membutuhkan prasyarat tertentu seperti keturunan genetik yang sehat, penatalaksanaan fertilitas, perawatan selama siklus maternitas, perilaku diet yang
baik, pemanfaatan kesehatan yang optimal, persahabatan dan perawatan anggota keluarga Bobak, 2004. Namun, anggapan lain yang muncul seperti dalam
mengkonsumsi hidangan makanan di dalam keluarga, biasanya sang ayah sebagai kepala keluarga akan diprioritaskan mengkonsumsi lebih banyak dan pada bagian-
bagian makanan yang mengandung nilai cita rasa tinggi. Sedangkan anggota keluarga lainnya seperti sang ibu dan anak-anak mengkonsumsi pada bagian-
bagian hidangan makanan yang secara cita-rasa maupun fisiknya rendah. Sebagai contoh masyarakat di Timor yaitu : apabila dihidangkan makanan daging ayam,
maka sang ayah akan mendapat bagian paha atau dada sedangkan sang ibu dan anak-anak akan mendapat bagian sayap atau lainnya Beny, 2008. Menurut
Suhardjo 1996, Hal tersebut diatas dapat menimbulkan distribusi konsumsi pangan yang tidak baik atau maldistribution diantara keluarga apalagi
pengetahuan gizi belum dipahami oleh keluarga.
2.4.3 Sistem Mata Pencaharian
Sistem mata pencaharian hidup ini meliputi jenis pekerjaan dan
penghasilan Widyosiswoyo, 2004.
Menurut Berg 1989, pendapatan atau penghasilan merupakan faktor yang paling menentukan kuantitas dan kualitas makanan. Dengan tingkat pendapatan
yang semakin tinggi maka keluarga akan lebih mampu memenuhi kebutuhan
Universitas Sumatera Utara
makanan anggota keluarganya, baik secara kuantitas maupun kualitas dan semakin baik pula status gizinya.
Namun diharapkan dengan uang yang sedikit tersebut dapat digunakan untuk membeli bahan makanan yang memenuhi kandungan gizi. Jadi dalam
mengelola uang diperlukan pertimbangan yang cermat. Hal ini dimaksudkan agar dapat menggunakan uang belanja dengan sebaik-baiknya serta dapat mencukupi
kebutuhan keluarga, baik dalam segi kualitas maupun kuantitas Marwanti, 2000.
2.4.4 Suku
Indonesia adalah bangsa yang memiliki keanekaragaman budaya yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dengan latar belakang etnis, suku dan tata
kehidupan sosial yang berbeda satu dengan yang lain. Hal ini telah memberikan suatu formulasi struktur sosial masyarakat yang turut mempengaruhi menu
makanan maupun pola makan. Banyak sekali penemuan para ahli sosiolog dan ahli gizi menyatakan bahwa faktor budaya sangat berperan terhadap proses
terjadinya kebiasaan makan dan bentuk makanan itu sendiri, sehingga tidak jarang menimbulkan berbagai masalah gizi apabila faktor makanan itu tidak diperhatikan
secara baik oleh kita yang mengkonsumsinya. Sebagai contoh : bahwa suku Jawa makanan pokoknya akan berbeda dengan orang Timor atau pendek kata bahwa
setiap suku-etnis yang ada pasti mempunyai makanan pokoknya tersediri. Selain itu, ada juga beberapa suku yang memantang makanan tertentu seperti di Jawa
Timur pantangan makanan bagi ibu menyusui adalah telur karena dapat menyebabkan perdarahan dan di Kalimantan Tengah, beberapa jenis ikan tertentu
Universitas Sumatera Utara
dianggap dapat menyebabkan bau amis pada ASI sehingga mengakibatkan bayi sakit perut Yayuk dkk, 2004. Keragaman dan keunikan budaya yang dimiliki
oleh suatu etnitas masyarakat tertentu merupakan wujud dari gagasan, rasa, tindakan dan karya sangat menjiwai aktivitas keseharian baik itu dalam tatanan
sosial, teknis maupun ekonomi telah turut membentuk karakter fisik makanan, seperti menu, pola dan bahan dasar Beny, 2008.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konsep dari penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pengaruh sosial budaya terhadap pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui.
Menyusui adalah proses pembeian ASI pada bayi oleh ibu dan merupakan kondisi alamiah yang dialami oleh wanita setelah melahirkan bayi. Gizi pada ibu
menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air susu, yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh-kembang bayi dan untuk aktivitas ibu itu sendiri Paath dkk,
2004. Dalam memenuhi kebutuhan gizi selama menyusui, ibu dipengaruhi oleh sosial budaya yang diyakini oleh masyarakat untuk mendukung tercapainya
kesehatan yang lebih baik. Jadi, pemenuhan kebutuhan gizi ibu selama menyusui tersebut dilakukan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan ibu dan
bayi Swasono,1998.
Keterangan : = diteliti
= pengaruh
Skema 3.1 Kerangka konsep penelitian Pengaruh sosial budaya terhadap pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui.
Sosial Budaya
Pemenuhan kebutuhan gizi
ibu menyusui
Universitas Sumatera Utara