93
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada industri kecil kerupuk SKS yang beralamat di Jl. H. Kamang Bawah Rt 02 Rw 10 Pondok Labu Jakarta Selatan.
Lokasi penelitian ini dipilih secara sengaja purposive, dengan pertimbangan bahwa industri kecil ini mampu bertahan ditengah persaingan usaha kecil sejenis
yang semakin semarak. Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan Februari- Maret 2006.
3.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan pihak manajemen
SKS. Sedangkan data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian bersumber dari laporan keuangan manajemen perusahaan yang terdiri dari laporan tahunan,
peraturan-peraturan, kebijaksanaan perusahaan berkaitan dengan masalah-masalah yang dipelajari, sejarah perusahaan, dan struktur organisasi perusahaan. Data
sekunder juga diperoleh dari Biro Pusat Statistik BPS. Kedua jenis sumber data
yang diperoleh dan dikumpulkan merupakan data yang kualitatif dan kuantitatif yang selanjutnya ditampilkan dalam bentuk uraian dan tabel.
94
3.3. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Jenis data primer diperoleh adalah harga jual, harga input, komponen
biaya investasi, biaya operasional, dan biaya tetap. Data ini diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan serta wawancara dengan pihak yang terkait,
dengan kata lain menggunakan metode purposive. Sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumen perusahaan, instansi pemerintah, dan beberapa pustaka
yang terkait dalam penelitian ini. 3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif dilakukan untuk mengetahui karakteristik perusahaan kerupuk tersebut yang
disajikan pada aspek-aspek non finansial dalam bentuk uraian deskriptif, tabel, bagan, atau gambar untuk mempermudah pemahaman. Sedangkan data kuantitatif
disajikan untuk mengetahui keadaan perusahaan secara finansial seperti Net Present Value NPV, Internal Rate Return IRR, Net BC Ratio, Payback Period
PP, Break Event Point BEP, Return On Investment ROI , serta Analisis
Sensitivitas. Untuk
mengetahui apakah
pelaksanaan suatu
proyek tersebut
menguntungkan atau tidak, maka perlu dilakukan evaluasi proyek dengan cara menghitung manfaat dan biaya yang diperlukan sepanjang umur proyek. Setelah
dilakukan identifikasi terhadap semua manfaat dan biaya, maka baru dapat
95 dilakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai dari kriteria investasi. Adapun
metode yang digunakan dalam analisis kelayakan finansial pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.4.1. Net Present Value NPV
Menurut Sofyan 2003: 180, NPV adalah nilai neto sekarang dari dana yang diinvestasikan selama umur proyek. NPV mencerminkan besarnya tingkat
pengembalian dari usulan usaha atau proyek, oleh karena itu usulan proyek yang layak diterima haruslah memiliki nilai NPV 0, jika tidak maka proyek itu akan
merugi. Rumus yang digunakan dalam NPV adalah sebagai berikut:
[ ]
∑
=
− −
=
n 1
t t
t
Io r
1 CF
NPV
Dimana: NPV =
Net Present Value atau Nilai Sekarang.
Σ = Simbol untuk penjumlahan.
t = Periode Waktu atau tahun ke t
n = Umur usulan usaha
CF
t
= Aliran kas pada tahun ke t r
= Tingkat suku bunga atau biaya modal Io
= Modal investasi awal. Kriteria untuk menerima dan menolak rencana investasi dengan metode
NPV adalah sebagai berikut:
Apabila NPV 0, maka usulan proyek diterima,
Apabila NPV 0, maka usulan proyek ditolak, dan
96
Apabila NPV = 0, Kemungkinan proyek akan diterima atau nilai perusahaan tetap walaupun usulan proyek diterima atau ditolak.
3.4.2. Internal Rate of Return IRR
IRR dapat menggambarkan besarnya suku bunga tingkat pengembalian atas modal yang diinvestasikan. Dalam kriteria investasi IRR harus lebih besar
dari OCC atau opportunity cost of capital agar rencana atau usulan investasi dapat layak dilaksanakan Sofyan 2003: 178. Rumus yang digunakan untuk IRR adalah
sebagai berikut:
[ ]
i i
NPV NPV
NPV i
IRR +
+ +
+ =
Dimana: IRR = Tingkat pengembalian internal
i = Bunga diskonto yang menghasilkan NPV positif
i’ = Bunga diskonto yang menghasilkan NPV negative
NPV = Nilai sekarang yang positif
NPV’ = Nilai sekarang yang negatif
3.4.3. Net BC Ratio
Merupakan perbandingan antara NPV total dari benefit bersih terhadap total dari biaya bersih. BC menunjukan manfaat bersih yang diperoleh setiap
penambahan satu rupiah pengeluaran bersih. Perhitungan dengan menggunakan rumus Gray dkk, 1997: 86:
∑ ∑
− −
+ −
+ −
=
n 1
t t
n 1
t
i 1
Bt Ct
i 1
Ct Bt
BC Net
t
97 Penilaian kelayakan finansial berdasarkan Net BC Ratio, yaitu:
Net BC Ratio 1, maka proyek layak atau dapat dilaksanakan.
Net BC Ratio = 1, maka proyek impas antara biaya dan manfaat
sehingga terserah kepada pengambil keputusan untuk dilaksanakan atau tidak.
Net BC Ratio 1, maka tidak layak atau tidak dapat dilaksanakan.
3.4.4. Payback Period PP
Menurut Sofyan 2003: 19, teknik ini digunakan untuk menentukan berapa lama modal yang ditanamkan dalam usaha itu akan kembali jika alternatif
aliran kas CF yang didapat dari usaha yang diusulkan itu akan kembali, maka alternatrif usulan usaha yang memberikan masa yang terpendek adalah yang
terbaik. Menurut Kasmir dan Jakfar 2004: 155, Perhitungan didapat dari
perhitungan nilai kas bersih proceed yang diperoleh setiap tahun. Nilai kas bersih merupakan penjumlahan laba setelah pajak ditambah dengan penyusutan
dengan catatan jika investasi 100 menggunakan modal sendiri Rumus yang digunakan dalam perhitungan payback period adalah sebagai berikut:
Payback Period = Investasi
= xxx Proceeds tahun 1 = xxx -
Sisa = xxx
Proceeds tahun 2 = xxx -
98 Sisa
= xxx dst
3.4.5. Break Event Point BEP
Merupakan suatu alat analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antar beberapa variabel di dalam kegiatan perusahaan seperti, luas
produksi atau tingkat produksi yang dilaksanakan, biaya yang dikeluarkan, serta pendapatan yang diterima perusahaan dari kegiatannya. Keadaan pulang pokok
merupakan keadaan dimana penerimaan pendapatan total revenue yang disingkat TR adalah biaya yang ditanggungnya total cost yag disingkat TC.
Penentuan break even didasarkan pada persamaan penjualan dengan total biaya. Adapun perhitungan BEP menurut Prajnata 2002: 58-59 adalah sbb :
Produksi Total
Produksi Biaya
Total Jual
Harga BEP
=
Produksi Jual
Harga Produksi
Biaya Total
Produksi Volume
Untuk BEP
=
3.4.6. Return On Investement ROI
ROI merupakan pengembalian atas investasi dimana pemasukan income dibagi dengan dana investasi yang memberikan indikasi profitabilitas suatu
investasi. Menurut Soeharto 2002: 95 rumusnya adalah:
99 100
X Investasi
Pemasukan ROI
=
3.4.7. Analisis Sensitivitas
Untuk mengkaji sejauh mana perubahan unsur-unsur dalam aspek finansial kegiatan usaha yang akan dijalankan atau diusahakan . Analisis sensitivitas akan
melihat apa yang akan terjadi dengan hasil kegiatan usaha jika terjadi perubahan- perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya dan pendapatan.
Dalam penelitian, analisis sensitivitas dilakukan pada arus penerimaan manfaat dan pengeluaran biaya pada analisis kelayakan usaha, yaitu perubahan
biaya operasional, perubahan biaya bahan baku dan perubahan penerimaan. Perubahan yang diamati adalah bagaimana nilai NPV, IRR, Net BC, jika
terjadi perubahan pada variabel alat analisis. Variabel-variabel yang digunakan sebagai alat analisis sensitivitas pada penelitian diantaranya adalah:
1. Peningkatan biaya operasional sebesar 20 persen pada harga tepung tapioka, minyak tanah, minyak goreng dan tepung terigu.
2. Penurunan penerimaan sebesar 10 persen. Peningkatan variabel analisis sensitivitas untuk kenaikkan biaya
operasional 20 persen didasarkan pada hasil perhitungan rata-rata inflasi nasional periode 2001-2006 Lampiran 3 dan kurang stabilnya keadaan ekonomi di negara
kita. Sedangkan penurunan penerimaan 10 persen didasarkan kemungkinan banyaknya persaingan pada perusahaan.
100 Tingkat suku bunga yang digunakan dalam analisis sensitivitas adalah 16
persen yang merupakan tingkat suku bunga rata-rata kredit investasi bank-bank umum periode 2001-2006 Lampiran 4.
3.5. Definisi Operasional
1. Kerupuk adalah makanan ringan yang dibuat dari adonan tepung tapioka yang
dicampur bahan perasa seperti udang atau ikan. 2.
Usaha kecil adalah usaha perseorangan yang berdiri sendiri, dimiliki warga negara Indonesia WNI yang memiliki tenaga kerja antara 5 sampai 19
orang, mempunyai kekayaan bersih tidak lebih besar dari 200 juta rupiah dan menghasilkan tidak lebih dari satu milyar rupiah.
3. Cash Flow adalah aliran kas pada suatu usaha yang terdiri dari inflow
penerimaan usaha dan outflow pengeluaran usaha. 4.
Inflow yang berada dalam cash flow adalah suatu aliran kas masuk atau penerimaan bagi suatu usaha.
5. Outflow adalah aliran kas yang dikeluarkan oleh suatu usaha, yang terdiri dari
biaya investasi, biaya tetap, dan biaya operasional. 6.
Biaya Investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk memulai suatu usaha. 7.
Biaya Tetap adalah biaya yang konstan secara total sekalipun terjadi perubahan aktivitas dalam suatu kisaran relevan tertentu.
8. Total biaya adalah jumlah biaya yang dikeluarkan selama proses produksi.
101 9.
Produk adalah segala jenis kerupuk yang dapat ditawarkan ke dalam pasar untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan atau dikonsumsi sehingga dapat
memuaskan keinginan kebutuhan. 10.
Harga yang digunakan adalah harga yang berlaku pada tahun pertama proyek berjalan Tahun 2006.
11. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah tingkat suku bunga yang
berlangsung sekarang yaitu sebesar 16 persen. Angka ini berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
12. Pelaksanaan usaha ini diasumsikan menggunakan teknologi yang semi
modern. 13.
Rata-rata Inflasi Nasional periode 2001-2006 untuk menentukan kenaikan biaya operasional sebesar 10.
14. Sumber modal terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman dengan
pinjaman sebesar 30 15.
Perhitungan analisis kelayakan tahun 2006 dianggap tahun pertama produksi dengan perhitungan selama 5 tahun.
102
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
4.1. Sejarah Singkat Usaha Kerupuk SKS.
Usaha Kerupuk SKS merupakan idustri kecil yang bergerak pada usaha distributor penyedia kerupuk. Industri kecil ini merupakan salah satu usaha
pembuatan kerupuk yang menggunakan mesin semi modern. Usaha ini didirikan pada tahun 1992 oleh Bapak Manan yang beralamat di Jl. H. Kamang Bawah Rt
02 Rw 10 Pondok Labu, Jakarta Selatan. Latar belakang berdirinya adalah berawal dari pemilik yang mempunyai keahlian membuat kerupuk, sehingga dari
keahlianya dan dengan tekad yang kuat untuk berwirausaha maka beliau mencoba untuk mendirikan pabrik kerupuk yang diberi nama Kerupuk Suka Asih SKS.
Pada mula usaha ini berdiri Bapak Manan dibantu oleh keluarga sebagai sumber modalnya dan memiliki empat orang karyawan. Alat-alat produksi yang
dimilikinya masih bersifat tradisional dan hanya mampu memproduksi 500 keping kerupuk per harinya. Hasil dari produksinya, beliau sendiri yang mendistribusikan
ke warung-warung makan dan toko-toko kecil disekitar Pondok Labu. Hal ini dikarenakan keterbatasan modal yang dimilikinya. Pada tahun 1993 Bapak Manan
mendapat pinjaman modal dari Bank untuk usahanya. Dengan bertambahnya modal dan semakin dikenalnya kerupuk SKS oleh konsumen, maka beliau
memperluas usahanya dengan cara membeli mesin molen pencetak dan hidrolik pencampur dan juga menambah tenaga kerja baru agar produksinya semakin
meningkat.