Latar Tema Struktur Mitos

pengarang memasukkan butir-butir cerita yang membayangkan akan terjadinya sesuatu, atau seolah-olah mempersiapkan peristiwa yang akan datang. Tikaian ialah perselisihan yang timbul sebagai akibat adanya dua kekuatan yang bertentangan dalam Sudjiman 1986:34. Rumitan adalah perkembangan dari gejala mula tikaian menuju ke klimaks cerita dalam Sudjiman, 1986: 35. Selanjutnya, klimaks tercapai apabila rumitan mencapai puncak kehebatannya. Bagian struktur alur sesudah klimaks meliputi leraian yang menunjukan perkembangan peristiwa ke arah selesaian. Selesaian yang dimaksud bukan penyelesaian yang dihadapi tokoh cerita. Selesaian adalah bagian akhir atau penutup cerita.

c. Latar

Latar disebut juga setting , yaitu tempat atau waktu terjadinya peristiwa- peristiwa yang terjadi dalam sebuah karya sastra Mihardja, 2012: 7. Waluyo 2014: 23 kemudian mengatakan bahwa setting adalah tempat kejadian cerita. Tempat kejadian cerita dapat berkaitan dengan aspek fisik, aspek sosiologis, dan aspek psikis. Setting juga dapat dikaitkan dengan tempat dan waktu. Jika dikaitkan dengan tempat, dapat dirinci dari tempat yang luas, misalnya negara, provinsi, kota, desa, di dalam rumah, di luar rumah, di jalan, di sawah, di sungai, di tepi laut, dan sebagainya. Adapun fungsi setting adalah untuk: 1 mempertegas watak pelaku; 2 memberikan tekanan pada tema cerita; 3 mempertegas tema yang disampaikan; 4 metafora bagi situasi psikis pelaku; 5 sebagai pemberi atmosfir kesan; 6 memperkuat posisi plot. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan latar atau setting adalah tempat atau waktu terjadinya peristiwa yang terjadi dalam karya sastra. Tempat kejadian cerita dapat berkaitan dengan aspek fisik, sosiologis maupun aspek psikis namun dapat juga berkaitan dengan tempat dan waktu. Adapun fungsi latar atau setting adalah untuk mempertegas watak pelaku, memberikan tekanan pada tema cerita, mempertegas tema yang disampaikan, metafora bagi situasi psikis pelaku, sebagai pemberi atmosfir kesan dan untuk memperkuat posisi plot.

d. Tema

Mihardja 2012: 5 mengatakan tema ialah persoalan yang menduduki tempat utama dalam karya sastra. Waluyo 2014:7, mengatakan tema adalah gagasan pokok dalam cerita fiksi. Waluyo 2014:8, kemudian mengklasifikasi tema cerita menjadi lima jenis, yaitu: 1 tema yang bersifat fisik; 2 tema organik; 3 tema sosial; 4 tema egoik reaksi pribadi; dan 5 tema divine ketuhanan. Tema yang bersifat fisik menyangkut inti cerita yang bersangkut paut dengan kebutuhan fisik manusia, misalnya tentang cinta, perjuangan mencari nafkah, hubungan perdagangan, dan sebagainya; tema yang bersifat organik atau moral, menyangkut soal hubungan antara manusia, misalnya penipuan, masalah keluarga, problem politik, ekonomi, adat, tatacara, dan sebagainya. Tema yang bersifat sosial berkaitan dengan problem kemasyarakatan. Tema egoik atau reaksi individual , berkaitan dengan protes pribadi kepada ketidakadilan, kekuasaan yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI berlebihan, dan pertentangan individu. Tema divine ketuhanan menyangkut renungan yang bersifat religius hubungan manusia dengan Sang Khalik. Berdasarkan pandangan Mihardja dan Waluyo mengenai tema dapat disimpulkan bahwa tema adalah gagasan pokok atau persoalan yang menduduki tempat utama dalam karya sastra. Ada lima jenis tema, yaitu tema yang bersifat fisik, tema organik, tema sosial, tema egoik, dan tema divine.

4. Fungsi Mitos