I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Malaria merupakan masalah kesehatan
utama di Kabupaten Sukabumi. Dari data PPMPL Depkes Pemberantas Penyakit
Menular dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan tahun 2002, tercatat
143 kasus positif malaria dan 18 orang meninggal dunia. Sedangkan dari data tahun
2003, sebanyak 1.790 kasus malaria dan 27 orang meninggal dunia tercatat terjadi di
Kabupaten Sukabumi. Kondisi tersebut menyebabkan kembalinya Kabupaten
Sukabumi sebagai daerah KLB Kejadian Luar Biasa Malaria www.depkes.go.id.
Peningkatan kasus malaria cenderung dipengaruhi oleh perubahan pola distribusi
vektor malaria. Pola distribusi vektor malaria nyamuk Anopheles sp. berkembang dari
skala lokal menjadi skala global http:www.who.ch. Kondisi tersebut
didukung oleh perubahan daerah endemik malaria yang bertambah luas dan peningkatan
jumlah penduduk tanpa disertai dengan peningkatan sarana kesehatan. Perpindahan
penduduk dari satu tempat ke tempat lain, khususnya dari daerah rawan penyakit
menular ke daerah lain, menyebabkan daerah yang telah bebas dari penyakit terkena
kembali www.depkes.go.id.
Berbagai upaya dilakukan untuk memberantas penyakit maupun vektor
malaria. Upaya tersebut mencakup pengobatan pasien, penggunaan obat-obatan
anti malaria, pemusnahan nyamuk vektor pembawa penyakit serta pemusnahan tempat
pembiakan nyamuk. Tetapi upaya tersebut kurang efektif karena obat anti-malaria
maupun obat pembasmi nyamuk memberikan dampak yang kecil terhadap penurunan
kepadatan transmisi nyamuk. Hargreaves K et al., 2000 dalam Mushinzimana et al.,
2005. Oleh karena itu diperlukan sistem kewaspadaan dini serta perencanaan
pemberantasan malaria yang tepat dan berkesinambungan oleh pemerintah dan
masyarakat setempat.
Pendugaan Sistem Kewaspadaan Peringatan Dini Malaria atau Early Warning
System Malaria EWSM berdasarkan pada pendugaan kepadatan larva vektor serta
penentuan tempat perindukan dan habitat vektor. Pendugaan faktor-faktor tersebut
dibatasi oleh lingkungan habitat dan tempat perindukan vektor itu sendiri. Hal ini
disebabkan oleh lingkungan mampu mengatur atau mereduksi transmisi malaria secara
signifikan Killen et al., 2002 dalam Mushinzimana et al., 2005.
Unsur-unsur cuacaiklim juga merupakan input pendugaan sistem peringatan dini. Unsur
cuaca merupakan faktor pembatas perkembangbiakan vektor tiap fase dan
populasi nyamuk. Pendugaan peringatan dini berdasarkan unsur-unsur cuacaiklim dapat
memprediksi lonjakan kasus malaria dari waktu ke waktu. Hal ini disebabkan oleh
kasus malaria tersebut dapat dipresentasikan sebagai vektor malaria Teklehaimot et al.,
2004.
1.2. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah menyusun rancangan model spasial untuk membantu
memprediksi pola penyebaran malaria berdasarkan kondisi penutupan lahan dan
unsur-unsur cuaca.
1.3. Hipotesis
Penyebaran kasus malaria ditentukan dari pendugaan penyebaran vektor malaria.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Deskriptif Penyakit dan Vektor Malaria
Penyakit malaria merupakan penyakit menular yang berasal dari infeksi parasit
Plasmodium sp. Parasit Plasmodium berkembang di dalam sistem imun kekebalan
tubuh manusia, menginfeksi hati, dan menghancurkan sel darah merah. Pada masa
inkubasi, Plasmodium hidup dan berkembang biak dalam sel hati. Beberapa hari sebelum
gejala pertama terjadi, organisme tersebut menyerang dan menghancurkan sel darah
merah sejalan dengan perkembangan mereka, sehingga menyebabkan demam. Demam ini
dapat terjadi selama dua minggu setelah infeksi FKUI, 1990.
Berdasarkan jenis Plasmodium yang dapat berkembang di dalam tubuh manusia, malaria
dapat dibedakan menjadi 4 tipe, yaitu: Malaria Tertiana disebabkan oleh Plasmodium vivax,
Malaria Quartana yang disebabkan oleh Plasmodium malariae, Malaria Tropika atau
Malaria Serebral yang disebabkan oleh Plasmodium falciparum, dan Malaria Ovale
yang disebabkan oleh Plasmodium ovale. Dari keempat jenis Plasmodium tersebut,
Plasmodium falciparum merupakan jenis Plasmodium yang sangat berbahaya
PPMPL Depkes. Hal ini disebabkan oleh Plasmodium falciparum dapat menyebabkan
kematian terutama pada anak-anak di bawah 5 tahun FKUI, 1990.
Plasmodium vivax dan Plasmodium falcifarum merupakan penyebab penyakit
malaria utama di Kabupaten Sukabumi. Dari data kesediaan darah pasien malaria, tercatat
lebih dari 90 mengandung Plasmodium falciparum
maupun Plasmodium vivax.
Plasmodium malariae dan kasus indegenous tercatat jarang terjadi di Kabupaten Sukabumi
PPMPL Depkes. Anopheles sp. merupakan subfamili dari
Anophelinae seperti Anopheles sundaicus dan Anopheles aconicus. Kedua nyamuk ini
banyak ditemukan di daerah Sukabumi PPMPL Depkes. Nyamuk Anopheles sp.
merupakan genus yang utama dalam subgenus ini. Menurut Brown 1986 dalam Soviana et
al.,
2000, Anopheles sp. dapat
diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Animal
Filum : Invertebrata
Kelas : Insekta
Subkelas : Pterygota Ordo
: Diptera Subordo : Nematocera
Famili : Culicidae
Subfamili : Anophelinae Genus
: Anopheles Species :Anophleles sundaicus,
Anopheles aconicus, dan lain-lain
Gambar 1 Nyamuk Anopheles sp. dewasa.
Nyamuk Anopheles sp. merupakan
ektoparasit yang berbentuk langsing baik tubuh, sayap maupun probosisnya. Anophleles
sp. mempunyai morfologi yang hampir sama dengan jenis nyamuk lainnya. Nyamuk
Anopheles mempunyai maksilari papi yang sama panjang dengan probosis alat untuk
menusuk dan menghisap cairan makanan atau darah tetapi pada nyamuk jantan, ujung palpi
membesar club-shaped. Posisi hinggap nyamuk menungging, dengan kaki-kaki yang
panjang dan langsing Brown, 1986 dalam Soviana et al., 2000.
2.2. Siklus Hidup Parasit dan Vektor Malaria