Strategi Orang Tua Tunggal Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Keluarga (Studi Kasus Ibu Sebagai Orang Tua Tunggal di Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

(1)

Pedoman Wawancara (Interview Guide)

Pedoman wawancara ditujukan kepada Informan kunci, informan utama, dan informan tambahan untuk mendapatkan informasi mengenai penelitian yang akan dilakukan di lapangan. Pedoman wawancara juga untuk mempermudah dan mengarahkan peneliti dalam mendapatkan data yang sistematis maka akan digunakan pedoman wawancara sesuai focus penelitian.

a. Informan Pangkal

Yang menjadi informan pangkal adalah kepala desa di Desa Namo Bintang, untuk memperoleh informasi tentang sejarah desa dan data-data sekunder tentang desa Namo Bintang seperti komposisi penduduk, sarana dan prasarana, sistem mata pencaharian penduduk, dan lain-lain.

Pedoman wawancara :

Bagaimana sejarah terbentuknya Desa Namo Bintang ini ? b. Informan Kunci

Yang menjadi informan kunci adalah 5 Ibu tunggal yang merasakan dampak dari menjadi Ibu tunggal pasca meninggal suami , untuk memperoleh informasi tentang kehidupan Ibu sebagai orang tua tunggal, bagaimana strategi yang dapat mereka lakukan agar dapat tetap memenuhi kebutuhan keluarga dan untuk memperoleh informasi tentang kondisi sosial ekonomi Ibu tunggal sebelum dan sesudah melakukan strategi tersebut.

Pedoman wawancara : Nama :

Usia : Alamat :


(2)

Pekerjaan : Pendidikan :

Hari/Tanggal wawancara : Waktu :

Lokasi wawancara :

1. Sudah berapa lama suami Ibu meninggal? 2. Saat ini Ibu tinggal bersama siapa?

3. Apa jenis pekerjaan yang Ibu lakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga Ibu

4. Mengapa Ibu memilih pekerjaan tersebut

5. Berapa pendapatan yang diperoleh dalam per hari, per minggu, per bulan yang Ibu terima dari pekerjaan tersebut?

6. Bagaimana menurut Ibu terhadap pendapatan yang Ibu terima dari pekerjaan tersebut?

7. Apa saja kebutuhan yang diperlukan untuk kebutuhan keluarga Ibu sehari-hari?

8. Berapa besarnya biaya yang Ibu keluarkan dalam per hari, per minggu, atau per bulannya?

9. Apakah pendapatan yang Ibu terima dari hasil pekerjaan itu dapat mencukupi kebutuhan-kebutuhan keluarga Ibu? apakah ada anak atau saudara yang membantu perekonomian?

10. Apakah Ibu punya pekerjaan sampingan? Jika iya apa pekerjaan sampingan Ibu?


(3)

11. Mengapa Ibu memilih pekerjaan tersebut sebagai pekerjaan sampingan Ibu?

12. Berapa penghasilah yang diterima dari pekerjaan sampingan tersebut? 13. Apa kesulitan-kesulitan yang Ibu hadapi dalam pekerjaan Ibu?

14. Bagaimana cara yang Ibu lakukan untuk mencukupi kebutuhan Ibu? 15. Mengapa Ibu memilih melakukan cara-cara tersebut dalam mempertahankan kelangsungan hidup keluarga Ibu?

16. Bagaimana Ibu membagi waktu terhadap usaha-usaha yang Ibu lakukan?

17. Bagaimana kondisi ekonomi keluarga setelah melakukan strategi tersebut?

18. Apakah hasil dari strategi tersebut dapat meningkatkan atau hanya mencukupi kebutuhan sehari-hari?

19. Jika Ibu mengalami kesulitan keuangan, kemanakah biasanya anda mencari pinjaman?

20. Apakah ada tabungan keluarga?

c. Informan Tambahan

Yang menjadi informan tambahan adalah anak, kerabat dan tetangga dari Ibu tunggal. Tujuannya untuk memperoleh informasi tentang tanggapan mereka terhadap cara-cara apa saja yang dilakukan oleh Ibu sebagai orang tua tunggal dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.


(4)

Nama : Usia :

Jenis Kelamin :

Hubungan dengan Informan : Tanggal wawancara :

Waktu :

Lokasi wawancara : Alamat :

1. Bagaimana hubungan anda Ibu X? 2. Sejauh mana anda mengenal Ibu X?

3. Berdasarkan pengetahuan anda, bagaimana kehidupan rumah tangga Ibu X setelah ditinggal mati suaminya?

4. Bagaimana anda melihat diri Ibu X sebagai ibu rumah tangga yang sekaligus sebagai kepala keluarga setelah ditinggal suami?

5.Sepengetahuan anda, apa saja masalah yang dialami Ibu X sebagai orang tua tunggal setelah suaminya meninggal?

6. Apakah Ibu X sering meminta bantuan orang lain untuk membantu menyelesaikanmasalah yang tengah dihadapinya?

7. Bagaimana hubungan orang di sekitar dengan Ibu X? 8. Apakah mereka peduli atau perhatian dengan Ibu X?

9. Pernahkah mereka membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi Ibu X?


(5)

11. Dari mana saja bantuan-bantuan atau dukungan sosial yang diterima Ibu X?

12. Apakah orang-orang di sekitar selalu bersedia untuk mendengarkan cerita ataupun keluh kesah Ibu X?

13. Bagaimana sikap mereka ketika dimintai tolong oleh Ibu X? 14. Bagaimana hubungan Ibu X dengan lingkungan sosialnya?

15. Apakah Ibu X mengikuti berbagai kegiatan sosial yang ada di lingkungan seperti arisan dan pengajian?

Pedoman wawancara terhadap anak dari Informan kunci:

Nama : Umur : Jenis Kelamin : Tanggal wawancara : Waktu :

Lokasi wawancara : Alamat :

1. Bagaimanakah tanggapan anda ketika Ibu anda menjadi kepala keluarga dan orang tua tunggal?

2. Menurut anda Ibu anda orang yang seperti apa?

3. Bagaimana perekonomian keluarga setelah ketiadaan ayah? 4. Apakah anda bekerja untuk membantu ekonomi keluarga ? 5. Pekerjaan apa yang anda lakukan ?


(6)

7. Berapa pendapatan yang diperoleh dalam per hari, per minggu, per bulan yang anda terima dari pekerjaan tersebut?

8. Apakah pendapatan yang anda terima dari hasil pekerjaan itu dapat membantu memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga?

9. Bagaimana hubungan keluarga dengan masyarakat setelah ketiadaan ayah?


(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani . 1994. Sosiologi:skematika, teori dan terapan. Jakarta : Bumi Aksara

Ahmadi, A. 2007. Psikologi Sosial, Edisi Revisi. Jakarta: PT. Rineka Cipta Friedman, M. 1998. Keperawatan Keluarga, teori dan praktek. Jakarta: EGC

Goode ,William J. 1991. Sosiologi Keluarga. Jakarta: Bumi Aksara

Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Horton, P.B. Hunt, C.L. 1992. Sosiologi, alih bahasa : Amiruddin Ram. Jakarta: Erlangga

Hurlock. 1999. Psikologi Perkembangan Sebagai Suatu Pendekatan sepanjang

Rentang Kehidupan.Edisi kelima. Terjemahan Bahasa Indonesia oleh Istiwidianti,dkk. Jakarta: Erlangga

Khairudin, H. 1997. Sosiologi Keluarga. Yogyakarta: Nurcahaya

Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

Mukono, H. J. 2000. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya: Airlangga University Press

Narwoko, J. Dwi. Bagong Suyanto. 2004. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana

Santrock, John W. 2007. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga

Sastra, S. Marlina, E. 2005. Perencanaan dan Pengembangan Perumahan. Yogyakarta : Penerbit Andi.


(16)

Soerjono Soekanto. 2004. Sosiologi Keluarga. Jakarta : Rhineka Cipta

Suhendi, Hendi. 2001. Pengantar Studi Sosiologi Keluarga. Bandung: Pustaka Sumardi, M. 2004. Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok. Rajawali: Jakarta

Suyanto. B. Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial : Berbagai Pendekatan Alternatif Pendekatan. Jakarta : Kencana.

Wibhawa, Budhi, dkk. 2010. Dasar-Dasar Pekerjaan Sosial. Bandung: Widya Padjajaran

Sumber Lain

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Undang-undang Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial

Undang-Undang No 36 Tahun 2009 Pasal 1 Tentang Kesehatan

Sumber Online

(http://www.data-statistik-indonesia.com diakses pada 17 November 2015 pukul 15.00 WIB).

(http://www.pekka.or.id/data-perempuan-kepala-keluarga diakses pada 14 November 2015 pukul 13.00 WIB ).

(http://www.bps.go.id/data-single -parent/ 2012 diakses pada 20 November 2015 pukul 17.00 WIB).

(http://www.psychologymania.com, diakses pada 14 November 2015 pukul 18.00 WIB )

Suhartono,Edi.2007.Copingstrategies.http://www.policy.hu/suharto/modula/maki ndo07.htm diakses tanggal 12 Januari 2016 pukul 15.00 WIB.


(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk menggambarkan, mendeskripsikan objek dan fenomena yang diteliti. Termasuk didalamnya bagaimana unsur-unsur yang ada dalam variabel penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan apa pula produk interaksi yang berlangsung(Siagian, 2011:52).

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Penelitian membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, leporan terperinci dari pandangan informan dan melakukan studi pada situasi yang alami (Creswel, 2008:15). Melalui penelitian ini penulis ingin menggambarkan strategi Ibu sebagai orang tua tunggal terhadap pemenuhan kebutuhan keluarga di Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Lokasi tersebut dipilih dengan pertimbangan karena peneliti melihat fenomena Ibu sebagai orang tua tunggal yang berjuang untuk keluarganya merupakan suatu fenomena sosial yang perlu


(18)

dikaji lebih dalam karena peran sebagai orang tua tunggal bukanlah hal yang mudah untuk dijalankan peneliti tertarik untuk mengkaji lebih jauh bagaimana cara individu mengatasi permasalahan sosial ekonomi yang muncul semenjak suaminya meninggal ketika dihadapkan dengan tuntutan memenuhi kebutuhan hidup keluarga atau membiayai sekolah anak-anak mereka. Alasan ini juga yang membuat peneliti memutuskan untuk lebih memfokuskannya lagi pada Ibu tunggal yang masih memiliki tanggungan anak yang masih sekolah karena dalam kondisi seperti tutuntutan ekonomi menjadi lebih tinggi dibandingkan pada Ibu tunggal yang tidak memiliki anak yang masih sekolah. Sedangkan pertimbangan lain yaitu lokasi tersebut relatif mudah terjangkau, ditinjau dari segi waktu dan biaya, sehingga prosedur ijin penelitian, pengambilan data akan memperoleh kemudahan. Disamping itu belum pernah diadakan penelitian yang serupa di Desa Namo Bintang.

3.3 Informan Penelitian

Pada penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitian. Pada penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi dan sampel. Subjek penelitian pada penelitian kualitatif disebut informan. Informan adalah orang-orang yang dipilih untuk diobservasi dan diwawancarai sesuai dengan tujuan peneliti untuk memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian (Suyanto dan Sutinah, 2005: 171-172). Orang-orang yang dijadikan sebagai informan adalah orang-orang yang memiliki pengalaman sesuai dengan penelitian. Adapun informan dalam penelitian ini meliputi informan informan pangkal, informan kunci dan informan tambahan.


(19)

a. Informan Pangkal merupakan informan awal yang dijumpai yang dianggap dapat membantu peneliti dalam melakukan penelitian. Informan pangkal dalam penelitian ini adalah Kepala Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang.

b. Informan kunci, yaitu orang memiliki pengetahuan yang luas tentang masalah yang sedang diteliti. Informan kunci dalam penelitian ini adalah orang tua tunggal wanita, jumlah informan sebanyak 5 ibu sebagai orang tua tunggal. Peneliti menggunakan teknik pengumpulan purposive. Menurut Burhan Bungin (2008: 53)Teknik purposive yaitu teknik mendapat sampel dengan memilih informan kunci yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data, serta lebih tepatnya ini dilakukan secara sengaja.

Dengan karakteristik informan:

1. Ibu sebagai kepala keluarga, berumur 30-45 tahun.

2. Ibu yang memiliki 2 orang anak atau lebih

3. Menjadi orang tua tunggal karena kematian suami.

4. Menjadi orang tua tunggal selama lebih 3 tahun.

5. Memiliki cukup waktu, bersifat terbuka

c. Informan tambahan, yaitu orang yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang sedang diteliti(Hendarso dalam Sutinah, 2005:171). Informan tambahan dalam


(20)

penelitian ini adalah anak, tetangga dan saudara dekat dari orang tua tunggal.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut

1. Studi Kepustakaan

Studi pustaka yaitu sumber data yang diperoleh dari beberapa buku, data data dan jurnal yang berhubungan dengan masalah sehingga diperoleh kelengkapan data. Studi pustaka dilakukan dibeberapa tempat, yaitu perpustakaan FISIP USU, perpustakaan pusat USU dan perpustakaan lainnya yang mendukung dalam referensi yang berkaitan dengan strategi Ibu sebagai orang tua tunggal terhadap pemenuhan kebutuhan keluarga.

2. Studi Lapangan

Studi lapangan yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui penelitian dengan turun langsung ke lokasi penelitian untuk mencari fakta yang berkaitan dengan subjek penelitian, yakni :

a. Observasi

Sutopo (2002: 64) Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi dan benda, serta rekaman gambar. Selama penelitian berlangsung pengumpulan data juga dilakukan dengan teknik pengamatan pada berbagai aktivitas yang


(21)

dilakukan oleh Ibu tunggal serta berbagai kondisi-kondisi seperti misalnya :

a. Kondisi rumah tangga, contohnya kondisi rumah yang ditempati oleh Ibu tunggal dan anaknya.

b. Aktivitas yang dilakukan oleh para Ibu tunggal dalam rutinitas kehidupan sehari-hari seperti bekerja dan melakukan pekerjaan sampingan dalam menambah pendapatan keluarga dan juga bagaimana hubungan sosial mereka dengan masyarakat sekitarnya seperti hubungan kekerabatan dan hubungan dengan tetangga mereka.

Pengamatan dilakukan terlibat dalam berbagai aktivitas Ibu tunggal, khususnya kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh Ibu tunggal dalam memenuhi kebutuhan keluarga, misalnya pergi bersama-sama ke lokasi kebun, pabrik, dan tempat berjualan untuk melihat langsung aktivitas yang dilakukan oleh Ibu tunggal. Teknik ini peneliti dapat menjalin hubungan baik secara lebih cepat serta dapat menggambarkan keadaan langsung kehidupan Ibu tunggal yang sebenarnya. Data yang diperoleh melalui pengamatan juga sekaligus berguna untuk konfirmasi data yang akan diperoleh nantinya melalui wawancara. Untuk membantu pengamatan peneliti juga menggunakan kamera untuk mendokumentasikan hasil observasi di lapangan.

b. Wawancara

Moleong (2007:186) Wawancara adalah Percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan yang dimaksud dilakukan oleh dua pihak, yaitu


(22)

pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan. Wawancara mendalam yang dilakukan dalam penelitian ini dipandu pedoman wawancara.

Wawancara mendalam yang ditujukan kepada informan pangkal untuk memperoleh data mengenai latar belakang sejarah desa, dan data-data penduduk. Wawancara mendalam yang ditujukan kepada informan kunci yaitu Ibu sebagai orang tua tunggal untuk memperoleh informasi tentang : a. Persoalan mendasar tentang kehidupan keluarga dengan Ibu sebagai

orang tua tunggal.

b. Besarnya pendapatan dan pengeluaran keluarga Ibu tunggal.

c. Kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi dalam kehidupan sehari-hari.

d. Pengerahan, aktivitas, dan tindakan yang dilakukan oleh para Ibu tunggal sebagai bentuk strategi dalam menyiasati tekanan ekonomi keluarga.

e. Strategi yang mereka lakukan untuk meningkatkan atau mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Sedangkan wawancara mendalam yang dilakukan pada informan tambahan dilakukan untuk review informasi dari informan kunci dan informan utama juga untuk memperoleh tanggapan mereka atas kondisi keluarga dengan Ibu sebagai orang tua tunggal.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yaitu dengan mengkaji data yang dimulai dengan menelaah seluruh data tersedia


(23)

dari berbagai sumber data yang terkumpul, mempelajari, menelaah, menyusun dalam satuan, yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya, dan memeriksa keabsahan data serta mendefenisikannya dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya peneliti untuk membuat kesimpulan peneliti (Moeleong, 2007:247)

Selain itu, data-data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis secara kualitatif, artinya untuk analisis data tidak diperlukan model uji statistik dengan memakai rumus-rumus tertentu, melainkan lebih ditujukan sebagai tipe penelitian deskriptif. Kutipan hasil wawancara dan observasi sejauh mungkin akan ditampilkan untuk mendukung analisis yang disampaikan, sehingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari hasil penelitian tersebut.


(24)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Singkat Desa Namo Bintang

Desa Namo Bintang adalah salah satu desa yang terletak di kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang. Desa Namo Bintang yang ada sekarang adalah penggabungan dari dua desa di sekitarnya, yaitu Desa Rumah Mbacang/Ujung Jawi dan Desa Sumbringen. Pada tahun 1985 ditetapkan nama ketiga desa ini menjadi Desa Namo Bintang dan kedua desa yang ada di sekitarnya diubah menjadi Dusun I dan Dusun II.

Untuk dapat mengetahui asal mula bermukimnya penduduk di desa ini, penulis menemui kesulitan dengan tidak adanya catatan tentang hal itu. Namun diperkirakan daerah ini sudah dihuni sejak tahun 90 tahun yang lalu. Menurut penduduk setempat, daerah Namo Bintang berupa rawa-rawa dan sawah serta perladangan yang terlantar. Nama Namo Bintang diambil dari nama sebuah sungai yang mengalir di pinggiran desa dan sungai tersebut mempunyai Namo, yang mana kalau diartikan ke dalam bahasa Indonesia berarti Lubuk. Lubuk-lubuk tersebut dijadikan tempat pemandian dan pemancingan oleh penduduk yang berada di sekitar lubuk-lubuk tersebut. Menurut cerita orang-orang tua, di sekitar Namo (lubuk) dapat mengeluarkan cahaya terang-benderang dikala bulan purnama, dan inilah cikal bakal diberinya nama desa tersebut menjadi Namo Bintang.

4.2 Letak Geografis

Desa Namo Bintang di bagian Selatan Kotamadya Medan dan bagian Timur Ibukota kecamatan Pancur Batu. Luas desa ini seluruhnya 495,2 hektare


(25)

yang terdiri dari 50 hektare daerah pemukiman, 35 hektare daerah pertanian sawah, 200 hektare daerah perladangan dan 150 hektare daerah perkebunan serta 60,2 hektare untuk fasilitas umum dan lain-lain. Desa ini terdiri dari 5 (lima) dusun, yaitu:

Dusun I : Desa Namo Bintang dan Namo Bintang Kuta

Dusun II : Desa Sumberingen dan Kloni IV

Dusun III : Desa Rumah Mbacang dan Ujung Jawi Dusun IV : Desa Simpang Gardu dan Simpang Kongsi Dusun V : Desa GRT Tahap I dan GRT Tahap II.

Secara administratif Desa Namo Bintang berbatasan dengan Kota Medan di sebelah Utara, Desa Namo Simpur kecamatan Pancur Batu di sebelah Selatan, Desa Durin Tonggal kecamtan Pancur Batu di sebelah timur dan berbatasan dengan Desa Baru kecamatan Pancur Batu di sebelah Barat. Desa Namo Bintang mempunyai dua iklim yaitu musim kemarau dan musin penghujan, dimana kedua iklim tersebut dipengaruhi oleh angin laut dan angin pegunungan yang merupakan salah satu faktor pendukung dalam kesuburan tanah.

4.3 Sturuktur Organisasi Pemerintahan

Struktur organisasi suatu hal yang harus dimiliki oleh suatu lembaga untuk mencapai hasil kerja yang efisien dan afektif. Di samping itu sturuktur organisasi merupakan kerangka landasan bagi pengemban tugas untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan hirarki yang ada. Struktur organisasi pada dasarnya mengandung penetapan batas-batas wewenang dan tanggung jawab masing-masing. Dengan demikian diharapkan adanya satu kesatuan komando dalam penggerak dan langkah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.


(26)

Pemerintahan desa Namo Bintang sebagai suatu organisasi pemerintah berdasarkan keputusan MENDAGRI dengan merujuk pada dua Undang-Undang yaitu Undang-Undang No.5 Tahun 1979 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Desa dan Undang-Undang No .5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan Desa mempunyai struktur organisasi yang didukung oleh sejumlah bawahan, maka dibentuk LKMD (Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa) sebagai DPR-nya desa yang mendampingi Kepala Desa dan LMD (lembaga Musyawarah Desa) sebagai MPR-nya desa yang

bekerja sama dengan Kepala Desa dalam membuat keputusan desa.

Sedangkan untuk membantu tugas-tugas Sekretaris Desa ada 4 (empat) orang pembantu yang disebut dengan Kaur (Kepala Urusan) yakni masing-masing Kaur Pemerintahan, Kaur Pembangunan, Kaur Kesejahteraan Rakyat dan Kaur Keuangan. Disamping itu struktur pemerintahan desa juga dilengkapi dengan Lembaga Musyawarah Desa (LMD) dan Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD).

Sarana Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa Namo Bintang yang bertujuan untuk mengembangkan aspek-aspek kehidupan masing-masing seksi jumahnya relatif kecil. Sarana-sarna LKMD yang sudah tersedia antara lain : - Sarana keagamaan, dengan membentuk satu kelompok remaja mesjid yang diberi nama Himpunan Remaja Mesjid Amal Nahdatul Namo Bintang (HIRMAN) dan satu kelompok pemuda Gereja (PERMATA) GBKP serta Naposo Nauli Bulung Gereja HKBP dan GKPS.

- Sarana Pemuda, dengan membentuk satu kesatuan Karang Taruna Namo Bintang.


(27)

- Sarana olahraga, dengan membentuk satu kesatuan olahraga yang memanfaatkan sarana lapangan olahraga volley dan lapangan sepak bola.

- Sarana kesehatan, dengan membangun satu unit Puskesmas pembantu serta satu unit POSYANDU.

- Sarana organisasi sosial dengan membentuk satu kelompok anggota PKK dan delapan anggota Dasawisma.

4.4 Sarana Umum

Seperti desa-desa lain di kecamatan Pancur Batu, sarana transportasi dalam bentuk jalan, keseluruhannya sudah diaspal, arus hilir mudik kenderaan sering terlihat di jalan raya, karena jalan tersebut merupakan sarana jalan yang menghubungkan antara kecamatan Pancur Batu dengan kecamatan Deli Tua. Jarak antara Desa Namo Bintang dengan Ibukota kecamatan Pancur Batu hanya berkisar 1,5 km yang biasa di tempuh dengan berjalan kaki atau dengan menggunakan beca mesin dengan ongkos lima ribu rupiah. Sarana air bersih untuk keperluan sehari-hari dapat menggali sumur dengan kedalaman 7-8 meter, serta dapat menggunakan fasilitas air ledeng atau PAM. Dalam hal penerangan, sudah lama Perusahaan Listrik Negara (PLN) memasuki daerah ini. Bidang kesehatan, di desa Namo Bintang terdapat 5 klinik. Klinik ini mempunyai satu orang bidan yang melayani masyarakat setiap hari untuk memeriksa kesehatannya. Apabia keadaan pasien dianggap cukup serius, bidan tersebut merujuk pasien ke Puskesmas kecamatan di Pancur Batu yang mempunyai tenaga medis sebanyak 6 orang. Selain klinik di desa tersebut juga terdapat satu unit Pos Yandu (Pos Pelayanan Terpadu) yang merupakan wadah penunjang kesehatan dan


(28)

memusatkan perhatianya untuk memberi penyuluhan tentang keluarga sehat dan bahagia.

4.5 Keadaan Penduduk

Berdasarkan Sensus pendataan Daftar Keadaan Jumlah Rumah Tangga Desa Namo Bintang tahun 2012, jumlah penduduknya sebanyak 4.550 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 1.107 KK. Jumlah penduduk trsebut, terdiri dari 2.283 jiwa laki-laki dan 2.267 jiwa perempuan yang tersebar di Desa Namo Bintang (Data Desa Namo Bintang). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel berikut.

Tabel 1

Komposisi Penduduk Desa Namo Bintang Menurut Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa)

1 Laki-laki 2.283

2 Perempuan 2.267

Jumlah 4.550

Sumber : Data Desa Namo Bintang Tahun 2012 Tabel 2

Komposisi Penduduk Desa Namo Bintang Menurut Kelompok Umur

No Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

1 0-5 182 199 381

2 6-15 403 547 950

3 16-25 582 425 1007

4 26-55 973 862 1835

5 56 ke atas 163 214 377

Jumlah 2303 2247 4550


(29)

Dari tabel 2 di atas, tampak bahwa mayoritas penduduk Namo Bintang berusia antara 26 tahun hingga 55 tahun sebanyak 1.835 jiwa yang terdiri dari jumlah laki-laki 973 orang dan perempuan 862 orang. Kemudian diikuti oleh kelompok umur 16 tahun hingga 25 tahun yang berjumlah 1007 orang. Kelompok umur 6 – 15 tahun jumlah keseluruhannya sebanyak 950 orang. Sedangkan kelompok umur balita antara 0–5 tahun berjumlah 381 orang. Kelompok umur yang paling sedikit adalah kelompok umur 56 tahun ke atas yang berjumlah 377 orang. Sarana pendidikan di desa Namo Bintang hanya tersedia untuk Sekolah Dasar yaitu Sekolah Dasar Negeri dan Sekolah Dasar Inpres. Umumnya warga masyarakat telah tamat SD melanjutkan sekolah SMP ke ibukota kecamatan Pancur Batu.Demikian juga halnya untuk tingkat SLTA dilanjutkan ke Pancur Batu dimana SLTP dan SLTA telah banyak tersedia baik itu negeri maupun swasta.

Pendidikan pada masa sekarang ini merupakan kebutuhan pokok atau dirasakan sangat perlu. Di bawah ini disajikan data penduduk menurut pendidikan.

Tabel 3

Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1 Tidak pernah sekolah 799

2 Belum sekolah 790

3 TK 409

4 Tidak Tamat SD 442


(30)

6 Tamat SLTP 401

7 Tamat SLTA 356

8 Kursus/ keterampilan 285

9 Diploma 216

10 Sarjana 30

Jumlah 4550

Sumber : Data Desa Namo Bintang

Dari tabel 3 di atas, dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk yang tamat sekolah SLTA sangat besar jumlahnya yaitu sebanyak 799 orang, hal ini sudah dapat dikatakan baik. Kemudian penduduk yang tamat SLTP berjumlah 790 orang disusul penduduk yang tamat SD sebanyak 822 orang. Penduduk yang tidak pernah sekolah berjumlah 285 orang, penduduk yang belum sekolah sebanyak 356 orang, sedangkan TK sebanyak 30 orang dan kursus/keterampilan sebanyak 401 orang. Penduduk yang setelah tamat SLTA yang melanjutkan ke Perguruan Tinggi Akademi berjumlah 442 orang. Penduduk yang telah berhasil dari perguruan tinggi sebanyak 216 orang.

Berdasarkan Agamanya mayoritas penduduk desa Namo Bintang beragama Islam, yaitu 2452 orang. Di bawah ini disajikan data penduduk desa Namo Bintang menurut agama.

Tabel 4

Komposisi Penduduk Menurut Agama

No Agama Jumlah(Jiwa)

1 Islam 2452

2 Protestan 469


(31)

4 Hindu 16

5 Budha 0

Jumlah 4550

Sumber : Data Desa Namo Bintang

Dari tabel di atas, tampak bahwa mayoritas penduduk desa namo bintang menganut agama islam sejumlah 2452 orang, kemudian diikuti penganut agama Khatolik sebanyak 1613 orang. Penganut agama Kristen Protestan sebanyak 469 orang. Sementara itu penganut agama Hindu sebanyak 16 orang dan penganut agama Budha tidak ada. Tempat ibadah berupa Mesjid, dan Gereja cukup tersedia kecuali untuk Vihara dan Pura belum ada di desa Namo Bintang. Dengan perincian yaitu 4 buah Mesjid dan 9 buah Gereja.

Jenis mata pencaharian penduduk desa Namo Bintang beragam. Di bawah ini disajikan data tentang jenis mata pencaharian penduduk.

Tabel 5

Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah(KK)

1 PNS/ABRI/TNI/POLRI 65

2 Pegawai Swasta 143

3 Pemungut Barang Bekas 241

4 Bertani 256

5 Pedagang 67

6 Jasa 84

7 Pensiunan 62

8 Buruh 87

Jumlah 1005


(32)

Dari tabel 5 tampak bahwa mayoritas penduduk Namo Bintang bekerja sebagai petani, yaitu sejumlah 256 KK, kemudian diikuti oleh Pemungut barang bekas sejumlah 241 KK.pegawai swasta sebanyak 143 KK, buruh sebanyak 87 KK. Jasa misalnya supir, kondektur dan lain sebagainya berjumlah 84 KK, pedagang berjumlah 67 KK, PNS/ABRI/TNI/POLRI berjumlah 65 KK sedangkan pensiunan sebanyak 62 KK. Berdasarkan suku bangsa, data kepedudukan yang mendiami desa Namo Bintang sebagai berikut.

Tabel 6

Komposisi Penduduk Menurut Suku Bangsa

No Suku Bangsa Jumlah(jiwa)

1 Jawa 1137

2 Batak Karo 910

3 Batak Toba 489

4 Batak Simalungun 419

5 Nias 85

6 Melayu 283

7 Lain-lain 1227

Jumlah 4550

Sumber : Data Desa Namo Bintang

4.6 Deskripsi Kepala Keluarga Perempuan di Desa Namo Bintang

Suatu keluarga membutuhkan adanya seorang kepala keluarga. Dalam masyarakat Indonesia yang menjadi kepala keluarga adalah suami, namun apabila suami meninggal, bercerai atau berpisah, seorang istri secara otomatis menjadi kepala keluarga. Jumlah kepala keluarga menurut jenis kelamin di Desa Namo Bintang dengan laki-laki sebagai kepala keluarga berjumlah 851 jiwa sedang


(33)

kepala keluarga perempuan berjumlah 256 jiwa. Dengan komposisi kepala keluarga perempuan sebagai berikut:

Tabel 7

Komposisi Kepala Keluarga Perempuan di Desa Namo Bintang Menurut Kelompok Umur

No Umur Jumlah

1 30-40 52

2 40-50 90

3 50-60 65

5 60 ke atas 49

Jumlah 256

Sumber : Data Desa Namo Bintang

Jumlah kepala keluarga perempuan di Desa Namo Bintang menurut umur data individu tahun 2012 tercatat 256 jiwa. Penduduk usia 30-40 tahun sebanyak 52 jiwa, penduduk usia 40-50 tahun sebanyak 90 jiwa, penduduk usia 50-60 sebanyak 65 jiwa dan penduduk usia 60 keatas sebanyak 49 jiwa. Dari data diatas dapat diketahui bahwa kepala keluarga perempuan sebagian besar merupakan golongan usia produktif.

Jenis mata pencaharian kepala keluarga perempuan Desa Namo Bintang beragam. Di bawah ini disajikan data tentang jenis mata pencaharian penduduk.

Tabel 8

Komposisi Kepala Keluarga Perempuan Menurut Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah(KK)

2 Pegawai Pemerintah 20


(34)

4 Bertani 70

5 Pedagang 37

6 Pensiunan 30

7 Usaha sendiri 28

8 Tidak bekerja 30

Jumlah 256

Sumber : Data Desa Namo Bintang

Dari 356 jiwa kepala keluarga perempuan memiliki mata pencaharian yang sangat beragam. Secara rinci mata pencaharian kepala keluarga perempuan adalah pegawai pemerintah sebanyak 20 jiwa, bertani sebanyak 70 jiwa , pedagang sebanyak 37 jiwa, pensiunan sebanyak 30 jiwa, usaha sendiri sebanyak 28 jiwa dan tidak bekerja sebanyak 30 jiwa.

Pendidikan salah satu kebutuhan dari sekian kebutuhan yang harus dipenuhi karena pada dasarnya pendidikan adalah usaha manusia untuk meningkatkan kemampuan, kecerdasan atau keterampilan untuk menuju masyarakat yang mandiri. Tingkat pendidikan pada kepala keluarga perempuan dapat dilihat dari tabel berikut ini :

Tabel 9

Komposisi Kepala Keluarga Perempuan Menurut Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1 Tidak pernah sekolah 8

4 Tidak Tamat SD 20

5 Tamat SD 50

6 Tamat SLTP 75


(35)

8 Kursus/ keterampilan 12

9 Diploma 27

10 Sarjana 10

Jumlah 256

Sumber : Data Desa Namo Bintang

Tingkat Pendidikan kepala keluarga perempuan sangat beragam mulai dari tidak pernah sekolah sebanyak 8 jiwa, tidak tamat SD sebanyak 20 jiwa, tamat SD sebanyak 50 jiwa,tamat SLTP sebanyak 75 jiwa, tamat SMA sebanyak 54 jiwa, tamat Diploma sebanyak 27 jiwa, sedang yang telah menempuh tamat perguruan tinggi sebanyak 10 jiwa. Jumlah yang paling mendominasi adalah kepala keluarga perempuan dengan pendidikan telah tamat SLTP.

Ada banyak hal yang menyebabkan perempuan menjadi kepala keluarga perempuan. Latar belakang pada kepala keluarga perempuan di Desa Namo Bintang adalah karena belum menikah sebanyak 24 jiwa, suami meninggal sebanyak 152 jiwa, sedangkan karena adanya perceraian sebanyak 80 jiwa. Sehingga sebagian besar Ibu tunggal adalah karena meninggalnya suami.

Tabel 10

Komposisi Kepala Keluarga Perempuan Menurut Latar Belakang

No Latar Belakang Jumlah

1 Belum Pernah Menikah 24

4 Meninggal Dunia 151

5 Bercerai 80

Jumlah 256


(36)

BAB V

ANALISIS DATA

5.1 Pengantar

Melalui hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dilapangan yaitu melakukan teknik wawancara secara mendalam dan observasi partisipatif dengan informan, peneliti berhasil mengumpulkan informasi mengenai strategi orang tua tunggal terhadap pemenuhan kebutuhan keluarga( studi kasus Ibu sebagai orang tua tunggal di Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang). Pengumpulan data ini dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu :

1. Studi kepustakaan (library research) yaitu pengumpulan data atau informasi menyangkut masalah yang diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku serta tulisan yang ada kaitannya terhadap masalah yang diteliti.

2. Peneliti melakukan observasi untuk memperoleh gambaran tentang kondisi fisik dan sosial lokasi penelitian dan selanjutnya untuk menggali informasi tentang strategi Ibu sebagai orang tua tunggal terhadap pemenuhan kebutuhan keluarga di Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.

3. Melakukan wawancara terhadap informan pangkal, informan kunci dan informan tambahan untuk mengetahui strategi Ibu sebagai orang tua tunggal terhadap pemenuhan kebutuhan keluarga.


(37)

5.2 Hasil Temuan Informan Penelitian 1

Informan penelitian 1 yaitu Ibu Dahliana , berumur 43 tahun, informan sudah menjadi orang tua tunggal selama 4 tahun. Pendidikan formal Ibu Dahliana sampai pada jenjang SMA , tanggungan keluarga yang dimiliki adalah 2 orang anak, anak pertama bernama Dina duduk di kelas 7 SMP dan anak kedua yang bernama Adit masih duduk di kelas 3 SD. Dilihat dari sisi ekonomi keluarga, keluarga subjek dapat digolongkan keluarga yang miskin, hal ini dapat dilihat dari rumah yang ditempati masih tergolong sederhana, Luas rumah 5m x 12m walaupun bangunan rumah sudah ditembok namun dinding tembok masih berupa susunan batu bata dan belum di lapisi semen dan hanya terdapat satu kamar tidur saja serta masih beralaskan lantai degan semen biasa. Kemiskinan yang dialami keluarga informan 1 dikarenakan pekerjaannya hanya sebagai petani kecil, Ibu Dahliana tidak memiliki lahan untuk bertani tetapi Ibu Dahliana menyewa sawah untuk ditanami. sawah yang Ibu Dahliana sewa dengan 1 juta rupiah per tahunnya ditanami pohon pisang, pohon pisang tersebut setiap hari diambil daunnya untuk dijual kepada pedagang-pedangan makanan seperti warung lontong disekitar rumah dan juga ke pasar pada pagi hari. Selain dari hasil menjual daun pisang Ibu Dahliana juga menanam tanaman yang dapat dijual setiap hari seperti kangkung, kangkung dapat dipanen setiap harinya untuk dijual ke pasar pada pagi hari.

Pagi hari Ibu Dahliana berjualan ke pasar, barang dagangannya adalah lengkuas, daun pisang dan kangkung. Ibu Dahliana juga mencari barang dagangan dari hasil ladang milik tetangga seperti lengkuas , serai, dan daun singkong. Ibu Dahliana membelinya untuk kemudian dijual ke pasar pagi hari. Tetangga Ibu


(38)

Dahliana percaya pada Ibu Dahliana untuk diambil hasil ladangnya . Hal ini sesuai dengan penuturan salah satu tetangga Ibu Dahliana sebagai berikut :

“ Biasanya Ibu Dahliana ambil apa aja yang bisa dia jual dari ladang saya atau ladang tetangga sini, ada daun ubi, lengkuas, sere dan gori. Supaya ada aja barang dagangannya pagi ke pajak. Saya sih ngasih aja berapa dia bayar saya terima gak saya patok harganya.”(Erliana,42th) Pendapatan yang didapat oleh Ibu Dahliana tergolong rendah. Hasil dari berjualan ke pasar pada pagi hari tersebut sekitar Rp. 40.000 setiap harinya. Pendapatan tersebut bisa saja menurun jika kualitas tanaman subjek menurun atau ketika harga pertanian sedang turun. Pendapatan yang kecil dan tidak menentu membuat informan sulit dalam memenuhi semua kebutuhan keluarga karena untuk memenuhi semua kebutuhan keluarga diperlukan biaya sekitar Rp.1.500.000 perbulan. Hal ini terungkap dari pernyatan informan yang mengatakan :

“Kalau cuma mengandalkan pendapatan dari hasil usaha bertani jelas tidak cukup untuk memenuhi semua kebutuhan keluarga karena selama satu bulan paling tidak pengeluaran keluarga saya sekitar 1,5 juta rupiah” (Dahliana, 43th).

a. Strategi Aktif informan 1

Pendapatan informan 1 yang tergolong rendah tidak sebanding dengan biaya kebutuhan keluarga yang sangat tinggi sehingga diperlukan strategi untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarga agar tetap bisa bertahan hidup. Informan menerapkan strategi aktif untuk menambah pendapatan keluarga, yaitu dengan melakukan pekerjaan sampingan. Untuk dapat memenuhi semua kebutuhan pokok


(39)

keluarga, informan 1 malakukan beberapa pekerjaan sampingan antara lain dengan menjadi buruh tani. Hal ini terungkap dari pengakuan informan yang mengatakan:

“usaha yang saya lakukan untuk menambah penghasilan menjadi buruh tani, kalau ada yang membutuhkan bantuan tenaga saya diminta untuk membantu, kalau seperti sekarang ini saya paling bekerja membersihkan ladang orang.” (Dahliana, 43 th).

Pendapatan yang diperoleh Selain dari pekerjaan berjualan di pasar pada pagi hari adalah informan juga bekerja sebagai buruh tani yang bekerja sebagai penebar pupuk dan membersihkan ladang jagung ataupun membersihkan sawah orang. Pendapatan yang diterima dari pekerjaan menjadi buruh tani bervariasi dan tidak menentu karena tidak setiap hari ada pekerjaan. Hal ini terungkap dari pernyataan informan yang mengatakan:

“Penghasilan buruh tani tidak menentu dan berbeda-beda, paling tinggi ada yang ngasih 50 ribuan tapikan kerja diladang orang gak ada tiap hari. Kalau ada yang butuh bantuan tenaga ya di tawari kerja tp kalo gak ada yang lagi butuh bantuan tenaga kerja ya gak kerja” (Dahliana, 43 th).

Walaupun telah melakukan berbagai pekerjaan sampingan namun pendapatan yang diterima belum cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara layak sehingga anggota keluarga lain yaitu anak pertama informan harus rela bekerja untuk menambah penghasilan keluarga. Hal ini terungkap dari penyataan anak subjek yang mengatakan:


(40)

kalau sekarang aku kerja upahan ngambil kangkung di sawah tetangga , satu ikat itu Rp.150 aku biasanya dapat 100 ikat kangkung satu hari, jadi sekitar Rp.15.000 satu harinya” (Dina, 12th).

Hasil yang didapat oleh anak pertamanya tidak digunakan Ibu Dahliana untuk memenuhi kebutuhan dapur tetapi hanya untuk menambah uang jajan sekolah ataupun keperluan perlengkapan sekolah Dina anak pertamanya. Hal ini terungkap dari pernyataan Ibu Dahliana yang mengatakan :

“ Dina biasanya kerja upahan ambil kangkung pulang sekolah sampai sore hampir magrib, paling banyak dia bisa dapat Rp.15.000, itu juga kalau kangkungnya lagi bagus kalau gak ya paling Cuma dapat Rp.5000, uangnya dia pakai untuk tambahan jajan sekolah, beli pulpen atau keperluan sekolah lainnya.”(Dahliana, 43th)

Informan juga mengoptimalkan sumberdaya yang dililiki keluarga yaitu dengan memanfaatkan pematang di sawah mereka untuk ditanami sayuran seperti kacang panjang dan labu. Tanaman tersebut nantinya akan dikonsumsi sendiri, seperti yang diungkapkan informan yang mengatakan:

Saya menanam sayuran seperti cabe rawit, daun ubi, rimbang dan kacang panjang jadi bisa untuk dikonsumsi sendiri sebagai sayur(Dahliana, 43th).

b. Strategi Pasif Informan 1

Strategi pasif dilakukan subjek agar pendapatannya mampu untuk memenuhi semua kebutuhan keluarga. Strategi pasif yaitu strategi bertahan hidup dengan cara meminimalisir pengeluaran keluarga (hemat). Strategi hemat dapat dilihat dari cara keluarga meminimalisir pengeluaran untuk kebutuhan keluarga


(41)

seperti kebutuhan pangan, sandang, papan, kesehatan dan pendidikan. Sikap hemat dalam pemenuhan kebutuhan pangan terlihat dari budaya keluarga yang membiasakan makan dengan lauk seadanya seperti yang di ungkapkan informan yang mengatakan:

“kalau untuk makanan keluarga kami, makan seadanya tapi tetap tiga kali sehari cuman lauknya sederhana ya kadang makan sama lauk tempe, tahu dan ikan asin sama kalo ikan basah gitu sekali-sekali, kalau makan daging paling pas lebaran atau kalau ada orang pesta aja.” (Dahliana, 43th).

Strategi hemat yang dilakukan dalam pemenuhan kebutuhan sandang adalah tidak pilih-pilih merk pakaian, bagi keluarga Ibu Dahliana merk pakaian bukanlah hal yang penting, yang terpenting bagi mereka dalam membeli pakaian adalah harganya murah. Keluarga informan juga jarang membeli pakaian baru, biasanya hanya akan membeli ketika lebaran seperti pengakuan informan yang mengatakan:

“saya beli baju baru jarang, paling pas lebaran saja, biasa beli di pajak gak pernah liat merk bajunya apa” (Dahliana, 43th).

Sikap hemat juga terlihat dari sikap informan yang tidak mementingkan model atau luasnya rumah. Bagi keluarga informan yang terpenting adalah rumah yang di tempati bisa untuk berteduh, hal ini terlihat dari bentuk bangunan rumah yang masih sederhana. Kesederhanan terlihat dari bangunannya yang masih sederhana, dinding rumah terbuat dari batu namun tidak diplaster dan ukuran rumah yag tidak besar hanya ada satu kamar dan dapur yang tidak luas.


(42)

Strategi hemat yang dilakukan dalam pemenuhan kebutuhan pendidikan anak adalah menyekolahkan anak di sekolah Negeri, bagi keluarga dengan orang tua tunggal pendidikan yang bagus bukan dilihat dari sekolah yang mahal tetapi yang paling penting adalah anak dapat tetap bersekolah dan mendapat pendidikan yang baik. Sekolah di sekolah negeri dinilai dapat sangat meringankan beban biaya pendidikan anak karena tidak perlu membayar uang sekolah dan buku pelajaran juga diperoleh secara gratis. Informan menerapkan strategi berhemat dalam hal ongkos anak sekolah seperti pengakuan informan yang mengatakan:

“uang sekolah saya tidak pusing karena anak sekolahnya di sekolah negeri jadi uang spp dan uang buku gratis, untuk jajan tiap hari saya kasihnya pas-pasan saya rasa cukup kalau anak pertama saya kasih Rp.7000 dan adeknya Rp.4000 udah termasuk ongkos” (Dahliana, 43th). Kebutuhan kesehatan merupakan kebutuhan yang harus segera dipenuhi ketika seseorang dalam keadaan sakit. Ketika sedang sakit informan biasanya tidak pergi ke dokter melainkan ke puskesmas. Sebagaimana pernyataan yang diungkapkan informan sebagai berikut:

“Saya jarang ke dokter biasanya sakit paling ke puskesmas atau beli obat di warung udah sembuh, Alhamdulillah selama ini belum ada kami yang sakitnya parah jadi ke puskesmas udah cukup, kalo sakitnya parah gak sembuh dari puskesmas saya harus kerumah sakit kan sekarang ada bpjs jadi saya rasa rumah sakit juga biayanya udah ringan.” (Dahliana,43 th).

Cara hemat yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan adalah pergi ke puskesmas dan membeli obat di warung, faktor yang membuat keluarga


(43)

informan tidak berobat ke dokter adalah biaya pengobatan berobat ke dokter yang mahal sehingga mereka lebih memilih membeli obat di warung dan berobat ke puskesmas. Seperti pernyataan informan yang mengatakan:

“kalau sakit saya tidak langsung ke dokter karena biasanya mahal. Karna puskesmas gratis tapi kalo ke dokter klinik dekat sini biasanya 35-50ribu, cuma sakit biasa beli obat di warung sudah sembuh, kalo sudah tidak sembuh-sembuh baru ke dokter” (Dahliana,43th).

c. Strategi Jaringan Informan 1

Strategi aktif dan pasif yang diterapkan keluarga informan 1 mampu membuat keluarga beliau tetap bisa bertahan hidup sampai sekarang, namun ketika seperti hasil tanaman yang menurun drastis seperti tidak adanya daun pisang ataupun tanaman lain yang dapat dijual dan ketika membutuhkan uang secara cepat mereka harus melakukan strategi lain. Strategi tersebut adalah strategi jaringan, strategi jaringan merupakan strategi bertahan hidup yang dilakukan dengan cara meminta bantuan kepada kerabat, tetangga dan relasi lainnya baik secara formal maupun informal ketika dalam kesulitan.

Ibu Dahliana menggunakan strategi yang cukup umum dalam membangun pandangan sosial masyarakat terhadap dirinya. Ibu Dahliana bersikap baik dan menjaga agar hubungan tetangga agar tetap baik. Tidak ada hal khusus yang dilakukan dalam membangun pandangan sosial masyarakat. Beliau juga mengaku tidak ada yang bersikap buruk atas status Ibu tunggal yang disandang, Ibu Dahliana yang tidak ambil pusing atas apa yang mungkin saja dijadikan bahan obrolan oleh masyarakat sekitar tempat tinggal beliau. Beliau memilih strategi untuk tetap berhubungan baik dengan para tetangga tetapi juga tidak mau ikut


(44)

campur atau dicampuri urusannya dengan tetangga beliau seperti pada pernyataan informan berikut ini :

“ saya gak peduli apa kata tetangga, tapi sejauh ini gak ada tetangga yang nampaknya bersikap buruk. Saya selalu baik sama tetangga kalo ada yang mau pesta saya Cuma bantu pake tenaga aja. Tetangga saya baik kalo saya butuh barang jualan tetangga ngasih aja saya ambil barang dari ladangnya ‘’ (Dahliana,43th )

Pendapatan orang tua tunggal yang tidak menentu dan kadang mengalami penurunan hasil pertanian membuat informan harus memiliki strategi ketika membutuhan uang secara mendesak. Meminjam uang merupakan langkah untuk mendapatkan uang secara cepat, informan biasanya meminjam uang kepada saudara atau tetangga terdekat. Budaya gotong royong dan kekeluargaan yang masih kental di Desa Namo Bintang membuat kepedulian masyarakatnya sangat kuat sehingga ketika salah seorang warga meminta bantuan maka warga yang lain akan membantu sebisa mungkin seperti pernyataan informan yang mengatakan:

pinjam ke tetangga yang penting jujur dan jangan suka berbohong, insyaallah pasti akan tetap dibantu” (Dahliana, 43th).

Adanya budaya gotong royong dan kekeluargaan dapat menjadi pelindung bagi informan ketika mangalami kesulitan namun bantuan yang diterima dari saudara atau tetangga tidaklah besar sehingga pinjaman yang didapat tergolong kecil, hal ini dikarenakan masyarakat di Desa Namo Bintang merupakan masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah. Ketika memerlukan pinjaman uang dalam jumlah yang cukup besar biasanya informan akan meminjam uang di koperasi. Sebagaimana pernyataan subjek yang mengatakan:


(45)

“kalau pinjamnya kecil ya pinjam ke tetangga kalau butuh pinjaman besar seperti untuk modal buat jualan ke pajak ke koperasi” (Dahliana, 43 th). Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa strategi bertahan hidup yang diterapkan informan 1 yaitu menerapkan strategi aktif dengan melakukan pekerjaan sampingan menjadi buruh tani serta peran anggota keluarga yaitu anak juga ikut bekerja untuk menambah pendapatan keluarga.

Strategi pasif yang dilakukan dengan menerapkan budaya hemat yaitu makan dengan lauk seadanya, menyimpan hasil panen padi untuk dikonsumsi sendiri, menanam sayuran di pematang sawah untuk dikonsumsi sendiri, membeli baju baru yang harganya murah dan hanya membeli ketika lebaran saja, berobat ke puskesmas atau membeli obat di warung ketika sakit. Sedangkan strategi jaringan yang dilakukan adalah meminjam uang pada saudara atau tetangga ketika membutuhkan uang secara mendadak dalam jumlah kecil sedangkan jika membutuhkan uang dalam jumlah banyak meminjam ke koperasi.

Informan Penelitian 2

Informan penelitian 2 bernama Romaulina br.Sitepu , berumur 44 tahun, subjek 2 sudah menjadi orang tua tunggal selama 7 tahun. Pendidikan formal sampai tingkat SMA, tanggungan keluarga yang dimiliki adalah 3 orang anak dimana anak pertama bernama Roy duduk di kelas 3 SMA dan anak kedua bernama Rudi kelas 1 SMA dan anak ketiga bernama Lisa masih kelas 6 SD. Dilihat dari sisi ekonomi keluarga, keluarga subjek 2 sama seperti kondisi ekonomi subjek 1, hal ini dapat dilihat dari rumah yang ditepati masih tergolong sederhana, Ibu Romaulina masih mengontrak dinding rumah terbuat dari batu namun ukuran rumah tidak besar, harga sewa rumah adalah 3 juta rupiah pertahun


(46)

Sama seperti informan pertama, kemiskinan yang dialami keluarga informan 2 dikarenakan pekerjaan informan 2 hanya sebagai buruh pabrik jagung. Hasil yang diperoleh dari pekerjaannya menjemur dan mengangkat jagung adalah 60.000 rupiah perhari. Pendapatan tersebut akan menurun jika jagung sedang mengalami penurunan . Pendapatan yang kecil dan tidak menentu membuat informan kesulitan membiayai semua kebutuhan pokok keluarga karena untuk memenuhi semua kebutuhan keluarga minimal di perlukan biaya sekitar Rp.1.500.000 perbulan. Hal ini terungkap dari pernyatan informan yang mengatakan :

pendapatan dari hasil kerja di pabrik jagung ini tidak cukup jika untuk membiayai semua kebutuhan pokok karena jagung sekarang lagi sulit kadang banyak jagung yang masuk kadang sampai satu minggu tidak ada jagung yang masuk, ya saya tidak kerja.”( Romauli, 44th).

a. Strategi Aktif Informan 2

Pendapatan informan 2 yang tergolong kecil tidak mampu memenuhi semua kebutuhan keluarga sehingga di perlukan strategi untuk tetap bisa bertahan hidup. Subjek 2 menerapkan tiga startegi yaitu strategi aktif, strategi pasif dan strategi jaringan. Strategi aktif yang dilakukan adalah melakukan pekerjaan sampingan sebagaimana yang diungkapkan informan sebagai berikut:

“Kerja sampingan saya sebagai buruh tani di ladang orang. Kerja sampingan itu saya lakukan waktu gak ada jagung yang masuk, saya kan gajinya harian di gudang jagung kalo gak kerja saya gak ada uang jadi saya harus cari uang masuk lain.” (Romaulina, 44th).


(47)

Pekerjaan menjadi buruh tani hanya dilakukan ketika jagung sedang tidak ada, upah yang didapat dari hasil buruh tani adalah 60 ribu rupiah perhari. Penghasilan dari bekerja di pabrik jagung ataupun kerja sampingan buruh tani masih dirasa belum cukup untuk mencukupi kebutuhan keluarga dan keperluan pendidikan anak seperti ongkos dan jajan anak sekolah setiap hari maka Ibu Romauli juga bekerja sebagai tukang cuci di rumah pemilik pabrik jagung. Aktivitas mencuci di rumah pemilik pabrik jagung biasanya dimulai pagi hari sekitar jam 6 pagi dan selesai pada jam 8 pagi. Upah yang diterima tukang cuci sekitar 200 ribu perbulan. Upah tersebut digunakan untuk bayaran uang sekolah anak. Sebagaimana yang diungkapakan subjek sebagai berikut:

“setiap pagi saya kerja nyuci baju di rumah pemilik pabrik jagung ini, lumayan bisa buat bayaran uang sekolah anak tiap bulan. Saya kerjanya mulai jam 6 sampai 8 pagi.”(Romauli,44th)

Walaupun telah melakukan berbagai pekerjaan sampingan namun pendapatan yang diterima belum cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara layak sehingga anggota keluarga lain yaitu anak pertama informan harus rela bekerja untuk menambah penghasilan keluarga. Hal ini terungkap dari penyataan anak subjek yang mengatakan:

Pulang sekolah aku ikut kerja di pabrik jagung ini, kasian liat mamak angkat jagung berat-berat apalagi aku anak paling besar jadi ikut kerja di pabrik ini. Uangnya aku buat bantu mamak sama aku tabung karna betar lagi tamat aku pengen kuliah ” (Roy, 17th).

Keadaaan yang sulit tidak membuat anak Ibu Romauli untuk berhenti pada jenjang pendidikan SMA, keinginan anak-anaknya untuk mencapai jenjang


(48)

pendidikan tinggi. Hal ini membuat Ibu Romauli untuk lebih bekerja keras, apa saja pekerjaan yang dapat menghasilkan uang selalu di kerjakan tanpa pilih-pilih kerjaan. Seperti pada musim rambutan Ibu Romauli bekerja mengikat rambutan di rumah tetangga yang menjual rambutan. Upah yang didapat dari mengikat rambutan tidak banyak, seperti yang diungkapkan informan sebagai berikut :

“Upah ngikat rambutan itu tergantung banyaknya rambutan yang sudah di ikat, satu ikat dihargai Rp. 200, dalam semalam saya biasanya hanya mampu mengikat sebanyak 150 ikat saja. Jadi upahnya Cuma Rp. 30.000” (Romauli, 44th).

Selain upahan mengikat rambutan pada musim rambutan, informan juga bekerja membuat roti pada saat menjelang tahun baru di salah satu rumah tetangga yang membuka usaha roti kering. Pekerjaan membuat roti ini rutin dilakukan Ibu Romauli pada saat menjelang tahun baru , karena pada saat menjelang tahun baru tetangganya membuka usaha penjualan roti kering dan membutuhkan bantuan dari Ibu-ibu untuk membuat roti dalam jumlah banyak. Pekerjaan harian ini juga tidak dilewatkan oleh Ibu Romauli. Upah yang didapat oleh Ibu Romauli dari hasil membuat roti tidak banyak dan tergolong kecil seperti yang diungkapkan pemilik usaha roti kering :

“Menjelang tahun baru Ibu Romauli kerja sama saya buat roti kering, kerjanya mulai pagi sekitar jam 9 sampai jam 2 siang. Upah yang didapat Rp. 30.000,kata Ibu Romauli lumayan dia tabung buat beli baju tahun baru untuk anaknya ” (Roslina, 43th).


(49)

Strategi pasif yang dilakukan informan 2 hampir sama dengan strategi pasif yang dilakukan subjek 1. Sifat hemat dalam pemenuhan kebutuhan pangan dilakukan dengan membiasakan makan dengan lauk seadanya sebagaimana pendapat subjek yang mengatakan:

“kalau untuk makan saya tetap tiga kali sehari tapi ya dengan lauk yang seadanya kalo makan paling sering pake sayur aja, ikan saya jarang karna harga ikan dan daging itu mahal” (Romaulina, 44th)

Ibu Romauli juga memilih untuk membeli barang yang harganya murah walaupun dengan kualitas yang kurang baik misalnya sayuran dengan harga yang murah, Ibu Romauli memilih berbelanja di pasar tradisional yang mensiasati berbelanja pada sore hari untuk memperoleh harga yang jauh lebih murah. Sesuai dengan pernyataan informan berikut ini :

“saya belanja sayuran tiap hari sabtu waktu pajak lagi pekan, saya belanja sore-sore biar harga sayuran lebih murah, itupun saya pilih sayuran yang harganya murah dibawah harga biasanya walaupun sedikit jelek ya namanya saya cari harga murah pasti kualitasnya juga gak sama kayak sayuran yang bagus, tapi tetap masih bisa dimakan”(Romauli,44th)

Sedangkan untuk kebutuhan sandang keluarga subjek hanya membeli pakaian ketika Natal untuk dipakai pada saat Natal dan Tahun Baru. Hal tersebut terungkap dari pernyataan informan yang mengatakan:

“Pakaian baru saya Cuma beli waktu natal aja, itu juga Cuma buat anak-anak saya karna saya kasihan liat anak-anak saya pasti liat teman-temannya


(50)

beli baju baru.Kalau saya gak beli baju baru, untuk saya setahun sekali juga jarang belinya” (Romauli,44 th).

Sikap hemat juga terlihat dari pemenuhan kebutuhan papan, dimana rumah subjek masih mengontrak dengan harga sewa 3 juta rupiah pertahun, rumah tersebut sederhana berdinding batu, beratap seng, lantaiya semen biasa dan juga terdapat dua kamar yang tidak luas ukurannya. Sedangkan untuk pemenuhan kebutuhan kesehatan, informan lebih memilih berobat ke puskesmas seperti pernyataan subjek sebagai berikut:

kalau saya dan anak saya sakit pertama-tama saya ke puskesmas setelah kalo gak sembuh baru ke rumah sakit”( Romauli, 44th).

Puskesmas menjadi pilihan informan ketika sakit karena biaya berobat di puskesmas lebih murah dibandingkan jika berobat ke klinik atau rumah sakit. Strategi hemat yang dilakukan dalam pemenuhan kebutuhan pendidikan anak adalah informan menyisihkan penghasilan yang didapat untuk ditabung didalam celengan anak-anak yang setiap bulannya uang tersebut digunakan untuk bayaran uang sekolah anak, jika belum cukup tabungan tersebut untuk bayar uang sekolah maka Ibu Romauli melakukan negosisasi pada pihak sekolah agar anaknya diberikan waktu untuk melunasi uang sekolahnya. Ibu Romauli juga menerapkan strategi berhemat dalam hal ongkos anak sekolah seperti pengakuan informan yang mengatakan:

“saya sering kesulitan waktu datang tanggal bayar uang sekolah jadi saya akalin buat celengan uang sekolah anak-anak. Uang yang saya dapat sedikit saya tabung jadi waktu bayar uang sekolah udah ada uangnya. Kadang gak cukup juga jadi saya sering dipanggil ke sekolah karna


(51)

telat bayar, saya minta keringanan waktu. Karena satu anak saya sekolah di swasta kalau yang dua sekolahnya negeri jadi gratis uang sekolah. Ongkos dan jajan tiap hari saya kasihnya pas-pasan.” (Romauli, 44th).

c. Strategi Jaringan Informan 2

Dalam rangka membangun pandangan sosial yang baik di mata masyarakat sekitar tempat tinggal, Ibu tunggal selalu menjaga sikap yang wajar dan santun kepada para tetangga. Ibu Romauli dalam bersosialisasi dengan masyarakat tempat tinggal memilih sikap wajar apa adanya tetapi tetap peduli dan sering bertegur sapa sekedar menanyakan kabar dari orang yang lewat di depan rumah atau meluangkan waktu untuk mengobrol dengan para tetangga sekitar. Selain bersikap baik dengan tetangga, Ibu Romauli juga cukup aktif dalam perkumpulan gereja menurutnya hubungan dengan masyarakat dan kelompok sangat penting di jaga karena jika ada kesulitan yang pertama diminta bantuan adalah tetangga ataupun aggota kelompok.

“ sama tetangga saya baik, sering cerita sama tetangga kalo ada masalah. Kalo cerita rasanya hati tenang . apalagi saya kan kerjanya sama tetangga saya, saya slalu di kasih tau kalo ada kerjaan di ladang orang jadi kalo bukan tetangga gak ada yang bantu saya. Perkumpulan gereja saya slalu ikut kalo curhat saya sering juga disemangati sama teman satu perkumpulan, kalo mau natal dari gereja dikasih bantuan buat janda, saya dapat juga.”(Romauli, 44th)

Strategi jaringan merupakan strategi yang juga dilakukan informan 2 khususnya ketika membutuhkan uang, namun strategi ini adalah strategi terakhir


(52)

karena informan sebisa mungkin akan tetap berusaha sendiri tanpa meminta bantuan orang lain ketika membutuhkan uang, salah satunya adalah menjual sebagian harta berharga. Harta yang dijual biasanya perhiasan emas, namun jika belum cukup maka subjek akan meminjam kepada tetangga. Hal tersebut terungkap dari pernyataan informan yang mengatakan:

“kalau butuh uang dadakan biasanya saya menjual barang berharga seperti cicin emas milik saya tapi kelau masih tidak cukup terpaksa pinjam ke tetangga. Saya jual karena terpaksa karna anak saya pertama butuh uang buat ujian kalo ada tunggakan uang sekolah anak saya gak bisa ujian atau waktu tiba tanggal bayaran kontrakan ” (Romauli, 44 th).

Strategi jaringan lain yang diterapkan dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan adalah dengan mengkonsumsi bantuan beras yang didapat dari pemerintah yaitu RASKIN, setiap bulan Ibu Romauli mendapat bantuan beras sebanyak 10kg dari kepala desa. Beras ini cukup membantu kebutuhan pangan informan. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan yaitu :

“ Setiap bulan saya dapat bantuan beras RASKIN sebanyak 10kg dari kepala desa , berasnya untung-untungan kadang dapat yang enak tapi kadang keras dan berasnya banyak yang hancur. Tapi saya syukuri karena beras yang saya dapat cukup membantu apalagi harga beras sekarang mahal. (Romauli,44th)

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa strategi bertahan hidup yang diterapkan informan 2 yaitu menerapkan strategi aktif dengan melakukan pekerjaan sampingan buruh tani, mengikat rambutan pada musim


(53)

rambutan dan membuat roti pada saat menjelang tahun baru serta peran anggota keluarga yaitu anak bekerja sebagai buruh pabrik di pabrik jagung untuk menambah pendapatan keluarga. Strategi pasif dilakukan dengan menerapkan budaya hemat yaitu makan dengan lauk seadanya, membeli sayuran murah, menyimpan uang untuk uang sekolah anak, membeli baju baru ketika natal dan berobat ke puskesmas ketika sedang sakit. Sedangkan strategi jaringan yang dilakukan adalah meminjam pada tetangga ketika membutuhkan uang secara mendadak dan pemanfaatan jaringan sosial berupa RASKIN dari pemerintah setiap bulannya untuk kebutuhan pangan keluarga.

Informan Penelitian 3

Informan penelitian 3 bernama Maimunah , berumur 45 tahun, beliau sudah menjadi orang tua tunggal selama 8 tahun. Pendidikan formal hanya sampai tingkat SD, tanggungan keluarga yang dimiliki adalah 3 orang anak, anak pertama bernama Wahyu sudah semester 5 di perguruan Tinggi Swasta dan kedua anak kembarnya bernama Ana dan Ani yang masih duduk di bangku sekolah kelas 3 SMA. Dilihat dari sisi ekonomi keluarga, keluarga subjek dapat digolongkan keluarga yang miskin, hal ini dapat dilihat dari kondisi rumah yang ditempati masih tergolong sederhana, dinding rumah masih terbuat dari kayu beratapkan seng. Luas rumah yang mereka tempati hanya seluar 5m x 10m, terdapat dua kamar di dalam rumah mereka.

Seperti informan 1 dan 2 kemiskinan yang dialami keluarga informan 3 juga dikarenakan pekerjaannya hanya sebagai penjual gorengan. Hasil menjual gorengan yang diperoleh tidak menentu 100 ribu rupiah setiap hari jika penjualan banyak tetapi pada hari sepi penjualan bisa hanya dapat 50ribu rupiah. Pendapatan


(54)

yang kecil dan tidak menentu membuat informan tidak mampu jika harus membiayai semua kebutuhan keluarga. Hal tersebut terungkap dari pernyatan informan yang mengatakan :

Pendapatan dari hasil jualan ini mah gak cukup dek buat kebutuhan sehari-hari, belum lagi Ibu harus mutar balik modal buat jualan besok, satu harinya ibuk harus ngasih ongkos anak sekolah Rp.30.000.”(Maimunah, 45th)

Sama seperti informan 1 dan 2 informan 3 juga menerapkan tiga strategi bertahan hidup untuk memenuhi semua kebutuhan keluarga yaitu strategi aktif, strategi pasif dan strategi jaringan.

Berbeda dengan informan sebelumnya yang melakukan pekerjaan sampingan, informan 3 memilih untuk tidak melakukan pekerjaan sampingan. Hal ini diketahui dari pernyataan informan yang mengatakan:

“saya tidak punya pekerjaan sampingan cuma jual gorengan saja” (Maimunah, 45th).

Alasan subjek lebih memilih fokus bekerja sebagai penjual gorengan karena keterampilannya yang terbatas dan ingin punya lebih banyak waktu di rumah dengan anaknya.

a. Strategi Aktif Informan 5

Strategi aktif dilakukan oleh isteri informan dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki keluarga mereka secara optimal yaitu menanami pekarangan rumah mereka dengan tanaman yang nantinya akan dijual. Sebagaimana yang diungkapkan informan yang mengatakan:


(55)

“Ibuk nanam duku di belakang rumah untuk lumayan tiap musim duku bisa dijual, sama nanam daun ubi untuk bisa di jual ke tukang pecal dekat sini atau buat sayur ibuk.” (Maimunah ,45th).

Usaha yang dilakukan informan hanya mampu memberi sedikit tambahan bagi pendapatan , pendapatan yang diterima belum cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara layak sehingga anggota keluarga lain yaitu anak pertama informan harus rela bekerja untuk menambah penghasilan keluarga. Hal ini terungkap dari penyataan anak informan yang mengatakan:

“ Aku sekarang kerja pulang kuliah di bengkel dekat rumah, uangnya aku pake buat ongkos kuliah aku sama bantu mamak buat belanja sehari-hari”(wahyu, 21th)

Upah yang diterima dari pekerjaan di bengkel sekitar Rp.50.000 per hari namun upah tersebut belum termasuk uang makan sehingga untuk mensiasati hal tersebut wahyu membawa bekal dari rumah sehingga tidak perlu membeli makanan. Pekerjaan ini dilakukan sepulang kuliah dan pada hari libur. Alasan Wahyu memilih bekerja sebagai montir di bengkel adalah keinginannya yang kuat untuk tetap kuliah sampai kuliahnya selesai.Hal ini terungkap dari pernyataan informan yang mengatakan:

kalau untuk memenuhi semua kebutuhan keluarga tidak cukup ngandalin jual gorengan terutama jika harus menyekolahkan anak sampai tinggi tidak cukup apalagi anak Ibuk dua lagi masih SMA butuh biaya banyak juga udah kelas 3 jadi abangnya kerja buat bayar kuliahnya sendiri, adek-adeknya bantu ibuk jualan” (Maimunah, 45th).


(56)

Mengenai keadaan ekonomi, beliau berucap syukur karena selalu merasa tercukupi. Beliau memanfaatkan pendapatan dari berdagang gorengan dengan mengutamakan hal-hal penting terlebih dahulu seperti sekolah anak, pangan sehari-hari dan kewajiban bayar listrik. Hal ini dilakukan agar tetap bisa bertahan hidup. Sebagaimana pernyataan informan yang mengatakan:

“Alhamdulillah di cukup-cukupkan lah dek, orang cuma buat Ibuk sama anak Ibuk balik modal lah juga ada untung, kadang Rp.100.000 tapi itu kotor sudah sama modal kadang pernah kotor cuma dapet Rp.50.000, gak apa dek yang penting bisa kebayar semua kebutuhan makan ,bayar sekolah dan bayar listrik.” (Maimunah, 45th).

Untuk kebutuhan pangan subjek tetap memenuhi kebutuhan makan keluarga tiga kali dalam sehari namun dengan lauk seadanya. Hal tersebut diketahui dari pernyataan informan yang mengatakan:

“tetap tiga kali makan sehari, tapi seadanya aja lauknya, lebih sering sayuran. Ikan atau daging jarang, diakalin kalo lauknya paling tempe atau telor disambel.”(Maimunah 45th)

Keluarga informan juga jarang membeli pakaian baru karena harus menghemat pengeluaran, biasanya keluarga informan membeli baju baru ketika lebaran bahkan terkadang informan hanya membelikan anak saja. Hal tersebut diketahui dari pernyataan informan yang mengatakan:

“Kalau untuk membeli pakaian baru biasanya Ibuk hanya membeli waktu lebaran itupun kalau beli, kalau uangnya terbatas Ibuk ya tidak beli Cuma beliin pakaian buat anak yang terpenting anak bisa pakek baju baru waktu hari lebaran,karena anak Ibuk udah besar jadi udah ngerti


(57)

juga gak minta beliin baju lebaran lagi” ( Maimunah, 45th).

Beliau juga mengakui pentingnya memiliki uang simpanan kalau saja ada suatu kebutuhan mendadak dan mendesak, uang simpanan tersebut akan sangat berguna. Ibu Maimunah juga menegaskan pada anaknya bahwa uang tersebut tidak dipakai untuk sehari-hari tetapi bila benar-benar penting saja dan juga dapat dipakai sebagai tabungan anaknya.

“Ibuk biasain anak-anak buat nabung, ibuk suruh uang jajannya jangan di abisin ditabung biar kalo ada perlu apalagi ini udah mau tamat, jadi anak ibuk nabung katanya buat nanti mau masuk kuliah”( Maimunah 45 th)

Keadaan rumah informan juga masih sederhana karena dinding rumah belum terbuat dari tembok dan hanya terbuat dari kayu, hal ini dikarenakan subjek belum mempunyai uang untuk membangun rumah dengan dinding tembok, yang terpenting bagi beliau rumahnya bisa untuk tempat berteduh keluarganya. Ketika keluarga sakit informan lebih memilih berobat ke puskesmas karena biayanya cukup murah dibanding berobat ke klinik. Hal tersebut diketahui dari pernyataan informan yang mengatakan:

“ Ibuk kalo sakit atau anak ibuk sakit kami ke puskesmas aja gak ke klinik. Paling sering beli obat di warung karna sakitnya cuma sakit ringan aja, kalo ke klinik sini jarang.” ( Maimunah, 45 th)

c. Strategi Jaringan Informan 3

Ibu Maimunah bersikap baik dan menjaga agar hubungan tetangga agar tetap baik. Tidak ada hal khusus yang dilakukan dalam membangun pandangan sosial masyarakat. Beliau juga mengaku tidak ada yang bersikap buruk atas status


(58)

ibu tunggal yang disandang, Ibu Maimunah yang tidak ambil pusing atas apa yang mungkin saja dijadikan bahan obrolan oleh masyarakat sekitar tempat tinggal beliau. Beliau memilih strategi untuk tetap berhubungan baik dengan para tetangga dan juga anggota perwiritan. Ibu Maimunah memiliki strategi yang memang dapat dengan baik mengatasi, berikut petikan wawancara dengan tetangga Ibu Maimunah tersebut:

“rumah ibuk ini deket sama rumahnya saya jadi ndak bingung kalau dia mau minta bantuan ke siapa. kalau Ibuk Maimunah butuh yah tinggal maen ke rumah saya cerita sama saya, sering juga dia datang cerita sama saya soal apa aja. Ibuk Maimunah juga aktif ikut wirit kalo hari Jumat kami sering wirit bareng”(Sri,44 th)

Pada saat rumah beliau mengalami korsleting listrik yang seharusnya dapat diselesaikan oleh laki-laki beliau memanfaatkan jaringan dengan cara meminta tolong kepada tetangga.

“kalo ada apa-apa yang rusak biasa Ibuk ke rumah tetangga minta bantuan, ada korslet listrik atau mesin air yang rusak ibuk minta tolong sama tetangga aja”(Maimunah, 46th)

Pendapatan yang tergolong kecil dan tidak menentu membuat informan sulit untuk menabung dalam jumlah banyak sehingga ketika membutuhkan uang secara mendadak sering mengalami kesulitan. Informan biasanya menggadaikan perhiasan emas miliknya ketika membutuhkan uang secara mendadak, jika masih kurang maka terpaksa meminjam uang di pada tetangga ataupun Kas perwiritan. Hal tersebut diketahui dari pernyataan informan yang mengatakan:


(59)

“kalau sudah butuh uang biasanya Ibuk menggadaikan emas ke pegadaian, kadang juga pinjam uang sama anggota wirit yang megang uang Kas wirit, ibuk biasanya bayar tepat waktu jadi kalo pinjem uang slalu dikasih, tapi allhamdulillah selama ini ibuk belum pernah pinjam ke koperasi atau rentenir dekat sini” (Maimunah, 45th).

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa strategi bertahan hidup yang diterapkan informan 3 yaitu menerapkan strategi aktif dengan melakukan pekerjaan berjualan gorengan dan memanfaatkan pekarangan rumah untuk ditanami tumbuhan yang dapat dijual seperti duku yang dapat dijual pada musim duku dan juga daun singkong yang dapat dijual pada tukang sayur serta peran anggota keluarga yaitu anak bekerja sebagai montir di bengkel untuk menambah pendapatan keluarga. Strategi pasif yang dilakukan dengan menerapkan budaya hemat yaitu makan dengan lauk seadanya, membeli pakaian baru ketika menjelang lebaran, berobat ke puskesmas ketika sedang sakit. Sedangkan strategi jaringan yang dilakukan adalah menggadaikan barang berharga seperti perhiasan emas ke pegadaian dan meminjam uang Kas Perwiritan ketika membutuhkan uang secara mendadak.

Informan penelitina 4

Informan peneliatan 4 bernama Suratmi berumur 45 tahun, informan sudah menjadi orang tua tunggal selama 3,5 tahun. Pendidikan formal hanya sampai tingkat SD, tanggungan keluarga yang dimiliki adalah 2 orang anak, seorang anak Ibu Suratmi memilih untuk berhenti sekolah pada saat duduk dibangku SMP saat ini anak Ibu Suratmi bekerja di salah satu rumah sakit sebagai Cleaning service sedangkan anak kedua bernama Heru masih duduk di kelas 3


(60)

SMP Negeri. Dilihat dari sisi sosial ekonomi keluarga, keluarga informan masih tergolong keluarga yang miskin, hal ini dapat dilihat dari rumah yang ditempati masih tergolong sederhana, bangunan rumah hanya bagian depan rumah yang berupa bangunan dari tembok sedangkan bagian belakang masih terbuat dari dinding kayu.

Kemiskinan yang dialami keluarga informan dikarenakan pekerjaannya hanya sebagai penjual Es kelapa muda di pinggir jalan. Hasil menjual es kelapa muda yang diperoleh tidak menentu Rp. 100.000 setiap hari jika penjualan banyak tetapi pada hari sepi penjualan bisa juga tidak dapat uang sama sekali. Hal tersebut terungkap dari pernyatan informan yang mengatakan :

“ wawak jualan es ini gak bisa dibilang berapa pendapatannya karna gak tentu tiap hari, kalo hari libur wawak bisa dapat lebih dari Rp. 100.000 tapi kayak semalam itu wawak malah gak buka dasar apalagi susahnya kalo hujan wawak mana bisa jualan terpaksa tutup.”(Suratmi, 45th)

Ibu Suratmi mulai berjualan es kelapa muda mulai pukul 11 pagi sampai 6 sore, setiap harinya Ibu Suratmi menjual es kelapa muda dipinggir jalan berbekal bangku plastik meja dan meja jualan. Pendapatan yang diperoleh dari menjual es kelapa muda tergolong rendah . Pendapatan tersebut bisa saja menurun jika hujan karena tidak ada orang yang membeli es jika sedang turun hujan dan tempat berjualannya juga tidak ada karena tempat jualan Ibu Suratmi tepat berada di pinggir jalan besar dan tidak ada dinding ataupun atap yang dapat melindunginya ketika hujan jadi ketika hujan Ibu Suratmi tidak akan dapat berjualan.

Kesulitan yang dialami Ibu Suratmi dalam berjualan es kelapa muda bertambah jika kelapa muda tidak laku dalam dua hari maka harga kelapa muda


(61)

yang dijual juga akan turun dan bahkan dapat menyebabkan kerugian. Hal tersebut diketahui dari pernyataan informan yang mengatakan:

“ sekarang udah susah jualan es kelapa, harga kelapa udah mahal satu kelapa muda wawak beli Rp. 5.000 itu wawak jual Rp.8.000 kalau dua hari gak laku kelapa yang udah layu gak bisa dijual bulat lagi terpaksa wawak buka buat jual yg di gelas, kalo harga es kelapa yang di gelas kan murah cuma Rp.3.000 satu gelas.”( Suratmi, 46 th)

Sama seperti informan 1 dan 2 informan 3 juga menerapkan tiga strategi bertahan hidup untuk memenuhi semua kebutuhan keluarga yaitu strategi aktif, strategi pasif dan strategi jaringan.

a. Strategi Aktif Informan 4

Pendapatan dari berjualan es kelapa muda informan 4 tidak cukup untuk membiayai kebutuhan keluarga membuat informan menerapkan strategi bertahan hidup aktif yaitu melakukan pekerjaan sampingan untuk menambah penghasilannya. Hal tersebut terungkap dari pernyataan informan yang mengatakan:

“wawak kerja sampingan paling nyuci baju di rumah orang, sekarang wawak nyuci di dua rumah gajinya gak banyak satu rumah wawak dapat Rp.200.000 satu bulan.” (Suratmi, 46 th).

Walaupun telah melakukan pekerjaan sampingan namun pendapatan yang diterima belum cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehingga anggota keluarga lain yaitu anak pertama informan harus rela berhenti sekolah dan bekerja untuk menambah penghasilan keluarga. Hal ini terungkap dari penyataan anak informan yang mengatakan:


(62)

aku gak sekolah lagi kak sekarang mau kerja aja bantu mamak, bapak dah gak da lagi jadi aku aja bantu mamak nyari uang sama bantu nyekolahin adek” (Widodo, 16 th).

Widodo anak pertama Ibu Suratmi sudah setahun berhenti sekolah dan memilih untuk bekerja membantu Ibunya, pekerjaan Widodo sebagai cleaning service di rumah sakit. Keputusan Widodo untuk berhenti sekolah bukanlah atas kemauan Ibu Suratmi tetapi atas kemauan Widodo sendiri. Hal ini terungkap dari penyataan informan yang mengatakan:

”Awalnya Dodo sendiri yang mau berhenti sekolah dia gak mau sekolah lagi karna nunggak uang sekolah aja waktu itu wawak belum jualan es kelapa masih kerja jadi baby sitter kan gaji dikit jadi suka nunggak uang sekolah. Dodo liat orang sini ada berapa orang kerja jadi cleaning service di rumah sakit terus dia bilang mak aku kerja aja mau bantu mamak cari uang kalo wawak tanyak apa ada masalah lain di sekolah dia jawabnya gak ada, terus wawak pertama gak setuju tapi dia gak mau sekolah lagi ya gimana.”( Suratmi, 46 th)

Hasil yang didapat oleh anak pertamanya sebagai cleaning service sebesar 1,5 juta rupiah satu bulan, penghasilannya diberikan kepada Ibu Suratmi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan juga digunakan untuk membantu biaya sekolah adiknya. Hal ini terungkap dari pernyataan anak informan yang mengatakan :

“ Gaji aku gak banyak kak cuman Rp.1.500.000 satu bulan itupun belum bersih kak, aku kan dari sini angkotnya nyambung lagi satu hari ongkos


(63)

ku Rp.10.000 kak kalau gajian aku kasih uangnya sebagian buat mamak, buat belanja tiap hari sama sekolah adek ”(Widodo, 16th).

Strategi yang dilakukan oleh Ibu Suratmi dalam menyiasati minimnya penghasilan keluarga adalah dengan memanfaatkan pekarangan belakang rumah sebagai kebun kecil untuk ditanami dengan berbagai jenis tanaman sayuran seperti, cabe, ubi, daun singkong, serai, rimbang dan jenis tanaman lain yang umumnya digunakan untuk konsumsi keluarga. Seperti yang telah diungkapkan oleh informan sebagai berikut :

“ Belakang rumah wawak cukup luas, wawak manfaatin buat nanam cabe rawit, daun ubi, ubi, dan papaya. Ubinya kalau panen wawak jual satu kilo dapat Rp.2000 satu kilonya, kalau cabe atau daun ubi wawak biasa buat sayur makan sehari-hari.” ( Suratmi, 46th)

b. Strategi Pasif Informan 4

Pendapatan dari hasil berjualan es kelapa muda dan pekerjaan sampingan yang tergolong rendah dan yang tidak selalu ada, memaksa keluarga informan untuk menerapkan strategi pasif yaitu dengan hidup hemat. Hal tersebut terungkap dari pernyataan informan yang mengatakan:

“kalo dibilang kurang ya selalu kurang nak, tapi wawak cukup-cukupkan. Wawak makannya tetap tiga kali sehari kalo beraskan wawak dapat beras bulog dari kepala desa jadi terbantulah dikit,sayurnya wawak apa adanya aja. Makan daging jarang paling sekali sekali kalo pesta aja atau lebaran kalo ikan sekali seminggu lah nak .”( Suratmi,46 th)


(64)

Sedangkan untuk kebutuhan sandang keluarga subjek hanya membeli pakaian ketika lebaran untuk dipakai pada saat lebaran. Hal tersebut terungkap dari pernyataan informan yang mengatakan:

“wawak beli baju jarang nak, setahun sekali juga belum tentu kalau lebaran paling anak-anak dulu yang wawak utamain itu juga cuma bisa beli satu pasang aja kalo kawannya pada beli mukenah baru buat lebaran kadang anak ibuk yang perempuan suka minta beli juga tapi wawak bilang belum ada uang jadi Cuma beli bajunya aja” (suratmi,46 th).

Sikap hemat juga terlihat dari pemenuhan kebutuhan papan, rumah informan masih sederhana berdinding kayu, beratap seng, lantainya semen biasa dan juga terdapat dua kamar yang tidak luas ukurannya. Sedangkan untuk pemenuhan kebutuhan kesehatan, informan lebih memilih berobat ke puskesmas seperti pernyataan informan sebagai berikut:

kalau sakit wawak ke puskesmas, di pijat atau minum jamu aja. Gitu juga udah sembuh, kecuali gak sembuh wawak ke klinik dekat rumah”( Suratmi, 46th).

Puskesmas menjadi pilihan sebagian orang tua tunggal ketika sakit karena biaya berobat di puskesmas lebih murah dibandingkan jika berobat ke klinik atau rumah sakit. Strategi hemat yang dilakukan dalam pemenuhan kebutuhan pendidikan anak adalah informan menyisihkan penghasilan yang didapat untuk ditabung di Bank. seperti pengakuan informan yang mengatakan:

“Disini ada koperasi yang datang ke rumah-rumah wawak nabung setiap hari, orang sini rata-rata nabungnya sama koperasi itu wawak


(65)

nabungnya gak banyak Cuma Rp.5000 satu hari jaga-jaga kalau ada keperluan mendesak misal bayaran sekolah anak atau tambahan modal jualan es.” (Suratmi, 46th).

c. Strategi Jaringan Informan 4

Ibu Suratmi dalam bersosialisasi dengan masyarakat tempat tinggal memilih sikap wajar apa adanya dan juga sering meluangkan waktu untuk mengobrol dengan para tetangga sekitar ataupun sesama temannya yang berjualan es kelapa muda di pinggir jalan. Selain bersikap baik dengan tetangga, Ibu Suratmi juga cukup aktif dalam perkumpulan perwiritan menurutnya hubungan dengan masyarakat dan kelompok sangat penting di jaga karena jika ada kesulitan yang pertama diminta bantuan adalah tetangga ataupun aggota kelompok. Hal ini terbukti dari pernyataan tetangga Informan yang meyatakan sebagai berikut :

“ Kak Umi sama tetangga atau kawan yang sama-sama jualan disini baik, seandainya jualan ibuk gak ada yang jaga kan tiap ibuk tinggal sholat jualan ibuk ini Kak Umi mau jagain, Kak Umi juga gak pernah absen wirit tiap hari Jumat”(Poniah, 37th)

Walaupun informan 4 sudah melakukan pekerjaan sampingan dan penghematan terhadap pengeluaran keluarga namun terkadang kedua strategi tersebut belum cukup untuk tetap bisa bertahan hidup terutama ketika keluarga informan membutuhkan uang sacara mendadak. Untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang mendesak seperti ketika mengalami penurunan hasil jualan es maka informan menerapkan strategi jaringan yaitu memanfaatkan jaringan yang dimiliki untuk mendapat bantuan seperti meminjam uang ketika sedang membutuhkan


(1)

2.1 Keluarga… ... 12

2.1.1 Pengertian Keluarga ... 12

2.1.2 Ciri-Ciri Keluarga ... 13

2.1.3 Fungsi Keluarga ... 17

2 2.1.2 Ciri-Ciri Keluarga ... ………..13

2.1.3 Fungsi Keluarga ... ………..17

2.2 Orang Tua Tunggal ... ………..19

2.2.1 Pengertian Orang Tua Tunggal ... ………..19

2.2.2 Penyebab Orang Tua Tunggal ... ………..20

2.2.3 Akibat Orang Tua Tunggal ... ………..21

2.3 Strategi Bertahan Hidup ... ………..23

2.3.1 Pengertian Strategi Bertahan Hidup(Coping Strategies). …….23

2.3.2 Penelitian Terdahulu yang Relevan………. ……28

2.4 Kebutuhan Keluarga………...32

2.5 Sosial Ekonomi ... ………..38


(2)

xii

2.4.2 Faktor-Faktor Yang Menentukan Sosial Ekonomi ... ………..39

2.6 Kerangka Pemikiran ... ………..46

2.7 Defenisi Konsep ... ………..50

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ... ………..53

3.2 Lokasi Penelitian ... ………..53

3.3 Informan Penelitian ... ………..54

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... ………..56

3.5 Teknik Analisis Data ... ………..58

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Singkat Desa Namo Bintang………60

4.2 Letak Geografis……….60

4.3 Struktur Organisasi Pemerintahan……….61

4.4 Sarana Umum……… ………..63

4.5 Keadaan Penduduk……… ……..64

4.6 Deskripsi Kepala Keluarga Perempuan………68

BAB V ANALISIS DATA


(3)

5.1 Pengantar………72

5.2 Hasil Temuan………..73

5.3 Analisis Strategi Ibu Sebagai Orang Tua Tunggal Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Keluarga………..109

5.3.1 Strategi Aktif………109

5.3.2 Strategi Pasif……….115

5.3.3 Strategi Jaringan……….. ………118

5.4 Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Ibu Sebagai Orang Tua Tunggal………122

BAB IV PENUTUP 6.1 Kesimpulan………. ………126

6.2 Saran………...127 DAFTAR PUSTAKA


(4)

xiv

DAFTAR BAGAN

Bagan Alur Pikir……… 49


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin……….. 64

Tabel 2 Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur………. 64

Tabel 3 Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan………. 65

Tabel 4 Komposisi Penduduk Menurut Agama………. 66

Tabel 5 Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian……… 67

Tabel 6 Komposisi Penduduk Menurut Suku Bangsa……… 68

Tabel 7 Komposisi Kepala Keluarga Perempuan Menurut Kelompok Umur……… 69

Tabel 8 Komposisi Kepala Keluarga Perempuan Menurut Mata Pencaharian……….. 69

Tabel 9 Komposisi Kepala Keluarga Menurut Tingkat Pendidikan……. 70


(6)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Pedoman Wawancara

2. Surat Pengajuan Judul Skripsi

3. Lembar Daftar Hadir Seminar Proposal

4. Surat Permohonan Izin Penelitian

5. Surat Balasan Pelaksanaan Penelitian Dari Kantor Kepala Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang


Dokumen yang terkait

Respon Orang Tua Terhadap Program Kids Club Yayasan Fondasi Hidup Indonesia Di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

2 76 108

Strategi Komunikasi Pasangan Backstreet Dengan Orang Tua (Studi Kasus Komunikasi Verbal Dan Nonverbal Pasangan Backstreet Dengan Orang Tua Di Kota Medan)

5 119 123

Efektifitas Penggunaan Fly Trap Dengan Umpan Ampas Tebu Terhadap Penurunan Tingkat Kepadatan Populasi Lalat Di Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

1 54 52

Pengetahuan Orang Tua Tentang Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi di Yayasan Tali Kasih dan Kidz Smile Medan

7 58 78

Kehidupan Sosial Ekonomi Pemulung (Studi Antropologi Tentang Kehidupan Sosial Ekonomi Keluarga Pemulung Etnik Batak di Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang).

11 140 119

Strategi Orang Tua Dalam Mendidik Anak (Studi Deskriptif Tentang Strategi Orang Tua Dalam Mendidik Anak di Kelurahan Helvetia Tengah, Kecamatan Medan Helvetia)

4 94 91

Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Tunggal Dalam Keluarga Terhadap Kedisiplinan Belajar Siswa

0 0 6

Bimbingan Orang Tua Terhadap Anak Abnormal (Studi Kasus Keluarga Ibu Elly Harahap di Kelurahan Tegal Sari) - Repository UIN Sumatera Utara

0 0 79

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Respon Orang Tua Anak Binaan 2.1.1 Respon - Respon Orang Tua Terhadap Program Kids Club Yayasan Fondasi Hidup Indonesia Di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

0 0 28

Strategi Komunikasi Pasangan Backstreet Dengan Orang Tua (Studi Kasus Komunikasi Verbal Dan Nonverbal Pasangan Backstreet Dengan Orang Tua Di Kota Medan)

0 0 16