaian antimikroba yang salah dan ini merupakan fenomena buatan manusia. Jika pasien
Universitas Sumatera Utara
hanya diobati dengan 1 antimikroba saja hanya 1 M. tuberculosis yang sensitif, M. tuberculosis yang sensitif akan mati, sedangkan M. tuberculosis yang resisten
bertahan untuk memperbanyak diri sehingga seluruh populasi M. tuberculosis menjadi resisten obat. Resisten terhadap lebih dari 1 jenis antimikroba biasanya
terjadi ketika antimikroba terus menerus digunakan dengan salah, sehingga M. tuberculosis yang resisten obat jumlahnya semakin banyak Enarson dan Harries,
2013.
Gambar 2.1 Konsep Perkembangan Resistensi OAT Sumber : Zhang Yew, 2009
Secara mikrobiologi resistensi disebabkan oleh mutasi genetik dan hal ini membuat obat tidak efektif melawan basil mutan. Mutasi terjadi secara spontan
dan berdiri sendiri menghasilkan resistensi OAT. Pada kasus baru resisten OAT terdapat galur M. tuberculosis pada pasien baru yang didiagnosis TB dan
sebelumnya tidak pernah diobati dengan OAT atau durasi kurang dari 1 bulan. Pasien ini terinfeksi galur M. tuberculosis yang resisten OAT disebut dengan
resistensi primer. Kasus resisten OAT yang telah diobati sebelumnya yaitu terdapatnya galur M. tuberculosis resisten pada pasien selama mendapatkan terapi
TB paling sedikit 1 bulan. Pada awalnya TB resisten OAT terjadi karena terinfeksi
Universitas Sumatera Utara
galur M. tuberculosis yang masih sensitif obat tetapi selama perjalanan terapi timbul resistensi obat atau disebut dengan resistensi obat yang didapat atau
resistensi sekunder. Populasi galur M. tuberculosis resisten mutan dalam jumlah kecil dapat dengan mudah diobati. Terapi yang tidak adekuat menyebabkan
proliferasi dan meningkatkan populasi galur resisten obat Hanafi dan Prasenohadi, 2010.
Mekanisme terjadinya resistensi obat yaitu: a.
Intrinsik Drug Resistance atau Natural Resistance Resistensi Obat Intrinsik atau Resistensi Alami
Resistensi obat intrinsik M. tuberculosis terjadi karena adanya struktur asam mikolat yang terkandung dalam dinding sel yang menyebabkan bakteri
mempunyai permeabilitas yang rendah terhadap berbagai jenis bahan seperti antibiotik dan obat kemoterapi lainnya
Da Silva dan Palomino, 2011; Chiang,
2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada M. tuberculosis,
aktivitas β- laktamase dikode oleh blaC dan blaS. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa
dalam M. tuberculosis, Rv1698 mempunyai peranan fungsi yang sama dengan MspA dalam resistensi intrinsik terhadap bahan hidrofilik. Tidak hanya
permeabilias barier atau β-laktamase yang bertanggung jawab terhadap resistensi
intrinsik tetapi juga adaptasi fisiologi yang terjadi diantara host Da Silva dan Palomino, 2011.
b. Acquired Drug Resistance Resistensi Obat Didapat