Uranium Limbah Cair Transuranium

8 mudah larut dan lepas ke lingkungan jika hasil solidifikasi kontak dengan air pada penyimpanan lestari disposal dalam tanah. Bahan matriks yang digunakan untuk solidifikasi yaitu polimer. Polimer lebih tahan dalam jangka lama dan laju pelindihannya lebih kecil dibandingkan semen, sehingga diharapkan mampu mengungkung ASP yang mengikat uranium dalam jangka lama. Martono, 2006

2.4. Uranium

Uranium termasuk unsur dalam deret aktinida yang mempunyai lebih dari satu bilangan oksidasi. Isotop yang menyusun uranium alam, yaitu U 235 dengan jumlah sekitar 0,7 dan U 238 sebanyak 99,3 . Isotop U 235 merupakan bahan bakar dapat belah yang bisa menghasilkan sejumlah energi dan hasil belah yang radioaktif, sedangkan U 238 apabila menangkap netron dapat berubah menjadi Pu 239 , dimana Pu 239 ini dapat digunakan sebagai bahan bakar reaktor nuklir yang baru Conolly, J., 1978 dalam Husen, Z., 1993. Campuran uranium oksida dan plutonium oksida digunakan sebagai bahan bakar reaktor pembiak cepat Fast Breeder Reacto r. Seperti unsur aktinida yang lain uranium mempunyai sifat kimia yang mirip dan mempunyai bilangan oksidasi dari 3 sampai 6 dengan bentuk spesies ionik seperti berikut : U 3+, U 4+ , UO 2 + , UO 2 2+ 9 Dari keempat bentuk ini yang paling stabil adalah UO 2 2+ . Apabila dalam larutan terdapat ion-ion lain seperti karbonat maka UO 2 2+ ini dapat membentuk kompleks anion dengan konstanta kesetimbangan reaksi K = 4 x 10 5 . Reaksi sebagai berikut: UO 2 2+ + 3CO 3 2- UO 2 CO 3 3 4-

2.5. Limbah Cair Transuranium

LCTRU Limbah transuranium disebut juga alpha bearing waste adalah limbah yang mengandung satu atau lebih radionuklida pemancar alfa, dalam jumlah di atas yang diperkenankan dan sedikit hasil belah. Pada saat ini, strategi Indonesia dalam daur bahan bakar nuklir adalah daur terbuka, yaitu bahan bakar bekas tidak diproses ulang reprocessing, sehingga sebagai limbah aktivitas tinggi adalah bahan bakar bekas itu sendiri. Di negara yang teknologi nuklirnya sudah maju seperti Jepang, Perancis, Inggris, Amerika, India, dan Pakistan, proses olah ulang bahan bakar bekas reaktor nuklir dilakukan untuk mengambil U sisa dan Pu yang terjadi dalam bahan bakar bekas yang kemudian digunakan kembali untuk pembuatan perangkat bahan bakar nuklir baru. Pada proses olah ulang timbul limbah cair aktivitas tinggi dan limbah cair transuranium, Limbah Cair Aktivitas Tinggi LCAT umumnya dihasilkan pada ekstraksi siklus I proses olah ulang bahan bakar bekas reaktor nuklir, sedangkan Limbah Cair Transuranium LCTRU dihasilkan pada ektraksi siklus II proses tersebut. Skema proses olah ulang bahan bakar bekas ditunjukkan pada Gambar 1 Martono H, 2007. 10 Pelarutan dengan larutan HNO 3 6 - 8 M Ekstraksi siklus I Ekstraksi siklus II Gambar 1. Skema proses olah ulang bahan bakar bekas Komposisi LCAT, komponen utama adalah hasil belah fission product yang terkontaminasi aktinida. Pada umumnya LCTRU berupa pelarut bekas dari proses olah ulang bahan bakar bekas. Limbah tersebut banyak mengandung aktinida dan sedikit hasil belah, oleh karena itu LCTRU memiliki toksisitas yang tinggi dan berumur panjang. Demikian pula LCAT juga berumur panjang Martono H, 1999. Hasil belah dan sedikit aktinida LCAT Aktinida dan sedikit hasil belah U, Pu Imobilisasi dengan polimer Imobilisasi dengan gelas borosilikat Aktinida lain dan U, Pu dan terkontaminasi hasil belah LCTRU Bahan Bakar Bekas Hasil Pelarutan Bahan Bakar 11 Limbah cair TRU ini menurut pengolahannya digolongkan sebagai limbah aktivitas rendah, sedangkan menurut penyimpanannya digolongkan sebagai limbah aktivitas tinggi yaitu penyimpanan dalam tanah deep repository 500-1000 m di bawah permukaan tanah dalam jangka lama sampai jutaan tahun. Limbah radioaktif aktivitas rendah berumur pendek penyimpanannya secara tanah dangkal Shallow-land burial 10 m di bawah permukaan tanah Aisyah, 2004.

2.6. Zeolit