kemajuan masyarakat. Sarana dan prasarana yang ada di Kelurahan Tanah Enam Ratus berupa sarana pendidikan, sarana transportasi, kios saprodi, penyuluh
pertanian lapangan dan kelompok tani. Sarana pendidikan merupakan salah satu sarana penunjang dalam
pembangunan pertanian. Kelurahan Tanah Enam Ratus memiliki sarana pendidikan berupa gedung SD 7 unit, SMP 1 unit, SMU 1 unit dan Madrasah
2 unit. Untuk memperlancar proses pemindahan hasil produksi dari produsen
hingga ke konsumen diperlukan sarana transportasi yang memadai. Jalan penghubung antara lingkungan di Kelurahan Tanah Enam Ratus masih kurang
memadai. Jalan penghubung antar lingkungan masih terbuat dari batu dan pasir, ada juga sebagian yang masih berupa jalan tanah. Alat transportasi yang
digunakan berupa sepeda, sepeda motor, becak, mobil angkutan umum dan mobil pribadi.
Kelurahan Tanah Enam Ratus memiliki 4 kelompok tani dan 1 orang penyuluh pertanian lapangan. Kelurahan ini memiliki 1 kios saprodi yang di
gunakan untuk menyalurkan bantuan subsidi dari pemerintah.
4.2 Karakterisrik Sampel Penelitian
4.2.1 Petani
Karakteristik petani sampel atau responden dalam penelitian ini digambarkan oleh luas lahan, umur, pendidikan, pengalaman bertani dan jumlah
anggota keluarga. Karakteristik petani sampel dapat dilihat pada tabel 8.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 8. Karakteristik Petani Sampel di Kelurahan Tanah Enam Ratus
Kec.Medan Marelan
No Uraian
Rataan Range
1 Luas Lahan Ha
0.16 0.08 – 0.5
2 Umur Tahun
38.5 29 – 53
3 Pendidikan Tahun
8.1 6-12
4 Pengalaman Bertani Tahun
14.93 4-27
5 Jumlah Anggota Keluarga Jiwa
3.37 2-6
Sumber :Lampiran 1,2
Tabel 8 menunjukkan rata-rata luas lahan yang dikelola petani sampel untuk mengusahakan sawi adalah seluas 0.16 Ha, dengan luas terkecil 0.08 Ha
dan terluas adalah sebesar 0.5 Ha. Rerata umur termuda 29 tahun dan paling tua 53 tahun. Tingkat pendidikan petani sampel rata-rata 8.1 tahun, dengan kata lain
rata-rata pendidikan petani sampel adalah SMP. Pendidikan terendah adalah SD 6 tahun dan pendidikan tertinggi adalah SMA 12 tahun. Pengalaman bertani
petani sampel rata-rata 14.93 tahun, dengan pengalaman terendah 4 tahun dan pengalaman terlama 27 tahun. Jumlah anggota keluarga petani sampel rata-rata 3
orang, dengan jumlah tersedikit 2 orang dan terbanyak 6 orang.
4.2.2 Pedagang
Sampel pedagang adalah orang–orang yang terlibat dalam mendistribusikan sawi dari petani hingga konsumen akhir. Pedagang yang terlibat
dalam penyampaian sawi hingga konsumen akhir adalah pedagang pengumpul, agen dan pedagang pengecer.
Universitas Sumatera Utara
Pedagang pengumpul adalah orang yang mengumpulkan dan membeli sayuran sawi dari petani langsung dan kemudian menjualnya kembali kepada agen
atau kepada pedagang pengecer.
Tabel 9. Karakteristik Pedagang Pengumpul
No Uraian
Rataan Range
1 Umur Pedagang Tahun
39.6 34 -46
2 Lama Berdagang
7.42 4-10
Sumber : Lampiran 3
Pedagang pengumpul sampel dalam penelitian ini terdiri dari 5 orang dengan umur rata-rata 39,6 tahun, umur termuda 34 tahun dan tertua 46 tahun.
Dan rata-rata lama berdagang 7,42 tahun dengan paling lama 10 tahun dan palin sebentar 4 tahun.
Dalam memperoleh dan mengumpulkan sawi, pedagang pengumpul ada yang langsung ke ladang petani dan ada yang datang ke pasar tradisional tempat
petani menjual hasil panennya. Komoditi sawi yang dibeli kemudian di jual kembali ke pedagang pengecer atau agen.
Agen adalah pihak pedagang yang menampung sawi dalam jumlah besar yang diperoleh dari pedagang pengumpul maupun dari petani langsung kemudian
menjualnya kembali ke pedagang di daerah lain maupun ke pedagang pengecer dalam jumlah cukup besar.
Pedagang agen sampel dalam penelitian ini ada 6 orang dengan lama berdagang rata-rata 10.17 tahun. Agen menjual kembali barang dagangannya di
pusat pasar dan ada juga yang menjual kembali di sepanjang pasar tradisional di daerah Padang Bulan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 10. Karakteristik Agen
No Uraian
Rataan Range
1 Umur Pedagang Tahun
36.17 26 -53
2 Lama Berdagang
10.17 5-20
Sumber : Lampiran 4
Pedagang pengecer adalah pihak yang menjual sawi secara eceran, yang biasanya terdapat di pasar-pasar tradisional dan menjual sawi langsung kepada
konsumen.
Tabel 11. Karakteristik Pedagang Pengecer
No Uraian
Rataan Range
1 Umur Pedagang Tahun
40.71 25 -54
2 Lama Berdagang
12.71 5-20
Sumber : lampiran 5
Pedagang pengecer memperoleh sayuran sawi dari petani langsung dan ada juga beberapa yang dari pedagang. Pedagang pengecer yang menjadi sampel
rata-rata 40.71 tahun dengan umur termuda 25 tahun dan paling tua 54 tahun. Pedagang pengecer ini berdagang di pasar tradisional Marelan yaitu pasar V.
Pedagang pengecer memiliki pengalaman berdagang kira-kira 12.71 tahun dengan pengalaman terendah 5 tahun dan paling lama 20 tahun. Pedagang
pengecer memasarkan dagangan sawinya di pasar tradisional Marelan. Sawi dijual pedagang pengecer bersama-sama dengan sayuran lainnya seperti kangkung,
bayam dan kacang panjang.
Universitas Sumatera Utara
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Keadaan Harga Pada Tingkat Petani dan Tingkat Konsumen
Harga adalah sinyal kelangkaan suatu barang. Harga barang yang tinggi mengindikasikan bahwa barang tersebut langka, sedangkan harga barang yang
rendah mengindikasikan bahwa barang tersebut tersedia lebih. Harga yang dibentuk oleh pasar bersaing sempurna adalah harga yang mampu menghasilkan
kesejahteraan tertinggi bagi para pelaku ekonomi Sunaryo, 2001. Harga komoditi sawi di Kelurahan Tanah Enam Ratus tergolong sangat
fluktuatif. Selama 60 hari penelitian terdapat perubahan harga setiap harinya. Hari pertama harga jual tingkat petani sebesar Rp.2000 Kg, kemudian turun menjadi
sebesar Rp.1900Kg, keesokan harinya berubah kembali menjadi Rp.2200Kg. Setiap harinya harga komoditi sawi per Kgnya terus naik turun. Petani tidak bisa
memprediksi harga. Hal ini sesuai dengan literatur yang dikemukakan oleh Anindita 2008 yang menyatakan bahwa harga produk pertanian relatif fluktuatif
karena produk pertanian mempunyai beberapa sifat seperti mudah rusak dan adanya tenggang waktu dalam memproduksi komoditas pertanian yang
berpengaruh pada keadaan pasar, khususnya struktur pasar dan berbagai anggapan tentang pasar pertanian yang menyebabkan semakin tidak menentunya
harga di bidang pertanian. Keadaaan harga Komoditi sawi yang berfluktuasi menyebabkan
penerimaan dan keuntungan yang diperoleh petani dari kegiatan usahataninya berfluktuasi. Fluktuasi harga yang terjadi pada tingkat petani pada dasarnya
karena terjadi ketimpangan antara pasokan dan permintaan konsumen. Jika terjadi
Universitas Sumatera Utara