Analisis Pembentukan Disonansi Kogniti Konsumen Pemilik Ponsel Blackberry Pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STRATA I MEDAN

ANALISIS PEMBENTUKAN DISONANSI KOGNITI KONSUMEN

PEMILIK PONSEL BLACKBERRY PADA MAHASISWA

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA

SKRIPSI

OLEH:

TOMMY JOGI PANDAPOTAN SINABARIBA 060502113

MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara Medan


(2)

ABSTRAK

Tommy Jogi Pandapotan Sinabariba (2010). Analisis Pembentukan Disonansi Kognitif (Cognitive Dissonance) Konsumen Pemilik ponsel Blackberry pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. (Dibimbing oleh Bapak Prof Dr Paham Ginting SE, Msi. Ibu Prof Dr Ritha F Dalimunthe, SE, Msi selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Penguji Bapak prof Dr Amrin Fauzi SE, Msi , Msi dan Ibu Dr Endang Sulistya Rini, SE, Msi).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang membentuk Disonansi Kognitif (Cognitive Dissonance) Konsumen Pemilik Ponsel Nokia berkamera pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Nomensen Medan dan juga untuk mengetahui faktor-faktor utama yang membentuk Disonansi Kognitif (Cognitive Dissonance) Konsumen Pemilik Ponsel Blackberry pada Mahasiswa Fakulatas Hukum Universitas Sumatera Utara. Disonansi Kognitif (Cognitive Dissonance) memiliki tiga dimensi yaitu, emosional

(emotional), kebijaksanaan pembelian (wisdom of purchase), perhatian setelah transaksi

(concern over the deal). Emosional (emotional) ditinjau dari putus asa, menyesal, kecewa dengan diri anda sendiri, takut, hampa, marah, cemas atau khawatir, telah membuat sesuatu yang salah, kesal atau jengkel, frustasi, sakit hati, depresi, marah dengan diri sendiri, muak dan mendapat masalah. Kebijaksanaan pembelian (wisdom of purchase) ditinjau dari sangat membutuhkan ponsel Blackberry, perlu membeli ponsel Blackberry, telah membuat pilihan yang tepat, telah melakukan hal yang tepat untuk membeli ponsel Blackberry, sedangkan perhatian setelah transaksi (concern over the deal) ditinjau dari tidak merasa telah melakukan suatu ketololan, tenaga penjual tidak membuat mereka bingung, merasa nyaman dengan persetujuan yang telah dibuat. Faktor-faktor itulah yang membentuk Disonansi Kognitif.

Hasil analisa faktor memunculkan lima faktor utama pembentuk disonansi yaitu: tiga faktor yang paling mampu membentuk Emosional (Emotional) adalah 3 faktor, yaitu Faktor KEPUTUSAN TEPAT, faktor 2 HARAPAN TEPAT, faktor 3 PERASAAN TEPAT, satu faktor yang paling mampu membentuk Kebijaksanaan Pembelian (Wisdom of Purchase) adalah faktor 4 KEPUTUSAN TEPAT. Satu faktor yang paling mampu membentuk Perhatian setelah Transaksi (Concern Over the Deal) adalah faktor 5 PERSETUJUAN TEPAT.

Kata Kunci : Emosional (emotional), kebijaksanaan pembelian (wisdom of purchase), perhatian setelah transaksi (concern over the deal).


(3)

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur saya sampaikan kepada Allah yang berkuasa atas khalik langit dan bumi sebab atas kuasa dan penyertaanNya lah skripsi ini dapat saya selesaikan. Ada banyak pihak yang telah membantu saya dalam penulisan skripsi ini, pada saat ini saya ucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Drs. John Tafbu Ritonga, M.ec selaku dekan fakultas ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si selaku ketua departemen Manajemen Fakultas ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Nisrul Irawaty, MBA selaku sekretaris departemen Manajemen.

4. Bapak Prof. Dr. Paham Ginting, SE, Msi, selaku dosen pembimbing saya atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada saya.

5. Bapak prof. Dr. Amrin Fauzi, SE, Msi selaku dosen Penguji I yang telah memberikan masukan dan saran atas penulisan skripsi saya.

6. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si selaku dosen Penguji II yang telah memberikan masukan dan saran atas penulisan skripsi saya.

7. Ibu Dra. Marhayanie Msi selaku dosen wali saya selama menjalani kegiatan akademik. 8. Seluruh staf pegawai di fakultas ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah

membantu saya dalam menyelesaikan kegitan akademik.

9. Kepada Bapa dan Mama buat cinta dan kasih sayang yang diberikan, serta selalu memberi dukungan bagi penulis.

10.Buat rekan-rekan Manajemen ’06 semuanya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. 11.Kepada seluruh Staff dan Pegawai CV. Mitra Prima Lestari yang telah membantu penulis


(4)

12.Semua Pihak yang belum saya sebutkan satu persatu pada kesempatan ini karena keterbatasan saya, saya ucapkan terimakasih untuks etiap hal yang telah Anda berikan.

Skripsi ini masih memiliki kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saya mengharapkan masukan berupa kritik dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata saya ucapkan tetaplah belajar untuk mencapai hidup yang lebih bermakna.

Medan, Juni 2010

Penulis


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI……… i

DAFTAR TABEL ... ii

DAFTAR GAMBAR ... iii

BAB I PENDAHULUAN……… 1

A. Latar Belakang Penelitian ……….... 1

B. Perumusan masalah ...………... 5

C. Kerangka Konseptual ...………... 5

D. Hipotesis ...………. 6

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...……… 7

1. Tujuan Penelitian ... 7

2. Manfaat Penelitian ……….……….. 8

F. METODE PENELITIAN………. 8

1. Batasan Operasional………. 8

2. Definisi Operasional Variabel……… 9

3. Skala Pengukuran Variabel………. 11

4. Waktu dan Lokasi Penelitian……… 12

5. Populasi dan Sampel………. 12

6. Jenis dan Sumber Data……….. 14

7. Teknik Pengumpulan Data……… 14

8. Uji Validitas dan Reliabilitas………. 15

9. Teknik Analisis Data………. 16

BAB II URAIAN TEORETIS……….. 19

A. Penelitian Terdahulu ...………... 19

B. Produk ... 21

C. Prilaku Konsumn... 24

D. Buying Behaviour ... 24

E. Dissonance Cognitive ... 26

F. Dimensi Dissonance Cognitive ... 28

G. Postpurchase Dissonance... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 30 LAMPIRAN


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Defenisi Operasional Variabel ... 10

Tabel 1.2 Instrumen Skala Likert ... 12

Tabel 4.1 Uji Validitas ... 40

Tabel 4.2 Validitas Instrumen II ... 42

Tabel 4.3 Uji Validitas II ... 44

Tabel 4.4 Reliability Statistic ... 44

Tabel 4.5 Reliability Instrumen ... 45

Tabel 4.6 Karakteristik menurut Jenis Kelamin ... 46

Tabel 4.7 Karakteristik berdasarkan Tipe blackberry ... 47

Tabel 4.8 Distribusi Pendapat Sampel terhadap Variabel Emosional .. 48

Tabel 4.9 Distribusi Pendapat Sampel terhadap Variabel Kebijakan Pembelian ... 53

Tabel 4.10 Distribusi Pendapat Sampel terhadap Variabel Perhatian setelah Transaksi ... 55

Tabel 4.11 KMO and Bartlett’s Test ... 59

Tabel 4.12 Anti-images matrics ... 60

Tabel 4.13 Total Variance Explained ... 62

Tabel 4.14 Component Matrix(a) ... 63

Tabel 4.15 Rotated Component Matix(a) ... 65

Tabel 4.16 Component transformation matrix ... 67

Tabel 4.17 KMO and bartlett’s test ... 68

Tabel 4.18 Anti-images Matrics ... 68

Tabel 4.19 Total VarianceExplained ... 69

Tabel 4.20 KMO and bartlett’s Test ... 70

Tabel 4.21 Anti-images matrics ... 71


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual ... 6

Gambar 3.1 Logo Blackberry ... 33

Gambar 3.2 Blackberry Onyx ... 33

Gambar 3.3 Blackberry Gemini ... 34

Gambar 3.4 Blackberry javelin ... 35

Gambar 3.5 Blackberry Storm ... 36

Gambar 3.6 Blackberry Bold 9000 ... 37


(8)

ABSTRAK

Tommy Jogi Pandapotan Sinabariba (2010). Analisis Pembentukan Disonansi Kognitif (Cognitive Dissonance) Konsumen Pemilik ponsel Blackberry pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. (Dibimbing oleh Bapak Prof Dr Paham Ginting SE, Msi. Ibu Prof Dr Ritha F Dalimunthe, SE, Msi selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Penguji Bapak prof Dr Amrin Fauzi SE, Msi , Msi dan Ibu Dr Endang Sulistya Rini, SE, Msi).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang membentuk Disonansi Kognitif (Cognitive Dissonance) Konsumen Pemilik Ponsel Nokia berkamera pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Nomensen Medan dan juga untuk mengetahui faktor-faktor utama yang membentuk Disonansi Kognitif (Cognitive Dissonance) Konsumen Pemilik Ponsel Blackberry pada Mahasiswa Fakulatas Hukum Universitas Sumatera Utara. Disonansi Kognitif (Cognitive Dissonance) memiliki tiga dimensi yaitu, emosional

(emotional), kebijaksanaan pembelian (wisdom of purchase), perhatian setelah transaksi

(concern over the deal). Emosional (emotional) ditinjau dari putus asa, menyesal, kecewa dengan diri anda sendiri, takut, hampa, marah, cemas atau khawatir, telah membuat sesuatu yang salah, kesal atau jengkel, frustasi, sakit hati, depresi, marah dengan diri sendiri, muak dan mendapat masalah. Kebijaksanaan pembelian (wisdom of purchase) ditinjau dari sangat membutuhkan ponsel Blackberry, perlu membeli ponsel Blackberry, telah membuat pilihan yang tepat, telah melakukan hal yang tepat untuk membeli ponsel Blackberry, sedangkan perhatian setelah transaksi (concern over the deal) ditinjau dari tidak merasa telah melakukan suatu ketololan, tenaga penjual tidak membuat mereka bingung, merasa nyaman dengan persetujuan yang telah dibuat. Faktor-faktor itulah yang membentuk Disonansi Kognitif.

Hasil analisa faktor memunculkan lima faktor utama pembentuk disonansi yaitu: tiga faktor yang paling mampu membentuk Emosional (Emotional) adalah 3 faktor, yaitu Faktor KEPUTUSAN TEPAT, faktor 2 HARAPAN TEPAT, faktor 3 PERASAAN TEPAT, satu faktor yang paling mampu membentuk Kebijaksanaan Pembelian (Wisdom of Purchase) adalah faktor 4 KEPUTUSAN TEPAT. Satu faktor yang paling mampu membentuk Perhatian setelah Transaksi (Concern Over the Deal) adalah faktor 5 PERSETUJUAN TEPAT.

Kata Kunci : Emosional (emotional), kebijaksanaan pembelian (wisdom of purchase), perhatian setelah transaksi (concern over the deal).


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sarana komunikasi telah menjadi bagian yang penting dari kehidupan manusia pada zaman modern seperti sekarang ini,. Hal ini dikarenakan komunikasi merupakan sarana utama bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari untuk bertukar informasi dari satu pihak ke pihak lainnya. Seiring dengan perkembangan teknologi di segala bidang saat ini, perkembangan sarana komunikasi pun telah berlangsung dengan cepat. Mulai dari sarana komunikasi yang sangat sederhana sebelum tahun 1990 sampai sarana komunikasi yang mewah yang banyak dijumpai diabad 21 ini. Banyaknya jenis dan jumlah sarana komunikasi telah banyak mengalami perkembangan yang pesat. Salah satu dari sarana komunikasi yang mengalami perkembangan pesat adalah telepon seluler (ponsel).

Ponsel merupakan salah satu bentuk sarana komunikasi yang sudah banyak dimiliki oleh masyarakat dan sudah menjadi kebutuhan yang sangat bagi manusia karena pada saat sekarang ini,ponsel merupakan jembatan komunikasi dalam bertukar informasi antara satu dengan yang lainnya. Pada umumnya masyarakat membeli ponsel untuk menikmati fitur telepon dan pesan singkat untuk bertukar informasi. Namun, selain itu pemilik ponsel juga ingin menikmati fitur yang lain, seperti: kamera, mp3, video player, dan Internet yang kita ketahui sebagai salah satu fitur yang sangat diminati oleh konsumen karena kita bisa mendapatkan informasi serta berkomunikasi dengan menggunakan internet.Ponsel juga dapat memberikan kepuasan tersendiri bagi seseorang, selain itu dengan kita memiliki ponsel maka dapat meningkatkan prestise.

Banyak pilihan produk yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia. Masing-masing perusahaan berusaha untuk mendiferensiasikan produknya supaya mempunyai keunikan dan karakteristik yang unik, sehingga dapat menimbulkan daya tarik


(10)

dan minat konsumen untuk melakukan pembelian. Hal itu telah menimbulkan persaingan antar perusahaan karena masing-masing perusahaan berusaha untuk mempertahankan pangsa pasarnya atau bahkan memperluas pangsa pasarnya dan memperoleh keuntungan maksimal.

Produk yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan kepada para konsumen begitu variasi, maka konsumen akan lebih selektif dalam menyeleksi produk-produk yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan, supaya produk yang dibelinya sesuai dengan kebutuhannya. Masing–masing perusahaan berusaha untuk mendifferensiasikan produknya supaya mempunyai keunikan dan karakteristik yang unik, sehingga dapat menimbulkan daya tarik dan minat konsumen untuk melakukan pembelian. Hal itu telah menimbulkan persaingan antara perusahaan telekomunikasi karena masing–masing perusahaan berusaha untuk mempertahankan pangsa pasarnya atau bahkan memperluas pangsa pasarnya dan memperoleh keuntungan maksimal. Sebagai contoh produsen ponsel asal Canada, Perusahaan Research in Motion(RIM) yang memproduksi ponsel Blackberry, melanjutkan dominasi di pasar ponsel dengan keunikannya dalam keunggulan komunikasi.

Blackberry sebagai ponsel yang sangat fenomenal, juga berhasil menguasai pangsa pasar ponsel dengan penjualan ponsel blackberry tumbuh mencapai 494% di Indonesia

(www.detik.com). Ponsel Blackberry menyediakan fitur yang canggih pada produk yaitu fitur internet dan BlackBerry juga menyediakan software Messenger built-in sehingga memungkinkan penggunanya bisa menggunakannya sepuasnya, dengan tarif flat, sehingga lebih irit daripada menelepon secara langsung dan fitur lainnya. Satu faktor yang mengendalikan kesuksesan BlackBerry di Indonesia selain biaya yang rendah juga kecanduan berkirim pesan dan posting Facebook (www.vivanews.com). Hal ini merupakan salah satu fitur yang paling digemari oleh masyarakat khususnya anak-anak muda pada saat sekarang, dalam hal ini mahasiswa, Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.


(11)

Blackberry memang digemari oleh masyrakat di Indonesia karena kelebihan produk tersebut dan tampilan yang unik. Tetapi Blackberry juga memiliki kelemahan pada produknya. Banyak konsumen ponsel blackberry yang sudah merasakan kekurangan tersebut setelah memiliki ponsel blackberry sebagai contoh Blackberry Strom, menurut analisis dari

The New York Times, untuk BlackBerry edisi Storm, memiliki beberapa kelemahan, yakni konsep touchscreen yang bermaksud menyamai touchscreen iPhone. Pada blackberry tipe Bold juga memiliki kelemahan yaitu kondisi baterai yang kurang bagus dan cepat timbul panas pada keyboard dan kelemahan lainnya. Banyak konsumen yang mengeluh akan kekurangan dari ponsel Blackberry tersebut.

Blackberry juga memiliki berbagai informasi baik informasi yang positif maupun negatif mengenai ponsel merek Blackberry, hal ini akan membuat konsumen merasa dihadapkan pada suatu kondisi yang membingungkan, dimana kepercayaan mereka tidak “sejalan bersama”. Pada awalnya,mereka terpengaruh oleh kelebihan dari produk tersebut tanpa mengetahui kekurangannya. Hal inilah yang akan mengakibatkan timbulnya disonansi pada konsumen.

Menurut Kotler dan Amstrong (2003:228): disonansi kognitif adalah ketidak-nyamanan pembeli karena konflik setelah pembelian. Kondisi disonansi kognitif pembeli dapat diukur dengan tiga dimensi yaitu emosional, kebijaksanaan pembelian dan perhatian setelah transaksi. Seorang konsumen akan mengalami disonansi kognitif pasca melakukan pembelian suatu produk, terutama produk mahal seperti ponsel Blackberry .

Konsumen pasti dapat merasakan terjadinya disonansi kognitif atau tidak setelah melakukan pembelian produk ponsel Blackberry. Untuk mengetahui hal tersebut maka penulis melakukan penelitian terlebih dahulu. Dari hasil penelitian pendahuluan yang penulis lakukan pada beberapa pemilik ponsel Blackberry, ternyata diketahui bahwa mereka


(12)

mengalami disonansi kognitif walaupun tingkatnya rendah. Disonansi kognitif tersebut terjadi karena pemilik/konsumen tersebut mendapatkan kekurangan yang terdapat pada ponsel Blackberry. Hal inilah yang menimbulkan disonansi kognitif

Dari fenomena di atas, penulis akan meneliti tentang “Analisis Disonansi Konsumen Pemilik Ponsel Blackberry Pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut: “Faktor-faktor apa saja yang membentuk Disonansi Kognitif Konsumen Pemilik Ponsel Blackberry pada mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara?”

C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah pondasi utama dimana sepenuhnya proyek penelitian ditujukan, dimana hal ini merupakan jaringan hubungan antar variabel yang secara logis diterangkan, dikembangkan, dan dieborasi dari perumusan masalah yang telah diidentifikasi melalui proses wawancara, observasi, dan survei literatur (Kuncoro, 2003:4).

Penelitian 22 item yang didesain oleh Sweeney, Hausknecht, dan Soutar (2000:369-385) menyatakan bahwa Disonansi Koginitif (Cognitive Dissonance) dapat diukur dengan tiga dimensi yaitu: Emosional (Emotional), Kebijaksanaan Pembelian (Wisdom of Purchase),

Perhatian Setelah Transaksi (Concern Over the Deal). Maka dalam kerangka penelitian ini dikemukakan variabel yang akan diteliti yaitu: Emosional (Emotional), Kebijakan Pembelian


(13)

Emosional (Emotional) adalah ketidaknyamanan psikologis yang dialami seseorang terhadap keputusan pembelian. Kebijaksanaan Pembelian (Wisdom of Purchase) adalah ketidaknyamanan yang dialami seseorang setelah transaksi pembelian, dimana mereka bertanya-tanya apakah mereka sangat membutuhkan produk tersebut atau apakah mereka telah memilih produk yang sesuai. Perhatian Setelah Transaksi (Concern Over the Deal)

adalah ketidaknyamanan yang dialami seseorang setelah transaksi pembelian dimana mereka bertanya-tanya apakah mereka telah dipengaruhi oleh tenaga penjual yang bertentangan dengan kemauan atau kepercayaan mereka. Dimensi ini menghasilkan 22 item yang dapat digunakan untuk mengukur Disonansi Kognitif (CognitiveDissonance).

Sumber.Sweeny, Hausknecht, dan Soutar (2000)(diolah)

Disonansi Kognitif (Cognitive Dissonance)

1. Emosional

2. Kebijaksanaan Pembelian 3. Perhatian Setelah Transaksi

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Penelitian

Kerangka konseptual diatas menjelaskan bahwa Emosional (Emotional),

Kebijaksanaan Pembelian (Wisdom of Purchase), Perhatian Setelah Transaksi (Concern Over the Deal) berpengaruh terhadap pembentukan Disonansi Kognitif (Cognitive Dissonance).

2. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban yang sifatnya sementara atas rumusan masalah, yang kebenarannya akan diuji dalam pengujian hipotesis (Sugiono, 2003:306). Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah: “Faktor- faktor yang mempunyai pengaruh terhadap pembentukan Disonansi Kognitif Konsumen Pemilik Ponsel Blackberry pada mahasiswa fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara”.


(14)

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

a. Mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang membentuk Disonansi Kognitif Konsumen Pemilik Ponsel Blackberry Pada Mahasiswa Fakultas Hukum Univesitas Sumatera Utara

b. Mengetahui dan menganalisis faktor-faktor utama yang membentuk Disonansi Kognitif Konsumen Pemilik Ponsel Ponsel Blackberry Pada Mahasiswa Fakultas Hukum Univesitas Sumatera Utara

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi Perusahaan

Sebagai sumbangan informasi dan pengetahuan agar dapat meningkatkan penjualan dan meningkatkan kualitas dan kuantitas pelanggannya.

b. Bagi Departemen Manajemen FE USU

Menambah koleksi skripsi di perpustakaan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

c. Bagi Penulis

Untuk memperdalam pengetahuan di bidang manajemen pemasaran mengenai perubahan sikap konsumen pasca pembelian.

d. Bagi Peneliti Lain

Sebagai bahan referensi yang dapat dijadikan bahan perbandingan dalam melakukan penelitian di masa yang akan datang.


(15)

E. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional

Batasan operasional dalam penelitian ini, sebagai berikut:

a. Ponsel yang diteliti adalah merek Blackberry minimal 2 bulan memakai.

b. Variabel independen yaitu variabel Emosional (Emotional), Kebijaksanaan Pembelian

(Wisdom of Purchase), Perhatian Setelah Transaksi (Concern Over the Deal).

c. Responden dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Definisi Operasional Variabel

Penguraian definisi operasional varibel-variabel yang akan diteliti merupakan suatu cara untuk mempermudah pengukuran variabel penelitian. Selain itu juga memberi batasan-batasan pada obyek yang akan diteliti.

a. Emosional (Emotional)

Emosional adalah ketidaknyamanan psikologis yang dialami seseorang terhadap keputusan pembelian.Dengan kata lain emosional dapat terbentuk melalui situasi psikologis yang konsumen alami ketika dia mempertanyakan apakah tindakan yang dilakukan denagan membeli suatu produk telah tepat.

b. Kebijaksanaan Pembelian (Wisdom of Purchase)

Kebijaksanaan pembelian adalah ketidaknyamanan yang dialami seseorang setelah melakukan pembelian,dimana mereka bertanya-tanya apakah mereka sangat membutuhkan produk tersebut atau apakah mereka telah memilih produk yang sesuai. Dalam hal ini konsumen mulai mempertanyakan apakah dia telah membeli suatu barang atau produk yang benar dengan apa yang dibutuhkannya.


(16)

c. Perhatian Setelah Transaksi (Concern Over theDeal)

Perhatian setelah transaksi adalah ketidaknyamanan yang dialami seseorang setelah transaksi pembelian dimana mereka bertanya-tanya apakah mereka telah dipengaruhi oleh tenaga penjual yang bertentangan dengan kemauan atau kepercayaan mereka. Perhatian setelah transaksi berkaitan dengan kekecewaan konsumen dimana pada kondisi ini konsumen cenderung kurang yakin dengan keputusan yang telah dibuatnya oleh dirinya sendiri.

Pada Tabel 1.1 berikut,menggambarkan definisi operasional variabel yang akan digunakan dalam penelitian.

Tabel 1.1

Definisi operasional Variabel

Tabel 1.1 Lanju tan

Variabel Definisi Variabel Indikator Alat

Variabel Definifi Variabel Indikator Alat

Ukur 1.Emosioanal Ketidaknyamanan Psikologis yang dialami seseorang terhadap keputusan pembelian 1.Membuat sesuatu kesalahan pembelian 2.putus asa; 3.menyesal; 4.kecewa; 5.takut; 6.hampa; 7.marah; 8.cemas; 9.kesal; 10.frustrasi; 11.sakit hati; 12.depresi;

13.marah dengan diri sendiri; 14.muak; 15mendapat masalah. Skala likert 2.Kebijaksanaan pembelian Ketidaknyamanan yang dialami seseorang setelah transaksi

pembelian,dimana mereka bertanya-tanya apakah mereka merasa butuh atau telah sesuai membeli suatu produk

1.merasa tidak membutuhkan

2.merasa tidak perlu membeli;

3.telah membuat pilihan yang tidak tepat;

4.telah melakukan hal yang tidak tepat untuk membeli

Skala Likert


(17)

Ukur 3.Perhatian Setelah Pembelian Ketidaknyamanan yang dialami seseorang setelah transaksi pembelian dimana mereka bertanya-tanya apakah mereka telah dipengaruhi oleh tenaga penjual yang bertentangan dengan kemauan atau kepercayaan mereka

1.Mereka terkejut karena

telah membuat kesalahan dengan melakukan persetujuan pembelian

2.Merasa telah membuat

ketololan dengan melakukan persetujuan pembelian

3.merasa terkejut karena tenaga penjula membuat bingung anda.

Skala Likert

Sumber.Sweeny, Hausknecht, dan Soutar (2003)(diolah)

3. Pengukuran Variabel

Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah faktor Emosional (Emotional), Kebijaksanaan Pembelian (Wisdom of Purchase), dan Perhatian Setelah Transaksi (Concern Over the Deal). Menurut Sugiono(2006:84), skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam satu alat ukur,sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Ketiga variabel tersebut diukur dengan Skala Likert yaitu digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiono, 2006:104). Peneliti memberikan lima alternatif jawaban kepada responden dengan menggunakan skala 1 sampai dengan 5 untuk keperluan analisis kuantitatif penelitian, yang dapat dilihat pada Tabel berikut ini:


(18)

Tabel 1.2

Instrumen Skala Likert

No. Alternatif Jawaban Skor

1. Sangat Setuju (SS) 5

2. Setuju (S) 4

3. Kurang Setuju (KS) 3

4. Tidak Setuju (TS) 2

5. Sangat Tidak Setuju (STS) 1

Sumber: Sugiono (2006:105)

Pada penelitian ini, responden diharuskan memilih salah satu dari sejumlah alternatif jawaban yang tersedia, kemudian masing-masing jawaban diberi skor tertentu(5,4,3,2,1). Skor jawaban dari responden dijumlahkan dan merupakan total skor. Total skor inilah yang ditafsir sebagai posisi responden dalam Skala Likert.

4. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dimulai dari bulan Mei 2010 – Juli 2010. Tempat penelitian adalah Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, jl.Universitas Kampus Universitas Sumatera Utara.Medan.

5. Populasi dan Sampel

Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, objek, atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajari suatu objek penelitian (Kuncoro, 2003 : 103). Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Fakulytas Hukum Universitas Sumatera Utara yang memiliki ponsel Blackberry yang jumlahnya tidak diketahui sehingga untuk menentukan jumlah sample digunakan rumus sebagai berikut (Yuswianto, 2008):


(19)

(Zα) 2 (p)(q) n = ——————

d2

Keterangan: n = Jumlah sampel

Zα = Nilai standard normal yang besarnya tergantung α, bila α = 0,05 → z = 1,67

bila α = 0,01 → z = 1,96

p = Estimator proporsi populasi q = 1 – p

d = Penyimpangan yang di tolerir

Untuk memperoleh n (jumlah sampel) yang besar dan nilai p belum diketahui, maka dapat digunakan p = 0,5. Dengan demikian, jumlah sampel yang mewakili populasi dalam penelitian ini adalah:

2 2

d

(p)(q)

)

(Z

n

2 2

d

(0,5)(0,5) (1,96)

n 

n = 96,04 = 96 orang

Metode penelitian sampel menggunakan Metode Aksidental sampling, yaitu penentuan sampel berdasarkan kebetulan, artinya siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sample, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2005 : 77) dan memenuhi kriteria yang telah ditentukan yaitu telah memakai ponsel blackberry minimal selama 2 bulan


(20)

6. Jenis dan sumber Data

Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu:

a.Data Primer menurut Kuncoro (20003: 136) adalah data yang dikumpulkan dari sumber-sumber asli. Dalam penelitian ini, data primer diperoleh dari hasil kuesioner penelitian Analisis Pembentukan Disonansi Kognitif Konsumen Pemilik Ponsel Blackberry pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

b.Data sekunder menurut Kuncoro (2003:136) adalah data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain. Data sekunder ini diperoleh melalui studi pustaka, internet, majalah, dan tabloid.

7. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, teknik yang digunakan dalam pengumpulan data ialah: a. Daftar Pertanyaan (Questionaire)

Menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden terpilih tentang bagaimana pengaruh faktor Emotional, Wisdom of Purchase, dan Concern Over the Deal berpengaruh terhadap pembentukan Disonansi Kognitif Konsumen Pemilik Ponsel Blackberry pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.

b. Wawancara (Interview)

Wawancara secara langsung dengan pihak-pihak yang berhak dan berwenang. c. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan dibuat untuk mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam buku yang memberikan landasan bagi perumusan hipotesis, penyusunan kuesioner, dan pembahasan teoritis. Peneliti juga menyertakan informasi yang didapat melalui artikel yang relevan dari jurnal-jurnal ilmiah dan buku-buku lain yang berkaitan dengan penelitian.


(21)

8. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas dilakukan oleh peneliti untuk menguji apakah suatu kuesioner layak digunakan sebagai instrumen penelitian. Validitas menunjukkan seberapa nyata suatu pengujian mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas berhubungan dengan ketepatan alat ukur melakukan tugasnya mencapai sasarannya. Pengukuran dikatakan valid jika mengukur tujuannya dengan nyata atau benar. Reliabilitas menunjukkan akurasi dan konsistensi dari pengukurannya. Dikatakan konsisten jika beberapa pengukuran terhadap subjek yang sama diperoleh hasil yang berbeda (Jogiyanto,2004). Adapun tempat untuk menguji validitas dan reliabilitas tersebut adalah di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan yang jumlahnya 30 0rang. Uji validitas dan reliabilitas ini menggunakan alat bantu SPSS versi 15.0 for windows.

a. Uji Validitas

Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 15.0, dengan kriteria sebagai berikut

Jika r hitung > r tabel maka pertanyaan tersebut valid Jika r hitung < r tabel maka pertanyaan tersebut tidak valid

b. Uji Reliabilitas

Uji ini dilakukan setelah uji validitas dan yang diuji merupakan pertanyaan yang sudah valid. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan kriteria sebagai berikut:

Jika ralpha > rtabel, maka kuesioner reliabel Jika ralpha < rtabel, maka kuesioner tidak reliabel

9. Teknik Analisis Data


(22)

Analisis deskriptif adalah salah satu dari metode analisis, dengan cara data disusun dan dikelompokkan, kemudian dianalisis sehingga diperoleh gambaran tentang masalah yang dihadapi dan untuk menjelaskan hasil perhitungan.

b. Analisis Faktor

Analisis faktor digunakan untuk mereduksi faktor sehingga didapat faktor-faktor utama yang membentuk Disonansi Kognitif Konsumen Pemilik Ponsel Blackberry Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Dalam penelitian ini, analisis faktor menggunakan bantuan aplikasi software SPSS 15.0 for WindowsEvaluation Version.

Proses dasar dari analisis faktor, adalah:

1. Menentukan variabel yang akan dianalisis. Dalam penelitian ini, variabel yang akan dianalisis adalah variabel Emosional (Emotional) yang terdiri dari 15 faktor yaitu telah membuat sesuatu yang salah (1), merasa putus asa (2), merasa menyesal (3), merasa kecewa dengan diri sendiri (4), merasa takut(5), merasa hampa (6), merasa marah (7), merasa cemas atau khawatir (8), merasa kesal atau jengkel (9), merasa frustrasi (10), merasa sakit hati (11), merasa depresi (12), merasa marah dengan diri sendiri (13), merasa muak (14), mendapat masalah (15). Variabel Kebijaksanaan Pembelian (Wisdom of Purchase) terdiri dari 4 faktor yaitu merasa bahwa telah melakukan hal yang tepat untuk membeli ponsel Blackberry (16), merasa bahwa sangat membutuhkan ponsel Blackberry (17), merasa bahwa seharusnya tidak perlu membeli suatu apapun (18), dan merasa bahwa telah membuat pilihan yang tepat (19). Variabel Perhatian setelah Transaksi (Concern Over the Deal) terdiri dari 3 faktor yaitu terkejut bahwa telah melakukan kesalahan dengan persetujuan yang dibuat (20), telah melakukan suatu ketololan (21), terkejut bahwa tenaga penjual telah membuat bingung (22).


(23)

2. Menguji variabel-variabel yang telah ditentukan dengan menggunakan metode

Bartlett test of sphercity serta pengukuran MSA (Measure of Sampling Adequacy). Hipotesis untuk signifikansi adalah:

Ho = Sampel (variabel) belum memadai untuk dianalisis lebih lanjut Hi = Sampel (variabel) sudah memadai untuk dianalisis lebih lanjut Kriteria dengan melihat probabilitas (signifikan):

Angka Sig.>0,05 maka Ho diterima Angka Sig,<0,05 maka Ho ditolak

Angka MSA berkisar antara 0 sampai 1, dengan kriteria:

MSA-1, variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel lain MSA>0,5, variabel masih bisa diprediksi dan bisa dianalis lebih lanjut

MSA<0,5, variabel tidak bisa diprediksi dan tidak bisa dianalisis lebih lanjut, atau dikeluarkan variabel lainnya.

Dasar MSA ini akan digunakan untuk menganalisis setiap variabel.

3. Hasil Anti Image Matrics perlu diperhatikan, khususnya pada angka korelasi yang bertanda a (arah diagonal dari kiri atas ke kanan bawah). Dengan kriteria angka MSA seperti dibahas di atas, maka apabila terlihat MSA variabel tidak memenuhi batas 0,5 maka variabel tersebut dikeluarkan kemudian pengujian diulang lagi. Misal ada lebih dari satu variabel yang mempunyai MSA di bawah 0,5 maka yang dikeluarkan adalah variabel dengan MSA terkecil, dan tentunya proses pengujian tetap diulang.

4. Melakukan proses inti pada analisis faktor, yakni factoring atau melakukan ekstraksi terhadap sekumpulan variabel yang ada, sehingga terbentuk satu atau lebih faktor. Banyak metode untuk melakukan proses ekstraksi, namun metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode yang paling populer digunakan yaitu Principal Component Analysis


(24)

5. Interpretasi atas faktor yang telah terbentuk, khususnya memberi nama atas faktor yang terbentuk tersebut yang dianggap bisa mewakili variabel-variabel anggota faktor tersebut.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Jurnal penelitian dengan judul “Analisis Pembentukan Disonansi Kognitif Konsumen Pemilik Mobil Toyota Avanza” dilakukan oleh Edwin Japarianto(2006), staf pengajar Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra, Surabaya. Penelitian ini mencoba untuk melihat pembentukan Disonansi Kognitif konsumen pada saat mereka memutuskan untuk membeli mobil Toyota Avanza. Disonansi kognitif memiliki tiga demensi yaitu, emotional, wisdom of purchase, concern over thedeal. Emotional ditinjau dari putus asa, menyesal, kecewa dengan diri anda sendiri, takut, hampa, marah dengan diri sendiri, muak dan mendapat masalah.

Wisdom of purchase ditinjau dari sangat membutuhkan mobil merek Toyota Avanza, perlu membeli mobil merek Toyota Avanza, telah membuat pilihan yang tepat, telah melakukan hal yang tepat untuk membeli mobil merek Toyota Avanza, sedangkan concern over the deal

ditinjau dari tidak merasa telah melakukan suatu ketololan, Tenaga Penjual tidak membuat mereka bingung, merasa nyaman dengan persetujuan yang telah dibuat. Menggunakan Analisis faktor hasil penelitian memunculkan 3 faktor utama pembentuk disonansi yaitu: pilihan tepat, keputusan tepat, persetujuan tepat.

Manalu (2008) dengan judul penelitian “Analisis Pembentukan Disonansi Kognitif

(Cognitive Dissonance) Konsumen Pemilik Ponsel Nokia berkamera pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Nomensen Medan”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang membentuk Disonansi Kognitif (Cognitive Dissonance)

Konsumen Pemilik Ponsel Nokia berkamera pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Nomensen Medan dan juga untuk mengetahui faktor-faktor utama yang membentuk Disonansi Kognitif (Cognitive Dissonance) Konsumen Pemilik Ponsel Nokia berkamera pada


(26)

Pada penelitian ini data primer diperoleh dari penyebaran kuesioner yang pengukurannya menggunakan skala likert dan diolah secara deskriptif dan statistik melalui analisis faktor yang menggunakan SPSS versi 14 for windows.

Hasil analisa faktor memunculkan lima faktor utama pembentuk disonansi yaitu: tiga faktor yang paling mampu membentuk Emosional (Emotional) adalah 3 faktor, yaitu Faktor keputusan tepat , faktor 2 harapan tepat, faktor 3 perasaan tepat, satu faktor yang paling mampu membentuk Kebijaksanaan Pembelian (Wisdom of Purchase) adalah faktor 4 keputusan tepat. Satu faktor yang paling mampu membentuk Perhatian setelah Transaksi (Concern Over the Deal) adalah faktor 5 persetujuan tepat.

Nasution (2008) dengan judul penelitian “ Analisis pembentukan Disonansi Kognitif Konsumen Pemilik Mobli Isuzu Panther pada PT Isuindomas Putra Medan”. Tjuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang membentuk disonansi kognitif konsumen pemilik mobil Isuzu Panther pada PT Isuindomas putra dan juga untuk mengetahui faktor-faktor utama yang membentuk disonansi kognitif konsumen pemilik mobil Isuzu Panther pada PT Isuindomas Putra.

Pada penelitian ini data primer diperoleh dari penyebaran kuesioner yang pengukurannya menggunakan skala Likert dan diolah secara deskriptif dan statistik melalui analisis faktor yang menggunakan SPSS versi 14 for windows.

Berdasarkan hasil penelitian melalui analisis faktor diketahui bahwa ke-22 faktor dari dimensi emosional,kebijaksanaan pembelian dan perhatian setelah transaksi mempunyai pengaruh negatif terhadap pembentukan disonansi kognitif konsumen pemilik mobil Isuzu Panther pada PT isuindomas Putra Medan atau dapat disimpulkan bahwa disonansi kognitif konsumen pemilik mobil Isuzu Panther rendah.Sedangkan dari 22 faktor dapat direduksi menjadi 5 faktor utama yaitu pilihan tepat,harapan tepat,perasaan tepat,keputusan tepat,dan persetujuan tepat.


(27)

B. Produk

Menurut Kotler (2003: 9), produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar yang bertujuan untuk memuaskan suatu kebutuhan dan keinginan.

1. Atribut Produk

Menurut Kotler (2003:127) “Atribut produk adalah unsur-unsur yang melekat pada sebuah produk berwujud maupun produk tidak berwujud. Atribut produk berwujud antara lain meliputi: desain, warna, ukuran, kemasan, dan sebagainya. Sedangkan atribut produk yang tidak berwujud antara lain meliputi: harga, jasa, atau layanan dan kualitas.”

2. Pengembangan Produk

Pengertian pengembangan produk oleh Radio Sunu (1990: 31): “Usaha peningkatan penjualan dengan cara mengembangkan produk yang lebih baik untuk pasar yang dikuasai sekarang melalui usaha”:

a. Mengembangkan fitur baru pada produk melalui usaha adaptasi, modifikasi, memperbesar atau memperkecil kombinasi fitur produk.

b. Membuat produk dengan kualitas yang berbeda-beda. c. Menambah produk dengan model dan ukuran lain. 3. Diferensiasi Produk

Diferensiasi adalah aktivitas untuk mendesain produk agar memiliki ciri khas yang membedakannya dengan produk pesaing. Dalam pemasaran, diferensiasi produk adalah kegiatan memodifikasi produk agar menjadi lebiha menarik. Diferensiasi ini memerlukan penelitian pasar yang cukup serius agar dapat benar-benar berbeda maka diperlukan pengetahuan tentang produk pesaing. Diferensiasi produk biasanya hanya mengubah sedikit karakter produk, antara lain kemasan atau tema promosi tanpa mengubah spesifikasi fisik produk, meskipun itu diperbolehkan.


(28)

Tujuan dari strategi diferensiasi adalah mengembangkan positioning yang tepat sesuai keinginan konsumen potensial yang ingin dituju. Jika pasar melihat perbedaan produk anda dengan produk pesaing, anda akan lebih mudah mengembangkan marketing mix untuk produk tersebut.

Diferensiasi produk yang berhasil adalah diferensiasi yang mempu mengalihkan basis persaingan dari harga ke faktor lain, seperti karakteristik produk, strategi distribusi atau variabel-variabel promotif lainnya. Kelemahan dari diferensiasi adalah perlunya biaya produksi tambahan dan iklan besar-besaran (Http://kopisusu.wordpress.com).

Menurut Kotler (2003:60) cara melakukan diferensiasi adalah sebagai berikut:

b. Produk (fitur, performa, kesesuaian, daya tahan, keandalan, kemapuan untuk diperbaiki, gaya, desain).

c. Jasa (pengiriman, pemasangan, pelatihan bagi pelanggan, konsultasi, perbaikan).

d. Tenaga kerja (kompensasi, keramahan, kredibiklitasm keandalan, kecepatan, dan kemampuan dalam memberikan respon, skill dalam berkomunikasi).

e. Citra (simbol, media tertulis dan audio/video, suasana, peristiiwa).

Mowen dan Michael (2002:55), mengatakan bahwa diferensiasi produk (product differentiation) adalah proses memanioulasi bauran pemasaran untuk menempatkan sebuah merek, sehingga pera konsumen dapat merasakan perbedaan yang berarti antara merek tersebut dengan merek pesaing.

4. Macam-macam Diferensiasi

Menurut Kotler (2003: 329-332), diferensiasi produk dapat dibedakan menjadi: a. Bentuk

b. Keistimewaan c. Mutu Kinerja


(29)

d. Mutu Kesesuaian e. Daya Tahan f. Keandalan

g. Mudah Diperbaiki h. Gaya

i. Rancangan

C. Perilaku Konsumen

Menurut Nugroho (2003:3): “Perilaku Konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan,mengkonsumsi,dan menghabiskan produk atau jasa,termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini.”

Menurut American Marketing Association “Perilaku konsumen merupakan interaksi dinamis antara afeksi dan kognitif,perilaku,dan lingkungannya dimana manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam hidup mereka.” Sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen dalam memilih maupun membeli suatu produk pasti melalui proses yang cukup rumit.Dikatakan rumit karena banyak variasai produk dan infromasi baik positif dan negatih suatu produk.

D. Buying Behavior

Menurut Kotler (2003: 201) definisi dari Buying Behavior adalah sebagai berikut: “A Significant differences between brand few differences between brand”.

Kotler membagi Buying Behavior kedalam empat tipe sebagai berikut:


(30)

Complex Buying Behavior memerlukan keterlibatan yang tinggi dalam pembelian dengan berusaha menyadari perbedaan-perbedaan yang jelas di antara merek-merek yang ada. Biasanya konsumen tidak tahu terlalu banyak tentang kategori produk dan harus berusaha untuk mengetahuinya. Sehingga pemasar harus menyusun strategi untuk memberikan informasi kepada konsumen tentang atribut produk, kepentingannya, tentang merek perusahaan, dan atribut penting lainnya.

2. Dissonance Reducing Buying Behavior

Dissonance reducing buying behavior mempunyai ketrlibatan yang tinggi dan konsumen menyadari hanya terdapat sedikit perbedaan di antara berbagai merek. Pembeli biasanya mempunyai respon terhadap harga atau yang memberikan kenyamamanan. Konsumen akan memperhatikan informasi yang mempengaruhi keputusan pembelian mereka.

3. Habitual Buying Behavior

Dalam Habitual buying behavior, konsumen membeli suatu produk berdasarkan kebiasaan, bukan berdasarkan kesetiaan terhadap merek. Pemasar dapat membuat keterlibatan antara produk dan konsumennya, misalnya dengan menciptakan produk yang melibatkan situasi atau emosi personal melalui iklan. Misalnya dengan memberi tambahan vitamin pada minuman, dan sebagainya.

4. Variety Seeking Buying Behavior

Perilaku ini memiliki keterlibatan yang rendah, namun masih terdapat perbedaan merek yang jelas. Perilaku demikian biasanya terjadi pada produk-produk yang sering dibeli, harga murah, dan konsumen sering mencoba merek-merek baru.


(31)

D. Cognitive Dissonance

Menurut Salomon (2001:42), Teori Disonansi Kognitif adalah salah satu dari pendekatan terhadap tingkah laku yang paling penting berdasarkan pada prinsip konsistensi. Menurut Salomon, Teori Disonansi Kognitif mengemukakan bahwa orang termotivasi untuk mengurangi keadaan negatif dengan cara membuat keadaan sesuai satu dengan yang lainnya. Elemen kognitif adalah sesuatu yang dipercayai oleh seseorang bisa berupa dirinya sendiri, tingkah lakunya, atau juga pengamatan terhadap sekelilingnya. Pengurangan disonansi dapat timbul baik dengan menghilangkan, menambah, atau mengganti elemen-elemen kognitif.

Cognitive dissonance dideskriipsikan sebagai suatu kondisi yang membingungkan, yang terjadi pada seseorang ketika kepercayaan mereka tidak sejalan bersama. Kondisi ini mendorong mereka untuk merubah pikiran, persaan, dan tindakan mereka agar sesuai dengan pembaharuan. Disonansi dirasakan ketika seseorang berkomitmen pada dirinya sendiri dalam melakukan suatu tindakan yang tidak kosisten dengan perilaku dan kepercayaan mereka ayng lainnya (East, 2001: 178).

Menurut Festinger, Cognitive Dissonance Theory dibentuk dalam dua konsep yaitu: 1. Seseorang lebih suka untuk konsekuen dengan cognitions mereka dan tidak suka menjadi

tidak konsisten dalam pemikiran, kepercayaan, emosi, nilai, dan sikap.

2. Disonansi terbentuk dari ketidaksesuaian psychological, lebih dari ketidaksesuaian akan meningkatkan disonansi yang lebih tinggi.

Disonansi adalah konsep psycological yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan dan mengharapkan dampak yang bisa diukur. Adanya informasi baik informasi yang positif maupun negatif akan membuat konsumen merasa dihadapkan pada suatu kondisi yang membingungkan, dimana kepercayaan mereka tidak sejalan bersama. Hal inilah yang akan menimbulkan disonansi (Setiadi, 2003:230).


(32)

Biasanya, pembeli akan mengalami kecemasan purna beli pada setiap pembelian yang dilakukan kecuali pembelian yang sudah rutin. Leon Festinger memberi nama keadaan cemas ini sebagai disonansi kognitif. Dia berteori bahwa manusia berusaha ciptakan harmoni di dalam dan ketaatan asas (consistency) dalam kognisinya (pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai-nilai). Setiap penyimpangan dlam kognisi-kognisi ini disebut disonansi.

Disonansi kognitif purna beli terjadi karena setiap alternatif yang dihadapi oleh konsumen mempunyai kelebihan dan kekurangan. Biasanya setelah keputusan beli dibuat, masalah yang dihadapi konsumen adalah alternatif yang dipilih memperulihatkan kekurangan sedangkan alternatif yang ditolak justru menunjukkan beberapa faktor yang menarik. Artinya, aspek-aspek negative dari barang yang terpilih dengan aspek-aspek positif dari produk yang ditolak menimbulkan disonansi kognitif bagi pembeli.

Festinger kemudian mengembangkan beberapa hipotesa tentang intersitas dari disonansi kognitif. Disonansi meningkat bila:

a. nilai uang dari pembelian meningkat

b. daya tarik relatif (relative attractiveness) dari alternatif yang tak dipilih meningkat

c. nilai penting relatif dari keputusan meningkat (membeli sebuah rumah atau mobil lebih banyak menimbulkan disonansi dibandingkan hanya membeli sebuah permen).

Beberapa kesimpulan umum yang berguna dapat dikembangkan dari teori ini. Misalnya, segala sesuatu yang dapat dilakukan oleh penjual dlam periklanan mereka atau penjualan ke perorangan yang bertujuan untuk meyakinkan pembeli dengan menekankan aspek-aspek yang menarik dari sebuah produk akan mengurangi disonansi. Pengurangan ini akan menguntungkan konsumen dan menambah kemungkinan untuk terjadinya pembelian ulang, (William,2001:166-167).


(33)

Penelitian 22 item yang didesain oleh Sweeney, Hausknecht dan Soutar (2000:369-385) menyatakan bahwa Cognitive Dissonance dapat diukur dengan tiga dimensi yaitu:

Emotional, Wisdom of Purchase, dan Concern Over the Deal. Emotional adalah ketidaknyamanan psikologis yang dialami seseorang terhadap keputusan pembelian. Wisdom of purchase adalah ketidaknyamanan yang dialami seseorang setelah transaksi pembelian, dimana mereka bertanya-tanya apakah mereka telah memilih produk yang sesuai. Concern Over the Deal adalah ketidaknyamanan yang dialami seseorang setelah transaksi pembelian, dimana mereka bertanya apakah mereka telah dipengaruhi oleh tenaga penjual yang bertentangan dengan kemauan atau kepercayaan mereka. Dimensi ini menghasilkan 22 item

yang dapat digunakan untuk mengukur Cognitive Dissonance. Tiga dimensi dari 22 item

tersebut bukan hal yang baru untuk mengukur Cognitive Dissonance karena sudah digunakan Soutar dan Sweeney (2000:227-247) untuk mengukur Cognitive Dissonance pada penelitian sebelumnya.

2. Postpurchase Dissonance

Berdasarkan Teori Cognitive Dissonance, ketidaksenangan atau ketidaksesuaian muncul ketika seseorang konsumen memegang pemikiran yang bertentangan mengenai suatu kpercayaan atau suatu sikap. Contohnya: ketika konsumen telah membuat suatu komitmen memberi uang muka atau memesan sebuah produk, terutama sekali untuk produk yang mahal seperti kendaraan bermotor atau komputer. Mereka sering mulai merasa disonansi kognitif ketika mereka berpikir tentang keunikannya, kualitas positif dari merek yang tidak dipilih. Dissonansi kognitif yang timbul setelah terjadinya pembelian disebut Postpurchase Dissonance. Dimana pada postpurchase dissonance, konsumen memiliki perasaan yang tidak nyaman mengenai kepercayaan mereka, perasaan yang cenderung untuk memecahkannya


(34)

dengan merubah sikap mereka agar sesuai dengan perilaku mereka (Schiffman dan Kanuk, 2005: 219-220).


(35)

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Blackberry pertama kali diperkenalkan pada tahun 1997 oleh perusahaan Kanada, Research In Motion (RIM). Didirikan oleh seorang imigran Yunani di kota Waterloo, Kanada.

A. Sejarah RIM (Research In Motion)

Kisah sukses Research In Motion Ltd, berawal dari seorang pemuda Yunani bernama Mike Lazardis, yang pada tahun 1967 berimigrasi dari Turki ke Kanada untuk mewujudkan mimpi dan merubah nasibnya. Ia sempat kuliah di Universitas Waterloo, mendalami Teknik Elektro, namun karena sesuatu hal ia dikeluarkan.

Pada tahun 1984, dengan modal pinjaman dari teman dan keluarganya, Lazarsis dan dua temannya mendirikan RIM di Waterloo, Ontario Kanada. Kontrak kerja pertamanya datang dari General Motor Kanada untuk mengerjakan otomatisasi industri. Pada tahun pertamanya, dari berbagai kontrak kerja, RIM berhasil mendapatkan penghasilan $1 juta dengan karyawan sekitar 12 orang.

Pada tahun 1987, RIM menerima kontrak dari Roger Cantel Mobile Comminications, operator pager dan telepon seluler. Dalam kontraknya, RIM bertugas mencari tahu potensi dari sistim jaringan digital nirkabel baru yang di kenalkan Ericsson. RIM berhasil membuat modem radio nirkabel berukuran mini pada tahun 1990. Modem buatan RIM banyak dipakai oleh perusahaan untuk berbagai produk dari komputer sampai mesin penjual otomatis.

Pada tahun 1991 RIM mengembangkan software untuk mendukung sistim e-mail nirkabel. RIM bekerja sama dengan dua perusahaan besar seperti Ericsson, dan Anterior Technologi. Ericsson berhasil mengenalkan modem radio portabel th 1992, Anterior


(36)

Technologi bertugas menyediakan gateway untuk sistim e-mail sementara RIM akan meyediakan aplikasi pemograman. Kerjasama tiga pihak ini berhasil menciptakan sistim e-mail nirkabel dengan konektivitas tak terputus.

Pada tahun 1996, RIM dalam mengembangkan bisnis perangkat e-mail nirkabel mengenalkan pager yg di beri nama Inter@ctive pager. Saat diluncurkan ke publik tahun 1997, Inter@ctive pager yang dijual seharga $675 menjadi produk yang sangat populer dan digemari.

Pada tahun 1998 RIM mendapat banyak kontrak untuk membuat Inter@ctive pager bagi banyak perusahaan besar seperti IBM, Panasonic Corp, Mobile Integrated Technologies, dan Telxon Corp. Akhhir 1998 RIM mengenalkan versi upgrade dari Inter@ctive pager yang lebih hebat, kecil, murah dan punya daya tahan lebih lama.

Setelah dua produk Inter@ctive pager sukses di pasaran, akhirnya pada tahun 1999, RIM memutuskan untuk fokus di perangkat e-mail koorporat dengan mengenalkan produk barunya, yaitu BlackBerry.Sejak saat itu BlackBerry terus berkembang baik dari sisi perangkatnya yang makin canggih, solusi layanan, serta perusahaan hardware dan software yang mendukungnya.

B. Profil Blackberry

BlackBerry ingin dinamakan pocket link sebuah nama yang fungsional tapi membosankan, kemudian juga hampir dinamakan Strawberry, karena mirip dengan buah strawberry, tapi terkesan terlalu jinak, Sehingga dinamakan Blackberry, nama yang akrab tapi cerdas.

Blackberry pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada pertengahan Desember 2004 oleh operator Indosat dan perusahaan Starhub. Perusahaan Starhub merupakan pengejewantahan dari RIM yang merupakan rekan utama Blackberry. Di Indonesia, Starhub menjadi bagian dari layanan dalam segala hal teknis mengenai instalasi Blackberry melalui


(37)

operator Indosat. Indosat menyediakan layanan Blackberry Internet Service dan Blackberry Enterprise Server.

Pasar Blackberry kemudian diramaikan oleh dua operator besar lainnya di tanah air yakni Excelkom dan Telkomsel. Excelkom menyediakan dua pilihan layanan yaitu

Blackberry Internet Service dan Blackberry Enterprise Server+ (BES+).

BES+ adalah layanan gabungan dari BES dan BIS, ditujukan bagi pelanggan korporasi sehingga pelanggan dapat menerima dan mengirim email kantor yang berbasis

Microsoft Exchange, Novel Wise, Lotus Domino dan 10 akun e-mail berbasis POP3/IMAP melalui telepon genggam. Sementara, operator Telkomsel hanya menyediakan Blackberry sebagai bagian dari layanan korporasi dengan Blackberry Enterprise Server.

Layanan Blackberry hanya bisa diakses melalui smartphone Blackberry saja. Tetapi seiring dengan berjalannya waktu, ketiga operator ini telah menyediakan fasilitas Blackberry Connect yang memungkinkan Blackberry Internet Solution diakses melalui smartphone jenis lain seperti Nokia (N-9500, N-9300, N-9300i, E61), Sony Ericsson P910i, M600i, Palm Treo, Dopod, dan lainnya.

C. Logo Blackberry

Sumber: www.mobile88.co.id(20Mei,2010)


(38)

D. Jenis-jenis Blackberry

1. BlackBerry Bold 9700 (ONYX)

Sumber: www.mobile88.co.id(20Mei,2010)

Gambar 3.2 Blackberry Onyx

BlackBerry Bold 9700 ONYX Bold II memiliki design yang lebih manis dan lebih slim ketimbang Bold pertama 9000, designnya lebih mendekati Javelin. Namun memiliki kemampuan yang oke dengan kecepatan internet wireless 3,6 Mbps HSDPA di jaringan 3G. Sehingga download data dan browsing aplikasi semakin lebih cepat. Perbedaan yang utama selain design, di Bold pertama adalah sistem navigasinya, Onyx tidak lagi menggunakan trackball, tetapi mengandalkan touch-sensitive optical trackpad serta Full QWERTY keyboard. Ini sama dengan BlackBerry Gemini. Dengan design lebih ramping dan elegan, serta memiliki kemampuan internet wireless yang kenceng, maka diperkirakan Bold 2 ini akan mendapatkan pangsa pasar yang lebih maksimal ketimbang Bold 9000, dan desingnya tidak membedakan gender lagi, alias cocok untuk digunakan pria dan wanita.


(39)

2. Blackberry Gemini

Sumber: www.mobile88.co.id(20Mei,2010)

Gambar 3.3 Blackberry Gemini

Blackberry Gemini atau yang lebih dikenal dengan nama Blackberry 9300 merupakan smartphone terbaru yang akan dirilis. Dari segi tampilan ponsel smartphone ini begitu nampak sama dengan versi Blackberry 8900 Curve, tapi tentunya ada perbedaan dari kedua ponsel smartphone tersebut, karena BlackBerry Gemini 9300 dibekali dengan layar yang lebih besar dan telah mendukung fasilitas 3G.

3. Blackberry Javelin

Sumber: www.mobile88.co.id(20Mei,2010)

Gambar 3.4 Blackberry Javelin

Berita terbaru Blackberry kali ini mengangkat informasi tentang Javelin. Secara bentuk, Javelin tidaklah jauh berbeda dengan produk-produk Blackberry sebelumnya. Yang


(40)

membedakan, layarnya jauh lebih lebar dan lega (480 x 360 pixel), tentunya untuk menyaingi ponsel lain yang memang menawarkan keindahan display yang memanjakan mata. Selain layar, Javelin sepertinya akan menggunakan prosesor baru, tidak lagi Intel Xscale. Prosesor bernama ArgonV ini belum kami dapatkan informasi lebih lanjut, apakah juga produk Intel atau bukan. Fitur lain cukup standar untuk Blackberry. Sayangnya ponsel ini tidak mengakomodasi keunggulan konektivitas 3G atau HSDPA. Mungkin orang di Amerika Serikat dan Kanada sudah cukup puas berinternet menggunakan koneksi WiFi yang lebih handal.

4. Blackberry Storm

Sumber: www.mobile88.co.id(20Mei,2010)

Gambar 3.5 Blackberry Storm

kebanyakan ponsel cerdas dengan fitur layar sentuh, tampilan depan BlackBerry Storm ini dipenuhi oleh layar LCD-nya yang memiliki luas 3,25 inci. Layar ini ditempatkan tepat di tengah tampilan depan smartphone ini dengan speaker dan beberapa tombol berada di bagian atas dan bawah dari layar ini.

BlackBerry Storm ini memiliki layar LCD-nya. Meski lebih kecil dari ukuran layar

iPhone, namun layar Storm ini memiliki resolusi yang lebih tinggi. Dengan resolusi 480 x 360 pixel jelas tampilan layar ini jadi lebih tajam. Selain tajam, tampilan layar ini juga


(41)

terlihat jernih dengan warna-warna yang terlihat 'hidup'. Yang lebih menarik lagi adalah kemampuan multi-touch screen ini melakukan highlight atau hover tanpa harus memilih menu tersebut. Artinya untuk memilih aplikasi dari menu Anda harus benar-benar menekan

icon tersebut layaknya Anda menekan tombol. Ini sangat berguna saat Anda harus mengakses situs dengan tombol navigasi yang saling berdekatan.

5. Blackberry Bold

Sumber: www.mobile88.co.id(20Mei,2010)

Gambar 3.6 Blackberry Bold 9000

BlackBerry Bold 9000 merupakan penyempurnaan dari versi Blackberry sebelumnya yaitu curve. Hadir dengan dimensi 114 mm x 66 mm x 15 mm, Blackberry Bold 9000 didesain kokoh dan elegan, disesuaikan dengan pasar produknya yaitu kalangan korporat dan eksekutif muda.

fitur unggulan Blackberry yang unggul yaitu push e-mail, kini Blackberry Bold 9000 juga dilengkapi dengan fitur pencari sinyal wi-fi yang memungkinkannya untuk dapat menangkap sinyal wi-fi dan menggunakannya untuk mengakses data. Ini merupakan salah


(42)

satu keunggulan dari Blackberry Bold 9000 dibandingkan handset Blackberry yang satu generasi dengannya yaitu Blackberry Storm.

6. Blackberry Tour

Sumber: www.mobile88.co.id(20Mei,2010)

Gambar 3.7 Blackberry Tour

Research In Motion (RIM) mengungkap jajaran Blackberry terbarunya dengan nama Blackberry Tour. Handset terbaru RIM ini ditujukan untuk memenangkan pangsa pasar di segmen eksekutif maupun konsumen mainstream. BlackBerry Tour diklaim sebagai persilangan dari Blackberry Curve yang populer di kalangan konsumen umum dengan BlackBerry Bold yang menyasar pasar korporat. Secara fisik bentuk Tour tidak berbeda drastis dengan handset BlackBerry lainnya, dengan bentuk candy bar dan juga keberadaan keyboard QWERTY. Namun Balsillie mengklaim produk BlackBerry Tour adalah langkah besar bagi RIM. RIM menyebut Tour sebagai 'ponsel dunia' karena handset itu bisa dengan mudahnya mengakses layanan data dan suara pada jaringan yang berada di luar negara pengguna.


(43)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Analisis data pada penelitian ini mengunakan uji validitas dan reliabilitas,analisis deskriptif dan analisis faktor. Uji Validitas dan relibilitas dalam penelitian ini digunakan untuk melihat apakah angket yang disebarkan layak dilakukan sebagai instrumen penelitian, jika instrumen tersebut valid dan reliabel maka instrumen penelitian tersebut layak untuk diukur. Metode analisis deskriptif dalam penelitian ini merupakan uraian atau penjelasan dari hasil pengumpulan data primer berupa angket yang telah diisi oleh responden. Sedangkan metode analisis faktor digunakan untuk mereduksi faktor-faktor sehingga masing-masing variabel dapat diwakili oleh beberapa faktor saja. Berikut ini adalah analisis dan evaluasi data penelitian menggunakan uji validitas dan reliabilitas,analisis deskriptif dan analisis faktor.

A. Uji Validitas dan Reliabilitas

Kualitas hasil penelitian yang baik sudah semestinya diperoleh jika rangkaian penelitian dilakukan dengan baik. Perencanaan yang matang mutlak dengan alat penelitian seperti daftar pertanyaan yang digunakan harus dalam kondisi baik. Valid artinya data-data yang diperoleh dengan penggunaan instrumen penelitian dapat menjawab tujuan penelitian. Reliabel artinya data yang diperoleh konsisten atau stabil. Agar data yang diperoleh valid dan reliabel maka dilakukan uji validitas dan reliabilitas.Untuk melakukan uji validitas dan reliabilitas dilakukan terhadap 30 orang sampel.

1. Uji Validitas

Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan SPSS 15.0 for windows dengan kriteria sebagai berikut:


(44)

a. Jika rhitung positif dan rhitung > rtabel maka butir pernyataan tersebut valid.

b. Jika rhitung negative atau rhitung < rtabel maka butir pernyataan tersebut tidak valid. c. rhitung dapat dilihat pada kolom Corrected Item-Total Correlation.

Tabel 4.1

Uji Validitas

Item-Total Statistic

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

VAR00001 43,9333 151,237 ,428 ,945

VAR00002 44,3000 146,493 ,796 ,939

VAR00003 44,4000 147,214 ,786 ,939

VAR00004 44,4667 150,740 ,608 ,942

VAR00005 44,3000 152,355 ,525 ,943

VAR00006 44,5667 156,392 ,500 ,943

VAR00007 44,2667 147,720 ,713 ,940

VAR00008 44,2667 150,823 ,589 ,942

VAR00009 43,6000 139,214 ,732 ,940

VAR00010 44,1333 147,223 ,683 ,940

VAR00011 44,2667 151,582 ,585 ,942

VAR00012 44,5333 149,982 ,766 ,940

VAR00013 44,5333 152,257 ,625 ,942

VAR00014 44,1333 142,395 ,783 ,939

VAR00015 43,5667 142,944 ,673 ,941

VAR00016 44,0000 146,759 ,776 ,939

VAR00017 44,0667 152,202 ,459 ,944

VAR00018 44,1000 150,714 ,682 ,941

VAR00019 44,1667 149,454 ,652 ,941

VAR00020 44,2667 150,271 ,657 ,941

VAR00021 44,4667 153,982 ,602 ,942

VAR00022 43,9667 147,895 ,675 ,941

Sumber: Hasil pengolahan data primer (Kuesioner, SPSS versi 15.0, 2010)

Penyebaran kuisioner khusus dalam uji validitas dan reliabilitas diberikan kepada 30 orang diluar responden penelitian. Nilai tabel r dengan ketentuan df = jumlah kasus = 30 dan tingkat signifikansi sebesar 5%, angka yang diperoleh = 0,361.:

Corrected item total correlation menunjukkan korelasi antara skor item dengan skor total item yang dapat digunakan untuk menguji validitas instrumen. Untuk mengetahui validitas pada setiap pertanyaan, maka nilai pada kolom Corrected item total correlation


(45)

yang merupakan nilai rhitung dibandingkan dengan rtabel. Adapun pada α = 0,05 dengan derajat bebas df = 30, sehingga r (0,05;30), diperoleh rtabel adalah 0,361.

Interpretasi item total statistic adalah:

1. Scale mean if item deleted menerangkan nilai rata-rata total jika variabel tersebut dihapus, misalnya jika pernyataan (item) 2 dihapus maka rata-rata variabel sebesar 54,3 ; jika pernyataan (item) 3 dihapus maka rata-rata variabel bernilai 54,2 dan seterusnya. 2. Scale variance if item deleted menerangkan besarnya variance total jika variabel (butir)

tersebut dihapus. Misalnya item 2 dihapus maka besarnya adalah 24.7 sedangkan jika variabel (butir) item 3 dihapus adalah 26,8 dan seterusnya.

3. Corrected item-total correlation merupakan korelasi antar skor item dengan skor total item yang dapat digunakan untuk menguji validitas instrumen. Nilai pada kolom

Corrected Item-Total Correlation merupakan nilai rhitung yang akan dibandingkan dengan rtabel untuk mengetahui validitas pada setiap butir pernyataan. Jumlah kasus adalah 30; nilai tabel r dengan tingkat signifikansi sebesar 5% adalah 0,361.

Tabel 4.2

Validitas Instrumen II

No. Butir Instrumen

Corrected item total correlation

R tabel Keputusan

1 0,428 0,361 Valid

2 0,796 0,361 Valid

3 0,786 0,361 Valid

4 0,608 0,361 Valid

5 0,525 0,361 Valid

6 0,500 0,361 Valid

7 0,713 0,361 Valid

8 0,589 0,361 Valid

9 0,732 0,361 Valid

10 0,683 0,361 Valid

11 0,585 0,361 Valid

12 0,766 0,361 Valid


(46)

14 0,783 0,361 Valid

15 0,673 0,361 Valid

16 0,776 0,361 Valid

17 0,456 0,361 Valid

18 0,682 0,361 Valid

19 0,652 0,361 Valid

20 0,657 0,361 Valid

21 0,602 0,361 Valid

22 0,675 0,361 Valid

Sumber: Hasil pengolahan data primer (Kuesioner, SPSS versi 15.0, 2010) Ketentuan untuk pengambilan keputusan:

1. Jika rhitung > rtable, maka pertanyaan dinyatakan valid. 2. Jika rhitung < rtable, maka pertanyaan dinyatakan tidak valid.

3. rhitung dapat dilihat pada kolom Corrected Item-Total Correlation.

Penulis melakukan pengujian validitas terhadap seluruh pernyataan telah valid yaitu nilai Corrected item total correlation seluruhnya telah bernilai lebih besar dari 0,361. Maka seluruh pernyataan dalam penelitian dinyatakan valid.

1. Uji Reliabilitas

Reliabilitas diartikan sebagai keterpercayaan, keterandalan atau konsistensi. Hasil suatu pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, artinya mempunyai konsistensi pengukuran yang baik, dan suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel.

Pengujian dilakukan dengan menggunakan SPSS 15 for windows dengan kriteria sebagai berikut :

a. Jika ralpha positif atau lebih besar dari rtabel maka dinyatakan reliabel.


(47)

Hasil pengolahan dari uji reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 4.3

Tabel 4.3

Uji Validitas

Item-Total Statistic

Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item

Deleted

Telah salah 43,9333 151,237 ,428 ,945

Putus asa 44,3000 146,493 ,796 ,939

Menyesal 44,4000 147,214 ,786 ,939

Kecewa 44,4667 150,740 ,608 ,942

Takut 44,3000 152,355 ,525 ,943

Hampa 44,5667 156,392 ,500 ,943

Marah1 44,2667 147,720 ,713 ,940

Cemas 44,2667 150,823 ,589 ,942

Kesal 43,6000 139,214 ,732 ,940

Frustrasi 44,1333 147,223 ,683 ,940

Sakit hati 44,2667 151,582 ,585 ,942

Depresi 44,5333 149,982 ,766 ,940

Marah 2 44,5333 152,257 ,625 ,942

Muak 44,1333 142,395 ,783 ,939

Masalah 43,5667 142,944 ,673 ,941

Melakukan hal yang

tidak tepat 44,0000 146,759 ,776 ,939

Merasa tidak

membutuhkan 44,0667 152,202 ,459 ,944

Merasa tidak perlu 44,1000 150,714 ,682 ,941

Merasa pilahan tidak

tepat 44,1667 149,454 ,652 ,941

Persetujuan yang salah 44,2667 150,271 ,657 ,941

Melakukan ketololan 44,4667 153,982 ,602 ,942

Merasa bingung 43,9667 147,895 ,675 ,941

Sumber: Hasil pengolahan data primer (Kuesioner, SPSS versi 15.0, 2010)

Tabel 4.3. memperlihatkan bahwa semua variabel reliabel karena nilai Cronbach’s Alpha

diatas 0,361.

Tabel 4.4 Reliability Statistic

Cronbach's Alpha N of Items

.944 22


(48)

Dari Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa nilai ralpha sebesar 0,944 dan rtabel sebesar 0,80. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai ralpha positif dan lebih besar dari rtabel (0,944 > 0,80) maka kuisioner tersebut dinyatakan reliabel dan dapat digunakan untuk penelitian.

Tabel 4.5

Reliabilitas Instrumen

No.Butir Instrumen

Cronbach's Alpha if Item Deleted

Cronbach's Alpha Keputusan

1 .945 0.80 Reliabel

2 .939 0.80 Reliabel

3 .939 0.80 Reliabel

4 .942 0.80 Reliabel

5 .943 0.80 Reliabel

6 .943 0.80 Reliabel

7 .940 0.80 Reliabel

8 .942 0.80 Reliabel

9 .940 0.80 Reliabel

10 .940 0.80 Reliabel

11 .942 0.80 Reliabel

12 .940 0.80 Reliabel

13 .942 0.80 Reliabel

14 .939 0.80 Reliabel

15 .941 0.80 Reliabel

16 .939 0.80 Reliabel

17 .944 0.80 Reliabel

18 .941 0.80 Reliabel

19 .941 0.80 Reliabel

20 .941 0.80 Reliabel

21 .942 0.80 Reliabel

22 .941 0.80 Reliabel

Sumber: Hasil pengolahan data primer (Kuesioner, SPSS versi 15.0, 2010)

Ketentuan untuk pengambilan keputusan yaitu menurut Kuncoro, (2008:40) menyatakan instrumen dapat dikatakan reliabel (andal) bila memiliki nilai Cronbach Alpha > 0,80. Tabel 4.6 dapat dilihat nilai Cronbach Alpha > 0,80. maka setiap variabel dinyatakan reliabel.


(49)

B.Analisis Deskriptif 1. Deskriptif Responden

Metode ini merupakan suatu metode analisis dimana data yang dikumpulkan pertama disusun, diklasifikasikan dan dianalisis sehingga akan memberikan gambaran yang jelas mengenai masalah yang sedang diteliti. Analisis deskriptif dalam penelitian ini merupakan uraian atau penjelasan dari hasil pengumpulan data primer berupa kuesioner yang telah diisi oleh responden penelitian. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini diukur dalam Skala Likert untuk mengetahui 22 item yang membentuk disonansi kognitif konsumen pemilik ponsel Blackberry pada mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Responden penelitian adalah Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Gambaran karakteristik sampel dalam penelitian ini dapat dilihat dari uraian sebagai berikut:

a. Karakteristik Sampel berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.6 memberikan gambaran mengenai Jenis Kelamin sampel berdasarkan hasil penelitian melalui kuesioner.

Tabel 4.6

Karakteristik Sampel berdasarkan jenis Kelamin

Karakteristik Jumlah

Responden % Total (%)

Laki-laki 30 30%

Jenis Kelamin

Perempuan 66 70% 100%

Sumber: hasil pengolahan data primer (Kuesioner, SPSS 15.0, 2010)

Berdasarkan Tabel 4.6 dapat disimpulkan bahwa yang menjadi responden dalam penelitian ini yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 30 orang dengan persentase sebesar 30% dan responden perempuan sebanyak 66 orang dengan persentase sebesar 70%. Hal ini menunjukkan bahwa para responden umumnya memiliki jenis kelamin perempuan.


(50)

b. Karakteristik Sampel Berdasarkan Tipe Blackberry Tabel 4.7

Karakteristik Sampel Berdasarkan Tipe Blackberry

Karakteristik Jumlah Responden % Total (%) Curve 23 24%

Bold 29 30%

Onyx 25 26% Javelin 14 7% Provider Kartu

Seluler yang dipakai

Tour 5 3% 100%

Sumber: Hasil pengolahan data primer (Kuesioner, SPSS 15.0, 2010)

Berdasarkan Tabel 4.7 dapat disimpulkan bahwa responden dalam penelitian ini yang memakai ponsel Blackberry dengan tipe Curve sebanyak 24 orang. Responden yang memakai ponsel Blackberry dengan tipe Bold sebanyak 29 orang. Responden yang memakai ponsel Blackberry dengan tipe Onyx sebanyak 25 orang. Responden yang memakai ponsel Blackberry dengan tipe Javelin sebanyak 14 orang. Responden yang memakai ponsel Blackberry dengan tipe Tour sebanyak 5 orang.

2. Deskriptif Variabel a. Variabel Emosional

Emosional adalah ketidaknyamanan psikologis yang dialami seseorang terhadap keputusan pembelian. Indikatornya yaitu setelah melakukan pembelian konsumen merasakan: telah melakukan sesuatu yang salah (1), putus asa (2),menyesal (3), kecewa dengan diri sendiri (4), takut (5), hampa (6), marah (7),cemas (8),kesal (9),frustasi (10), sakit hati (11), depresi (12), marah dengan diri sendiri (13), muak (14), dan mendapat masalah (15). Tanggapan dari konsumen pemilik ponsel Blackberry

Tabel 4.8

Distribusi Pendapat Responden terhadap Variabel Emosional (Emotional) Frekuensi Persentasi Indikator

Penelitian 5 4 3 2 1

Total

Frekuensi 5 4 3 2 1

Total Persen


(51)

2 0 1 21 38 36 96 0 1 22 40 37 100

3 0 3 7 48 38 96 0 3 7 50 40 100

4 0 8 6 44 38 96 0 8 6 46 40 100

5 0 1 17 44 34 96 0 1 18 46 35 100

6 0 0 7 50 39 96 0 0 7 52 41 100

7 0 2 16 43 35 96 0 2 17 45 37 100

8 0 5 14 49 28 96 0 5 15 51 29 100

9 3 17 1 49 26 96 3 18 1 51 27 100

10 0 4 6 49 37 96 0 4 6 51 39 100

11 0 2 4 53 37 96 0 2 4 55 39 100

12 0 1 1 48 46 96 0 1 1 50 48 100

13 0 0 5 45 46 96 0 0 5 47 48 100

14 2 10 15 38 31 96 2 10 16 40 32 100

15 1 20 12 41 22 96 1 21 12 43 23 100

Sumber : Data primer (diolah penulis, 2010)

Berdasarkan data dari Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa tanggapan responden terhadap pertanyaan merasa telah membuat sesuatu yang salah mendapat tanggapan sangat tidak setuju dengan frekuensi 32 orang, tanggapan tidak setuju dengan frekuensi 37 orang, tanggapan kurang setuju dengan frekuensi 20 orang, tanggapan setuju dengan frekuensi 5 orang, tanggapan sangat setuju dengan frekuensi 2 orang. Sebagian besar sampel memberikan jawaban tidak setuju atas pertanyaan merasa membuat sesuatu yang salah sehingga dapat disimpulkan bahwa responden tidak merasa telah membuat sesuatu yang salah.

Responden memberi tanggapan terhadap pertanyaan merasa putus asa mendapat tanggapan sangat tidak setuju dengan frekuensi 36 orang, tanggapan tidak setuju dengan frekuensi 38 orang, tanggapan kurang setuju dengan frekuensi 21 orang, tanggapan setuju dengan frekuensi 1 orang, dan tanggapan sangat setuju dengan frekuensi 0. Sebagian besar responden memberi jawaban tidak setuju atas pertanyaan putus asa sehingga dapat disimpulkan bahwa responden tidak merasa putus asa.


(52)

Responden memberi tanggapan terhadap pertanyaan merasa menyesal mendapat tanggapan sangat tidak setuju dengan frekuensi 38 orang, tanggapan tidak setuju dengan frekuensi 48 orang, tanggapan kurang setuju dengan frekuensi 7 orang, tanggapan setuju dengan frekuensi 3 orang, dan tanggapan sangat setuju dengan frekuensi 0. Sebagian besar responden memberi jawaban tidak setuju atas pertanyaan menyesal sehingga dapat disimpulkan bahwa responden tidak merasa menyesal.

Responden memberi tanggapan terhadap pertanyaan merasa kecewa mendapat tanggapan sangat tidak setuju dengan frekuensi 38 orang, tanggapan tidak setuju dengan frekuensi 44 orang, tanggapan kurang setuju dengan frekuensi 6 orang, tanggapan setuju dengan frekuensi 8 orang, dan tanggapan sangat setuju dengan frekuensi 0. Sebagian besar responden memberi jawaban tidak setuju atas pertanyaan kecewa sehingga dapat disimpulkan bahwa responden tidak merasa kecewa.

Responden memberi tanggapan terhadap pertanyaan merasa takut mendapat tanggapan sangat tidak setuju dengan frekuensi 34 orang, tanggapan tidak setuju dengan frekuensi 44 orang, tanggapan kurang setuju dengan frekuensi 17 orang, tanggapan setuju dengan frekuensi 1 orang, dan tanggapan sangat setuju dengan frekuensi 0. Sebagian besar responden memberi jawaban tidak setuju atas pertanyaan takut sehingga dapat disimpulkan bahwa responden tidak merasa takut.

Responden memberi tanggapan terhadap pertanyaan merasa hampa mendapat tanggapan sangat tidak setuju dengan frekuensi 39 orang, tanggapan tidak setuju dengan frekuensi 50 orang, tanggapan kurang setuju dengan frekuensi 7 orang, tanggapan setuju dengan frekuensi 0 orang, dan tanggapan sangat setuju dengan frekuensi 0. Sebagian besar responden memberi jawaban tidak setuju atas pertanyaan hampa sehingga dapat disimpulkan bahwa responden tidak merasa hampa.


(53)

Responden memberi tanggapan terhadap pertanyaan merasa marah mendapat tanggapan sangat tidak setuju dengan frekuensi 35 orang, tanggapan tidak setuju dengan frekuensi 43 orang, tanggapan kurang setuju dengan frekuensi 16 orang, tanggapan setuju dengan frekuensi 2 orang, dan tanggapan sangat setuju dengan frekuensi 0. Sebagian besar responden memberi jawaban tidak setuju atas pertanyaan marah sehingga dapat disimpulkan bahwa responden tidak merasa marah.

Responden memberi tanggapan terhadap pertanyaan merasa cemas mendapat tanggapan sangat tidak setuju dengan frekuensi 28 orang, tanggapan tidak setuju dengan frekuensi 49 orang, tanggapan kurang setuju dengan frekuensi 14 orang, tanggapan setuju dengan frekuensi 5 orang, dan tanggapan sangat setuju dengan frekuensi 0. Sebagian besar responden memberi jawaban tidak setuju atas pertanyaan cemas sehingga dapat disimpulkan bahwa responden tidak merasa cemas.

Responden memberi tanggapan terhadap pertanyaan merasa kesal mendapat tanggapan sangat tidak setuju dengan frekuensi 26 orang, tanggapan tidak setuju dengan frekuensi 49 orang, tanggapan kurang setuju dengan frekuensi 1 orang, tanggapan setuju dengan frekuensi 17 orang, dan tanggapan sangat setuju dengan frekuensi 3 orang. Sebagian besar responden memberi jawaban tidak setuju atas pertanyaan kesal sehingga dapat disimpulkan bahwa responden tidak merasa kesal.

Responden memberi tanggapan terhadap pertanyaan merasa frustrasi mendapat tanggapan sangat tidak setuju dengan frekuensi 37 orang, tanggapan tidak setuju dengan frekuensi 49 orang, tanggapan kurang setuju dengan frekuensi 6 orang, tanggapan setuju dengan frekuensi 4 orang, dan tanggapan sangat setuju dengan frekuensi 0. Sebagian besar responden memberi jawaban tidak setuju atas pertanyaan frustasi sehingga dapat disimpulkan bahwa responden tidak merasa frustasi.


(54)

Responden memberi tanggapan terhadap pertanyaan merasa sakit hati mendapat tanggapan sangat tidak setuju dengan frekuensi 37 orang, tanggapan tidak setuju dengan frekuensi 53 orang, tanggapan kurang setuju dengan frekuensi 4 orang, tanggapan setuju dengan frekuensi 2 orang, dan tanggapan sangat setuju dengan frekuensi 0. Sebagian besar responden memberi jawaban tidak setuju atas pertanyaan sakit hati sehingga dapat disimpulkan bahwa responden tidak merasa sakit hati.

Responden memberi tanggapan terhadap pertanyaan merasa depresi mendapat tanggapan sangat tidak setuju dengan frekuensi 46 orang, tanggapan tidak setuju dengan frekuensi 448orang, tanggapan kurang setuju dengan frekuensi 1 orang, tanggapan setuju dengan frekuensi 1 orang, dan tanggapan sangat setuju dengan frekuensi 0. Sebagian besar responden memberi jawaban tidak setuju atas pertanyaan depresi sehingga dapat disimpulkan bahwa responden tidak merasa depresi.

Responden memberi tanggapan terhadap pertanyaan merasa marah dengan diri sendiri mendapat tanggapan sangat tidak setuju dengan frekuensi 46 orang, tanggapan tidak setuju dengan frekuensi 45 orang, tanggapan kurang setuju dengan frekuensi 5 orang, tanggapan setuju dengan frekuensi 0 orang, dan tanggapan sangat setuju dengan frekuensi 0. Sebagian besar responden memberi jawaban tidak setuju atas pertanyaan marah dengan diri sendiri sehingga dapat disimpulkan bahwa responden tidak merasa marah dengan diri sendiri.

Responden memberi tanggapan terhadap pertanyaan merasa muak mendapat tanggapan sangat tidak setuju dengan frekuensi 31 orang, tanggapan tidak setuju dengan frekuensi 38 orang, tanggapan kurang setuju dengan frekuensi 15 orang, tanggapan setuju dengan frekuensi 10 orang, dan tanggapan sangat setuju dengan frekuensi 2 orang. Sebagian besar responden memberi jawaban tidak setuju atas pertanyaan muak sehingga dapat disimpulkan bahwa responden tidak merasa muak.


(1)

rendah. Hal ini menunjukkan bahwa begitu banyak manfaat dari ponsel Blackberry bagi Mahasiswa Fakultas Hukum universitas Sumatera Utara. Walaupun begitu banyak kelemahan yang terjadi pada ponsel Blackberry, itu semua ditutupi oleh kelebihan ponsel Blackberry tersebut. Oleh karena itu alangkah baiknya jika perusahaan RIM mempertimbangkan kembali kelemahan pada ponsel blackberry denagan melakukan perbaikan lagi yang membuat ponsel Blackberry menjadi lebih baik lagi dan menciptakan kepuasaan konsumen pada ponsel blackberry.

2. Berdasarkan hasil analisis faktor telah diperoleh 5 (lima) faktor utama yaitu Faktor keputusan tepat, faktor harapan tepat, faktor perasaan tepat, faktor keputusan tepat. faktor persetujuan yang tepat.yang membentuk disonansi kognitif konsumen pemilik ponsel Blackberry pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, maka kelima faktor tersebut dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

East.2001.”Riset pemasaran dan Perilaku Konsumen”.Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.Jakarta

Jogianto.2004,”Metodologi Penelitian Bisnis”.BPFE-Yogyakarata.

Kotler, Philip. 2003. Marketing Management “Buying Behavior”. New Jersey: Prentice Hall International, Inc.

Kuncoro,Mudrajad,(2003).”Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi”.Jakarta;Erlangga Mowen, John C. dan Minor, Michael. 2002. Perilaku Konsumen. Jilid Satu. Edisi Kelima.

Jakarta:Erlangga.

Schiffman, Leon G., & Leslie Lazar Kanuk. 2005. Consumer Behavior (7th ed.). New Jersey: Prentice Hall. Inc.

Stanton, William J. 2001. Prinsip Pemasaran. Cetakan Ketujuh. Jakarta. Erlangga.

Setiadi, Nugroho J.,2003 “Perilaku Konsumen dalam Konsep dan Implikasi untuk Strategi Penelitian dan Pemasaran”, Penerbit Prenada Media, Jakarta.

Sugiyono. 2006. “Metode Penelitian Bisnis”. Penerbit Alfabeta, Bandung.

Sweeney, Jillian C., Hauscknecht, Douglas. & Soutar, Geoffrey N., 2000. Cognitive Dissonance after Purchase: A Multidimensional Scale. Psycology and Marketing, Journal of Australian marketingl, vol.17(369-385)

Umar, Husein. 2000. “Metodologi Penelitian dan Aplikasi dalam Pemasaran” Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.


(3)

Internet dan Literatur Lain

Japarianto, Edwin. “Analisis Pembentukan Disonansi Kognitif Konsumen Pemilik Mobil

Toyota Avanza”. Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra Surabaya, Jurnal

Manajemen Pemasaran, 2006.

Manalu, Ane Meilina,2008,”Analisis Pembentukan Disonansi Kognitif Konsumen Pemilik ponsel Nokia berkamera Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Nomensen Medan.”

Nasution, Muhammad Novar,2008,”Analisis Pembentukan Disonansi Kognitif Konsumen pemilik mobil Isuzu Panther Pada PT Isuindomas Putra.”

Wismanto, Bagus Y. “Pengaruh Sikap Terhadap Kajian Meta Analisis Korelasi”. Universitas Katolik Medan, Jurnal Pemasaran, 2006.

www.kopisusu.wordpress.com, diakses tanggal 10 Maret 2010 pukul 15.00 WIB.

www.vivanews.com, diakses tanggal 10 April 2010 pukul 19.00 WIB

www.detik.com, diakses tanggal 21 Maret 2010 pukul 17.00 WIB


(4)

Lampiran

KUESIONER PENELITIAN

ANALISIS PEMBENTUKAN DISONANSI KOGNITIF (COGNITIVE DISSONANCE) PEMILIK PONSEL BLACKBERRY PADA

MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

1. Identitas Responden

Nama :

Stambuk :

Jurusan :

Jenis Kelamin :

Tipe Nokia :

2. Pertanyaan ini semata-mata untuk kepentingan penelitian saja.

3. Cara pengisian : Berilah tanda checklist (√) pada jawaban yang Saudara pilih. Kriteria Penilaian:

No. Pernyataan Skor

1. Sangat Setuju 5

2. Setuju 4

3. Kurang Setuju 3

4. Tidak Setuju 2


(5)

Indikator-indikator tiap variabel: Variabel Emosional (Emotional)

Setelah Saudara membeli produk ini:

No. Pertanyaan SS S KS TS STS

1. Saudara merasa telah membuat sesuatu yang salah setelah memiliki ponsel Blackberry

2. Saudara merasa putus asa setelah memiliki ponsel Blackberry

3. Saudara merasa menyesal setelah memiliki ponsel Blackberry

4. Saudara merasa kecewa dengan diri Saudara sendiri setelah memiliki ponsel Blackberry

5. Saudara merasa takut setelah memiliki ponsel Blackberry

6. Saudara merasa hampa setelah memiliki ponsel Blackberry

7. Saudara merasa marah setelah memiliki ponsel Blackberry

8. Saudara merasa cemas atau khawatir setelah memiliki ponsel Blackberry

9. Saudara merasa kesal atau jengkel setelah memilikiponsel Blackberry

10. Saudara merasa frustrasi setelah memiliki ponsel Blackberry

11. Saudara merasa sakit hati setelah memiliki ponsel Blackberry


(6)

15. Saudara mendapat masalah setelah memiliki ponsel Blackberry

Variabel Kebijaksanaan Pembelian (Wisdom of Purchase)

No. Pertanyaan SS S KS TS STS

1. Saudara merasa bahwa Saudara telah melakukan hal yang tidak tepat untuk membeli ponsel Blackberry 2. Saudara merasa bahwa Saudara sangat tidak

membutuhkan ponsel Blackberry

3. Saudara merasa bahwa seharusnya Saudara tidak perlu membeli ponsel Blackberry

4. Saudara merasa bahwa Saudara telah membuat pilihan yang tidak tepat setelah membeli ponsel Blackberry

Variabel Perhatian Setelah Transaksi (Concern Over the Deal)

No. Pertanyaan SS S KS TS STS

1. Saudara terkejut bahwa Saudara telah melakukan kesalahan dengan persetujuan yang Saudara buat 2. Setelah membeli ponsel Blackberry, Saudara telah

melakukan suatu ketololan

3. Setelah membeli ponsel Blackberry, Saudara terkejut bahwa mereka (Tenaga Penjual) telah membuat Saudara bingung

Komentar dan Saran:

___________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________ ______________________________________________________