GeneXpert MTBRIF sebagai alat untuk diagnostik TB MDR sampai saat ini belum pernah dilakukan di Sumatera Utara. Mengingat bahwa penderita TB MDR
semakin meningkat jumlahnya di Sumatera Utara dan Indonesia merupakan salah satu negara dengan beban TB MDR yang tinggi, maka perlu dilakukan penelitian
sensitivitas dan spesifisitas metode GeneXpert MTBRIF dalam mendiagnosa TB MDR dengan subjek penelitian suspek TB MDR yang mempunyai hasil
GeneXpert MTBRIF positif dan hasil uji kepekaan obat metode proporsi dengan media Lowenstein Jensen LJ di RSUP Haji Adam Malik Medan.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
Bagaimana sensitivitas dan spesifisitas GeneXpert MTBRIF dalam mendiagnosa TB MDR di RSUP Haji Adam Malik Medan dibandingkan dengan uji kepekaan
obat metode proporsi dengan media LJ?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui sensitivitas dan spesifisitas GeneXpert MTBRIF dalam mendiagnosa TB MDR di RSUP Haji Adam Malik Medan dibandingkan dengan
baku emas uji kepekaan obat metode proporsi dengan media LJ.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi TB MDR berdasarkan karakteristik
penderita yang didiagnosa TB MDR di RSUP Haji Adam Malik Medan diantaranya usia, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, penyakit
penyerta komorbid, tempat berobat TB sebelumnya, dan kriteria suspek TB MDR.
b. Untuk mengetahui sensitivitas dan spesifisitas GeneXpert MTBRIF dalam
mendeteksi resistensi rifampisin dibandingkan dengan baku emas uji kepekaan obat metode proporsi dengan media LJ pada suspek TB MDR di
RSUP Haji Adam Malik Medan.
Universitas Sumatera Utara
c. Untuk mengetahui perbedaan dalam persentase hasil GeneXpert MTBRIF
dengan hasil uji kepekaan obat metode proprosi dengan media LJ pada penderita suspek TB MDR.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan GeneXpert MTBRIF dalam mendiagnosa TB MDR dan mendeteksi resistensi rifampisin di RSUP Haji
Adam Malik Medan dan menjadi bahan pertimbangan kepada RSUP Haji
Adam Malik Medan sebagai bahan rujukan pelayanan kesehatan.
2.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan menambah pengetahuan tentang alat diagnosa baru yaitu GeneXpert MTBRIF kepada
tenaga kesehatan, jajaran pendidikan yang berhubungan dengan kesehatan serta dokter dalam mendiagnosa dan menjalankan penatalaksanaan
pengobatan TB MDR. 3.
Dengan mengetahui sensitivitas dan spesifisitas GeneXpert MTBRIF maka dapat dilakukan penelitian selanjutnya untuk melihat keuntungan dan kerugian
dari metode pemeriksaan tersebut sehingga dapat diadopsi dalam menentukan resistensi obat pada kasus TB.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Resistensi kuman M. tuberculosis terhadap OAT adalah keadaan di mana kuman tersebut sudah tidak dapat lagi dibunuh dengan OAT Ditjen PP dan PL,
2013, sedangkan Multidrug Resistant Tuberculosis resistensi ganda terhadap OAT didefinisikan sebagai M. tuberculosis yang resisten terhadap isoniazid dan
rifampisin, dengan atau tanpa OAT lini pertama lainnya WHO, 2012; Caminero, 2013. Rifampisin dan isoniazid merupakan 2 obat terbaik untuk melawan M.
tuberculosis karena rifampisin dan isoniazid merupakan obat yang paling efektif, paling bertoleransi, dan tidak mahal Caminero, 2013.
Tuberkulosis resistensi OAT pada dasarnya adalah suatu fenomena buatan manusia atau man made phenomenon, sebagai akibat dari pengobatan pasien TB
yang tidak adekuat maupun penularan dari pasien TB resistensi OAT Ditjen PP dan PL, 2013. Resistensi OAT merupakan infeksi dan dapat ditransmisikan dari
manusia ke manusia Enarson dan Harries, 2013. Multidrug resistant tuberculosis merupakan gambaran dari mismanagement pada penderita TB, salah
diagnosa, lamanya menegakkan diagnosa, pengobatan yang tidak tepat atau terputus, serta mistreatment lini pertama dan lini kedua Hakeem et al, 2010.
Dalam Soepandi 2010 disebutkan bahwa secara umum resistensi terhadap OAT dibagi menjadi :
a. Resistensi primer yaitu apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat
pengobatan OAT atau telah mendapat pengobatan OAT kurang dari 1 bulan. b.
Resistensi initial yaitu apabila kita tidak tahu pasti apakah pasien sudah ada riwayat pengobatan OAT sebelumnya atau belum pernah.
c. Resistensi sekunder yaitu apabila pasien telah mempunyai riwayat pengobatan
OAT minimal 1 bulan.
Universitas Sumatera Utara