2.8. Pertumbuhan Ekonomi dan Penyerapan Tenaga Kerja
Lincolyn 1992 dalam Sinaga 2005 menjelaskan pendapat Robert Sollow dan Trevor Swan mengenai hubungan pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja.
Swan berpendapat pertumbuhan ekonomi tergantung kepada pertambahan kualitas dan kuantitas faktor produksi. Teori ini mendukung pendapat teori kaum neo klasik, yaitu
perekonomian dalam full employment jikalau faktor produksi senantiasa berkembang secara harmonis.
Selanjutnya dijelaskan, Capital Output Ratio COR dapat berubah-ubah atau dengan kata lain untuk memproduksi sejumlah barangjasa, maka jumlah modal yang
digunakan dapat berbeda-beda misalnya untuk memproduksi barangjasa sejumlah A, diperlukan buruh sebesar L1 dan modal sebesar K1. Jika terjadi perubahan target
produksi bertambah 2 kali hal ini diperoleh dari alternatif pemakaian teknologi dalam produksi, maka perlu tambahan modal sebesar K2 dan penyerapan buruh berkurang
sebanyak L12. Kombinasi kedua faktor produksi tersebut pada gambar di bawah ini:
Sumber: Lincolyn, 1992
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1. Kombinasi Faktor Produksi Modal dan Buruh
Gambar di atas menunjukkan bahwa fungsi produksi oleh kurva produksi 1 dan 2 di mana diawali dari usaha untuk memproduksi sejumlah barang diperlukan modal
minimal sebesar K1 dan diserap buruh maksimal L1. Masalahnya dengan modal sebesar K1 tidak cukup untuk membeli teknologi maka untuk meningkatkan produksi kepada
kurva P2, terlihat garis tidak akan bersinggungan dengan kurva P2, meskipun sampai kepada titik infinity
∞ jikalau modal tetap sebesar K1, maka kombinasi produksi dalam menyerap buruh hanyalah A, B, C dengan konsistensi mengurangi jumlah produksi atau
buruh. Untuk modal sebesar K2 maka dapat dipilih kombinasi tingkat produksi sebesar A. atau B. ataupun C. di mana diperoleh kombinasi buruh sebanyak L4. Kesimpulannya
dari kurva ini semakin banyak modal diinvestasikan maka semakin sedikit buruh yang dapat diperkerjakan untuk memproduksi barang Modal. Tenaga Kerja atau jasa ini
terlihat dari berkurangnya jumlah buruh dari L3 ke L4 untukmemproduksi sejumlah B atau B..
Dari gambar di atas, Sollow dan Swan membuat fungsi persamaan sebagai berikut:
Qt = Kta . Ltb............................................................................................... 2.1
Qt = Tingkat produksi pada tahun t Kt = Jumlah stok barang modal tahun t
Lt = Jumlah tenaga kerja tahun t
Universitas Sumatera Utara
a = Penambahan output yang diciptakan oleh penambahan 1 unit modal
b = Penambahan output yang diciptakan oleh penambahan 1 unit pekerja
Dari persamaan Sollow dan Swan nilai a, b, dapat diestimasi secara empiris di mana nilai dari a+b = 1, berarti nilai a dan b adalah sama dengan batas kapasitas
produksi, atau nilai a dan b adalah terpulang kepada pilihan pengusaha yaitu investasi padat modal atau padat karya, teori ini disebut teori pembangunan negara berkembang
Lincolyn, 1992. Kenaikan produktivitas tenaga kerja mengakibatkan naiknya rasio modal-tenaga
kerja. Rasio modal-tenaga kerja yang tinggi yaitu dengan metode-metode produksi yang lebih padat modal, akan menghasilkan laba yang lebih besar, sehingga tingkat tabungan
yang optimal yakni akan menghasilkan pertumbuhan output maksimum. Di sini jelas bahwa tujuan mencapai pertumbuhan output maksimum dan peningkatan kesempatan
kerja maksimum merupakan dua hal yang saling bertentangan dan tidak bisa dicapai secara serentak.
Ada dua teori yang mendasar dalam ketenagakerjaan yakni pertama teori Lewis Todaro, 2003 tentang surplus tenaga kerja dua sektor:
1. Sektor tradisional: sektor pedesaan yang kelebihan penduduk dan ditandai dengan
produktivitas marginal tenaga kerja sama dengan nol, maksudnya kelebihan tenaga kerja sektor pertanian dialihkan ke sektor lain, namun sektor pertanian tersebut
tidak kehilangan output sedikit pun.
2. Sektor industri perkotaan; proses pengalihan tenaga kerja, serta pertumbuhan
output dan peningkatan penyerapan tenaga kerja di sektor industri modern.
Universitas Sumatera Utara
Pengalihan tenaga kerja dan pertumbuhan kerja tersebut dimungkinkan oleh adanya perluasan output pada sektor tersebut, perluasan tersebut dimungkinkan
adanya peningkatan investasi di bidang industri dan akumulasi modal secara keseluruhan di sektor modern. Peningkatan investasi itu sendiri didasarkan pada
kelebihan keuntungan sektor industri dari selisih upah, dengan asumsi bahwa menanamkan kembali seluruh keuntungannya tersebut.
Untuk tingkat upah di sektor industri perkotaan diasumsikan konstan, dan ditetapkan melebihi tingkat rata-rata upah di sektor tradisional pertanian, dengan
maksud memaksa para pekerja pindah dari desa ke kota. Teori yang kedua adalah teori Fei-Ranis dalam Mulyadi 2003, yang berkaitan
dengan negara berkembang yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: kelebihan buruh, sumber daya alamnya belum optimal dalam pemanfaatannya, sebagian besar
penduduknya bergerak di sektor pertanian, banyak pengangguran dan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi.
Menurut Fei-Ranis selanjutnya ada tiga tahap pembangunan ekonomi dalam
kondisi kelebihan tenaga kerja. Pertama, di mana para penganggur semu yang tidak menambah output pertanian
dialihkan ke sektor industri dengan upah institusional yang sama. Kedua, tahap dimana pekerja pertanian menambah output tetapi memproduksi lebih
kecil dari upah institusional yang mereka peroleh, dialihkan pula ke sektor industri. Ketiga, tahap ditandai awal pertumbuhan swasembada pada saat buruh pertanian
menghasilkan output lebih besar daripada perolehan upah institusional. Dalam hal ini
Universitas Sumatera Utara
kelebihan pekerja terserap ke sektor jasa dan industri yang meningkat terus menerus sejalan dengan pertambahan output dan perluasan usahanya.
Sejalan dengan hal itu indikasi keberhasilan pembangunan suatu negara atau wilayah yang banyak digunakan adalah pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhanekonomi
diukur dari tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto PDB untuk lingkup nasional dan Produk Domestik Regional Bruto PDRB untuk lingkup wilayah. Selain dipengaruhi
faktor internal, pertumbuhan ekonomi suatu negara juga dipengaruhi faktor eksternal, terutama setelah era ekonomi yang semakin meng-global.
Secara internal, tiga komponen utama yang menentukan pertumbuhan ekonomi tersebut adalah pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat. Ketiga komponen tersebut
sebaiknya berkedudukan sejajar dalam mengelola sumberdaya ekonomi, politik, hukum, sosial dan budaya. Dalam prakteknya, selain bergerak dalam sektor produksi barang dan
jasa, pemerintah lebih banyak berperan dalam sektor regulasi dan fasilitasi, termasuk mengendalikan dan mengantisipasi pengaruh eksternal yang bersifat negatif.
Besaran dan arah peran pemerintah tersebut sangat menentukan peran dunia usaha dan masyarakat berpartispasi dalam pembangunan yang pada akhirnya
menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi nasional. Permasalahannya adalah menggunakan pertumbuhan PDB sebagai indikator kesejahteraan sifatnya masih sangat
makro. Nilai PDB menggambarkan aktivitas produksi dari suatu negara. Perhitungan PDB dapat menggunakan dua pendekatan, yaitu sisi penawaran berdasarkan lapangan usaha
menurut sektor dan sisi permintaan atau penggunaan yaitu untuk konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, ekspor dan impor.
Hal itu berarti, jika terjadi pertumbuhan PDB menunjukkan bahwa penggunaan sumberdaya yang tersedia untuk kegiatan berproduksi mengalami peningkatan,
Universitas Sumatera Utara
perkembangan dan penggunaan teknologi mengalami peningkatan, penyerapan tenaga kerja menjadi lebih banyak sehingga mengurangi pengangguran dan kemiskinan serta
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hubungan antara pertumbuhan PDB dengan angka pengangguran dikenal
sebagai Hukum Okun, yaitu setiap peningkatan satu persen pengangguran akan menurunkan PDB 2,5 persen Lipsey, 1992. Dengan demikian jika PDB meningkat
seharusnya pengangguran menurun. Jika pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan, namun kesejahteraan masyarakat secara umum tidak meningkat berarti
ada ketidakseimbangan baik antar sektor maupun antar wilayah dalam pelaksanaan pembangunan. Untuk itu, selain pertumbuhan ekonomi, diperlukan juga indikator yang
lebih mikro untuk melihat dinamika kesejahteraan masyarakat. Dorongan besar big push kearah industrialisasi yang cepat telah merupakan kalimat sakti dalam model ini,
bagi berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan dan tercapainya keberhasilan pembangunan nasional Todaro, 2003.
2.9. Pengaruh Upah, Output dan Investasi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja