Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu

no.8 sebanyak 9 ibu menyusui 24,3 menyatakan tidak setuju bahwa ibu menyusui boleh makan ikan dan telur karena tidak akan membuat ASI menjadi amis. Dari indikator pernyataan ini masih terlihat bahwa masih ada ibu menyusui yang memiliki pantangan makanan yang sebenarnya sangat dianjurkan. Soetjiningsih 1997 menyatakan bahwa ibu menyusui tidak memiliki pantangan makanan, misalnya makan buah segar, daging, ikan, susu, sayur-sayuran, kacang- kacangan, dan telur.

5.2.2 Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui

Berdasarkan distribusi responden, pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui di desa Gunung Tinggi kecamatan Pancur Batu belum secara keseluruhan baik. Hasil analisa data menunjukkan bahwa sebanyak 86,5 ibu menyusui sudah memenuhi kebutuhan gizi dengan baik, tetapi sebanyak 13,5 ibu menyusui masih kurang baik dalam memenuhi kebutuhan gizi selama menyusui. Berdasarkan data jawaban responden pada no.1 sebanyak 34 ibu menyusui 91,9 sering makan makanan yang bergizi selama menyusui. Walaupun tidak selalu, tetapi dari indikator ini dapat dilihat bahwa ibu menyusui sudah memiliki pola makan yang baik dalam mencukupi kebutuhan gizi selama menyusui. Akan tetapi pada pertanyaan no. 3 sebanyak 4 ibu menyusui 10,8 tidak pernah mengkonsumsi susu selama menyusui. Data ini memperlihatkan bahwa masih ada ibu menyusui yang belum mampu mencukupi kebutuhan gizi secara lengkap dan sempurna. Berdasarkan hasil wawancara, hal ini karena ibu menyusui Universitas Sumatera Utara beranggapan bahwa tanpa minum susu pun mereka tetap sehat dan dapat menyusui. Menurut Asmi 1997, susu merupakan sumber protein yang sangat berpengaruh terhadap peningkatan mutu ASI. Alasan lainnya adalah kurangnya biaya untuk membeli susu. Begitu juga pada pertanyaan no.7 sebanyak 13 ibu menyusui 35,2 tidak pernah mendapat obat tambah darah selama menyusui. Hal ini bertentangan dengan pendapat Asmi 1997 yang menyatakan bahwa ibu menyusui memerlukan pergantian simpanan darah yang hilang setelah melahirkan, dan untuk keperluan bayi. Untuk itu selama menyusui makanlah makanan yang kaya akan zat besi setiap hari. Karena tidak mungkin didapatkan hanya dari makanan, maka ibu menyusui perlu mendapat suplemen zat besi sedikitnya 30-60 mg perhari. Namun secara keseluruhan pemenuhan kebutuhan gizi selama menyusui sudah baik.

5.2.3 Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu

Menyusui Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa ada pengaruh sosial budaya terhadap pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui di desa Gunung Tinggi kecamatan Pancur Batu dengan nilai r = 0,351 dan p = 0,033. Hasil ini berarti sosial budaya yang dimiliki oleh ibu menyusui berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui. Pemenuhan gizi pada masyarakat Indonesia juga masih banyak dipengaruhi oleh faktor sosial budaya, antara lain keyakinan dan suku tertentu yang memiliki pantangan makanan yang bergizi yang berdampak pada kurangnya Universitas Sumatera Utara kecukupan gizi pada masa menyusui. Fenomena ini didukung oleh hasil penelitian Anggorodi 1985 yang berjudul Kehamilan, Kelahiran, Perawatan Ibu dan Bayi dalam Konteks Budaya pada masyarakat Simpar dan Kosambi, Jawa Barat. Pada penelitian tersebut didapatkan perilaku masyarakat yang melakukan beberapa pantangan makanan dengan alasan yang kurang tepat setelah melahirkan yang sebenarnya sangat diperlukan untuk pemulihan kesehatan pasca melahirkan dan produksi ASI Swasono, 1998. Pada pengaruh sosial budaya terhadap pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui di desa Gunung Tinggi kecamatan Pancur Batu terdapat pengaruh, peneliti berasumsi bahwa sosial budaya yang dianut oleh ibu menyusui sudah baik. Dari analisa data, dapat diketahui bahwa sosial budaya ibu menyusui di desa Gunung Tinggi kecamatan Pancur Batu yang secara keseluruhan baik 100 memberikan dampak yang baik pula terhadap pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui. Pada sosial budaya yang baik yaitu 12 ibu menyusui 32,4 sangat setuju bahwa makanan bergizi adalah makanan yang terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral, sehingga pada praktek pemenuhannya dapat dilihat sebanyak 34 ibu menyusui 91,9 sering makan makanan yang bergizi selama menyusui, sebanyak 27 ibu menyusui 73,0 sering meningkatkan asupan protein. Akan tetapi masih ada ibu menyusui yang kurang baik dalam mencukupi kebutuhan gizi selama menyusui. Hal ini data dapat dilihat dari data, yaitu sebanyak 4 ibu menyusui 10,8 tidak pernah mengkonsumsi susu selama menyusui dan sebanyak 13 ibu menyusui 35,2 tidak pernah mendapat obat tambah darah. Peneliti berasumsi bahwa hal ini dipengaruhi oleh individu itu Universitas Sumatera Utara sendiri, karena dari hasil wawancara ibu menyusui mengatakan bahwa tanpa minum susu pun mereka tetap sehat dan dapat menyusui. Begitu juga dengan obat tambah darah, ibu menyusui merasa tidak penting mengkonsumsi obat tersebut karena mereka tidak sakit, jadi tidak perlu mengeluarkan biaya untuk hal tersebut. Oleh karena itu perlu diketahui faktor lain yang mempengaruhi ibu menyusui dalam memenuhi kebutuhan gizi selama menyusui. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan dan saran sehubungan dengan penelitian yang dilakukan peneliti.

6.1 Kesimpulan

6.1.1 usia ibu menyusui yang menjadi responden berada pada 16 – 26 tahun 25 orang 67,57 dan 27 – 37 tahun 12 orang 32,43, hampir seluruh responden merupakan suku karo yaitu 34 orang 91,89, agama yang dianut juga mayoritas kristen 32 orang 86,49, tingkat pendidikan responden kebanyakan SMA 20 orang 54,05, pekerjaannya kebanyakan bertani 20 orang 54,05 dan kebanyakan penghasilannya Rp. 700.000 per bulan 26 orang 70,27. 6.1.2 Pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui berdasarkan sosial budaya di desa Gunung Tinggi kecamatan Pancur Batu dalam kategori baik sebanyak 86,5 dan dalam kategori kurang baik sebanyak 13,5. 6.1.3 Analisa pengaruh sosial budaya terhadap pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui diukur dengan korelasi Pearson. Berdasarkan hasil analisa data diperoleh bahwa sosial budaya ibu menyusui di Desa Gunung Tinggi Kecamatan Pancur Batu berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan gizi ibu selama menyusui dimana nilai r = 0,351 dengan signifikansi p = 0,033 0,05. Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Sikap Ibu Menyusui tentang Kebijakan ASI Eksklusif terhadap Pemberian ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan Tahun 2010

2 47 94

Karateristik Tersangka Penderita Rabies Di Puskesmas Pancur Batu Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007

1 29 100

Strategi Orang Tua Tunggal Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Keluarga (Studi Kasus Ibu Sebagai Orang Tua Tunggal di Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

1 11 163

Upaya Pemenuhan Kebutuhan Pengetahuan Tentang Nutrisi pada Ibu Menyusui.

0 3 24

Strategi Orang Tua Tunggal Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Keluarga (Studi Kasus Ibu Sebagai Orang Tua Tunggal di Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

0 0 17

Strategi Orang Tua Tunggal Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Keluarga (Studi Kasus Ibu Sebagai Orang Tua Tunggal di Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

0 0 2

Strategi Orang Tua Tunggal Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Keluarga (Studi Kasus Ibu Sebagai Orang Tua Tunggal di Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

0 0 11

Strategi Orang Tua Tunggal Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Keluarga (Studi Kasus Ibu Sebagai Orang Tua Tunggal di Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

0 0 41

Strategi Orang Tua Tunggal Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Keluarga (Studi Kasus Ibu Sebagai Orang Tua Tunggal di Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

0 0 2

Strategi Orang Tua Tunggal Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Keluarga (Studi Kasus Ibu Sebagai Orang Tua Tunggal di Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

0 0 14