18 4.
Bentuk kristalnya adalah orthorhombic, berwarna putih transparan dan kadang-kadang kekuning-kuningan, kemerah-merahan, tergantung pigmen
yang ada padanya. 5.
Variasi berat jenis rata-rata adalah 2 - 2,4 gml
2.7. Alumino-Siliko Fosfat ASP
Modifikasi zeolit menjadi ASP dilakukan dengan melakukan substitusi gugus fosfor ke dalam struktur zeolit. Alumino-siliko fosfat adalah suatu bentuk
modifikasi zeolit yang mempunyai struktur kristal unik dan memungkinkan mempunyai sifat sebagai penukar anion dan kation. Pembuatan ASP dilakukan
dengan cara mereaksikan zeolit murni dan senyawa amonium dihidrogen fosfat ADHP dengan pemanasan pada suhu 235
°
C hingga terjadi pergantian tetrahedral Si dengan tetrahedral fosfat isomourphously replacement, dengan
reaksi berikut : Malik S.A, T. Las, Dyer A, 1988
O O O O
NH
4
H
2
PO
4
Si O Al
-
O + K
+
,Ca
+2
,Mg
+2
Si O Al
-
O + K
+
,Ca
+2
,M
+2
,H
+
235
°
C O O
O O O Si O
O P
+
O O
O
Gambar 4. Reaksi Pembentukan ASP
19 Pada suhu 235
o
C tersebut ADHP meleleh, untuk membantu agar reaksi berjalan baik pencampuran zeolit dan lelehan dengan pengadukan.
Molekul air dalam zeolit mudah terhidrasi sehingga selama pemanasan berlangsung air akan lepas dari zeolit. Pelepasan molekul air dari zeolit tersebut
akan terjadi pada periode pemanasan awal dimana laju penguapan naik secara bertahap, pada periode reaksi dan penguapan laju tetap, dan pada periode
pemanasan akhir dimana laju pengupan turun. Periode proses penguapan laju tetap adalah periode dimana kecepatan penghilangan air per unit luas permukaan
penguapan kecepatan penguapan berharga konstan.
2.8. Imobilisasi Solidifikasi
Dalam pengolahan limbah radioaktif, tujuan imobilisasi ialah mengikat radionuklida dalam bahan matriks tertentu, sehingga tidak mudah larut dan lepas
ke lingkungan, pada penyimpanan lestari disposal dalam tanah jika kontak dengan air tanah.
Beberapa aspek penting dalam memilih bahan matriks untuk imobilisasi limbah radioaktif ialah Mendel, 1985:
1. Proses pembuatan yang mudah dan praktis
2. Kandungan limbah waste loading
3. Ketahanan kimia laju pelindihan
4. Ketahanan terhadap radiasi
5. Kestabilan terhadap panas
6. Kekuatan mekanik
7. Keutuhan secara fisik physical integrity
20 Bahan matriks untuk imobilisasi limbah radioaktif cair dipilih yang dapat
disatukan dan tidak membentuk fase pemisah. Terjadinya fase pemisah menyebabkan ketidak homogenan.
Bahan matriks untuk imobilisasi limbah radioaktif merupakan penahan barrier primer untuk membatasi terlepasnya radionuklida, sehingga harus
homogen, permeabilitasnya rendah, dan kekuatan mekaniknya baik. Setelah pertimbangan proses sederhana, maka ketahanan kimia perlu lebih
mendapat perhatian. Hal ini sesuai dengan tujuan imobilisasi yaitu mencegah agar radionuklida tidak terlepas ke lingkungan terlindih jika kontak dengan air
selama penyimpanan. Walaupun demikian, pada penyimpanan masih ada penghalang berlapis yang ditambahkan untuk menghalangi lepasnya radionuklida
dari bahan matriks ke lingkungan, yaitu berturut-turut wadah limbah, overpack dari titanium atau besi khusus untuk limbah aktivitas tinggi, bentonit sebagai back
fill material dan tanah atau batuan di lingkungan atau sekitar tempat penyimpanan
itu sendiri. Kandungan limbah dalam bahan matriks berpengaruh terhadap efisiensi imobilisasi. Pertimbangan ekonomi yang lain adalah yaitu bahan yang
digunakan untuk imobilisasi murah, mudah didapat dalam jumlah besar dan prosesnya sederhana. Kandungan limbah diharapkan besar, untuk gelas
borosilikat antara 20 - 30 berat limbah cair aktivitas tinggi. Pada semen
kandungan limbah cairnya adalah 30 berat. Umumnya dengan kenaikan kandungan limbah, laju pelindihan naik. Jadi, perlu pertimbangan kandungan
limbah terhadap laju pelindihannya.
21 Kestabilan terhadap panas merupakan ketahanan bahan terhadap
temperatur yang tinggi. Makin tinggi aktivitas radionuklida dalam limbah maka panas yang ditimbulkan dari peluruhan radionuklida juga makin tinggi. Sebagai
contoh adalah ketidakstabilan gelas yang mengandung limbah cair aktivitas tinggi, yaitu terjadinya kristalisasi dalam gelas yang disebut devitrifikasi. Terjadinya
devitrifikasi ini merubah struktur gelas yang amorf menjadi kristal sehingga mengakibatkan kenaikan laju pelindihan. Untuk mencegah terjadinya devitrifikasi
gelas hasil imobilisasi diperlukan sistem pendingin. Panas yang ditimbulkan oleh limbah radioaktif cair aktivitas rendah dan sedang relatif rendah sehingga tidak
perlu pendinginan. Kestabilan terhadap radiasi merupakan ketahanan bahan terhadap
pengaruh radiasi yang dipancarkan oleh limbah radioaktif dalam bahan matriks. Pengaruh radiasi gamma dan beta menimbulkan panas dalam bahan matriks.
Pengaruh radiasi alfa dalam bahan dapat mengakibatkan radiolisis dan perubahan komposisi. Adanya kerusakan bahan tersebut dapat dilihat dari perubahan
densitas, kekuatan mekanik, dan laju pelindihannya. Hal ini akan membatasi aktivitas limbah yang diimobilisasi dan pemilihan bahan matriks yang sesuai.
Limbah uranium berumur paro panjang, dan panas yang ditimbulkan tidak tinggi, sehingga polimer sesuai digunakan untuk imobilisasi limbah jenis ini.
22
2.9. Polimerisasi