[ REDEVELOPMENT TAMAN BUDAYA SUMATERA UTARA
]
Tugas Akhir TKA-490
51 Gagasan regionalisme merupakan peleburan antara yang lama dan yang baru
Curtis,1985. Sedangkan gagasan postmodern dalam arsitektur berusaha menghadirkan yang lama dalam bentuk universal Jenks, 1977.
Menurut William Curtis, Regionalisme diharapkan dapat menghasilkan bangunan yang bersifat abadi, melebur atau menyatu antara yang lama dan yang
baru, antara regional dan universal. Kenzo Tange menjelaskan bahwa Regionalisme selalu melihat ke belakang, tetapi tidak sekedar menggunakan
karakteristik regional untuk mendekorasi visualisasi bangunan. Jadi dapat dikatakan bahwa arsitektur tradisional itu termasuk ke dalam lingkup konsep arsitektur
regional. Sedangkan arsitektur modern masuk dalam lingkup konsep arsitektur yang sifatnya universal. Dengan demikian maka yang menjadi ciri utama regionalisme
adalah menyatunya arsitektur tadisional dan arsitektur modern.
3.2.1. Jenis dan Taksonomi Regionalisme
Suha Ozkan membagi Regionalisme menjadi dua bagian yaitu : a. Concrete Regionalism
Meliputi semua pendekatan kepada ekspresi daerahregional dengan mencontoh kehebatannya, bagian-bagiannya, atau seluruh bangunan di daerah
tersebut. Apabila bangunan-bangunan tadi sarat dengan nilai spiritual maupun
perlambang yang sesuai, bangunan tersebut akan lebih dapat diterima di dalam bentuknya yang baru dengan memperlihatkan nilai-nilai yang melekat pada bentuk
aslinya. Hal lain yang penting adalah mempertahankan kenyamanan pada bangunan baru, ditunjang oleh kwalitas bangunan lama.
b. Abstract Regionalism Hal yang utama adalah menggabungkan unsur-unsur kwalitas abstrak
bangunan, misalnya massa, solid dan void, proporsi, sense of space, pencahayaan, dan prinsip-prinsip struktur dalam bentuk yang diolah kembali.
Regionalisme, yang harus dilihat bukan sebagai suatu ragam atau gaya melainkan sebagai cara berfikir tentang arsitektur, tidaklah berjalur tunggal tetapi
menyebar dalam berbagai jalur Budihardjo, 1997. Taksonomi Regionalisme selengkapnya adalah sebagai berikut.
Universitas Sumatera Utara
[ REDEVELOPMENT TAMAN BUDAYA SUMATERA UTARA
]
Tugas Akhir TKA-490
52
Gambar 3.1 Taksonomi Regionalisme
Sumber :
Budihardjo, 1997 Gagasan arsitektur regional bisa berasal dari derivatif, yaitu sekedar
mengkopi bangunan yang asli tetapi tidak sesuai orisinal yang oleh Broadbent dikatakan sebagai hasil tipologi desain. Kemungkinan lain adalah gagasan
transformatif perubahan bentuk.
Pola derivatif
Desainer yang bekerja dengan pola derivatif, sebenarnya meniru atau memelihara bentuk arsitektur tradisi atau vernakular, untuk fungsi bangunan baru
atau moderen. Dalam hal ini kita melihat tiga kecendrungan 1. Tipologis, dimana arsitek berusaha untuk mengelompokkan bangunan
vernakular, kemudian memilih dan membangun salah satu tipe yang dianggap baik untuk kepentingan baru.
2. Interpretif atau interpretasi, dimana arsitek berusaha untuk menafsirkan bangunan vernakular kemudian membangunnya untuk kepentingan baru.
3. Konservasi, dimana perancang berusaha untuk mempertahankan bangunan lama yang masih ada, kemudian menyesuaikannya dengan kepentingan
baru.
Regionalisme Arsitektur
Vernakularisme derativ
Tipologis Interpretif
Konservasi
Regionalisme Modern transformatif
Replikatif Ekletik
Pastiche Reinterpretif
Regionalisme Abstrak
Iklim Pola Kultural
Iconografis
Universitas Sumatera Utara
[ REDEVELOPMENT TAMAN BUDAYA SUMATERA UTARA
]
Tugas Akhir TKA-490
53
Gambar 3.2 Bangunan legislatif pemerintah Karnataka di Bangalore, India Selatan
1954 yang mengambil gaya Dravida baru, dapat dianggap sebagai pola derivatif-tipologis. Sumber :
www.google.com
Pola transformatif
Gagasan arsitektur regional yang bersifat transformatif, tidak lagi sekedar meniru bangunan lama. Tetapi berusaha mencari bentuk-bentuk baru, dengan titik
tolak ekspresi bangunan lama baik yang visual maupun abstrak. Gagasan arsitekur yang bersifat visual dapat dilihat dari usaha
pengambilan elemen-elemen bangunan lama yang yang dianggap baik, menonjol atau ekspresif untuk di ungkapkan kepada bangunan baru. Pemilihan elemen yang
dianggap baik ini disebut eklektik. Kemudian pastiche, atau mencampur-baurkan beberapa elemen bangunan baik moderen maupun tradisional, beberapa diantara
desain bangunan seperti ini juga dapat menimbulkan kesan ketidakserasian. Sedangkan reinterpretatif, adalah menafsirkan kembali bangunan lokal itu dalam
versi baru. Pencarian dan penafsiran bentuk-bentuk arsitektur tradisi ini pernah di kritik
oleh arsitek Jepang Kenzo Tange, yang hanya akan melahirkan monster-monster arsitektur lokal. Namun tidak dapat disangkal bahwa, pola transformasi adalah salah
satu cara untuk menciptakan arsitektur moderen yang dapat merangsang kreativitas arsitek untuk menciptakan karya arsitektur baru dan moderen, tetapi masih
memperlihatkan karakter arsitektur lokal dari masa silam. Secara umum, pola transformasi dapat diartikan perubahan bentuk lama ke bentuk baru
Universitas Sumatera Utara
[ REDEVELOPMENT TAMAN BUDAYA SUMATERA UTARA
]
Tugas Akhir TKA-490
54
Gambar 3.3 Portland Building
Sumber : www.google.com
Pencarian bentuk baru melalui sketsa oleh Michael Grafes untuk gedung Portland building, 1983, di Oregon USA, yang dianggap sebagai monumen bangunan Posmoderen.
3.2.2. Perwujudan Konsep Regionalisme