Plasmodium falciparum sangat kecil dan halus dengan ukuran seperenam eritrosit. Trofozoit
tua akan menghilang dari darah tepi setelah 24 jam tertahan di kapiler-kapiler darah, seperti
otak, jantung, plasenta, usus dan sumsum tulang belakang; di tempat-tempat ini, parasit
akan berkembang secara skizogoni. Skizon yang telah matang akan membentuk merozoit
dan mengisi dua per-tiga eritrosit. Kondisi ini cenderung menyebabkan penyumbatan
kapiler-kapiler darah FKUI, 1990.
Pembentukan gametosit parasit berlangsung di alat-alat dalam dan darah tepi
kapiler. Gametosit makrogametosit dan mikrogametosit mengalami skigozoni.
Sitoplasma bertambah besar, tidak padat dan berwarna merah muda FKUI, 1990. Jumlah
gametosit pada infeksi Plasmodium falciparum lebih banyak dibandingkan dengan
jumlah gametosit Plasmodium lainnya. Hal inilah yang menyebabkan Plasmodium
falcifarum
merupakan species penyakit malaria yang paling berbahaya
http:www.ppmplp.depkes.go.id. Siklus seksual Plasmodiun falciparum
dalam nyamuk hampir sama dengan Plasmodium vivax. Siklus seksual berlangsung
22 hari pada suhu lingkungan 20 °C, 15-17
hari pada suhu 23 °C dan 10-11 hari pada suhu
25 °C-28°C. Sedangkan dibawah 15°C,
perkembangbiakan seksual parasit tidak berlangsung FKUI, 1990.
2.2.2. Siklus Hidup Vektor Malaria
Seekor nyamuk betina Anopheles yang telah menghisap darah, dapat menghasilkan
telur antara 100-400 butir dalam satu kali masa telur Brown, 1983. Nyamuk Anopheles
sp. mengalami metamorfosis sempurna yaitu telur, larva, pupa dan dewasa. Telur akan
menetas menjadi larva kemudian melakukan pengelupasan kulit sebanyak 4 kali; lalu
tumbuh menjadi pupa dan akhirnya menjadi nyamuk dewasa. Waktu yang diperlukan
untuk pertumbuhan sejak telur diletakkan sampai dewasa bervariasi antara 2-10 minggu
bergantung pada sumber darah dan suhu udara. Keempat fase metamorfosis tersebut
memerlukan lingkungan untuk perkembangannya FKUI, 1990.
• Perkembangan Telur Anopheles sp.
Telur Anopheles
menyerupai perahu dengan pelampung dari chorion yang
berlekuk-lekuk disebelah lateral. Telur tersebut memiliki panjang kira-kira 0,7 mm.
Nyamuk Anopheles meletakan telurnya di dalam air dan umumnya akan menetas dalam
waktu 1-3 hari pada suhu 30°C, tetapi akan membutuhkan 7 hari pada suhu 16°C. Telur
Anopheles sangat resisten terhadap pengeringan dan suhu yang sangat tinggi
maupun suhu rendah. Telur Anopheles akan musnah pada suhu diatas 40°C dan tidak
berkembang pada suhu di bawah 12°C Brown, 1983.
• Perkembangan Larva Anopheles sp.
Stadium larva membutuhkan air untuk kehidupannya. Larva mengalami 4 stadium
perkembangan untuk mencapai panjang kira- kira 10 mm. Larva Anopheles sp. memiliki
kebiasaan beristirahat dengan mengantung secara horizontal terhadap permukaan air.
Larva nyamuk Anopheles memakan algae, bakteri dan bahan-bahan organik kecil yang
berukuran 20-100 mikron dari permukaan air Brown, 1983. Waktu yang dibutuhkan
stadium larva menjadi pupa berkisar antara 9- 12 hari Cander, 1981 dalam Derhana, 2005,
dan pada suhu dibawah 10°C, larva tidak menjadi pupa Borror et al. 1989 dalam
Derhana, 2005.
• Perkembangan Pupa Anopheles sp.
Stadium pupa merupakan fase tanpa makan dan sangat sensitif terhadap pergerakan
air. Stadium ini berlangsung dalam waktu 2-3 hari, tetapi dapat diperpanjang hingga 10 hari
jika berada pada suhu rendah, di bawah suhu 10°C. Pupa nyamuk tidak mengalami
perkembangan. Waktu menetas ekslosi, kulit pupa terkelupas akibat gesekan gelembung
udara dan kegiatan bentuk nyamuk dewasa yang ingin melepaskan diri Soviana dan
Hadi, 2000.
• Perkembangan Anopheles sp. dewasa
Nyamuk yang telah melepaskan diri dari kulit pupa akan mencari pasangan untuk
mengadakan perkawinan. Perkawinan akan terjadi antara 1-2 hari setelah keluar dari pupa.
Nyamuk jantan dewasa umumnya dapat bertahan hidup selama 6-7 hari sedangkan
nyamuk betina dapat bertahan hidup selama 2 minggu di alam Soviana dan Hadi, 2000.
Kebiasaan
Setiap jenis nyamuk memiliki jarak terbang yang berbeda-beda. Nyamuk
Anopheles sp. mempunyai jarak terbang efektif antara tempat perindukan dan sumber
makanan darah. Sedangkan jarak terbang maksimum berkisar 1-3 mil Brown, 1983.
Nyamuk tertarik oleh cahaya terang, pakaian berwarna gelap dan adanya manusia
dan hewan sebagai sumber makanan darah. Daya tarik jarak jauh disebabkan oleh adanya
perangsangan bau dari zat-zat yang dikeluarkan oleh hewan ataupun manusia,
seperti CO
2
dan beberapa zat asam amino. Lokalisasi suhu hangat dan kelembaban turut
mempengaruhi pola penyebaran nyamuk Brown, 1983.
Umumnya species nyamuk Anopheles sp. sebagai host definitive memiliki perilaku yang
berbeda-beda. Perilaku tersebut menentukan proses penularan malaria seperti tempat
hinggapistirahat yang eksofilik senang hinggap di luar rumah dan endofilik suka
hinggap di dalam rumah. Anopheles sp. juga memiliki tempat menggigit yang berbeda-
beda yakni eksofagik menggigit di luar rumah dan endofagik lebih suka menggigit
di dalam rumah. Obyek yang digigit Anopheles sp. juga berbeda-beda, yakni
antrofilik menggigit manusia dan zoofilik menggigit hewan. Perilaku nyamuk dewasa
di Kabupaten Sukabumi secara terperinci dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Tempat Perindukan Larva, Tempat Peristirahatan dan Perilaku Nyamuk Anopheles sp. Dewasa Sebagai Vektor Malaria
Vektor Tempat Perindukan Larva
Perilaku Nyamuk Dewasa An.
sundaicus† Muara sungai yang dangkal pada musim
kemarau,tambak ikan yang kurang terpelihara, parit-parit disepanjang pantai
bekas galian yang berisi air payau. Antrofilik Zoofilik, menggigit
sepanjang malam. Tit: di dalam dan luar rumah
An. aconicus†
Persawahan dengan saluran irigasi, tepi sungai pada musim kemarau, kolam ikan
dengan tanaman kecil di dalamnya. Zoofilik Antrofilik,
Eksofagik menggigit diwaktu senja hingga dini hari
Tit: di luar rumah pit traps
An. barbirostris†
Sawah dan saluran irigasi, kolam, rawa, mata air, sumur, dan lain-lain.
Zoofilik Eksofagik Endofagik dan
menggigit pada malam hari Tit: di luar pada tanaman
An. malculatus†
Mata air dan sungai dengan air jernih yang mengalir lambat di daerah
pegunungan dan daerah perkebunan teh. Zoofilik Antrofilik menggigit
pada malam hari Tit: di luar rumah sekitar
kandang
An. subpicus† Kumpulan air yang permanen sementara,
celah tanah bekas kaki binatang, tambak ikan dan bekas galian.
Antrofillik Zoofilik menggigit pada malam hari
Tit: di dalam dan di luar rumah kandang
An. balabacensis†
Bekas roda yang tergenang air, air, bekas jejak kaki binatang pada tanah lumpur
yang berair, tepi sungai pada musim kemarau, kolam atau kali yang berbatu di
hutan dan daerah pedalaman. Antrofilik Zoofilik
Tis: Endofilik menggigit pada malam hari
Tit: di luar tumah sekitar kandang.
An. nigerrimus†‡
Sawah, kolam dan rawa yang ada tanaman air.
Zoofilik Antrofilik dan menggigit dari senja hingga
malam hari Tit: di luar rumah kandang
Keterangan: An : Anopheles
Tit : tempat tinggal tetap Tis : tempat tinggal sementara
: jenis nyamuk Anopheles sp. dominan di Kabupaten Sukabumi PPMPL Depkes Kab. Sukabumi † : jenis nyamuk Anopheles sp. yang di temukan di Jawa Barat
‡
: jenis nyamuk Anopheles sp. yang ditemukan di Kabupaten Sukabumi Sumber: Depkes, 1990 dalam FKUI, 1990
Walaupun memiliki tempat hinggap, tempat menggigit dan objek yang digigit yang
berbeda-beda, nyamuk Anopheles memiliki ciri-ciri siklus hidup yang hampir sama,
sebagai berikut: • Mengalami siklus genotropik.
• Kegiatan menghisap darah pada hewan dan manusia, hanya dilakukan oleh
nyamuk betina dan dilakukan segera setelah kawin.
• Nyamuk betina hanya mengalami satu kali kawin.
• Spermatozoa dikeluarkan oleh nyamuk jantan ke spermateka betina untuk
membuahi sel telur. • Menghisap darah untuk memperoleh
nutrien yang dibutuhkan dalam perkembangan telur dalam ovaria.
Beberapa species dapat bersifat autogeni pada kelompok telur pertama.
• Setelah menghisap darah, abodemen yang berwarna merah muda akan membesar dan
berwarna merah tua gelap setelah darah diserap oleh telur di dalam ovari yang
besar.
• Telur diletakkan satu per satu langsung di permukaan air alam Soviana dan Hadi,
2000. Pola penyebaran malaria dipengaruhi oleh
tiga faktor utama yaitu host manusianyamuk,
agent parasit Plasmodium dan environment lingkungan.
Penyebaran malaria akan terjadi apabila ketiga komponen tersebut mendukung. Manusia
sebagai Host Intermediate dapat terinfeksi oleh
agent dan merupakan tempat berkembangbiaknya agent FKUI, 1990.
Epidiomologi
Faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan vektor malaria di suatu daerah
endemis malaria adalah: 1. Kebiasaan nyamuk Anopheles menghisap
darah manusia. 2. Lama hidup nyamuk betina dewasa lebih
dari 10 hari. 3. Nyamuk Anopheles dengan kepadatan
tinggi dan mendominasi species lain yang ditemukan.
4. Hasil infeksi percobaan di laboratoriun yang menunjukkan kemampuan untuk
mengembangkan Plasmodium menjadi stadiun sporozoit FKUI, 1990.
Data epidiomologi malaria juga dapat
ditentukan dianalisis dengan membandingkan jumlah kasus, SPR, ABER dan API, AMI tiap
tahun Saleh, 2002. Entomologi Kesehatan
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya penyakit malaria adalah:
1. Peningkatan kerentanan penduduk 2. Peningkatan penderita reservoir
3. Peningkatan jumlah dan umur vektor 4. Peningkatan jumlah penderita
5. Pengaruh indegenous malaria DEPKES,
1990 dalam Saleh, 2002. Transmisi penyakit malaria dominan
dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor sosial. Transmisi malaria terjadi akibat adanya
kontak langsung antara manusia dan vektor malaria akibat pengaruh lingkungan; yaitu
jenis pemukiman perkampungan atau berada di pinggir hutan, jenis pekerjaan, sanitasi dan
penempatan kandang ternak DEPKES, 1990 dalam Saleh, 2002. Penempatan kandang
ternak di sekitar rumah dapat mereduksi transmisi penyakit malaria terhadap manusia
nyamuk Anopheles sp. Hal ini disebabkan oleh ketersedian sumber darah di alam.
Kebiasaan nyamuk untuk menggigit di luar rumah alam juga turut mempengaruhi
transmisi tersebut Tabel 1. Pengaruh lingkungan mempengaruhi pola penyebaran
vektor malaria Host Definitive.
Faktor sosial ataupun manusia itu sendiri juga mempengaruhi transmisi malaria. Usia,
jenis kelamin, ras, sosial ekonomi, status perkawinan, riwayat penyakit sebelumnya,
gaya dan cara hidup, hereditas keturunan, status gizi dan tingkat imunitas turut
mempengaruhi transmisi malaria http:www.ppmplp.depkes.go.id.
2.3. Hubungan Cuaca dan Topografi dengan Vektor Malaria
2.3.1. Suhu
Suhu merupakan karakteristik tempat perindukan yang mempengaruhi metabolisme,
perkembangan, pertumbuhan, adaptasi dan sebaran geografik larva nyamuk. Peningkatan
suhu 1°C dapat meningkatkan kecepatan angka metabolisme dengan rata-rata
konsumsi O
2
dan CO
2
sebesar 10. Pengaruh peningkatan suhu juga mempengaruhi proses
biologis nyamuk seperti kegiatan gerakan bernafas, detak jantung, ritme sirkulasi darah
dan kegiatan enzim. Ward, 1992 dalam Saleh, 2002.
Pada suhu diatas 32 °C -35°C, metabolisme
serangga akan terganggu menuju proses fisiologi. Suhu udara rata-rata yang optimun
untuk perkembangan
nyamuk adalah
25 °C-27°C. Sedangkan perkembangan
nyamuk akan terhenti dibawah suhu 10 °C dan
diatas suhu 40 °C Sukowati, 2004. Macan
1963 dalam Saleh 2002, menemukan suhu air 18°C merupakan suhu yang paling rendah
dibutuhkan larva nyamuk di daerah tropis, sedangkan suhu 36°C selama 2 bulan berturut-
turut dapat mematikan semua larva nyamuk. Pengaruh suhu udara terhadap perkembangan
nyamuk secara terperinci dapat dilihat dari tabel 2.