Kerangka Pemikiran Penelitian Terdahulu

pengeluaran usahatani, dan 4 penerimaan dari berbagai sumber. Keadaan rata- rata inventaris adalah jumlah nilai inventaris awal ditambah nilai inventaris akhir dibagi dua. Untuk menilai aset benda pada usahatani dapat dilakukan dengan: harga pembelian, nilai penjualan setelah waktu tertentu, nilai penjualan pada saat pencatatan atau perhitungan, dan harga pembelian dikurangi dengan penyusutan Rachmiyanti, 2009. Perlunya analisis usahatani memang bukan untuk kepentingan petani saja tetapi juga untuk para penyuluh pertanian seperti Penyuluh Pertanian Lapangan PPL, Penyuluh Pertanian Madya PPM, dan Penyuluh Petanian Analisis PPA, para mahasiswa atau pihak lain yang berkepentingan untuk melakukan analisis usahatani dengan sasaran petani adalah sebagai sumber informasi yang sangat penting Soekarwati, 1995.

2.3 Kerangka Pemikiran

Petani adalah orang yang menjalankan dan mengelola usahatani. Di kecamatan Teluk Mengkudu ada 2 sistem usahatani padi sawah yang dibudidayakan yaitu sistem SRI dan sistem Konvensional. Dalam pelaksanaanya, ada beberapa perbedaan dalam aspek penggunaan input produksi antara kedua sistem tanam tersebut. Sistem Konvensional menggunakan benih varietas unggul sedangkan sistem SRI menggunakan varietas lokal dan varietas unggul yang aman. Dalam hal penggunaan pestisida, sistem Konvensional biasanya menggunakan pupuk dan pestisida kimiawi sedangkan sistem SRI menggunakan pupuk organik seperti pupuk hijau, pupuk kandang dan pestisida alami seperti pestisida hayati, pengendalian hama terpadu, dan agensi hayati. Perbedaan lainnya adalah dalam aspek penggunaan tenaga kerja. Sistem Konvensional menggunakan tenaga kerja berupa manusia dan traktor sedangkan sistem SRI tenaga kerja yang digunakan berupa manusia, hewan ternak, dan traktor tangan ringan Rachmiyanti, 2009. Perbedaan tersebut juga mengakibatkan adanya perrbedaan jumlah hasil produksi padi dan biaya produksi usahatani antara sistem SRI dengan sistem Konvensional yang berujung pada terjadinya perbedaan tingkat produksi padi di kedua sistem tanam padi yakni sistem SRI dengan sistem Konvensional. Perbedaan produksi dan biaya produksi juga akan mengakibatkan perbedaan pendapatan petani di setiap sistem tanam. Dalam penelitian ini akan dibahas tentang perbedaan – perbedaan yang terjadi akibat perbedaan sistem tanam padi tersebut. Secara skematis kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1 : Petani Padi Sawah Usahatani Sistem Konvensional Sistem SRI Input Produksi - Benih - Pupuk - Pestisida - Tenaga Kerja Input Produksi - Benih - Pupuk - Pestisida - Tenaga Kerja Keterangan : : Mempengaruhi Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

2.4 Penelitian Terdahulu

Analisis perbandingan usahatani padi organik Metode System Of Rice Intensification SRI dengan Padi Konvensional oleh Rachmiyanti 2009 diperoleh kesimpulan bahwa ternyata pendapatan atas biaya tunai maupun pendapatan atas biaya total petani padi organik metode SRI lebih rendah dari pendapatan atas biaya tunai maupun pendapatan atas biaya total padi Konvensional. Namun hasil uji t menyimpulkan bahwa perubahan sistem usahatani yang dilakukan oleh petani padi ternyata tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani. Apabila dilihat dari imbangan penerimaan dan biaya RC rasio diketahui bahwa RC rasio atas biaya tunai yang diperoleh petani padi organik metode SRI Rp 1,98 lebih rendah dari RC rasio yang diperoleh petani Produksi Input produksi Biaya Produksi Produksi Input produksi Biaya Produksi Pendapatan Pendapatan padi Konvensional, yaitu Rp 2,46. Hal ini berarti bahwa dari setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan oleh petani padi organik metode SRI hanya akan memberikan penerimaan sebesar Rp. 1,98 lebih rendah dari penerimaan yang diperoleh petani padi Konvensional. Begitu pula dengan RC rasio atas biaya total, untuk petani padi organik metode SRI RC rasio yang diperoleh hanya sebesar Rp 1,54 sedangkan petani padi Konvensional lebih besar dari petani padi organik tersebut, yakni sebesar Rp 2,16. Hal ini bermakna bahwa penerimaan yang diperoleh padi Konvensional lebih besar dari petani padi organik metode SRI.

2.5 Hipotesis Penelitian

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Pendapatan Petani Sistem Tanam SRI (System of Rice Intensification) Dengan Petani Sistem Tanaman Legowo (Studi Kasus: Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai)

2 84 123

Koefisien Tanaman Padi Dengan Teknologi System Of Rice Intensification (Sri) Dan Sistem Konvensional

0 4 35

Evaluasi Pelaksanan Sistem Tanam Sri (System of Rice Intensification) pada Petani Padi Sawah Terhadap Pendapatan Usaha Tani (Studi Kasus: Desa Pematang Setrak, Kecamatan Tanjung Buluh, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 7 95

ANALISIS KOMPARASI USAHATANI PADI SAWAH METODE SRI (System of Rice Intensification) DAN KONVENSIONAL DI KECAMATAN GERIH KABUPATEN NGAWI.

0 4 142

SAWAH System of Rice Intensification (SRI) (Studi Kasus: Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai) SKRIPSI

0 0 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN - Analisis Perbandingan Usaha Tani Padi Sawah Sistem Sri (System Of Rice Intensification) Dengan Sistem Konvensional Di Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai

0 0 20

BAB I PENDAHULUAN - Analisis Perbandingan Usaha Tani Padi Sawah Sistem Sri (System Of Rice Intensification) Dengan Sistem Konvensional Di Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai

0 0 9

Analisis Komparasi Pendapatan Petani Sistem Tanam SRI (System of Rice Intensification) Dengan Petani Sistem Tanaman Legowo (Studi Kasus: Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai)

0 1 46

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Komparasi Pendapatan Petani Sistem Tanam SRI (System of Rice Intensification) Dengan Petani Sistem Tanaman Legowo (Studi Kasus: Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 15

ANALISIS KOMPARASI USAHATANI PADI SAWAH METODE SRI (System of Rice Intensification) DAN KONVENSIONAL DI KECAMATAN GERIH KABUPATEN NGAWI

0 0 20