Analisa Bahaya dan Tindakan Pencegahan Penetapan Critical Control Point

41

5. Analisa Bahaya dan Tindakan Pencegahan

Analisa bahan baku produksi produk Croissant dilihat dari bahaya biologi, kimia, dan fisik lebih banyak disebabkan dari suplier yang tidak memnuhi standar yang telah disepakati. Bahan baku tepung, air, garam, dan telur dikhawatirkan mengandung ketiga bahaya tadi, sedangkan butter dan daging sapi lebih memungkinkan adanya bahaya biologi. Selain itu, penyimpanan bahan baku juga harus diperhatikan karena akan menyebabkan bahaya biologi yang disebabkan mikroba patogen. Upaya pengendalian dari analisa bahaya yang diperoleh tersebut adalah dengan adanya pengujian visual bahan baku sebelum bahan baku dimasukan ke gudang, khusus untuk air harus dilakukan spesifikasi standar air industri pangan. Analisa bahaya untuk proses produksinya semuanya lebih dikhawatirkan karena adanya bahaya biologi yang disebabkan karena kontaminasi silang dari alat dan pekerja, dan juga kontaminasi udara dari pekerja. Upaya pencegahan yang dilakukan adalah dengan melakukan kontrol suhu dan waktu Analisa bahaya bahan baku dan proses produksi lebih lengkapnya disajikan pada lampiran 12.

6. Penetapan Critical Control Point

Dari semua bahan baku yang digunakan oleh PT. Ciptayasa Pangan Mandiri hanya air dan daging sapi asap yang dikategorikan sebagai CCP. Hal ini dikarenakan air secara biologi dikhawatirkan masih mengandung mikroba pathogen, pencemaran logam, debu, dan kerikil, sedangkan daging asap yang dikhawatirkan terjadinya kontaminasi dari mikroba pathogen. Penentuan CCP proses produksi croissant dapat dilihat pada lampiran 18. Pada proses tersebut hanya terdapat satu Critical Control Point yaitu pada tahap pengayakan, resting, freezing, packing, dan storage. Menurut SNI 1998 CCP merupakan suatu langkah pengendalian, tahapan 42 atau prosedur dari suatu proses yang perlu sekali diterapkan untuk mencegah atau meniadakan bahaya keamanan pangan atau menguranginya sampai pada tingkat yang diterima. Proses pengayakan bertujuan untuk menghilangkan cemaran fisik pada bahan baku khususnya tepung terigu. Proses pengayakan dimasukkan ke dalam CCP karena pada proses ini masih ada kemungkinan cemaran fisik berupa batu, serangga, dan cemaran fisik yang lainya, dan pada tahap selanjutnya tidak ada lagi proses pengayakan untuk menghilangkan atau mencegah cemaran fisik tersebut. Sehingga dapat menimbulkan bahaya keamanan bagi konsumen. Proses resting, freezing, packing, dan storage dikategorikan sebagai CCP karena dilihat dari pentingnya control suhu dan waktu yang tepat, karena kalau suhu dan waktu berada diluar batas, maka akan berpengaruh pada ketahanan produk itu sendiri. Pengendalian terhadap penyimpanan bahan baku, kemasan dan produk akhir serta pembersihan ruangan masuk ke dalam kategori GMP Sofwan, 2002. Sedangkan kategori QCP terdiri dari penerimaan bahan baku yang baru datang, pengambilanpenimbangan, pencampuran, penimbangan adonan, pengepressan, laminating, foulding, filling, dan packaging. Penerimaan bahan baku yang baru datang masuk ke dalam kategori QCP karena pada tahap ini ada proses pengujian visual bahan baku sebelum digunakan untuk proses selanjutnya. Pengendalian terhadap penyimpanan bahan baku, kemasan dan produk akhir serta pembersihan ruangan masuk ke dalam kategori GMPs. Kondisi penyimpanan dan ruangan harus dalam keadaan bersih untuk menghindari kontaminasi silang pada bahan yang disimpan. Kebersihan ruangan harus terjaga dan terjadwal dengan baik. Daily working enviromental officer check list dapat dilihat pada Lampiran 10. Pada proses pengambilan dan penimbangan bahan baku, personil produksi harus mengambil dan menimbangnya sesuai dengan prosedur kerja. Sebelum kegiatan produksi berlangsung, biasanya personil produksi memeriksa dan mengkalibrasi alat timbangan sebelum digunakan pada proses pencampuran. Pada saat pencampuran, personil produksi harus 43 memperhatikan cara produksi yang baik dan higienis. Penggunaan seragam produksi yang benar dan cara produksi yang baik akan mencegah kontaminasi silang selama proses pencampuran. Pada saat penimbangan adonan, biasanya personil produksi memakai sarung tangan dan menggunakan pisau untuk memotong adonan. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang dari pekerja. Pada proses pengepresan, foulding, dan laminating, pekerja menggunakan alat pengepresan dan biasanya dilakukan oleh satu orang, pekerja tersebut menggunakan masker dan sarung tangan untuk mencegah terjadinya kontaminasi. Pada proses filling biasanya dikerjakan oleh banyak pekerja. Hal ini disebabkan pada proses filling ini mesin otomatis hanya satu buah, sehingga prosesnya dilakukan secara manual dan memerlukan banyak tenaga pekerja. Proses packaging juga merupakan QCP. Kemasan yang digunanakan terbuat dari kardus yang mempunyai struktur kaku dan relatif tahan air.

7. Menentukan Batas Kritis, Prosedur Pemantauan dan Tindakan Koreksi