Bahan Pembantu Proses produksi mie instan di PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk SUNARTI 4369 2010

Parameter fisik yang mempengaruhi kualitas tepung terigu antara lain water absorbtion. Water absorbtion merupakan kemampuan tepung terigu menyerap air. Kemampuan daya serap air tepung terigu berkurang bila kadar air dalam tepung moisture terlalu tinggi atau tempat penyimpanan yang lembab. Water absorbtion sangat bergantung dari produk yang akan dihasilkan, dalam pembuatan roti pada umumnya diperlukan water absorbtion yang lebih tinggi daripada pembuatan mie dan biskuit. Kecepatan tepung terigu dalam pencapaian keadaan develop kalis disebut developing time. Bila waktu pengadukan kurang disebut under mixing berakibat adonan menjadi kurang elastis. Sedangkan bila kelebihan pengadukan disebut over mixing berakibat merusak gluten, adonan akan menjadi lembek. Parameter yang lain adalah stability. Stability yaitu kemampuan untuk menahan stabilitas adonan agar tetap sempurna meskipun telah melewati waktu develop kalis. Stabilitas tepung pada adonan dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain jumlah protein, kualitas protein, dan zat additive atau tambahan Anonim b , 2010 .

3. Bahan Pembantu

Bahan pembantu yang digunakan dalam memproduksi mie instan yaitu: a. Tapioka Tepung tapioka adalah pati yang diperoleh dari ekstrak ubi kayu melalui proses pemarutan, pemerasan, penyaringan, pengendapan pati dan pengeringan. Penambahan tepung tapioka digunakan sebagai pensubstitusi mengurangi penggunaan tepung terigu dalam pembuatan mie. Tepung tapioka mempunyai banyak kegunaan, antara lain sebagai bahan pembantu dalam berbagai industri Astawan, 2003. Adapun syarat mutu tepung tapioka berdasarkan SNI 01 – 2905 – 1992 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Syarat Mutu Tepung Tapioka berdasarkan SNI 01-2905-1992 NO Kriteria mutu satuan Persyaratan 1 Warna - Putih khas tepung tapioka 2 Bentuk - Serbuk 3 Bau - Normal 4 Benda asing - Tidak ada 5 Kadar air 17,5 6 Kadar lemak dan kotoran maksimum 0,1 Sumber : Dewan Standarisasi Nasional 1992 Pada umumnya masyarakat kita mengenal dua jenis tapioka, yaitu tapioka kasar dan tapioka halus. Tapioka kasar masih mengandung gumpalan dan butiran ubi kayu yang masih kasar, sedangkan tapioka halus merupakan hasil pengolahan lebih lanjut dan tidak mengandung gumpalan lagi. Kualitas tepung tapioka sangat ditentukan beberapa faktor antara lain :  Warna tepung : tepung tapioka yang baik berwarna putih  Kandungan air : tepung harus dijemur sampai kering benar sehingga kandungan airnya rendah  Banyaknya serat dan kotoran : usahakan supaya banyaknya serat dan zat kayunya masih sedikit dan zat patinya masih banyak.  Tingkat kekentalan : usahakan daya rekat tapioka tetap tinggi. Untuk ini dihindari penggunaan air yang berlebihan dalam proses produksi Radiyanti dan Agusto, 1990 . b. Garam Garam merupakan bumbu utama dalam setiap masakan yang berfungsi sebagai penyedap rasa, antara lain memberikan rasa asin, memberikan efek gurih pada masakan dan sebagai penguat rasa. Garam juga berperan dalam memperkuat tekstur mie, meningkatkan fleksibilitas dan elastisitas mie serta mengikat air. Garam dapat menghambat aktivitas enzim protease dan amilase sehingga pasta tidak bersifat lengket dan tidak mengembang secara berlebihan. Garam juga berfungsi sebagai sumber mineral untuk tubuh dan sebagai pengawet makanan Anonim c , 2010. Standar mutu garam antara lain penampakan bersih, berwarna putih, tidak berbau, tingkat kelembaban rendah, dan tidak terkontaminasi dengan timbalbahan logam lainnya. Kandungan NaCl untuk garam konsumsi manusia tidak boleh lebih rendah dari 97 untuk garam kelas satu, dan tidak kurang dari 94 untuk garam kelas dua. Tingkat kelembaban disyaratkan berkisar 0,5 dan senyawa SO 4 tidak melebihi batas 2,0 . Kadar iodium berkisar 30 - 80 ppm Anonim c , 2010 . c. Air Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H 2 O: satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standard, yaitu pada tekanan 100 kPa 1 bar dan temperatur 273,15 K 0ºC. Air merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat , seperti garam, gula, dan asam Anonim d , 2010 . Air dalam pembuatan mie berfungsi untuk mengikat protein, membentuk sifat kenyal gluten, mengikat pati karbohidrat , sebagai pelarut garam, gula. Air yang digunakan memiliki pH antara 6 – 9, karena semakin tinggi pH air maka mie yang dihasilkan tidak mudah patah karena absorbsi air meningkat dengan meningkatnya pH Anonim d ,2010 . Menurut Buckle et all 1985 standar mutu air antara lain: bebas dari colifrom, bebas dari cemaran polusi, bebas dari rasa dan bau yang disebabkan oleh mikroorganisme yang mengeluarkan bahan dan menghilangkan rasa dan bau. Hal ini dapat dicegah dengan penanggulangan polusi air. Adapun standar mutu air berdasarkan SNI-01-3553-1994 meliputi kriteria mutu bau, rasa, pH, dan kekeruhan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Standar Mutu Air berdasarkan SNI – 01- 3553 – 1994 NO Kriteria Mutu Persyaratan 1. 2. 3. 4. Bau Rasa Ph Kekeruhan Tidak berbau Normal 6,5 – 9 Maks NTU Sumber : Dewan Standarisasi Nasional 1994 d. Alkali Alkali dalam pembuatan mie berfungsi untuk menguatkan adonan supaya mengembang dengan baik, mempercepat proses gelatinisasi pati dan meningkatkan viskositas adonan yang akan memperbaiki kekenyalan mie. Jenis alkali yang digunakan dalam pembuatan mie terutama sodium atau kalium karbonat dan biasanya di pasaran dikenal dengan nama air abu Anonim e , 2010 . e. Minyak goreng Lemak atau minyak adalah senyawa trigliserida yang dapat larut pada pelarut lemak atau minyak seperti khlorofrom, eter, benzena. Pengujian sifat kimia lemak dan minyak pada umumnya meliputi jenis, kemurnian terutama terhadap pelarut organik, sifat penyabunan, jumlah ikatan rangkap atau derajat ketidak jenuhan, ketengikan dan lain-lain Sudarmadji, 1999. Dalam pembuatan mie, minyak digunakan dalam proses penggorengan frying. Dalam penggorengan minyak berfungsi sebagai medium penghantar panas, menambah rasa gurih, dan kalori dalam bahan pangan. Ada beberapa faktor yang menentukan standar mutu yaitu kandungan asam lemak bebas, warna dan bilangan oksidasi. Faktor lain yang mempengaruhi standar mutu minyak adalah pada titik cair, kandungan gliserida, kejernihan kandungan logam berat dan bilangan penyabunan Ketaren,1986. Adapun standar mutu minyak berdasarkan SNI 01-3741-2002 dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel. 3 Standar Mutu Minyak Goreng berdasarkan SNI 01-3741- 2002 No Kriteria Uji Persyaratan Satuan Mutu I Mutu II 1 Keadaan 1.1 Bau Normal Normal 1.2 Rasa Warna Normal Normal 1.3 Warna Putih, kuning pucat -kuning 2 Kadar air bb mg Maks 0,1 Maks 0,3 3 Bilangan Asam KOHgr Maks 0,6 Maks 2 Asam Linoleat : 4 Asam Lemak Minyak Maks 2 Maks 2 5 Cemaran Logam : 5.1 Timbal pb Mgkg Maks 0,1 Maks 0,1 5.2 Timah sn Mgkg maks 40,0250 maks 40,0250 5.3 Raksa Hg Mgkg maks 0,05 maks 0,05 5.4 Tembaga Cu Mgkg maks 0,1 maks 0,1 6. Cemaran Arsen As Mgkg maks 0,1 maks 0,1 7. Minyak pelikan negatif negatif Sumber : Dewan Standarisasi Nasional 2002

4. Proses Produksi