Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui di Desa Gunung Tinggi Kecamatan Pancur Batu.

(1)

Septina Sari

Skripsi

Fakultas keperawatan

Universitas Sumatera Utara


(2)

Judul : Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui di Desa Gunung Tinggi Kecamatan Pancur Batu Nama : Septina Sari

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Nim : 051101024

Tahun : 2010

Tanggal Lulus : 26 Juni 2010

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara telah menyetujui skripsi ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan Sarjana Keperawatan (S.Kep).


(3)

Judul Penelitian : Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui di Desa Gunung Tinggi Kecamatan Pancur Batu.

Peneliti : Septina Sari

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S1) Fakultas Keperawatan USU Tahun Akademik : 2009/2010

ABSTRAK

Menyusui adalah proses pemberian ASI pada bayi oleh ibu dan merupakan kondisi yang alamiah yang dialami oleh wanita setelah melahirkan. Namun angka pemberian ASI di Indonesia masih rendah. Banyak faktor yang menyebabkan seseorang tidak dapat menyusui bayinya, salah satunya karena ASI yang tidak mencukupi. Produksi ASI juga sangat dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi oleh ibu menyusui. Pemenuhan gizi pada masyarakat Indonesia juga masih banyak dipengaruhi oleh faktor sosial budaya. Sosial budaya yang baik akan memberikan pengaruh yang baik pula terhadap pemenuhan kebutuhan gizi selama menyusui.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sosial budaya terhadap pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui di desa Gunung Tinggi kecamatan Pancur Batu.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain deskriptif korelasi dan dilaksanakan mulai tanggal 15 – 22 Maret 2010 di Desa Gunung Tinggi dan dianalisa dengan korelasi Pearson. Melalui teknik totally sampling diperoleh sampel sebanyak 37 orang ibu menyusui. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan disajikan dalam analisa univariat dan bivariat.

Hasil analisa data menunjukkan sosial budaya ibu menyusui di desa Gunung Tinggi kecamatan Pancur batu 100% baik dan pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui 86,5% baik. Hasil analisa menunjukkan ada pengaruh sosial budaya terhadap pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui di desa Gunung Tinggi kecamatan Pancur Batu (r = 0,351, p = 0,033). Perawat diharapkan dapat lebih memperhatikan sosial budaya masyarakat yang dapat mempengaruhi kebutuhan masyarakat khusunya ibu menyusui baik itu yang memberikan dampak buruk maupun yang berdampak baik, sehingga perawat dapat memberikan intervensi yang tepat untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya ibu menyusui.


(4)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat kasih setia dan anugerahNyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui Di Desa Gunung Tinggi Kecamatan Pancur Batu “ sebagaimana lazimnya untuk memenuhi salah satu persyaratan mencapai gelar kesarjanaan pada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, kepada Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I sekaligus dosen penguji, terima kasih kepada Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep selaku dosen pembimbing yang dengan sabar memberi bimbingan, saran, dan perbaikan berharga dalam menyelesaikan skripsi ini, kepada ibu Siti Zahara Nasution, S.Kp, MNS sebagai dosen penguji sekaligus memvalidasi kuesioner penelitian, ibu Lufthiani, S.Kep, Ns sebagai dosen penguji dan juga sebagai penasehat akademik, seluruh staf dosen Fakultas Keperawatan yang telah memberikan berbagai ilmu yang bermanfaat sebagai bekal dalam menyelesaikan skripsi ini, seluruh staf administrasi yang memberikan bantuan demi kelancaran administrasi.


(5)

Terima kasih juga diucapkan kepada Bapak Kepala Desa Gunung Tinggi yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian ini, terima kasih kepada ibu menyusui di Desa Gunung Tinggi yang bersedia menjadi responden.

Terkhusus terima kasih kepada Ayahanda M. Sinulingga (Alm) dan Ibunda M. Br Ginting tercinta atas didikan dan kasih sayang yang telah diberikan selama ini. Terima kasih buat suamiku tercinta Oktavianus Tarigan dan Anakku tersayang Bryce Ekelnisura Tarigan yang telah memberikan semangat dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Terima kasih untuk sahabat-sahabatku Le’sista (Lili, Echa, Sylvia, Icha dan Apry) yang memberikan dukungan dan semangat bagi penulis. Teman seperjuanganku (Evirina dan Dwi Puspita), teman-teman stambuk 2005 dan juga adik-adikku di stambuk 2007 yang memberi semangat.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat memberikan ilmu yang berharga di dunia kesehatan terutama keperawatan.

Medan, Juni 2010 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR SKEMA ... viii

Bab 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Pertanyaan Penelitian ... 4

1.3 Hipotesa ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

Bab 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Menyusui ... 6

2.1.1 Komposisi ASI ... 6

2.1.2 Volume ASI ... 7

2.1.3 Zat Gizi Ibu Menyusui ... 8

2.1.4 Pola Makan ... 11

2.1.5 Dampak Kebutuhan Gizi Yang Tidak Terpenuhi ... 12

2.2 Sosial ... 13

2.2.1 Defenisi Sosial ... 13

2.2.2 Faktor-Faktor sosial ... 13

2.3 Budaya ... 16

2.3.1 Defenisi Budaya ... 16

2.3.2 Faktor-Faktor Budaya ... 17

2.4 Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui ... 20

Bab 3. Kerangka Penelitian 3.1 Kerangka Konseptual ... 24

3.2 Defenisi Operasional ... 25

Bab 4. Metode Penelitian 4.1 Desain Penelitian ... 26

4.2 Populasi dan Sampel ... 26

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

4.4 Pertimbangan Etik ... 27

4.5 Instrumen Penelitian ... 28

4.6 Validitas dan Reliabilitas ... 29

4.7 Pengumpulan Data ... 30


(7)

Bab 5. Hasil Dan Pembahasan

5.1 Hasil Penelitian ... 33

5.1.1 Distribusi Karakteristik Responden ... 33

5.1.2 Sosial Budaya ... 34

5.1.3 Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui ... 36

5.1.4 Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui ... 39

5.2 Pembahasan ... 40

5.2.1 Sosial Budaya ... 40

5.2.2 Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui ... 41

5.2.3 Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui ... 42

Bab 6. Kesimpulan Dan Saran 6.1 Kesimpulan ... 45

6.2 Saran ... 46

Daftar Pustaka ... 47 Lampiran

1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden 2. Instrumen Penelitian

3. Izin Penelitian dan Pengumpulan Data 4. Hasil Uji Validitas

5. Hasil Uji Reliabilitas

6. Tabel Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Terkait Sosial Budaya Ibu Menyusui

7. Tabel Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Terkait Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui

8. Hasil Uji Korelasi Sosial Budaya Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu Menyusui

di Desa Gunung Tinggi Kecamatan Pancur Batu ... 34 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Sosial Budaya Ibu Menyusui

di Desa Gunung Tinggi Kecamatan Pancur Batu ... 35 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Kategori Sosial Budaya Ibu Menyusui

di Desa Gunung Tinggi Kecamatan Pancur Batu ... 36 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui di Desa Gunung Tinggi Kecamatan Pancur Batu ... 37 Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Kategori Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui di Desa Gunung Tinggi Kecamatan Pancur Batu ... 39 Tabel 5.6 Hasil Analisa Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui di Desa Gunung Tinggi


(9)

DAFTAR SKEMA

Skema Halaman

Skema 3.1 Kerangka konsep penelitian Pengaruh sosial budaya


(10)

Judul Penelitian : Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui di Desa Gunung Tinggi Kecamatan Pancur Batu.

Peneliti : Septina Sari

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S1) Fakultas Keperawatan USU Tahun Akademik : 2009/2010

ABSTRAK

Menyusui adalah proses pemberian ASI pada bayi oleh ibu dan merupakan kondisi yang alamiah yang dialami oleh wanita setelah melahirkan. Namun angka pemberian ASI di Indonesia masih rendah. Banyak faktor yang menyebabkan seseorang tidak dapat menyusui bayinya, salah satunya karena ASI yang tidak mencukupi. Produksi ASI juga sangat dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi oleh ibu menyusui. Pemenuhan gizi pada masyarakat Indonesia juga masih banyak dipengaruhi oleh faktor sosial budaya. Sosial budaya yang baik akan memberikan pengaruh yang baik pula terhadap pemenuhan kebutuhan gizi selama menyusui.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sosial budaya terhadap pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui di desa Gunung Tinggi kecamatan Pancur Batu.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain deskriptif korelasi dan dilaksanakan mulai tanggal 15 – 22 Maret 2010 di Desa Gunung Tinggi dan dianalisa dengan korelasi Pearson. Melalui teknik totally sampling diperoleh sampel sebanyak 37 orang ibu menyusui. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan disajikan dalam analisa univariat dan bivariat.

Hasil analisa data menunjukkan sosial budaya ibu menyusui di desa Gunung Tinggi kecamatan Pancur batu 100% baik dan pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui 86,5% baik. Hasil analisa menunjukkan ada pengaruh sosial budaya terhadap pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui di desa Gunung Tinggi kecamatan Pancur Batu (r = 0,351, p = 0,033). Perawat diharapkan dapat lebih memperhatikan sosial budaya masyarakat yang dapat mempengaruhi kebutuhan masyarakat khusunya ibu menyusui baik itu yang memberikan dampak buruk maupun yang berdampak baik, sehingga perawat dapat memberikan intervensi yang tepat untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya ibu menyusui.


(11)

BAB 1 PENDAHULUAN

.1 Latar Belakang

Menyusui adalah proses pemberian ASI pada bayi oleh ibu dan merupakan kondisi yang alamiah yang dialami oleh wanita setelah melahirkan (Krisnatuti & Hastoro, 2000). Selama kehamilan, hormon estrogen dan progesteron akan merangsang pembentukan air susu ibu. Setelah melahirkan, kedua hormon tersebut akan digantikan oleh hormon prolaktin dan oksitosin yang menyebabkan mio-epitel kelenjar susu berkontraksi sehingga air susu keluar (Ladewig, 1986). Selain menguntungkan bagi ibu, pemberian ASI juga hal yang mutlak diberikan pada bayi. Bahkan bagi ibu yang sehat, dianjurkan untuk menyusui bayinya sekitar 30 menit setelah melahirkan bayinya (Kasdu, 2001).

ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi, namun walau pemerintah telah menghimbau pemberian ASI ekslusif, angka pemberian ASI di Indonesia masih rendah. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002, hanya 3,7% bayi yang memperoleh ASI pada hari pertama. Sedangkan pemberian ASI pada bayi umur kurang 2 bulan sebesar 64%, antara 2-3 bulan 45,5%, antara 4-5 bulan 13,9% dan antara 6-7 bulan 7,8% (Tasya, 2008).

Menurut profil Dinkes Sumut 2005, di 9 kabupaten Sumatera Utara yang tidak memberikan ASI eksklusif adalah Asahan 90%, Tanjung Balai 84%, Tobasa 81%, Tapanuli Selatan 68,5%, Sibolga 68%, Tapanuli Utara 58,5%, Tapanuli Tengah 46%, dan Labuhan Batu 39%.


(12)

Banyak faktor yang menyebabkan seseorang tidak dapat menyusui bayinya. Salah satunya karena air susu tidak keluar. Penyebab air susu tidak keluar juga tidak sedikit, mulai dari stress mental sampai ke penyakit fisik, termasuk malnutrisi (Arisman, 2004). Gizi ibu yang kurang baik, diit yang terlalu ketat pasca bersalin, dan penurunan berat badan yang sangat drastis akan menurunkan produksi ASI dan mempengaruhi pemberian ASI pada bayi. Dampak dari kurangnya konsumsi ASI pada bayi dapat mengakibatkan terjadinya gagal tumbuh (failure to thrive) pada bayi (soetjiningsih, 1997).

Asupan gizi yang kurang menyebabkan kebutuhan gizi yang diperlukan untuk memproduksi ASI diambil dari tubuh ibu. Jika keadaan ini dibiarkan berlarut-larut, maka selain kondisi tubuh ibu akan terganggu, produksi ASI pun akan berkurang, kualitasnya menurun, dan jangka waktu menyusui menjadi relatif singkat (Kasdu, 2001).

Menurut Burns (2000), ada beberapa zat gizi yang harus banyak dikonsumsi selama menyusui, yaitu protein, lemak dan banyak buah-buahan dan sayuran. Minum banyak cairan berupa air putih, susu, teh dan sari buah untuk memulihkan tenaga setelah melahirkan, merawat bayi dan pekerjaan lain yang harus dilakukan. Namun, sebagian masyarakat percaya bahwa ibu menyusui tidak boleh makan makanan tertentu. Kadang-kadang ibu diberi makanan khusus selama menyusui. Praktek semacam ini perlu dilestarikan terutama bila makanan tersebut bergizi tinggi. Makanan yang baik akan membantu tubuh ibu segera sehat dan kuat dengan cepat setelah melahirkan.


(13)

Menurut Swasono (1998), masyarakat di mana pun di dunia memiliki kategori tentang makanan yang didefinisikan secara budaya. Dalam kategori makanan tersebut, alasan dari pembagian makanan tidak hanya didasarkan atas klasifikasi menurut jenis makanan, tetapi juga atas makna dari makanan itu sendiri dalam kehidupan masyarakat.

Pemenuhan gizi pada masyarakat Indonesia juga masih banyak dipengaruhi oleh faktor sosial budaya, antara lain keyakinan dan suku tertentu yang memiliki pantangan makanan yang bergizi yang berdampak pada kurangnya kecukupan gizi pada masa menyusui. Fenomena ini didukung oleh hasil penelitian Anggorodi (1985) yang berjudul Kehamilan, Kelahiran, Perawatan Ibu dan Bayi dalam Konteks Budaya pada masyarakat Simpar dan Kosambi, Jawa Barat. Pada penelitian tersebut didapatkan perilaku masyarakat yang melakukan beberapa pantangan makanan dengan alasan yang kurang tepat setelah melahirkan yang sebenarnya sangat diperlukan untuk pemulihan kesehatan pasca melahirkan dan produksi ASI (Swasono, 1998).

Selain keyakinan dan suku, kemampuan keluarga untuk membeli makanan,pengetahuan tentang zat gizi, dan dukungan sosial keluarga juga mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui (Paath, 2004).

Berdasarkan hasil survey pendahuluan, banyak ibu menyusui di lingkungan desa Gunung Tinggi kecamatan Pancur Batu dengan sistem sosial budaya yang berbeda-beda memenuhi kebutuhan gizinya, sehingga status kesehatan dan pola pemberian ASI juga berbeda pada setiap ibu menyusui. Berdasarkan hasil wawancara peneliti kepada seorang ibu menyusui, peneliti


(14)

mendapat data bahwa ibu menyusui tidak diperbolehkan makan telur dan ikan gembung rebus karena dapat menyebabkan ASI menjadi amis dan kulit bayi menjadi gatal-gatal.

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian yang terkait dengan pengaruh faktor sosial budaya terhadap pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui.

.2 Pertanyaan Penelitian

Adakah pengaruh sosial budaya terhadap pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui di Desa Gunung Tinggi Kecamatan Pancur Batu ?

.3 Hipotesa

Hipotesa yang ditegakkan dalam penelitian ini adalah hipotesa alternatif (Ha), yaitu ada pengaruh sosial budaya terhadap pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui di Desa Gunung Tinggi Kecamatan Pancur Batu.

Hipotesa penelitian diterima jika nilai signifikan p < 0.05.

.4 Tujuan Penelitian

Mengidentifikasi pengaruh sosial budaya terhadap pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui di Desa Gunung Tinggi Kecamatan Pancur Batu.


(15)

1.5 Manfaaat Penelitian 1.5.1 Praktek Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif dalam mengatasi permasalahan yang ditemukan dalam masyarakat dan pemberian intervensi yang komprehensif terkait dengan sosial budaya yang mempengaruhi kebutuhan gizi ibu menyusui.

1.5.2 Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menyediakan informasi kepada tenaga pendidik khususnya bagian Keperawatan Maternitas untuk memberikan penekanan materi pada masalah yang sering timbul dalam masyarakat, terutama sosial budaya yang mempengaruhi kebutuhan gizi ibu menyusui. 1.5.3 Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan atau sumber data bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut tentang sosial budaya yang mempengaruhi kebutuhan gizi ibu menyusui.


(16)

BAB 2

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Menyusui

Menyusui adalah proses pemberian ASI pada bayi oleh ibu dan merupakan kondisi alamiah yang dialami oleh wanita setelah melahirkan bayi. Masa menyusui merupakan masa yang sangat membahagiakan bagi ibu dan bayi. Pada saat bayi menghisap ASI melalui putting susu, rasa kehangatan dan kasih sayang akan tercurah kepada si buah hati (Krisnatuti & Hastoro, 2000).

2.1.1 Komposisi ASI

Menurut Suraatmaja (1997), komposisi ASI tidak konstan dan tidak sama dari waktu ke waktu. Ada beberapa yang mempengaruhi komposisi ASI antara lain adalah stadium laktasi, ras, diit ibu dan keadaan gizi.

Berdasarkan stadium laktasi, ASI dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok, (Suraatmaja, 1997), yaitu :

a. Kolostrum

Merupakan cairan viscous kental dengan warna kekuning-kuningan yang pertama kali disekresikan oleh kelenjar payudara sampai hari ketiga atau keempat. Komposisi dari kolostrum dari hari ke hari selalu berubah. Kolostrum mengandung protein, antibodi, karbohidrat, mineral dan vitamin. Volume kolostrum berkisar 150-300 ml/24 jam.


(17)

b. Air Susu Masa Peralihan

Merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai menjadi ASI yang matur. ASI peralihan disekresikan dari hari keempat sampai hari kesepuluh dari masa laktasi, tetapi ada pula pendapat yang mengatakan bahwa ASI peralihan dapat diproduksi sampai minggu kelima. ASI peralihan mengandung protein yang lebih rendah dibandingkan dengan kolostrum, tetapi kandungan karbohidr dan lemak lebih tinggi dari pada kolostrum.

c. Air Susu Matur

Merupakan ASI yang disekresikan pada hari kesepuluh dan seterusnya, komposisinya relatif konstan, tetapi ada yang menyatakan bahwa komposisi ASI relatif konstan mulai minggu ketiga sampai minggu kelima. Kondisi ini akan berlangsung sampai bayi erumur 2-3 tahun.

2.1.2 Volume ASI

Seiring dengan bertambahnya umur bayi, volume ASI yang diproduksi akan mengalami perubahan. Perubahan volume ASI sesuai dengan kebutuhan bayi. Pada saat umur bayi mencapai tiga bulan, seorang ibu dapat memprduksi ASI sekitar 800 ml sehari. Pada saat umur bayi 6 bulan, bayi membutuhkan makanan pendamping ASI yang menyebabkan menurunnya produksi ASI (Krisnatuti & Hastoro, 2000).

Menurut Asmi (1997), ibu dengan gizi baik akan dapat memberikan ASI sekitar 600 ml pada bulan pertama, pada bulan ketiga meningkat menjadi 700-750


(18)

ml. Sedangkan pada bulan keempat meningkat menjadi 750-800 ml. Kemudian akan menurun atau berkurang tergantung isapan bayi.

2.1.3 Zat Gizi Ibu Menyusui a. Defenisi Zat Gizi

Zat gizi adalah bahan dasar yang menyusun bahan makanan. Makanan setelah dikonsumsi akan mengalami proses pencernaan di dalam alat pencernaan dan diuraikan menjadi zat gizi. Zat gizi ada lima, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Fungsi umum zat gizi tersebut adalah :

a) Sebagai sumber energi atau tenaga;

b) Menyokong pertumbuhan badan yaitu penambahan sel baru pada sel yang sudah ada;

c) Memelihara jaringan tubuh, mengganti sel yang rusak atau aus;

d) Mengatur metabolisme dan mengatur keseimbangan air, mineral, dan asam – basa di dalam cairan tubuh;

e) Berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap penyakit sebagai antibody dan antitoksin (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI, 2008).

b. Kebutuhan gizi bagi ibu menyusui

Gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air susu, yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh-kembang bayi. Kualitas dan jumlah makanan yang dikonsumsi ibu sangat berpengaruh pada jumlah ASI yang


(19)

dihasilkan. Ibu yang menyusui bayi, harus memproduksi 800-1000 cc ASI. Dengan demikian, ibu menyusui disarankan memperoleh tambahan zat makanan 800Kkal yang digunakan untuk memproduksi ASI dan untuk aktivitas ibu itu sendiri ( Paath dkk, 2004).

Ibu menyusui membutuhkan sekitar 500 kalori per hari untuk menghasilkan air susu bagi kebutuhan bayinya. Untuk mengetahui terpenuhinya kebutuhan kalori dengan cara menimbang berat badan, apabila terjadi penurunan lebih dari 0,9 kg per minggu setelah tiga minggu pertama menyusui, berarti kebutuhan kalori tidak tercukupi, sehingga akan mengganggu produksi air susu. Karena volume produksi ASI berkurang pada diit rendah kalori, maka dengan sendirinya energinya pun akan berkurang.

Protein sangat diperlukan untuk peningkatan produksi air susu.Ibu menyusui membutuhkan tiga porsi protein per hari selama menyusui. Perubahan diit ibu yang buruk akan berpengaruh pada kadar protein ASI. Ibu akan kehilangan protein tubuh maupun cadangan zat-zat gizi lain dari dalam tubuhnya untuk mempertahankan mutu ASI.

Kadar vitamin dalam ASI sangat dipengaruhi oleh vitamin yang dimakan ibu, jadi suplementasi vitamin pada ibu akan menaikkan kadar vitamin ASI. Karena bayi tidak dapat memperoleh kebutuhan vitamin C selain dari air susu ibu, maka ibu menyusui perlu makan dua porsi makanan segar yang mengandung viamin C per hari, untuk menjamin bahwa air susu merupakan sumber vitamin C bagi bayinya.


(20)

Selama menyusui kebutuhan kalsium akan meningkat satu porsi sehari, melebihi kebutuhan selama kehamilan, dengan total lima porsi sehari. Begitu juga dengan kebutuhan sayuran dan buah-buahan akan meningkat, untuk menjamin adanya vitamin A dan vitamin yang esensial lain dalam air susu. Jumlah kebutuhan adalah tiga porsi sehari, baik sayuran berwarna hijau maupun sayuran dan buah-buahan berwarna kuning.

Karbohidrat kompleks adalah salah satu sumber vitamin B dan mineral terbaik untuk pertumbuhan bayi. Dengan demikian selama menyusui anda harus mengonsumsi makanan yang banyak mengandung karbohidrat kompleks.

Ibu menyusui memerlukan pergantian simpanan darah yang hilang setelah melahirkan, dan untuk keperluan bayi. Untuk itu selama menyusui makanlah makanan yang kaya akan zat besi setiap hari. Karena tidak mungkin didapatkan hanya dari makanan, maka ibu menyusui perlu mendapat suplemen zat besi sedikitnya 30-60 mg perhari.

Lemak merupakan komponen penting dalam air susu, sebagian kalori yang dikandungnya berasal dari lemak. Lemak bermanfaat untuk pertumbuhan bayi. Kebutuhan lemak berkaitan dengan berat badan, apabila berat badan ibu menyusui turun, maka tingkatkan asupan lemak sampai empat porsi sehari. Bila konsumsi lemak cukup, maka lemak dalam ASI komposisinya sama dengan dalam diit ibu. Sedangkan bila diit lemak kurang maka komposisi dalam ASI sama dengan lemak dalam depot ibu.

Garam dalam jumlah yang cukup diperlukan untuk pembentukan air susu. Garam yang digunakan harus mengandung yodium, karena yodium sangat


(21)

dibutuhkan oleh bayi. Hindari makanan olahan, dan makanan cepat saji dalam jumlah yang banyak, karena makanan tersebut mengandung garam lebih banyak dari yang dibutuhkan.

Ibu menyusui sangat membutuhkan cairan agar dapat menghasilkan air susu dengan cepat, hampir 90 % air susu ibu terdiri dari air. Minumlah delapan gelas air perhari, atau lebih jika udara panas, banyak berkeringat dan demam. Terlalu banyak minum lebih dari 12 gelas perhari juga tidak baik karena dapat menurunkan pembentukan air susu. Waktu minum yang paling baik adalah pada saat bayi sedang menyusu atau sebelumnya, sehingga cairan yang diminum bayi dapat diganti (Asmi, 1997).

2.1.4 Pola Makan

Menurut Krisnatuti dan Hastoro (2000), masa menyusui memberikan pengaruh yang cukup berarti terhadap proses metabolisme tubuh karena kebutuhan zat-zat gizi meningkat tajam. Upaya untuk mempertahankan gizi dengan baik dan seimbang pada masa menyusui adalah salah satu cara untuk menjaga kesehatan. Pada ibu menyusui, tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang berlebihan atau berdiet.

Pada ibu menyusui tidak terdapat pantangan makanan, misalnya makan buah segar, daging, ikan, susu, sayur-sayuran, kacang-kacangan, telur yang sebenarnya sangat dianjurkan (Soetjiningsih, 1997).

Pola makan yang sehat adalah makanan yang dikonsumsi mengandung jumlah kalori dan zat-zat gizi yang sesui dengan kebutuhan, seperti karbohidrat,


(22)

protein, vitamin, mineral, serat, dan air. Pola makan juga harus diatur secara rasional. Ibu yang sebelum menyusui makan tiga kali sehari, selama menyusui frekwensi makan harus di tambah. Selain memperlancar produksi ASI, juga untuk mempercepat proses pemulihan kesehatan ibu setelah persalinan (Krisnatuti & Hastoro, 2000).

2.1.5 Dampak Kebutuhan Gizi yang Tidak Terpenuhi

Selain untuk produksi ASI, pada ibu menyusui semua makanan yang dikonsumsi digunakan untuk aktivitas dan metabolisme dalam tubuh. Bila ibu tidak memperoleh makanan dengan gizi yang seimbang dapat mengakibatkan ibu kekurangan gizi dan kekurangan darah atau anemia (Burns, 2000)

Keadaan gizi ibu pada masa menyusui juga sangat berpengaruh terhadap produksi dan kualitas ASI. Ibu dengan gizi kurang akan memberikan ASI dengan jumlah yang menurun yaitu pada enam bulan pertama berkisar antara 500-700 ml, enam bulan kedua menurun antara 400-600 ml sampai pada tahun ke II menjadi 300-400 ml (Asmi, 1997).


(23)

2.2 Sosial

2.2.1 Defenisi Sosial

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989), sosial adalah berkenaaan dengan masyarakat dan sifat-sifat kemasyarakatan. Sedangkan menurut Sudarno dalam Salim (2002), kata sosial berasal dari bahasa Latin yaitu socius yang berarti segala sesuatu yang lahir, tumbuh dan berkembang dalam kehidupan bersama.

Sudarno dalam Salim (2002) menekankan pengertian sosial pada strukturnya. Jadi struktur sosial (social structure) adalah suatu tatanan, hierarki dan hubungan-hubungan sosial dalam masyarakat yang menempatkan pihak-pihak tertentu (individu, keluarga, kelompok dan kelas) di dalam posisi-posisi sosial tertetu berdasarkan suatu sistem nilai dan norma yang berlaku pada sistem masyarakat pada waktu tertentu. Menyambung pengertian dari Sudarno di atas, Winandi dalam Ibrahim (2003) menyebutkan bahwa struktur sosial terdiri atas seperangkat unsur yang mempunyai ciri-ciri tertentu dan seperangkat hubungan di antara unsur-unsur tersebut.

Jadi dapat disimpulkan bahwa sosial adalah segala sesuatu yang lahir, tumbuh dan berkembang dalam kehidupan bersama berdasarkan suatu sistem nilai dan norma yang berlaku pada sistem masyarakat pada waktu tertentu.

2.2.2 Faktor-faktor Sosial

Anderson dalam muzaham (1995) menyebutkan faktor-faktor sosial itu meliputi pendidika dan suku bangsa. Gottlieb (1983) dalam Kuntjoro (2002) menambahkan dukungan sosial sebagai salah satu faktor sosial. Dengan


(24)

mengadopsi pendapat Anderson dan Gottlieb tersebut maka faktor-faktor sosial itu adalah pendidikan, suku bangsa dan dukungan sosial.

a. Pendidikan

Pendidikan berarti perbuatan (hal, cara, dan sebagainya) mendidik (Purwadarminta, 1985). Pendidikan sebagai suatu konsep, memiliki sifat yang cukup terbuka untuk menelaah berbagai fenomena sosial di masyarakat. Sedangkan pendidikan dalam arti formal sebenarnya adalah suatu proses penyampaian bahan / materi pendidikan oleh pendidik kepada sasaran pendidikan (anak didik) guna mencapai perubahan tingkah laku (Notoatmodjo, 1993).

Pengertian pendidikan digunakan untuk menunjuk atau menyebutkan suatu jenis peristiwa yang dapat terjadi di berbagai jenis lingkungan. Jenis lingkungan ini adalah interaksi antara dua manusia atau lebih yang dirancang untuk menimbulkan atau berdampak timbulnya suatu proses pengembangan atau pematangan pandangan hidup pribadi. Sedangkan jenis lingkungan tempat terjadinya interaksi ini dapat berupa keluarga, sekolah, tempat bekerja, tempat bermain, berolah raga atau berekreasi ataupun tempa-tempat yang lain (Buchori, 2001).

b. Dukungan Sosial

Sebagai makhuk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain, manusia membutuhkan dukungan sosial dari orang-orang disekitarnya berupa penghargaan, perhatian dan cinta. Gottlieb (1983) mendefenisikan dukungan


(25)

sosial sebagai info verbal atau non verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dalam subjek di dalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Menurut Rook & Dooley (1985) sumber dukungan sosial ada dua yaitu natural dan artifisial. Sumber dukungan sosial yang natural berasal dari oang-orang yang ada di sekitarnya misalnya dukungan keluarga, teman dekat atau relasi (Kuntjoro, 2002).

c. Suku

Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa dengan berbagai latar belakang kebudayaan yang berbeda. Perbedaan ini akan menghasilkan tingkah laku individu atau tingkah laku kelompok. Tingkah laku yang dimaksudkan bukan hanya kegiatan yang bisa diamati dengan mata saja, tetapi juga apa yang ada di dalam pikiran mereka. Pada manusia tingkah laku ini tergantung dari pembelajaran. Apa yang mereka lakukan adalah hasil dari proses belajar yang dilakukan oleh manusia sepanjang hidup disadari atau tidak. Mereka mempelajari bagaimana bertingkah laku ini dengan cara mencontoh atau belajar dari generasi sebelumnya dan juga dari lingkungan alam dan sosial yang ada di Indonesia akan selalu berkembang mengikuti proses perkembangan bangsanya (Soerojo, 1990 dalam Paulus, 1994).


(26)

2.3 Budaya

2.3.1 Defenisi Budaya

Kata budaya berasal dari kata budh dalam bahasa Sanskerta yang berarti akal, kemudian menjadi kata budhi (tunggal) atau budhayah (majemuk), sehingga budaya diartikan sebagai hasil pemikiran atau akal manusia. Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa budaya berasal dari kata budi dan daya. Budi adalah akal yang merupakan unsur rohani dalam kebudayaan, sedangkan daya berarti perbuatan atau ikhtiar sebagai unsur jasmani, sehingga budaya diartikan sebagai hasil dari akal dan ikhtiar manusia (Widyosiswoyo, 2004).

Pemilihan defenisi budaya yang tepat sangat sukar karena begitu banyak orang yang mendefenisikannya. Menurut Ki Hajar Dewantara, budaya berarti buah budi manusia yang merupakan hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni alam dan zaman (kodrat dan masyarakat) yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran dalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya besifat tertib dan damai. Alisyahbana mengatakan bahwa budaya manifestasi dari cara berpikir, sehingga menurutnya pola kebudayaan itu sangat luas sebab semua laku dan perbuatan tercakup di dalamnya dan dapat diungkapkan pada basis dan cara berpikir, termasuk di dalamnya perasaan karena perasaan juga merupakan maksud dari pikiran.

Menurut Koentjoroningrat budaya berarti keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar serta keseluruhan dari hasil budi pekerti. Sedangkan Kroeber dan Kluckhohn di dalam bukunya yang berjudul


(27)

Culture : A Critical Review Concepts and Definitions (1952), mengatakan bahwa

budaya adalah manifestasi atau penjelmaan kerja jiwa manusia dalam arti seluas-luasnya. Malinowski menyebutkan budaya pada prisipnya berdasarkan atas berbagai sistem kebutuhan tubuh manusia. Tiap tingkat kebutuhan itu menghadirkan corak budaya yang khas. Sedangkan Peursen mengartikan budaya sebagai maifestasi kehidupan setiap orang dan kehidupan kelompok orang. Manusia tidak dapat hidup begitu saja di tengah alam, oleh karena itu untuk dapat hidup, manusia harus mengubah segala sesuatu yang telah disediakan di alam.

Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa budaya adalah keseluruhan gagasan, ide-ide serta karya manusia yang lahir sebagai hasil dari akal dan ikhtiar manusia.

2.3.2 Faktor-faktor Budaya

Menurut Kluckhohn dalam Widyosiswoyo (2004), ada beberapa faktor dalam kebudayaaan universal yaitu sistem religi dan keyakinan, sistem organisasi kemasyarakatan, sistem mata pencaharian hidup, sistem teknologi dan peralatan, sistem pengetahuan, bahasa serta kesenian. Menurut Anderson (Muzaham, 2004), salah satu faktor budaya tersebut di atas yaitu sistem pengetahuan dikategorikan sebagai faktor sosial. Sehingga faktor-faktor budaya sesuai dengan yang telah disebutkan di atas kecuali sistem pengetahuan.

a. Sistem religi dan keyakinan

Sistem religi dan keyakinan merupakan produk manusia sebagai homo

religious. Manusia yang memiliki kecerdasan pikiran dan perasaan luhur, tanggap


(28)

(supranatural) yang dapat menghitam putihkan kehidupannya. Oleh karena itu manusia takut sehingga menyembah-Nya dan lahirlah kepercayaan yang sekarang menjadi agama. Untuk membujuk kekuatan besar tersebut agar mau menuruti kemauan manusia, dilakukan usaha yang diwujudkan dalam sistem religi dan keyakinan (Widyosiswoyo, 2004).

b. Sistem Organisasi Kemasyarakatan

Merupakan produk dari manusi sebagai homo socius. Manusia sadar bahwa tubuhnya lemah. Namun dengan akalnya manusia membentuk kekuatan dengan cara menyusun organisasi kemasyarakatan yang merupakan tempat bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama yaitu meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Dalam masyarakat tradisional, sistem gotong royong seperti yang terdapat di Indonesia merupakan contoh khas (Widyosiswoyo, 2004).

c. Sistem mata pencaharian hidup

Merupakan produk dari manusia sebagai homo economicus yang menjadikan tingkat kehidupan manusia secara umum terus meningkat. Dalam tingkat sebagai food gathering, kehidupan manusia sama dengan hewan. Tetapi dalam tingkat food producing terjadi kemajuan yang pesat. Setelah bercocok tanam, kemudian beternak lalu mengusahakan kerajinan, berdagang, manusia makin dapat mencukupi kebutuhannya yang terus meningkat (rising demands) yang kadang-kadang cenderung serakah. Sistem mata pencaharian hidup ini meliputi jenis pekerjaan dan penghasilan (Widyosiswoyo, 2004).


(29)

d. Sistem teknologi dan peralatan

Merupakan produk manusia sebagai homo faber. Bersumber dari pemikirannya yang cerdas serta dibantu dengan tangannya yang dapat memegang sesuatu yang erat, manusia dapat menciptakan sekaligus mempergunakan suatu alat. Dengan alat-alat ciptaan itu manusia dapat lebih mampu mencukupi kebutuhannya dari pada hewan (Widyosiswoyo, 2004).

e. Bahasa

Merupakan produk dari manusia sebagai homo longuens. Bahasa manusia pada mulanya diwujudkan dalam bentuk tanda (kode), yang kemudian disempurnakan dalam bentuk bahasa lisan, dan akhirnya menjadi bahasa tulisan. Semuanya merupakan simbol sehingga Ernest Casirier menyebut manusia sebagai

animal symbolic. Bahasa-bahasa yang telah maju memiliki kekayaan kata (causa

kata) yang besar jumlahnya sehingga makin komunikatif (Widyosiswoyo, 2004). f. Kesenian

Merupakan hasil dari manusia sebagai homo esteticus. Setelah manusia dapat mencukupi kebutuhan fisiknya maka manusia perlu dan selalu mencari pemuasuntuk memenuhi kebutuhan psikisnya. Manusia semata-mata tidak hanya memenuhi kebutuhan isi perut saja, tetapi mereka perlu juga pandangan mata yang indah serta suara yang merdu. Semuanya dapat dipenuhi melalui kesenian. Kesenian ditempatkan sebagai faktor terakhir karena beberapa sebelumnya pada umumnya harus dipenuhi terlebih dahulu (Widyosiswoyo, 2004).


(30)

2.4 Pengaruh Sosial Budaya terhadap Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui 2.4.1 Pendidikan

Pengetahuan tentang gizi sangat mempengaruhi ibu dalam menata menu keluarga. Kedalaman dan keluasan pengetahuan ibu tentang gizi menuntunnya dalam pemilihan jenis makanan yang akan dikonsumsi baik dari segi kualitas, variasi, maupun ragam pangan yang diselaraskan dengan konsep pangan. Misalnya, konsep pangan yang berkaitan denga kebutuhan fisik, apakah asal makan kenyang atau makan untuk memenuhi kebutuhan tubuh.

Jika seorang ibu memiliki pengetahuan yang luas tetang gizi maka ia akan mampu menata menu keluarga yang memiliki gizi seimbang sehingga akan menciptakan anggota keluarga yang sehat dan cerdas. Sebaliknya, jika seorang ibu memiliki pengetahuan yang buruk tentang gizi maka ia tidak akan mampu menata menu keluarga dengan baik (Marwanti, 2000). Kurangnya pengetahuan tentang gizi dan kemampuan untuk menerapkan informasi tentang gizi merupakan sebab-sebab penting terjadinya gangguan gizi terhadap masyarakat. Oleh sebab-sebab itu pengetahuan tetang gizi sangat diperlukan untuk menciptakan makanan yang sehat dan bergizi lengkap (Suhardjo, 1996).

2.4.2 Dukungan Sosial

Menurut Rook & Dooley (1985), sumber dukungan sosial salah satunya adalah dukungan keluarga. Fungsi keluarga meliputi reproduksi, upaya merawat anak dan membesarkan anak, nutrisi, pemeliharaan kesehatan dan rekreasi. Kemampuan untuk menjalankan fungsi-fungsi tersebut secara tidak langsung


(31)

membutuhkan prasyarat tertentu seperti keturunan genetik yang sehat, penatalaksanaan fertilitas, perawatan selama siklus maternitas, perilaku diet yang baik, pemanfaatan kesehatan yang optimal, persahabatan dan perawatan anggota keluarga (Bobak, 2004). Namun, anggapan lain yang muncul seperti dalam mengkonsumsi hidangan makanan di dalam keluarga, biasanya sang ayah sebagai kepala keluarga akan diprioritaskan mengkonsumsi lebih banyak dan pada bagian-bagian makanan yang mengandung nilai cita rasa tinggi. Sedangkan anggota keluarga lainnya seperti sang ibu dan anak-anak mengkonsumsi pada bagian-bagian hidangan makanan yang secara cita-rasa maupun fisiknya rendah. Sebagai contoh masyarakat di Timor yaitu : apabila dihidangkan makanan daging ayam, maka sang ayah akan mendapat bagian paha atau dada sedangkan sang ibu dan anak-anak akan mendapat bagian sayap atau lainnya (Beny, 2008). Menurut Suhardjo (1996), Hal tersebut diatas dapat menimbulkan distribusi konsumsi pangan yang tidak baik atau maldistribution diantara keluarga apalagi pengetahuan gizi belum dipahami oleh keluarga.

2.4.3 Sistem Mata Pencaharian

Sistem mata pencaharian hidup ini meliputi jenis pekerjaan dan penghasilan (Widyosiswoyo, 2004).

Menurut Berg (1989), pendapatan atau penghasilan merupakan faktor yang paling menentukan kuantitas dan kualitas makanan. Dengan tingkat pendapatan yang semakin tinggi maka keluarga akan lebih mampu memenuhi kebutuhan


(32)

makanan anggota keluarganya, baik secara kuantitas maupun kualitas dan semakin baik pula status gizinya.

Namun diharapkan dengan uang yang sedikit tersebut dapat digunakan untuk membeli bahan makanan yang memenuhi kandungan gizi. Jadi dalam mengelola uang diperlukan pertimbangan yang cermat. Hal ini dimaksudkan agar dapat menggunakan uang belanja dengan sebaik-baiknya serta dapat mencukupi kebutuhan keluarga, baik dalam segi kualitas maupun kuantitas (Marwanti, 2000).

2.4.4 Suku

Indonesia adalah bangsa yang memiliki keanekaragaman budaya yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dengan latar belakang etnis, suku dan tata kehidupan sosial yang berbeda satu dengan yang lain. Hal ini telah memberikan suatu formulasi struktur sosial masyarakat yang turut mempengaruhi menu makanan maupun pola makan. Banyak sekali penemuan para ahli sosiolog dan ahli gizi menyatakan bahwa faktor budaya sangat berperan terhadap proses terjadinya kebiasaan makan dan bentuk makanan itu sendiri, sehingga tidak jarang menimbulkan berbagai masalah gizi apabila faktor makanan itu tidak diperhatikan secara baik oleh kita yang mengkonsumsinya. Sebagai contoh : bahwa suku Jawa makanan pokoknya akan berbeda dengan orang Timor atau pendek kata bahwa setiap suku-etnis yang ada pasti mempunyai makanan pokoknya tersediri. Selain itu, ada juga beberapa suku yang memantang makanan tertentu seperti di Jawa Timur pantangan makanan bagi ibu menyusui adalah telur karena dapat menyebabkan perdarahan dan di Kalimantan Tengah, beberapa jenis ikan tertentu


(33)

dianggap dapat menyebabkan bau amis pada ASI sehingga mengakibatkan bayi sakit perut (Yayuk dkk, 2004). Keragaman dan keunikan budaya yang dimiliki oleh suatu etnitas masyarakat tertentu merupakan wujud dari gagasan, rasa, tindakan dan karya sangat menjiwai aktivitas keseharian baik itu dalam tatanan sosial, teknis maupun ekonomi telah turut membentuk karakter fisik makanan, seperti menu, pola dan bahan dasar (Beny, 2008).


(34)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konsep dari penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pengaruh sosial budaya terhadap pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui. Menyusui adalah proses pembeian ASI pada bayi oleh ibu dan merupakan kondisi alamiah yang dialami oleh wanita setelah melahirkan bayi. Gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air susu, yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh-kembang bayi dan untuk aktivitas ibu itu sendiri ( Paath dkk, 2004). Dalam memenuhi kebutuhan gizi selama menyusui, ibu dipengaruhi oleh sosial budaya yang diyakini oleh masyarakat untuk mendukung tercapainya kesehatan yang lebih baik. Jadi, pemenuhan kebutuhan gizi ibu selama menyusui tersebut dilakukan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi (Swasono,1998).

Keterangan : = diteliti

= pengaruh

Skema 3.1 Kerangka konsep penelitian Pengaruh sosial budaya terhadap

Sosial Budaya

Pemenuhan

kebutuhan gizi

ibu menyusui


(35)

3.2 Defenisi Operasional 3.2.1 Sosial Budaya

Adalah segala bentuk kebiasaan ataupun keyakinan yang dimiliki oleh ibu menyusui dalam memenuhi kebutuhan gizi selama menyusui.

3.2.2 Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu menyusui

Adalah aktivitas atau tindakan ibu menyusui dalam kehidupan sehari-hari untuk menjaga dan mempertahankan kesehatan ibu dan bayi dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi.


(36)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desian penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif korelasi, yaitu jenis penelitian yang menelaah hubungan antara variabel pada suatu situasi atau sekelompok subyek (Notoatmodjo, 2002). Hal ini dilakukan untuk melihat pengaruh sosial budaya terhadap pemenuhan kebutuhan gizi ibu selama menyusui.

4.2 Populasi dan Sampel 4.2.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah ibu menyusui yang tinggal di Desa Gunung Tinggi yang terdiri atas 4 Dusun, yaitu Dusun I Gunung Tinggi, Dusun II Lau Timah, Dusun III Sebirik-birik dan Dusun IV Lau Mbergeh. Berdasarkan data yang diperoleh dari kader Posyandu, jumlah ibu menyusui di Dusun I sebanyak 10 Orang, di Dusun II sebanyak 9 orang, di Dusun III sebanyak 15 orang dan di Dusun IV sebanyak 3 orang, sehingga diperoleh jumlah keseluruhan ibu menyusui di Desa Gunung Tinggi adalah berjumlah 37 orang.

4.2.2 Sampel

Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan totally sampling (sampling jenuh). Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel dan sering dilakukan bila


(37)

populasi relatif kecil (Ginting, 2008). Maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 37 orang.

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Gunung Tinggi Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang, pada bulan maret 2010. Adapun alasan pemilihan lokasi tersebut adalah pada daerah tersebut memiliki banyak variasi suku, agama, pekerjaan dan tingkat pendidikan. Selain itu, penelitian tentang pengaruh faktor sosial budaya terhadap pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui belum pernah dilakukan di Desa Gunung Tinggi Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.

4.4 Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah peneliti dinyatakan lulus dalam seminar proposal dan mendapat izin dari bagian pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara serta persetujuan dari Kepala Desa Gunung Tinggi. Kemudian peneliti menemui responden dan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka responden dipersilahkan untuk menandatangani informed consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Penelitian ini tidak menimbulkan risiko bagi individu yang menjadi responden, baik risiko fisik maupun psikis. Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak


(38)

menuliskan nama responden pada instrumen dan peneliti memusnahkan instrumen penelitian setelah proses penelitian selesai. Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

4.5 Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada kerangka konsep dan tinjauan pustaka. Instrumen ini terdiri atas 3 bagian, yaitu kuesioner data demografi, kuesioner data sosial budaya, dan kuesioner data pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui.

Kuesioner data demografi responden meliputi usia, suku, agama, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan dalam sebulan.

Kuesioner data sosial budaya terdiri atas 9 pertanyaan positif dengan pilihan jawaban sangat setuju (SS) nilai 4, setuju (S) nilai 3, tidak setuju (TS) nilai 2, dan sangat tidak setuju (STS) nilai 1, sehingga akan diperoleh nilai tertinggi 36 dan nilai terendah 9. Sosial budaya dibagi menjadi 2 kategori yaitu sosial budaya yang baik dan sosial budaya yang kurang baik. Panjang kelas untuk dua kategori dihitung berdasarkan perhitungan statistik (Sudjana, 2005) yaitu :

Nilai tertinggi – Nilai terendah P (panjang kelas) =

Banyak kelas

Kuesioner pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui terdiri dari 9 pertanyaan positif dengan pilihan jawaban Selalu (SL) nilai 4, Sering (S) nilai 3, Kadang-kadang (KK) nilai 2, dan Tidak Pernah (TP) nilai 1, sehingga akan


(39)

diperoleh nilai tertinggi 36 dan nilai terendah 9. Pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui dibagi menjadi 2 kategori yaitu pemenuhan kebutuhan gizi baik dan pemenuhan kebutuhan gizi kurang baik.

4.6 Validitas dan Reliabilitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi (Arikunto, 2006). Jenis validitas yang diukur adalah validitas isi yaitu suatu keputusan tentang bagaimana instrumen dengan baik mewakili karakteristik yang dikaji keputusan-keputusan biasanya didasarkan pada riset sebelumnya dalam bidang tersebut dan pendapat-pendapat ahli (Brockopp &Tolsma. 1999). Dalam hal ini ahli yang diminta untuk melakukan uji validitas adalah Ibu Siti Zahara Nasution, S.Kp, MNS. Hasil validasi instrumen penelitian dapat dibaca pada lampiran 4.

Reliabilitas adalah adanya suatu kesamaan hasil apabila pengukuran dilaksanakan oleh orang yang berbeda ataupun waktu yang berbeda. Uji reliabilitas dilakukan secara internal konsistensi. Pengujian ini dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian dianalisis dengan teknik tertentu (Setiadi, 2007). Dalam hal ini kuesioner dicobakan pada 10 responden di desa Namo Rangkup, kemudian dianalisa dengan menggunakan formula Cronbach Alpha dalam program SPSS 17. Berdasarkan uji reliabilitas yang dilakukan maka untuk kuesioner data sosial budaya diperoleh nilai 0,769 dan untuk kuesioner data pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui diperoleh nilai


(40)

0,766 (lampiran 5). Menurut Polit & Hungler (1999), suatu instrumen yang baru reliabel bila koefisiennya 0,70 atau lebih.

4.7 Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan pengisian kosiener. Pengumpulan data dimulai setelah peneliti menerima surat izin pelaksanaan penelitian dari institusi pendidikan yaitu Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan surat izin dari lokasi penelitian yaitu di Desa Gunung Tinggi. Pada saat pengumpulan data peneliti menjelaskan waktu, tujuan, manfaat dan prosedur pelaksanaan penelitian kepada calon responden dan yang bersedia berpartisipasi di minta untuk menandatangani informed consent. Responden yang bersedia, diminta untuk mengisi kuesioner dan diberi kesempatan bertanya apabila ada pertanyaan yang tidak dipahami. Setelah kuesioner diisi, dikumpulkan kembali dan peneliti memeriksa kelengkapan data dan jika ada data yang kurang, dapat langsung dilengkapi. Selanjutnya data yang terkumpul dianalisa.

4.8 Analisa Data

Analisa data dilakukan melalui beberapa tahap yang dimulai dengan

editing untuk memeriksa kelengkapan dan data responden serta memastikan

bahwa semua jawaban telah diisi, dilanjutkan dengan memberi kode untuk memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi data. Kemudian dilakukan


(41)

pengolahan data dengan menggunakan teknik komputerisasi yaitu program SPSS 17.

Metode statistik untuk analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1) Statistik Univariat

Statistik univariat adalah prosedur untuk menganalisa data dari satu variabel yang bertujuan untuk mendeskripsikan suatu hasil penelitian ( Polit & Hungler, 1999). Pada penelitian ini, analisa data dengan metode statistik univariat akan digunakan untuk menganalisa data demografi, data sosial budaya dan data pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui di desa gunung tinggi kecamatan pancur batu.

Untuk menganalisa data sosial budaya dan pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui akan dianalisa dengan menggunakan skala interval dan akan ditampilkan dalam distribusi frekuensi.

2) Statistik Bivariat

Statistik bivariat adalah suatu prosedur untuk menganalisa hubungan antara variabel. Untuk melihat hubungan antara variabel independen (sosial budaya) dan dependen (pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui), akan digunakan uji Pearson yang akan ditampilkan dalam bentuk tabel hasil uji interpretasi yang terdiri dari nilai r, nilai p, dan arah korelasi. Nilai r menginterpretasikan kekuatan hubungan dengan level 0-1.


(42)

Jika r 0,0 – 0,19 = kekuatan hubungan sangat lemah r 0,20 – 0,39 = kekuatan hungan lemah

r 0,40 – 0,59 = kekuatan hubungan sedang r 0,69 – 0,79 = kekuatan hubungan kuat

r 0,80 – 1,00 = kekuatan hubungan sangat kuat

Nilai p menginterpretasikan nilai signifikan untuk uji satu arah, jika nilai p<0,05 maka terdapat korelasi bermakna antara variabel yang diuji dan jika nilai p>0,05 maka tidak terdapat hubungan yang bermakna antara variabel yang diuji (Nursalam, 2003). Uji Pearson digunakan karena variabel independen (sosial budaya) berskala numerik interval dan variabel dependen (pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui) berskala numerik ratio (Wasis, 2008).


(43)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan data hasil penelitian mengenai pengaruh sosial budaya terhadap pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui di desa Gunung Tinggi kecamatan Pancur Batu. Penelitian ini dilaksanakan mulai 8 Maret sampai 13 Maret 2010 di desa Gunung Tinggi kecamatan Pancur Batu dengan jumlah responden 37 orang ibu menyusui.

Hasil penelitian ini dibagi atas tiga bagian, yaitu tentang karakteristik responden, sosial budaya, dan pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui yang seterusnya dianalisa ada atau tidaknya pengaruh sosial budaya terhadap pemenuhan kebutuahn gizi ibu menyusui.

5.1.1 Distribusi Karakteristik Responden

Pada penelitian ini, usia ibu menyusui yang menjadi responden berada pada 16 – 26 tahun 25 orang (67,57%) dan 27 – 37 tahun 12 orang (32,43%), pada saat penelitian secara kebetulan hampir seluruh responden merupakan suku karo yaitu 34 orang (91,89%), agama yang dianut juga mayoritas Kristen 32 orang (86,49%), tingkat pendidikan responden kebanyakan SMA 20 orang (54,05%), pekerjaannya kebanyakan bertani 20 orang (54,05%) dan kebanyakan penghasilannya < Rp. 700.000 per bulan 26 orang (70,27%).

Berikut ini merupakan distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden (tabel 5.1).


(44)

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu Menyusui di Desa Gunung Tinggi Kecamatan Pancur Batu.

n = 37

No. Karakteristik Frekuensi Persentase

1. Usia 16 – 26 27 – 37

25 12 67,57 32,43 2. Suku Batak Karo Jawa 2 34 1 5,41 91,89 2,70 3. Agama

Islam Kristen 5 32 13,51 86,49 4. Tingkat Pendidikan

Tidak Sekolah SMP SMA Akademi/Perguruan Tinggi 2 10 20 5 5,41 27,03 54,05 13,51 5. Pekerjaan

Ibu Rumah Tangga Bertani/Buruh Wiraswasta Pegawai Negeri/Swasta 14 20 2 1 37,84 54,05 5,41 2,70 6. Penghasilan > Rp.1.500.000

Rp.700.000 – Rp.1.500.000 < Rp.700.000 1 10 26 2,70 27,03 70,27

5.1.2 Sosial Budaya

Berdasarkan kuesioner yang disebarkan kepada 37 orang ibu menyusui di desa Gunung Tinggi kecamatan Pancur Batu dapat diketahui bahwa mayoritas ibu menyusui menyatakan setuju bahwa pengetahuan ibu mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi selama menyusui yaitu sebanyak 30 ibu menyusui (81,1%), sebanyak 25 ibu menyusui (67,6%) menyatakan setuju makanan bergizi adalah makanan yang terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Sebanyak 32 ibu menyusui (86,5%) menyatakan setuju kualitas dan jumlah


(45)

makanan yang dikonsumsi ibu berpengaruh pada jumlah ASI yang dihasilkan, sebanyak 33 ibu menyusui (89,2%) menyatakan setuju keadaan gizi ibu berpengaruh terhadap produksi dan kualitas ASI. Ibu menyusui yang tidak setuju bahwa keluarga membantu ibu menyiapkan makanan sebanyak 9 ibu menyusui (24,3%) dan sebanyak 9 ibu menyusui menyatakan tidak setuju bahwa ibu menyusui boleh makan ikan dan telur.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Sosial Budaya Ibu Menyusui di Desa Gunung Tinggi Kecamatan Pancur Batu.

n = 37

No. Indikator Kriteria Jumlah

SS S TS STS

f % f % f % f % f % 1. Pengetahuan ibu

mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi selama menyusui

7 18,9 30 81,1 0 0 0 0 37 100

2. Makanan bergizi adalah makanan yang terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral

12 32,4 25 67,6 0 0 0 0 37 100

3. Kualitas dan jumlah makanan yang dikonsumsi ibu berpengaruh pada jumlah ASI yang dihasilkan

5 13,5 32 86,5 0 0 0 0 37 100

4. Keadaan gizi ibu berpengaruh terhadap produksi dan kualitas ASI

4 10,8 33 89,2 0 0 0 0 37 100

5. Keluarga membantu ibu menyiapkan


(46)

Lanjutan tabel 5.2

No. Indikator Kriteria Jumlah

SS S TS STS

f % F % f % f % f %

6. Keluarga berperan dalam memberikan makanan yang bergizi

0 0 28 75,7 9 24,3 0 0 37 100

7. Makanan yang bergizi tidak harus mahal

0 0 26 70,3 8 21,6 3 8,1 37 100

8. Ibu menyusui boleh makan ikan dan telur

0 0 28 75,7 9 24,3 0 0 37 100

9. Pantangan makanan mempengaruhi produksi ASI

1 2,7 32 86,5 4 10,8 0 0 37 100

Berdasarkan perhitungan yang digunakan untuk mengukur variabel sosial budaya maka diketahui bahwa sosial budaya ibu menyusui di desa Gunung Tinggi kecamatan Pancur Batu dalam kategori baik 100%.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Kategori Sosial Budaya Ibu Menyusui di Desa Gunung Tinggi Kecamatan Pancur Batu.

n = 37

Sosial Budaya Frekuensi Persentase

Baik 37 100%

Kurang Baik 0 0

5.1.3 Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui

Berdasarkan hasil analisa data dapat diketahui bahwa sebanyak 34 ibu menyusui (91,9%) menyatakan sering banyak makan makanan yang bergizi selama menyusui, sebanyak 27 ibu menyusui (73,0%) sering meningkatkan asupan protein untuk meningkatkan mutu ASI, 4 ibu menyusui (10,8%)


(47)

menyatakan tidak pernah mengkonsumsi susu selama menyusui. Sebanyak 22 ibu menyusui (59,5%) menyatakan sering mengkonsumsi buah-buahan yang mengandung vitamin C selama menyusui, 26 ibu menyusui (70,3%) sering minum air putih 8-12 gelas per hari selama menyusui, sebanyak 22 ibu menyusi (59,5%) sering mengkonsumsi kacang-kacangan selama menyusui, sebanyak 13 ibu menyusui (35,2%) tidak pernah mendapat obat tambah darah, 25 ibu menyusui (67,6%) sering mengkonsumsi sayuran hijau selama menyusui, dan 25 ibu menyusui (67,6%) sering porsi makanannya lebih banyak selama menyusui.

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui di Desa Gunung Tinggi Kecamatan Pancur Batu.

n = 37

No. Indikator Kriteria Jumlah

SL S KK TP

f % F % f % f % f %

1. Ibu banyak makan

makanan yang bergizi selama menyususi

2 2,7 34 91,9 1 5,4 0 0 37 100

2. Ibu

meningkatkan asupan protein untuk

meningkatkan mutu ASI

9 24,3 27 73,0 1 5,4 0 0 37 100

3. Ibu

mengkonsumsi susu selama menyusui


(48)

Lanjutan tabel 5.4

No. Indikator Kriteria Jumlah

SL S KK TP

f % F % f % f % f %

4. Ibu makan buah-buahan yang mengandung vitamin C selama menyusui

0 0 22 59,5 15 40,5 0 0 37 100

5. Ibu minum air putih 8-12 gelas per hari selama menyusui

3 8,1 26 70,3 8 21,6 0 0 37 100

6. Ibu mengkonsumsi kacang-kacangan selama menyusui

0 0 22 59,5 15 40,5 0 0 37 100

7. Ibu mendapat obat tambah darah

0 0 9 24,3 15 40,5 13 35,2 37 100

8. Ibu

mengkonsumsi sayuran hijau selama

menyusui

11 29,7 25 67,6 1 2,7 0 0 37 100

9. Porsi atau jumlah

makanan lebih banyak selama menyusui

10 27,0 25 67,6 2 5,4 0 0 37 100

Berdasarkan perhitungan yang digunakan untuk mengukur variabel pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui maka diketahui bahwa pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui di desa Gunung Tinggi kecamatan Pancur Batu


(49)

dalam kategori baik sebanyak 86,5% dan dalam kategori kurang baik sebanyak 13,5%.

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Kategori Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui di Desa Gunung Tinggi Kecamatan Pancur Batu.

n = 37 Pemenuhan Kebutuhan Gizi

Ibu Menyusui

Frekuensi Persentase

Baik 32 86,5%

Kurang Baik 5 13,5%

5.1.4 Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui

Analisa pengaruh sosial budaya terhadap pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui diukur dengan korelasi Pearson. Berdasarkan hasil analisa data diperoleh bahwa sosial budaya berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui dimana nilai r = 0,351 dengan signifikansi p = 0,033 (<0,05).

Tabel 5.6 Hasil Analisa Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui di Desa Gunung Tinggi Kecamatan Pancur Batu

n = 37

Variabel r p


(50)

5.2 Pembahasan 5.2.1 Sosial Budaya

Berdasarkan distribusi responden, sosial budaya ibu menyusui di desa Gunung Tinggi kecamatan Pancur Batu 100% baik. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa secara keseluruhan ibu menyusui sudah memiliki sistem nilai dan norma yang baik tentang kebutuhan gizi ibu menyusui. Hal ini diketahui dari jawaban responden pada pertanyaan no. 2 yaitu sebanyak 25 ibu menyusui (67,6%) setuju makanan bergizi adalah makanan yang terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin,dan mineral. berdasarkan jawaban responden pada pertanyaan no. 6 sebanyak 28 ibu menyusui (75,7%) setuju bahwa keluarga sangat berperan dalam memberikan makanan yang bergizi selama ibu menyusui. Dari data tersebut dapat terlihat bahwa dukungan keluarga terhadap pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui sudah baik. Akan tetapi bila dilihat secara individu, masih terdapat ibu menyusui menyatakan tidak setuju bahwa makanan yang bergizi untuk ibu menyusui tidak harus makanan yang mahal sebanyak 8 ibu menyusui (21,6%). Dari data tersebut dapat dilihat bahwa penghasilan ibu menyusui masih belum dapat mencukupi biaya kebutuhan gizi ibu menyusui dan keperluan lainnya. Hal tersebut dapat dikaitkan dengan mata pencaharian ibu menyusui dan suami. Menurut Wisadirana (2004), masyarakat desa pada umumnya dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangganya, memiliki mata pencaharian di bidang usaha pertanian. Dari data demografi responden juga dapat terlihat bahwa sebagian besar ibu menyusui memiliki pekarjaan sebagai petani dan berpenghasilan rendah. Begitu juga pada pertanyaan


(51)

no.8 sebanyak 9 ibu menyusui (24,3%) menyatakan tidak setuju bahwa ibu menyusui boleh makan ikan dan telur karena tidak akan membuat ASI menjadi amis. Dari indikator pernyataan ini masih terlihat bahwa masih ada ibu menyusui yang memiliki pantangan makanan yang sebenarnya sangat dianjurkan. Soetjiningsih (1997) menyatakan bahwa ibu menyusui tidak memiliki pantangan makanan, misalnya makan buah segar, daging, ikan, susu, sayur-sayuran, kacang-kacangan, dan telur.

5.2.2 Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui

Berdasarkan distribusi responden, pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui di desa Gunung Tinggi kecamatan Pancur Batu belum secara keseluruhan baik. Hasil analisa data menunjukkan bahwa sebanyak 86,5% ibu menyusui sudah memenuhi kebutuhan gizi dengan baik, tetapi sebanyak 13,5% ibu menyusui masih kurang baik dalam memenuhi kebutuhan gizi selama menyusui.

Berdasarkan data jawaban responden pada no.1 sebanyak 34 ibu menyusui (91,9%) sering makan makanan yang bergizi selama menyusui. Walaupun tidak selalu, tetapi dari indikator ini dapat dilihat bahwa ibu menyusui sudah memiliki pola makan yang baik dalam mencukupi kebutuhan gizi selama menyusui. Akan tetapi pada pertanyaan no. 3 sebanyak 4 ibu menyusui (10,8%) tidak pernah mengkonsumsi susu selama menyusui. Data ini memperlihatkan bahwa masih ada ibu menyusui yang belum mampu mencukupi kebutuhan gizi secara lengkap dan sempurna. Berdasarkan hasil wawancara, hal ini karena ibu menyusui


(52)

beranggapan bahwa tanpa minum susu pun mereka tetap sehat dan dapat menyusui. Menurut Asmi (1997), susu merupakan sumber protein yang sangat berpengaruh terhadap peningkatan mutu ASI. Alasan lainnya adalah kurangnya biaya untuk membeli susu. Begitu juga pada pertanyaan no.7 sebanyak 13 ibu menyusui (35,2%) tidak pernah mendapat obat tambah darah selama menyusui. Hal ini bertentangan dengan pendapat Asmi (1997) yang menyatakan bahwa ibu menyusui memerlukan pergantian simpanan darah yang hilang setelah melahirkan, dan untuk keperluan bayi. Untuk itu selama menyusui makanlah makanan yang kaya akan zat besi setiap hari. Karena tidak mungkin didapatkan hanya dari makanan, maka ibu menyusui perlu mendapat suplemen zat besi sedikitnya 30-60 mg perhari. Namun secara keseluruhan pemenuhan kebutuhan gizi selama menyusui sudah baik.

5.2.3 Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui

Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa ada pengaruh sosial budaya terhadap pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui di desa Gunung Tinggi kecamatan Pancur Batu dengan nilai r = 0,351 dan p = 0,033. Hasil ini berarti sosial budaya yang dimiliki oleh ibu menyusui berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui.

Pemenuhan gizi pada masyarakat Indonesia juga masih banyak dipengaruhi oleh faktor sosial budaya, antara lain keyakinan dan suku tertentu yang memiliki pantangan makanan yang bergizi yang berdampak pada kurangnya


(53)

kecukupan gizi pada masa menyusui. Fenomena ini didukung oleh hasil penelitian Anggorodi (1985) yang berjudul Kehamilan, Kelahiran, Perawatan Ibu dan Bayi dalam Konteks Budaya pada masyarakat Simpar dan Kosambi, Jawa Barat. Pada penelitian tersebut didapatkan perilaku masyarakat yang melakukan beberapa pantangan makanan dengan alasan yang kurang tepat setelah melahirkan yang sebenarnya sangat diperlukan untuk pemulihan kesehatan pasca melahirkan dan produksi ASI (Swasono, 1998).

Pada pengaruh sosial budaya terhadap pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui di desa Gunung Tinggi kecamatan Pancur Batu terdapat pengaruh, peneliti berasumsi bahwa sosial budaya yang dianut oleh ibu menyusui sudah baik. Dari analisa data, dapat diketahui bahwa sosial budaya ibu menyusui di desa Gunung Tinggi kecamatan Pancur Batu yang secara keseluruhan baik 100% memberikan dampak yang baik pula terhadap pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui. Pada sosial budaya yang baik yaitu 12 ibu menyusui (32,4%) sangat setuju bahwa makanan bergizi adalah makanan yang terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral, sehingga pada praktek pemenuhannya dapat dilihat sebanyak 34 ibu menyusui (91,9%) sering makan makanan yang bergizi selama menyusui, sebanyak 27 ibu menyusui (73,0%) sering meningkatkan asupan protein. Akan tetapi masih ada ibu menyusui yang kurang baik dalam mencukupi kebutuhan gizi selama menyusui. Hal ini data dapat dilihat dari data, yaitu sebanyak 4 ibu menyusui (10,8%) tidak pernah mengkonsumsi susu selama menyusui dan sebanyak 13 ibu menyusui (35,2%) tidak pernah mendapat obat tambah darah. Peneliti berasumsi bahwa hal ini dipengaruhi oleh individu itu


(54)

sendiri, karena dari hasil wawancara ibu menyusui mengatakan bahwa tanpa minum susu pun mereka tetap sehat dan dapat menyusui. Begitu juga dengan obat tambah darah, ibu menyusui merasa tidak penting mengkonsumsi obat tersebut karena mereka tidak sakit, jadi tidak perlu mengeluarkan biaya untuk hal tersebut. Oleh karena itu perlu diketahui faktor lain yang mempengaruhi ibu menyusui dalam memenuhi kebutuhan gizi selama menyusui.


(55)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan dan saran sehubungan dengan penelitian yang dilakukan peneliti.

6.1 Kesimpulan

6.1.1 usia ibu menyusui yang menjadi responden berada pada 16 – 26 tahun 25 orang (67,57%) dan 27 – 37 tahun 12 orang (32,43%), hampir seluruh responden merupakan suku karo yaitu 34 orang (91,89%), agama yang dianut juga mayoritas kristen 32 orang (86,49%), tingkat pendidikan responden kebanyakan SMA 20 orang (54,05%), pekerjaannya kebanyakan bertani 20 orang (54,05%) dan kebanyakan penghasilannya < Rp. 700.000 per bulan 26 orang (70,27%).

6.1.2 Pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui berdasarkan sosial budaya di desa Gunung Tinggi kecamatan Pancur Batu dalam kategori baik sebanyak 86,5% dan dalam kategori kurang baik sebanyak 13,5%.

6.1.3 Analisa pengaruh sosial budaya terhadap pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui diukur dengan korelasi Pearson. Berdasarkan hasil analisa data diperoleh bahwa sosial budaya ibu menyusui di Desa Gunung Tinggi Kecamatan Pancur Batu berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan gizi ibu selama menyusui dimana nilai r = 0,351 dengan signifikansi p = 0,033 (<0,05).


(56)

6.2 Saran

6.2.1 Praktek Keperawatan

Masyarakat merupakan salah satu lahan praktek bagi perawat, sehingga diharapkan perawat dapat lebih memperhatikan sosial budaya masyarakat yang dapat mempengaruhi kebutuhan masyarakat khusunya ibu menyusui baik itu yang memberikan dampak buruk maupun yang berdampak baik. Dengan demikian perawat dapat memberi intervensi yang tepat untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, khususnya ibu dan bayi.

6.2.2 Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini menjadi masukan dan menambah ilmu bagi keperawatan maternitas terutama dalam memberikan gambaran tentang sosial budaya dan pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui secara nyata.

6.2.3 Penelitian Keperawatan

Penelitian ini dilakukan di desa Gunung Tinggi dengan menanyakan pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui bardasarkan sosial budaya ibu menyusui. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai sosial budaya dan pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui dengan melakukan observasi langsung sehingga faktor subjektivitas ibu menyusui dapat dihindari. Pada penelitian ini sosial budaya ibu menyusui diteliti secara keseluruhan tanpa memperhatikan faktor sosial budaya mana yang paling berpengaruh,diharapkan penelitian selanjutnya dapat meneliti masing-masing faktor sosial budaya dalam mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui.


(57)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek (edisi revisi

VI). Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Arisman, M.B. (2004). Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC.

Asmi, S. (1997). Makanan ibu hamil dan menyusui dalam Soetjiningsih (1997).

ASI, petunjuk untuk tenaga kesehatan. Jakarta : EGC.

Beny. (2008). Keanekaragaman Budaya dan Makanan. Dibuka pada tanggal 20 Nopember 2008 dari http://masyarakat-miskin-tidak-lemah.blogspot.com. Berg, A. (1989). Peranan Gizi dalam Pembangunan Nasional (Ed. Revisi).

Jakarta : EGC.

Bobak et al. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas (edisi 4). Jakarta : EGC. Brockopp, D.Y & Tolsma, M.T.H. (1999). Dasar-dasar Riset Keperawatan (edisi

2). Jakarta : EGC.

Buchori, M. (2001). Pendidikan antisipatoris. Yogyakarta : Kanisius.

Burns, A.A et al. (2000). Pemberdayaan Wanita dalam Bidang Kesehatan. Achmad, J (ed). Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica.

Burns & Grove. (1993). The Practice of Nursing Research; Conduct, Critique &

Utilization (2nd edition). Philadelphia : W. B. Saunders.

Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI. (2008). Gizi dan

Kesehatan Masyarakat (ed. Revisi). Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Ginting, P & Helmi, S.H. (2008). Filsafat Ilmu dan Metode Riset. Medan : USU Press.

Hastono, S. P. (2001). Analisa Data. Depok : FKM UI. Ibrahim, T. (2003). Sosiologi pedesaan. Malang : UMM Pres.

Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (1989). Kamus besar

bahasa indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Kasdu, D dkk.(2001). Info Lengkap Kehamilan & Persalinan (edisi 1). Jakarta : 3G Publisher.


(58)

Krisnatuti, D & Hastoro, L. (2000). Menu sehat untuk ibu hamil & menyusui. Jakarta : Puspa Swara.

Kuntjoro, Z. S. (2002). Dukungan pada lansia. Dibuka pada tanggal 11 nopember 2008 dari http://www.e-psikologi.com.

Ladewig, P.A et al. (1986). Essentials of Maternal-Newborn Nursing. Addison-Wesley Publishing Company.

Marwanti. (2000). Pengetahuan Makanan Indonesia (edisi 1).Yogyakarta : Adicita Karya Nusa.

Muzaham, F. (1995). Memperkenalkan sosiologi kesehatan. Jakarta : UI Press. Notoatmodjo, S. (2002). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmojo, S. (1993). Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta : Rineka

Cipta.

Nursalam. (2003). Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktek

Keperawatan Profesional. Jakarta : salemba Medika.

Path, E.F dkk. (2004). Gizi dalam kesehatan reproduksi. Jakarta : EGC. Paulus, I. (1994). Kebudayaan dayak. Jakarta : PT. Gramedia.

Polit, D. F & Hungler, B. P. (1999). Nursing Research : Principles and Method

(5th edition). Philadelphia : J. B. Lippincoce Company.

Purwadarminta. (1985). Kamus bahasa indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Salim, A. (2002). Perubahan Sosial. Yogyakarta : TiaraWacana.

Setiadi. (2007). Konsep & Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Setiadi, M.E. (2008). Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta : Kencana.

Soetjiningsih. (1997). Masalah-masalah yang sering terjadi pada masa menyusui. dalam Soetjiningsih. (1997). ASI, petunjuk untuk tenaga kesehatan.

Jakarta : EGC.


(59)

Suraatmaja, S. (1997). Aspek Gizi ASI. dalam Soetjiningsih. (1997). ASI, petunjuk

untuk tenaga kesehatan. Jakarta : EGC.

Swasono, M.F. (1998). Kehamilan, Kelahiran, Perawatan Ibu dan Bayi dalam

Konteks Budaya. Jakarta : UI-Press.

Tasya. (2008). Pemberian Asi Ekslusif. Dibuka pada tanggal 10 september 2009 dari http://kuliahbidan.wordpress.com.

Wasis. (2008). Pedoman Riset Praktis Untuk Profesi Perawat. Jakarta : EGC. Widyosiswoyo, S. (2004). Ilmu budaya dasar (Ed. Revisi). Jakarta : Ghalia

Indonesia.

Yayuk, F. B, dkk. (2004). Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta : Penebar Swadaya.


(60)

Lampiran 1

No. Responden : …..

Lembaran Persetujuan Menjadi Responden

Saya yang bernama Septina Sari (051101024) adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang “Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui di Desa Gunung Tinggi“. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara.

Untuk keperluan tersebut saya harapkan kesediaan ibu untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Selanjutnya saya mohon kesediaan ibu untuk mengisi kuesioner yang telah saya sediakan dengan jujur dan apa adanya. Jika ibu bersedia, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan ibu.

Terima kasih atas partisipasi ibu dalam penelitian ini.

Gunung Tinggi, maret 2010

Peneliti, Responden


(61)

Lampiran 2

Kode : Kuesioner Penelitian Pengaruh Sosial Budaya

Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui di Desa Gunung Tinggi Kecamatan Pancur Batu

No. Responden ( )

A. Kuesioner Data Demografi

Jawablah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan pilihan yang telah disediakan berdasarkan kondisi anda saat ini. Saya akan memberikan tanda checklist ( ) pada kotak yang telah disediakan.

1. Usia ibu saat ini …….. tahun 2. Suku

 Batak  Karo  Melayu

 dan lain-lain, sebutkan…. 3. Agama

 Islam  Kristen  Hindu  Budha


(62)

4. Tingkat Pendidikan  1 Tidak sekolah  2 SD

 3 SMP  4 SMA

 5 Akademi/Perguruan Tinggi 5. Pekerjaan

 Ibu rumah tangga  Bertani/buruh  Wiraswasta

 Pegawai Negeri/Swasta  Lain-lain, sebutkan……. 6. Penghasilan

 > Rp. 1.500.000

 Rp. 700.000 – Rp. 1.500.000  < Rp. 700.000


(63)

B. Kuesioner Data Sosial Budaya

Jawablah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan pilihan yang telah disediakan berdasarkan kondisi anda saat ini. Saya akan memberikan tanda checklist ( ) pada kotak yang telah disediakan.

No. Pertanyaan STS TS S SS

1. Pengetahuan ibu tentang gizi sangat mempengaruhi ibu dalam memenuhi kebutuhan gizi selama menyusui.

2. Makanan yang bergizi adalah makanan yang terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.

3. Kualitas dan jumlah makanan yang dikonsumsi ibu sangat berpengaruh pada jumlah ASI yang dihasilkan.

4. Keadaan gizi ibu selama menyusui sangat berpengaruh terhadap produksi dan kualitas ASI.

5. Keluarga membantu ibu untuk menyiapkan makanan selama menyusui.

6. Keluarga sangat berperan dalam memberikan makanan yang bergizi selama ibu menyusui. 7. Makanan yang bergizi untuk ibu menyusui

tidak harus makanan yang mahal.

8. Ibu menyusui boleh makan ikan dan telur karena tidak akan membuat ASI menjadi amis.

9. Pantangan makanan pada ibu menyusui akan mempengaruhi produksi ASI.


(64)

Keterangan :

STS : Sangat Tidak Setuju TS : Tidak Setuju

S : Setuju SS : Sangat Setuju

C. Kuesioner Data Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui

Jawablah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan pilihan yang telah disediakan berdasarkan kondisi anda saat ini. Saya akan memberikan tanda checklist ( ) pada kotak yang telah disediakan.

No. Pertanyaan TP KK S SS

1. Ibu banyak makan makanan yang bergizi selama menyusui

2. Ibu meningkatkan asupan protein seperti telur, daging, tempe, tahu dan kacang-kacangan untuk meningkatkan mutu ASI.

3. Ibu mengkonsumsi susu selama menyusui. 4. Ibu banyak makan buah-buahan yang

mengandung vitamin C selama menyusui. 5. Ibu minum air putih 8 - 12 gelas per hari

selama menyusui.

6. Ibu mengkonsumsi kacang-kacangan selama menyusui.

7. Ibu mendapat obat tambah darah(suplemen zat besi) untuk mengganti simpanan darah yang hilang setelah melahirkan.

8. Ibu mengkonsumsi banyak sayuran hijau selama menyusui.

9. Porsi atau jumlah makanan ibu saat menyusui lebih banyak dibandingkan sebelum


(65)

Keterangan : TP : Tidak Pernah KK : Kadang-kadang S : Sering SS : Sangat Sering


(66)

Lampiran 4

Hasil Validasi Kuesioner Penelitian Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui di Desa Gunung Tinggi

Kecamatan Pancur Batu

A. Kuesioner data sosial budaya Keterangan :

1. Pada pertanyaan no.5 “ Dukungan keluarga sangat mempengaruhi keberhasilan ibu untuk menyusui” diubah menjadi “ Keluarga membantu ibu untuk menyiapkan makanan selama menyusui”.

2. Pada pertanyaan no.6 “ Dukungan keluarga sangat berperan dalam memperoleh makanan yang bergizi selama menyusui” diubah menjadi “ keluarga sangat berperan dalam memberikan makanan yang bergizi selama ibu menyusui”.

B. Kuesioner data pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui Keterangan :

1. Pada pertanyaan no. 4 “ Ibu mengkonsumsi vitamin C dalam jumlah yang banyak selama menyusui “ diubah menjadi “ ibu banyak makan buah-buahan yang mengandung vitamin C selama menyusui “.

2. Pada pertanyaan no.7 “ Ibu mendapat suplemen zat besi untuk mengganti darah yang hilang setelah melahirkan “ diubah menjadi “Ibu mendapat obat tambah darah (suplemen zat besi) untuk mengganti darah yang hilang setelah melahirkan “.

3. pada pertanyaan no.9 “ Ibu mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat selama menyusui “ diubah menjadi “ Porsi atau jumlah makanan ibu saat menyusui lebih banyak dibandingkan sebelum menyusui “.


(67)

RELIABILITY /VARIABLES=P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 /SCALE('DATA SOSIAL BUDAYA') ALL /MODEL=ALPHA /STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE /SUMMARY=TOTAL MEANS VARIANCE.

Reliability

Scale: DATA SOSIAL BUDAYA

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 10 100.0

Excludeda 0 .0

Total 10 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on Standardized

Items N of Items

.769 .772 9

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

P1 3.50 .527 10

P2 3.40 .516 10

P3 3.40 .516 10

P4 3.50 .527 10

P5 3.20 .422 10

P6 3.20 .422 10

P7 3.20 .422 10

P8 3.10 .316 10


(68)

Summary Item Statistics

Mean Minimum Maximum Range

Maximum /

Minimum Variance N of Items

Item Means 3.300 3.100 3.500 .400 1.129 .022 9

Item Variances .211 .100 .278 .178 2.778 .004 9

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

29.70 6.011 2.452 9

SAVE OUTFILE='C:\Documents and Settings\Administrator\ My Documents\DATA SOSBUD.sav'

/COMPRESSED.

Item-Total Statistics Scale Mean if Item

Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Squared Multiple Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

P1 26.20 4.400 .603 . .722

P2 26.30 4.900 .369 . .762

P3 26.30 4.900 .369 . .762

P4 26.20 4.622 .490 . .742

P5 26.50 4.722 .606 . .726

P6 26.50 4.722 .606 . .726

P7 26.50 4.722 .606 . .726

P8 26.60 5.378 .364 . .760


(69)

RELIABILITY /VARIABLES=P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 /SCALE('DATA PEMENUHAN KEBUTUHAN GIZI IBU MENYUSUI') ALL /MODEL=ALPHA

/STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE /SUMMARY=TOTAL MEANS VARIANCE.

Reliability

Scale: DATA PEMENUHAN KEBUTUHAN GIZI IBU MENYUSUI

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 10 100.0

Excludeda 0 .0

Total 10 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on Standardized

Items N of Items

.766 .771 9

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

P1 3.80 .422 10

P2 3.10 .738 10

P3 3.20 .632 10

P4 3.20 .422 10

P5 3.00 .471 10

P6 2.50 .527 10

P7 1.70 .483 10

P8 2.80 .632 10


(70)

Summary Item Statistics

Mean Minimum Maximum Range

Maximum /

Minimum Variance N of Items

Item Means 2.967 1.700 3.800 2.100 2.235 .358 9

Item Variances .300 .178 .544 .367 3.062 .015 9

Item-Total Statistics Scale Mean if Item

Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Squared Multiple Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

P1 22.90 6.544 .803 . .702

P2 23.60 5.822 .587 . .720

P3 23.50 6.278 .561 . .724

P4 23.50 7.833 .188 . .775

P5 23.70 7.789 .169 . .779

P6 24.20 6.400 .667 . .710

P7 25.00 7.111 .431 . .746

P8 23.90 7.433 .180 . .789

P9 23.30 6.678 .566 . .726

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

26.70 8.456 2.908 9

SAVE OUTFILE='C:\Documents and Settings\Administrator\ My Documents\DATA KEBGIZI.sav'


(71)

FREQUENCIES VARIABLES=P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9

/STATISTICS=STDDEV MINIMUM MAXIMUM MEAN MEDIAN MODE SUM /ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

Statistics

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9

N Valid 37 37 37 37 37 37 37 37 37

Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Mean 3.19 3.32 3.14 3.11 2.76 2.76 2.62 2.76 2.92

Median 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00

Mode 3 3 3 3 3 3 3 3 3

Std. Deviation .397 .475 .347 .315 .435 .435 .639 .435 .363

Minimum 3 3 3 3 2 2 1 2 2

Maximum 4 4 4 4 3 3 3 3 4

Sum 118 123 116 115 102 102 97 102 108

Frequency Table

P1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 3 30 81.1 81.1 81.1

4 7 18.9 18.9 100.0

Total 37 100.0 100.0

P2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 3 25 67.6 67.6 67.6

4 12 32.4 32.4 100.0


(1)

P7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 3 8.1 8.1 8.1

2 8 21.6 21.6 29.7

3 26 70.3 70.3 100.0

Total 37 100.0 100.0

P8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2 9 24.3 24.3 24.3

3 28 75.7 75.7 100.0

Total 37 100.0 100.0

P9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2 4 10.8 10.8 10.8

3 32 86.5 86.5 97.3

4 1 2.7 2.7 100.0


(2)

SAVE OUTFILE='C:\Documents and Settings\Administrator\

My Documents\DATA SOSIAL BUDAYA KOR.sav'

/COMPRESSED.

DATASET ACTIVATE DataSet3.

DATASET CLOSE DataSet1.

FREQUENCIES VARIABLES=P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9

/STATISTICS=STDDEV MINIMUM MAXIMUM MEAN MEDIAN MODE SUM

/ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

Statistics

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9

N Valid 37 37 37 37 37 37 37 37 37

Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Mean 3.03 3.22 2.49 2.59 2.86 2.59 1.89 3.27 3.22

Median 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 2.00 3.00 3.00

Mode 3 3 3 3 3 3 2 3 3

Std. Deviation .287 .479 .804 .498 .536 .498 .774 .508 .534

Minimum 2 2 1 2 2 2 1 2 2

Maximum 4 4 4 3 4 3 3 4 4

Sum 112 119 92 96 106 96 70 121 119

Frequency Table

P1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2 1 2.7 2.7 2.7

3 34 91.9 91.9 94.6

4 2 5.4 5.4 100.0


(3)

P2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2 1 2.7 2.7 2.7

3 27 73.0 73.0 75.7

4 9 24.3 24.3 100.0

Total 37 100.0 100.0

P3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 4 10.8 10.8 10.8

2 14 37.8 37.8 48.6

3 16 43.2 43.2 91.9

4 3 8.1 8.1 100.0

Total 37 100.0 100.0

P4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2 15 40.5 40.5 40.5

3 22 59.5 59.5 100.0

Total 37 100.0 100.0

P5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2 8 21.6 21.6 21.6

3 26 70.3 70.3 91.9

4 3 8.1 8.1 100.0


(4)

P6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2 15 40.5 40.5 40.5

3 22 59.5 59.5 100.0

Total 37 100.0 100.0

P7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 13 35.1 35.1 35.1

2 15 40.5 40.5 75.7

3 9 24.3 24.3 100.0

Total 37 100.0 100.0

P8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2 1 2.7 2.7 2.7

3 25 67.6 67.6 70.3

4 11 29.7 29.7 100.0

Total 37 100.0 100.0

P9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2 2 5.4 5.4 5.4

3 25 67.6 67.6 73.0

4 10 27.0 27.0 100.0


(5)

NOSIG /MISSING=PAIRWISE.

Correlations

Correlations

SOSIALBUDAY

A KEB.GIZI SOSIALBUDAYA Pearson Correlation 1 .351*

Sig. (2-tailed) .033

N 37 37

KEB.GIZI Pearson Correlation .351* 1 Sig. (2-tailed) .033

N 37 37


(6)

Lampiran 9

Daftar Riwayat Hidup

Nama

:

Septina

Sari

Tempat / Tanggal Lahir

: Gunung Tinggi, 18 September 1987

Jenis

Kelamin

:

Perempuan

Agama

:

Kristen

Alamat

: Jln. Glugur Rimbun No. 42 Desa Gunung Tinggi

Pendidikan

:

1.

SD Negeri No. 106171

: 1993 – 1999

2.

SMP Negeri 3 Pancur Batu : 1999 – 2002

3.

SMA Santo Yoseph Medan : 2002 – 2005


Dokumen yang terkait

Pengaruh Sikap Ibu Menyusui tentang Kebijakan ASI Eksklusif terhadap Pemberian ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan Tahun 2010

2 47 94

Karateristik Tersangka Penderita Rabies Di Puskesmas Pancur Batu Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007

1 29 100

Strategi Orang Tua Tunggal Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Keluarga (Studi Kasus Ibu Sebagai Orang Tua Tunggal di Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

1 11 163

Upaya Pemenuhan Kebutuhan Pengetahuan Tentang Nutrisi pada Ibu Menyusui.

0 3 24

Strategi Orang Tua Tunggal Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Keluarga (Studi Kasus Ibu Sebagai Orang Tua Tunggal di Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

0 0 17

Strategi Orang Tua Tunggal Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Keluarga (Studi Kasus Ibu Sebagai Orang Tua Tunggal di Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

0 0 2

Strategi Orang Tua Tunggal Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Keluarga (Studi Kasus Ibu Sebagai Orang Tua Tunggal di Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

0 0 11

Strategi Orang Tua Tunggal Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Keluarga (Studi Kasus Ibu Sebagai Orang Tua Tunggal di Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

0 0 41

Strategi Orang Tua Tunggal Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Keluarga (Studi Kasus Ibu Sebagai Orang Tua Tunggal di Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

0 0 2

Strategi Orang Tua Tunggal Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Keluarga (Studi Kasus Ibu Sebagai Orang Tua Tunggal di Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

0 0 14