4.2 Hasil evaluasi ODT Metoklopramida HCl 4.2.1 Kekerasan
Dari tabel 3 dapat dilihat nilai kekerasan tablet dari masing-masing formula, dimana kekerasan tablet pada formula K0 adalah 4 kg; K1 sebesar 2,75
kg; K2 sebesar 2,76 kg; ODT 1 sebesar 3 kg; ODT 2 sebesar 4 kg; ODT 3 sebesar 3,3 kg; ODT 4 sebesar 3,85; ODT 5 sebesar 5,25 kg. Orally Disintegrating Tablet
ODT dirancang mempunyai disolusidisintegrasi yang cepat, sehingga tablet umumnya mempunyai porositas yang tinggi untuk menjamin absorpsi air yang
cepat ke dalam tablet Fu, 2004. Oleh karena itu, pada umumnya ODT mempunyai kekerasan yang lebih rendah daripada kekerasan tablet pada
umumnya 4-8 kg.
4.2.2 Friabilitas
Friabilitas memberi gambaran ketahanan tablet terhadap benturan mekanis dalam pada saat pengangkutan dan pengemasan. Nilai friabilitas yang besar
menunjukkan tablet yang rapuh. Menurut Voight, 1994, friabilitas kehilangan bobot dari tablet yang diperbolehkan adalah
≤ 0,8. Dari tabel 4 diatas dapat dilihat hasil evaluasi friabilitas tablet, yaitu K0
sebesar 0,68; K1 sebesar 0,71; K2 sebesar 0,67; ODT 1 sebesar 0,62; ODT 2 sebesar 0,67; ODT 3 sebesar 0,63; ODT 4 sebesar 0,62; ODT 5
sebesar 0,62. Hal ini menunjukkan bahwa hasil evaluasi friabilitas tablet dari semua formula memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Walaupun hasil yang
ditunjukkan bervariasi tetapi masih berada dalam batas penerimaan evaluasi friabilitas tablet.
Universitas Sumatera Utara
4.2.3 Waktu hancur
Tabel 3 diatas juga dapat dilihat bahwa waktu hancur tablet dari semua formula memiliki waktu hancur yang sangat cepat, yaitu formula K0 sebesar
60,28 detik; K1 sebesar 34,33 detik; K2 sebesar 27,5 detik; ODT 1 sebesar 8 detik; ODT 2 sebesar 13 detik; ODT 3 sebesar 13,66 detik, ODT 4 sebesar 18,83
detik; ODT 5 sebesar 13 detik.
waktu hancur
10 20
30 40
50 60
70
K0 K1
K2 ODT
1 ODT
2 ODT
3 ODT
4 ODT
5
formula w
akt u
d et
ik
waktu hancur
Gambar 4.1 Diagram waktu hancur
Keterangan : K0 = kontrol tanpa superdisintegran
K1 = pemakaian krospovidon 4 K2 = pemakaian Ac-Di-Sol 4
ODT 1 = campuran superdisintegrant krospovidon : Ac-Di-Sol = 1 : 1 ODT 2 = campuran superdisintegrant krospovidon : Ac-Di-Sol = 1 : 2
ODT 3 = campuran superdisintegrant krospovidon : Ac-Di-Sol = 2 : 1 ODT 4 = campuran superdisintegrant krospovidon : Ac-Di-Sol = 1 : 3
ODT 5 = campuran superdisintegrant krospovidon : Ac-Di-Sol = 3 : 1
Dapat dilihat bahwa waktu hancur dari formula tablet yang tidak menggunakan superdisintegran dan formula tablet yang hanya memakai
superdisintegran tunggal jauh lebih lama dibandingkan dengan formula ODT yang menggunakan campuran superdisintegran. Formula ODT yang
menggunakan campuran superdisintegran memiliki waktu hancur yang sangat
Universitas Sumatera Utara
cepat. Hal ini mungkin disebabkan karena karena Ac-Di-Sol merupakan superdisintegran yang cepat sekali membengkak hingga 4 – 8 kali ukuran
volume awalnya dalam waktu kurang dari 10 detik apabila terjadi kontak dengan air. Sedangkan krospovidon merupakan superdisintegran yang mekanisme
kerjanya dengan bertindak sebagai kapiler Bhowmik, et.al., 2009.
Tabel 4.3 Hasil uji anova waktu hancur formula ODT.
ANOVA
Waktu Sum of
Squares df
Mean Square
F Sig.
Between Groups
142.133 4
35.533 9.638
.000 Within Groups
92.167 25
3.687 Total
234.300 29
Tabel 4.4 Hasil uji duncan evaluasi waktu hancur formula ODT.
Waktu
Duncan
a
Formula N
Subset for alpha = 0.05 1
2
D i
m e
n s
i o
n 1
ODT 1 6
8.00000 ODT 2
6 13.00000
ODT 5 6
13.00000 ODT 3
6 13.66667
ODT 4 6
13.83333 Sig.
1.000 .500
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Dari uji ANOVA diatas diperoleh p = 0,00 dapat diartikan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara formula ODT1, ODT 2, ODT 3, ODT 4, ODT 5
Universitas Sumatera Utara
karena p 0,05. Perbedaan yang signifikan bermakna itu dapat dilihat pada tabel duncan dimana menunjukkan antara formula ODT 1 berbeda signifikan
bermakna dengan formula ODT 2, ODT 3, ODT 4, ODT 5, sedangkan tidak ada perbedaan yang bermakna atau signifikan antara waktu hancur formula ODT 2,
ODT 3, ODT 4, dan ODT 5.
4.2.4 Penentuan kurva serapan dan linieritas kurva kalibrasi metoklopramid HCl dalam larutan HCl 0,1 N
4.2.4.1 Hasil penentuan panjang gelombang maksimum
Menurut Moffat 2005, metoklopramida HCl memberikan serapan maksimum dalam pelarut asam pada panjang gelombang 273 nm. Dari hasil
penentuan panjang gelombang maksimum diperoleh pada panjang gelombang maksimum yang sama dengan literatur yaitu 273 nm.
Gambar kurva dan data serapan Metoklopramida HCL baku pembanding Hexpharm Jaya Laboratories dapat dilihat pada Gambar 3.2
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.2 Kurva dan data serapan metoklopramida HCl baku pembanding
Hexpharm Jaya Laboratories konsentrasi 13 µgml dalam pelarut HCl 0,1 N .
4.2.4.2 Hasil penentuan linieritas kurva kalibrasi dalam HCl 0,1 N.
Penentuan linieritas kurva kalibrasi Metoklopramida HCl dalam pelarut HCl 0,1 N dilakukan pada rentang konsentrasi 0,00 – 19,00 µgml. Dari hasil
perhitungan koefisien korelasi diperoleh r = 0,99948, ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang linier antara serapan dan konsentrasi dan dari hasil
perhitungan diperoleh persamaan regresi Y = 0,040796 X + 0,006217. Gambar kurva kalibrasi Metoklopramida HCl baku pembanding Hexpharm Jaya
Laboratories dapat dilihat pada Gambar 3.2
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.3 Kurva kalibrasi Metoklopramida HCl baku pembanding Hexpharm
Jaya Laboratories dalam pelarut HCl 0,1 N pada panjang gelombang 273 nm.
4.2.5 Penentuan kadar Metoklopramida HCl dalam tablet simulasi
Dari hasil penentuan kadar Metoklopramida HCl dalam tablet simulasi untuk formula ODT 1 sebesar 100,97±1,35; ODT 2 sebesar 99,97±0,88; ODT
3 sebesar 101,14±1,00; ODT 4 sebesar 101,46±0,51; ODT 5 sebesar 101,06±0,67. Ternyata kadar yang diperoleh ini memenuhi persyaratan kadar
yang tertera dalam Farmakope Indonesia 1995, yaitu tidak kurang dari 90 dan tidak lebih dari 110.
Universitas Sumatera Utara
4.2.6 Keseragaman kandungan
Pada tabel 3.2 dapat dilihat bahwa hasil kadar rata-rata dalam keragaman kandungan untuk formula ODT 1 99,63±4,2; ODT 2 100,63±1,4; ODT 3
100,91±2,3; ODT 4 101,05±3,6; ODT 5 100,88±3,4. Hasil yang diperoleh memenuhi persyaratan kandungan menurut Farmakope Indonesia edisi IV 1995
yaitu antara 90 hingga 110 dari yang tertera pada etiket.
4.2.7 Hasil penentuan kurva dan data serapan metoklopramida HCl baku pembanding Hexpharm Jaya Laboratories dalam air suling.
Dari hasil penentuan panjang gelombang maksimum diperoleh pada panjang gelombang maksimum yaitu 272 nm.
Gambar kurva dan data serapan Metoklopramida HCL baku pembanding Hexpharm Jaya Laboratories dapat dilihat pada Gambar 3.3
Gambar 4.4
Kurva dan data serapan metoklopramida HCl baku pembanding Hexpharm Jaya Laboratories konsentrasi 8 µgml dalam air suling.
Universitas Sumatera Utara
4.2.8 Hasil penentuan linieritas kurva kalibrasi metoklopramida HCl Baku pembanding Hexpharm Jaya Laboratories dalam air suling.
Penentuan linieritas kurva kalibrasi Metoklopramida HCl dalam air suling dilakukan pada rentang konsentrasi 0,00 – 13,00 µgml. Dari hasil perhitungan
koefisien korelasi diperoleh r = 0,9986, ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang linier antara serapan dan konsentrasi dan dari hasil perhitungan
diperoleh persamaan regresi Y = 0,049859 X + 0,015133. Gambar kurva kalibrasi Metoklopramida HCl baku pembanding Hexpharm Jaya
Laboratories dapat dilihat pada Gambar 3.5.
Gambar 4.5 Kurva kalibrasi metoklopramida HCl baku pembanding Hexpharm
Jaya Laboratries dalam air suling pada panjang gelombang 272 nm.
Universitas Sumatera Utara
4.2.9 Disolusi