Subsistem Manajemen Data Geografis

menghasilkan data spasial baru berupa poligon-poligon yang melingkupi gari- garis tersebut. Sedangkan data spasial poligon akan menghasilkan data spasial baru yang besar dan konsentris. • 3D analysis; fungsi ini terdiri dari sub-sub fungsi yang berhubungan dengan presentasi data spasial dalam ruang tiga dimensi. Fungsi ini banyak menggunakan fungsi interpolasi Prahasta, 2001.

2.4.5. Pemanfaatan SIG dalam Penyebaran Malaria

SIG dapat dapat dimanfaatkan untuk membantu penentuan penyebaran malaria. Secara umum SIG Malaria terdiri atas serangkaian subsistem manajemen data dasar data dasar dan data geografis, serta subsistem analisis dan pemanggilan retrival data. Inventarisasi data populasi dan data malaria yang distandarisasi, peta-peta SIG malaria, dan fungsi analisis spasial dari SIG antara lain klasifikasi, penilaian, tumpang susun, dan fungsi-fungsi lingkungan digunakan dalam SIG Malaria Wibowo, 2005. 2.4.6. Protokol SIG Malaria Menurut Luo, 2001 , kerangka umum SIG malaria sebagai berikut:

2.4.6.1. Subsistem Manajemen Data Dasar Populasi Malaria

Data kasus malaria Plasmodium sp. dan jumlah penderita dan data populasi merupakan data dasar dalam SIG. Data tersebut membutuhkan identifer kode umum yang digunakan untuk menghubungkan data populasi dan kasus malaria dengan karakterisrik geografis, seperti desa, puskesmas, puskesmas pembantu, rumah sakit, stasiun klimatologi, dan lain-lain. Kode desa digunakan sebagai identifer unik yang distandarisasi secara nasional untuk menghubungkan data atribut kasus malaria dan populasi dengan karakteristik geografis peta. Sistem surveilens di Jawa-Bali melibatkan dua mekanisme pengumpulan data, yaitu Active Case Detection ACD dan Passive Case Detection PCD. ACD merupakan mekanisme pengumpulan data secara langsung di lapangan. Petugas lapangan secara teratur mengunjungi lokasi yang berada di wilayah kerja masing-masing puskesmas. Sedangkan PCD merupakan mekanisme pengumpulan data secara tidak langsung. Data diperoleh dari puskesmas dan puskesmas pembantu. Indikator sistem surveilens ditentukan oleh API rate, AMI rate, ABER dan SPR. Annual Parasite Incidence Rate API rate dan Annual Malaria Incidence Rate AMI rate merupakan indikator utama dalam sistem surveilens. API dan AMI merupakan indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat epidemis malaria suatu wilayah. Penggunakan API dan AMI tersebut secara nasional ditetapkan masing-masing untuk pulau Jawa- Bali dan pulau-pulau di luar Jawa-Bali. Sedangkan Annual Blood Examination Rate ABER dan Slide Positive Rate SPR merupakan indikator sekunder yang digunakan dalam penilaian kegiatan surveilens. Rincian data dan indikator SIG Malaria dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Daftar Data dan Peta Populasi dan Malaria dalam SIG Malaria Daftar Data Atribut Daftar Peta 1. Jumlah populasi tiap desa 1. Peta titik desa 2. Jumlah kasus malaria klinis 2. Peta titik rumah sakit 3. Jumlah sediaan darah yang diperiksa 3. Peta titik puskesmas 4. Jumlah kasus positif 4. Peta titik puskesmas pembantu 5. Jumlah kasus positif bagi Plasmodium falciparum 5. Peta batas desa 6. Jumlah kasus positif bagi Plasmodium vivax 6. Peta batas kecamatan 7. Jumlah kasus indigenous 7. Peta penggunaan lahan 8. Jumlah kasus indigenous Plasmodium falciparum 8. Peta topografi 9. Jumlah kasus indigenous Plasmodium vivax 9. Peta hidrologi 10.Daftar puskesmas pembantu yang memiliki laboratoriun 10. Peta jaringan jalan raya

2.4.6.2. Subsistem Manajemen Data Geografis

Subsistem manajemen data geografis merupakan sistem berupa vektor yang dikenal sebagai model ”topologi”. Objek pada sub sistem ini dapat berupa titik, garis, dan poligon. Dalam SIG Malaria, lokalitas seperti kota, puskesmas, puskesmas pembantu, rumah sakit, pusat kota digambarkan sebagai titik. Jaringan transportasi jalan dan jalan raya, Sub sistem manajemen data dasar dan malaria Sub sistem manajemen data geografis peta SIG Sub sistem analisis spasial dan pemanggilan daerah Grafik Tabel Peta Gambar 8 Kerangka umum SIG jaringan hidrologi sungai dan anak sungai, jaringan Wilayah Kerja Puskesmas WKP dan kontur digambarkan sebagai garis. Sedangkan batas desa, batas kecamatan, dan batas kabupaten digambarkan sebagai poligon. Data lingkungan seperti bentang wilayah, hidrologi, penggunaan lahan, pola perlindungan tanah land cover dan jaringan jalan raya juga termasuk dalam data geografis. Data lingkungan tersebut digunakan dalam pengambilan keputusan untuk mempelajari pola penyebaran spasial malaria. Sedangkan peta jaringan jalan raya digunakan untuk menilai pemberian pelayanan kesehatan dalam kegiatan surveilens dan penanggulangan malaria. 2.4.6.3. Subsistem Analisis dan Pemanggilan Data Sub sistem analisis dan pemanggilan data merupakan subsistem yang berperan penting untuk meningkatkan kemampuan pengguna, terutama dalam kegiatan pengambilan keputusan. Sub sistem ini berperan dalam output SIG Malaria. Hal ini disebabkan oleh cakupan subsistem sebagian besar berupa karakteristik SIG, seperti visualisasi, query pemanggilan data atribut dan spasial, klasifikasi, operasi hitung, operasi tumpang susun dan fungsi lingkungan. Ketiga subsistem SIG Malaria saling berkorelasi menghasilkan tampilan Output berupa grafik, peta, dan tabel. Subsistem manajemen data dasar populasi dan malaria serta subsistem data geografis mempengaruhi hasil yang akan dikeluarkan oleh subsistem analisis dan pemanggilan data. Keterkaitan antar ketiga subsistem tersebut ditunjukan pada Gambar 8. 2.5. Penginderaan Jauh Penginderaan jauh merupakan salah satu teknik dalam SIG untuk mengumpulkan informasi dari jarak tertentu Aronoff, 1991 dalam Prahasta, 2001. Pernyataan “dari jarak tertentu” secara umum menggambarkan bahwa tidak ada kontak langsung dengan informasi yang ingin diperoleh tadi. Penginderaan jauh memanfaatkan berbagai perangkat seperti kamera, radiometer, penyiam scanner, atau sensor seperti satelit. 2.5.1. Klasifikasi Citra Citra penginderaan jauh dianalisis secara digital untuk mendapatkan informasi tematik. Klasifikasi multispektral adalah suatu metode yang digunakan untuk mengekstrak informasi, terutama informasi penutup lahan. Klasifikasi multispektral menggunakan pendekatan kuantitatif dan mengurangi subyektifitas pada kegiatan interpretasi. Metode klasifikasi multispektral dapat menggunakan algoritma- algoritma berikut : 1 Klasifikasi Tegas Hard Classifier, 2 Klasifikasi Samar Soft Classifier, dan 3 Klasifikasi Hibrid Jensen, 1996 dalam Prahasta 2001. Algoritma Klasifikasi Tegas pada umumnya terbagi menjadi dua kelompok besar yaitu Klasifikasi Terbimbing Supervised Classification dan