Analisis Perbandingan Usaha Tani Padi Sawah Sistem Sri (System Of Rice Intensification) Dengan Sistem Konvensional Di Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai

(1)

ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI PADI SAWAH

SISTEM SRI (

System of Rice Intensification

) DENGAN SISTEM

KONVENSIONAL DI KECAMATAN TELUK MENGKUDU

KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

SKRIPSI

MHD RISWAN HANAFI

100304010

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ANALISIS PERBANDINGAN USAHA TANI PADI SAWAH

SISTEM SRI (

System of Rice Intensification

) DENGAN SISTEM

KONVENSIONAL DI KECAMATAN TELUK MENGKUDU

KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

SKRIPSI

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Melaksanakan Penelitian di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujuioleh : KomisiPembimbing

Ketua Komisi Pembimbing AnggotaKomisi Pembimbing

(Ir. Thomson Sebayang, MT)

NIP. 19571115 198601 1 001 NIP. 19620624 198603 1 001

(Ir. YusakMaryunianta, M.Si)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Analisis Perbandingan Usahatani Padi Sawah Sistem Sri (System Of Rice

Intensification) Dengan Sistem Konvensional Di Kecamatan Teluk

Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai” yang merupakan salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Secara khusus penulis menyampaikan rasa hormat dan terimakasih yang

sebanyak-banyaknya kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda Saeran dan

Ibunda Nurhayani Nasution, atas seluruh perhatian dan dukungan baik secara

materi, moril, maupu doa yang diberikan kepada penulis, serta kepada saudara dan

saudari penulis Abang Ahmad Ridoan, abang Indra Gunawan dan Kakak Eka

Yuliani atas doa dan dukungan yang diberikan kepada penulis

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

Ir. Thomson Sebayang, MT selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah

bersedia membantu, mengayomi dan memberikan masukan yang sangat berarti kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Ir. Yusak Maryunianta, M.Si selaku anggota Komisi Pembimbing yang

telah meluangkan waktunya untuk mengajar dan membimbing serta memberikan masukan yang berharga dalam menyelesaikan skripsi ini.

Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Ketua program studi Agribisnis, FP-USU dan Dr.

Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Sekretaris program studi Agribisnis,


(4)

• Seluruh dosen program studi Agribisnis, FP-USU yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis selama menempuk pendidikan di program studi Agribisnis, FP-USU.

• Seluruh Staf dan Pegawai program studi Agribisnis, FP-USU.

• Sahabat – sahabat tercinta, Rizka Tiara Amanda Harahap SP, Nur Hayati,

Irna Fitri Melany Rangkuti, Sari Vita Yasa Butar – Butar SP, Rimayani Izaroh SP , Yakobus Teguh Siregar, Aziz Adriansyah SP, Rahmad

Wijaya SP, Rizky Hermawan yang telah banyak membantu penulis selama

menempuh pendidikan di program studi Agribisnis, FP-USU hingga penulis menyelesaikan skripsi ini serta seluruh sahabat saya di program studi Agribisnis, FP-USU angkatan 2010 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Mora Asriadi Pakpahan SE, Fitri Agustina Siregar SE, Irfan Fajri

Rambe SH, Helmi Azlansyah A.Md, Muhammad Erwin Syahputra

A.Md, Muhammad Hanafiah yang telah memberikan bantuan dan

perhatiannya.

• Serta rekan – rekan kerja saya di Starbucks Coffee Medan yang telah

memberikan doa dan dukungannya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk perbaikan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan dan penelitian selanjutnya.


(5)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan sandang dan papan. Pangan sebagai kebutuhan pokok bagi kehidupan umat manusia merupakan penyedia pokok berbagai macam zat gizi yang sangat diperlukan dalam pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas. Kebutuhan pangan penduduk Indonesia setiap tahun semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Konsumsi beras masyarakat Indonesia menurut Badan Pusat Statistik (BPS), mencapai 139 kg per kapita per tahun atau merupakan tertinggi di dunia (Saragih, 2011) dan mengalami peningkatan setiap tahunnya.

Beras merupakan komoditas penting dan strategis bagi Indonesia karena merupakan makanan pokok dan sumber perolehan karbohidrat bagi lebih dari 240 juta jiwa penduduknya. Upaya difersifikasi pangan tampaknya masih belum mampu mengubah preferensi penduduk terhadap beras. Berkaitan dengan hal ini, dalam jangka panjang beras akan tetap menjadi pangan pokok penduduk Indonesia, sehingga kebijakan produksi beras akan tetap menjadi kebijakan inti dalam pembangunan pertanian (Suparta, 2010).

Seiring dengan perjalanan dengan waktu, kendala dalam pengembangan produksi padi semakin berat antara lain: (a) Adanya konversi lahan sawah subur dari pertanian ke non pertanian, sebagai akibat dari berkembangnya kawasan industri, perumahan dan pembangunan prasarana ekonomi, sehingga sektor pertanian


(6)

terdesak ke lahan marjinal yang produktivitasnya rendah; (b) Persaingan yang semakin ketat dalam pemanfaatan sumber daya air antara sektor pertanian dengan sektor industri dan rumah tangga, disertai dengan menurunnya kualitas air akibat limbah industri dan rumah tangga, yang pada gilirannya produktivitas pertanian pun menjadi menurun; (c) Kualitas tenaga kerja di sektor pertanian secara umum lebih rendah dari pada sektor industri dan jasa, sehingga tenaga kerja muda cenderung lebih memilih sektor non pertanian.

Di samping tersebut di atas, kemandegan produksi padi antara lain karena

produktivitas padi secara nasional telah mengalami levelling-off yang disebabkan

oleh kemandegan teknologi terutama penemuan bibit padi unggul, penurunan investasi sarana dan prasarana, seperti kredit finansial, penyuluhan pertanian, pemeliharaan dan pembangunan infrastruktur.

Tantangan lain yang juga sering dihadapi pada pertanian di Indonesia yaitu penurunan lahan yang setiap tahunnya mencapai sekitar 2,8 juta hektar/tahun. Tingkat alih fungsi lahan pun terus terjadi dan meningkat setiap tahunnya, yaitu sekitar 110,000 hektar/tahun (Data Kementerian Pertanian, 2011). Belum lagi pola penanaman yang menggunakan bahan-bahan kimia mengakibatkan penurunan kesuburan tanah dalam jangka panjang dan kelangkaan air, hal ini menjadi permasalahan dan tantangan bagi pengembangan pertanian (Mutakin, 2005).

Salah satu upaya memenuhi kebutuhan beras dari produksi padi dalam negeri adalah melalui intensifikasi lahan tanaman padi dengan penerapan inovasi teknologi budidaya padi. Salah satu inovasi teknologi yang mampu meningkatkan


(7)

produksi padi sawah adalah penerapan System of Rice Intensification (SRI)

(Pitojo, 2003).

Pada tahun 1999, Indonesia mulai menerapkan System of Rice Intensification

(SRI). Sistem SRI merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produksi padi hingga 2 – 4 kali lebih banyak metode konvensional. Hal ini berarti bahwa produksi padi SRI bisa mencapai 8 – 12 ton per hektar sedangkan produksi padi konvensional hanya mencapai 4 – 6 ton (Trubus, 2013).

Indonesia memiliki luas panen sekitar 13 ribu hektar pertahun. Namun faktanya, luasnya luas lahan yang ada ternyata tidak mampu meningkatkan produksi padi sawah secara nasional yang masih hanya sekitar 68 ribu ton pertahun. Kemungkinan hal ini diakibatkan karena masih banyak petani yang belum menaruh perhatian serius terhadap metode tanam padi sawah yang diterapkan. Padahal seharusnya, apabila petani menggunakan sistem tanam SRI dengan luas lahan 10 ribu hektar saja dengan tingkat produksi 8 ton per hektar maka produksi padi bisa mencapai 80 ribu ton pertahun. Namun sayangnya, potensi tersebut tidak dapat dicapai karena metode tanam padi yang masih banyak digunakan oleh petani padi sawah saat ini adalah sistem Konvensional dengan rata – rata tingkat produksi sebesar 5 ton per hektar secara nasional.

Sumatera Utara adalah salah satu provinsi yang tercatat sebagai penghasil beras dan mengalami surplus beras secara nasional dengan tingkat produksi 5 ton per hektar per satu kali musim tanam. Namun demikian, angka tersebut masih berada dibawah rata – rata tingkat produksi padi sawah nasional sebesar 5,2 ton per hektar per satu kali musim tanam pada tahun 2012 (BPS, 2013).


(8)

Salah satu daerah yang menjadi penyumbang beras di provinsi Sumatera Utara adalah kabupaten Serdang Bedagai. Hingga tahun 2012, Kabupaten Serdang Bedagai memiliki luas panen yang mencapai 63 ribu hektar, menurun jika dibandingkan dengan tahun – tahun sebelumnya yang mencapai 70 ribu hektar. Jumlah luas panen, produksi dan tingkat produksi padi sawah di kabupaten Serdang Bedagai tahun 2008 – 2012 dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini :

Tabel 1. Produksi Tanaman Padi Sawah di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2008 – 2012

Tahun Luas Panen (Ha) Produksi (ton) Tingkat produksi (ton/ Ha)

2008 72 766 348 806 47,94

2009 72 043 356 564 49,49

2010 73 585 377 307 51,27

2011 63 601 340 916 53,60

2012 63 601 340 916 53,60

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, 2013

Berdasarkan tabel 1, dapat dilihat bahwa terjadi penurunan luas panen dari tahun 2008 – 2012 dengan total penurunan mencapai 20 hektar. Namun sebaliknya, tingkat produksi padi sawah per hektar mengalami peningkatan dari tahun 2008 – 2012. Salah satu penyebab terjadinya kenaikan tingkat produksi tersebut adalah penerapan sistem tanam SRI yang telah dilakukan sejak tahun 2005. Penerapan sistem SRI di kabupaten Serdang Bedagai dimulai dari desa Lubuk Bayas, kecamatan Perbaungan dengan luas 2 hektar dan kemudian berkembang ke beberapa kecamatan lainnya.

Namun, proses intensifikasi yang dilakukan oleh petani dan pemerintah kabupaten Serdang Bedagai salah satunya adalah penerapan sistem tanam Organik berupa

sistem SRI (System of Rice Intensification) yang sudah dimulai sejak tahun 2005


(9)

sawah di kabupaten Serdang bedagai yang mencapai 5,3 ton per hektar meski adanya penurunan luas panen sawah (lihat Tabel 1.)

Sistem SRI di kabupaten Serdang Bedagai diterapkan pertama kali pada tahun 2005 yang dimulai dari desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan dengan luas lahan 2 hektar yang kemudian diikuti oleh beberapa kecamatan lain di kabupaten Serdang Bedagai. Di kecamatan Teluk Mengkudu, pertanian SRI dimulai pada tahun 2008 dengan luas 5 hektar dan pada tahun 2012 berkembang menjadi 40 hektar setelah budidaya SRI mendapat dukungan dana APBN. Pada tahun yang sama (2012) pertanian sistem SRI di kabupaten Serdang Bedagai juga difasilitasi oleh Bank Indonesia seluas 190 Ha yang dilaksanakan di 3 Kecamatan yaitu : Teluk Mengkudu, Pantai Cermin dan Perbaungan. Hingga tahun 2013 total luas lahan yang dimanfaatkan untuk budidaya SRI di kecamatan Teluk mengkudu telah mencapai 260 hektar.

Kabupaten Serdang Bedagai dengan luas baku lahan sawah 40.598 Ha merupakan salah satu lumbung pangan di Sumatera Utara. Dengan luas tanam Serdang Bedagai 70.000 – 75.000 Ha per tahun, maka pengembangan pertanian organik dengan sistem SRI di Kabupaten Serdang Bedagai terbuka lebar. Namun, hingga tahun 2013, luas lahan yang dimanfaatkan untuk budidaya padi SRI baru sekitar 1425 Ha, hal ini menunjukkan bahwa pertanian SRI di Kabupaten Serdang Bedagai perkembangannya masih lambat.

Berikut ini adalah tabel pengembangan usahatani padi sawah sistem SRI di kecamatan Teluk Mengkudu kabupaten Serdang Bedagai tahun 2005 – 2013.


(10)

Tabel 2. Perkembangan luas tanam padi SRI di Kabupaten Serdang Bedagai.

Tahun Luas Pengembangan Padi SRI (Ha)

2005 2

2006 3

2007 5

2008 10

2009 15

2010 21

2011 18

2012 511

2013 1425

Sumber : Distannak Serdang Bedagai, 2013.

Banyaknya petani yang enggan beralih sistem pertanian disebabkan oleh adanya permasalahan dengan biaya produksi yang tinggi dan banyaknya permintaan dari masyarakat yang menginginkan produk yang ramah lingkungan serta sarana yang belum sepenuhnya memadai menyebabkan perlu dilakukan penelitian secara lebih mendalam terhadap usahatani padi organik yang sedang dikembangkan. Hal ini dilakukan agar petani dapat memperoleh informasi yang lebih jelas dari usahatani yang sedang dikembangkannya, sehingga keputusan petani untuk melakukan perubahan dalam sistem usahataninya tidak berdasarkan ikut-ikutan tetapi berdasarkan perhitungan yang matang.

Hambatan psikologis juga merupakan salah satu hambatan yang menyebabkan lambannya petani mengadopsi atau menyerap system tanam padi sawah secara SRI. Keraguan untuk tidak lagi menggunakan pupuk pabrik masih saja menjadi salah satu penyebab lambannya proses tersebut. Pertanyaan bahwa, apakah padi akan tumbuh apabila penggunaan pupuk pabrik dicabut merupakan pertanyaan yang harus dijawab oleh pemerintah dan pihak yang terkait untuk meyakinkan petani melepas pupuk pabrik.


(11)

Berdasarkan hasil penelitian yang pernah dilakukan (Mulyaningsih, 2010) di Desa Cipeuyeum, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat diperoleh hasil bahwa usahatani SRI dapat memperoleh penerimaan bersih 59 persen dari total penerimaan usahatani. Sementara petani padi konvensional hanya memperoleh 35 persen dari total penerimaan usahatani. Berdasarkan analisis efisiensi pendapatan, usahatani SRI lebih menguntungkan untuk dijalankan jika dibandingkan dengan usahatani padi konvensional.

Hasil penelitian (Fatimah, 2011) juga membuktikan bahwa tingkat pendapatan petani SRI jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan pendapatan petani Konvensional. Pendapatan petani konvensional sebesar Rp 3.341.159,- dengan penerimaan sebesar Rp 10.928.66, sedangkan pendapatan bersih petani SRI adalah sebesar Rp 10.559.276 dengan penerimaan sebesar Rp 18.453.494. Perbedaan pendapatan antara petani konvensional dan petani SRI organik yaitu sebesar Rp 7.218.117.

Dari hasil berbagai penelitian yang telah dilakukan mengenai padi SRI diketahui bahwa dengan menerapkan sistem usahatani padi organik dapat meningkatkan pendapatan petani. Penelitian mengenai perbandingan padi organik dengan metode SRI dengan sistem Konvensional di kabupaten Serdang Bedagai khususnya di kecamatan Teluk Mengkudu belum dilakukan, sehingga belum diketahui apakah benar dengan adanya sistem usahatani dengan metode SRI yang dilakukan tersebut dapat meningkatkan pendapatan petani di kecamatan Teluk Mengkudu. Oleh karena itu, agar petani dapat mengambil keputusan, maka penelitian tentang perbandingan usahatani sistem SRI dengan usahatani padi


(12)

Konvensional perlu dilakukan. Dengan begitu maka akan diketahui usahatani padi sistem mana yang lebih menguntungkan bila dilihat dari sisi pendapatannya.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Apakah ada perbedaan penggunaan input produksi antara usahatani padi

sawah sistem SRI dengan sistem Konvensional?

2. Apakah ada perbedaan tingkat produksi antara usahatani padi sawah sistem

SRI dengan sistem Konvensional?

3. Input apa yang berpengaruh terhadap hasil produksi padi usahatani padi sawah

sistem SRI dan sistem Konvensional?

4. Apakah ada perbedaan biaya produksi antara usahatani padi sawah sistem SRI

dengan sistem Konvensional?

5. Apakah ada perbedaan pendapatan petani antara usahatani padi sawah sistem

SRI dengan sistem Konvensional?

6. Input apa yang berpengaruh terhadap pendapatan petani pada usahatani padi

sawah sistem SRI dan sistem Konvensional?

1.3Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis perbedaan penggunaan input produksi antara usahatani

padi sawah sistem SRI dengan sistem Konvensional.

2. Untuk menganalisis perbedaan tingkat produksi antara usahatani padi sawah

sistem SRI dengan sistem Konvensional.

3. Untuk menganalisis input yang berpengaruh terhadap hasil produksi padi


(13)

4. Untuk menganalisis perbedaan biaya produksi antara usahatani padi sawah sistem SRI dengan sistem Konvensional.

5. Untuk menganalisis perbedaan pendapatan petani antara usahatani padi sawah

sistem SRI dengan sistem Konvensional.

6. Untuk menganalisis input apa yang berpengaruh terhadap pendapatan petani

pada usahatani padi sawah sistem SRI dan sistem Konvensional.

1.4Kegunaan penulisan

1. Sebagai bahan informasi bagi petani dalam mengambil keputusan sistem usahatani padi sawah yang akan dilakukan.

2. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah dalam pengambilan keputusan dan kebijakan berkaitan dengan upaya peningkatan produksi beras.

3. Sebagai bahan informasi bagi peneliti dalam pengembangan penelitian selanjutnya.


(14)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Sejarah System of Rice Intensification (SRI)

Metode SRI pertama kali ditemukan secara tidak disengaja di Madagaskar antara tahun 1983 - 1984 oleh Fr. Henri de Laulanie, SJ, seorang Pastor Jesuit asal Prancis yang lebih dari 30 tahun hidup bersama petani-petani di sana. Oleh

penemunya, metododologi ini selanjutnya dalam bahasa Prancis dinamakan Ie

Systme de Riziculture Intensive disingkat SRI. Dalam bahasa Inggris, populer

dengan nama System of Rice Intensification disingkat SRI. SRI menjadi terkenal

di dunia melalui upaya dari Norman Uphoff (Director CIIFAD). Pada tahun 1987, Uphoff mengadakan presentase SRI di Indonesia yang merupakan kesempatan pertama SRI dilaksanakan di luar Madagaskar dan hasil metode SRI sangat memuaskan (Mutakin, 2013).

Berdasarkan hasil pengembangan program SRI di beberapa negara, di peroleh hasil input produksi yang cukup signifikan, hasil produksi tanaman padi dapat dilihat sebagai berikut (Saragih, 2011) :

1. China (2004), hasil naik dari 3 ton/ha menjadi 7,5 ton/ha dengan hasil

tertinggi 20,4 ton/ha dan penghematan air sebesar 42 %. Saat ini input produksi padi sekitar 13 ton/ha.

2. India (50 petani, 2003-2004), hasil meningkat dari 7,1 ton/ha menjadi 9,7

ton/ha dengan input produksi tertingginya adalah sebesar 15 ton/ha. 10


(15)

3. Kamboja (5 propinsi, 2004), hasil naik sebesar 41 % dan pendapatan naik sebesar 74 %.

4. Sri Langka, hasil naik sebesar 50 %, efisiensi air 90 %, pendapatan bersih 112

%, dan pengurangan biaya produksi sebesar 17 – 27 %.

5. Indonesia oleh Agency for Agricultural Research and Development (AARD, 2004), dengan hasil rata-rata 7 s/d 9 ton. Hasil uji coba petani terbaru SRI memberikan hasil 10 s/d 18 ton/ha.

2.1.2 Metode System of Rice Intensification (SRI)

System of Rice Intensification (SRI) merupakan suatu metode budidaya tani padi yang intensif ruang dan efisien bahan berbasis pengelolaan interaksi tanaman dengan bioreaktornya yang mencakup mekanisme siklus ruang yang dibangun oleh bahan organik kompos dan siklus kehidupan yang dibangun oleh semaian mikoorganisme lokal (MOL) ( Purwasasmita dan Alik, 2012).

Pakar pertanian Barat menyebutkan bahwa sistem pertanian organik merupakan

”Hukum Pengembalian (Law of Return)” yang berarti suatu sistem yang berusaha

untuk mengembalikan semua jenis bahan organik ke dalam tanah, baik dalam bentuk residu dan limbah pertanaman maupun ternak yang selanjutnya bertujuan memberi makanan pada tanaman. Filosopi yang melandasi pertanian organik adalah mengembangkan prinsip – prinsip memberi makanan pada tanah yang selanjutnya tanah menyediakan makanan untuk tanaman dan bukan memberi makanan langsung pada tanaman (Susanto, 2002).

Kegunaan budidaya organik sistem SRI pada dasarnya ialah meniadakan atau membatasi kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan oleh budidaya


(16)

kimiawi. Beberapa hal yang mencakup kegunaan budidaya organik dalam meniadakan atau membatasi keburukan budidaya kimiawi dan kemungkinan resiko terhadap lingkungan, adalah (Rachmiyanti, 2009) :

a. Menghemat penggunaan hara tanah,

b. Melindungi tanah terhadap kerusakan dan mencegah degradasi tanah.

c. Meningkatkan penyediaan lengas tanah sehingga menghindarkan

kemungkinan resiko kekeringan dan memperbaiki ketersediaan hara tanah dan hara yang berasal dari pupuk mineral,

d. Menghindarkan terjadinya ketimpangan (unbalance) hara, bahkan dapat

memperbaiki neraca (balance) hara dalam tanah.

e. Tidak membahayakan kehidupan Flora dan Fauna tanah, bahkan dapat

menyehatkan.

f. Tidak menimbulkan pencemaran lingkungan, khususnya atas sumberdaya air.

g. Merupakan teknologi berkemampuan ganda yaitu sumber hara dan pembenah

tanah.

Pelaksanaan System of Rice Intensification melalui penerapan komponen

teknologi secara terpadu berupa paket rekomendasi yang berlaku umum, antara lain meliputi penanaman bibit muda umur 8 – 15 hari saat tanaman berdaun dua helai dan satu tanaman per lubang yang dilakukan segera setelah dipindah dari persemaian, pengairan berselang (intermitten), pengaturan jarak tanam, penyiangan gulma dengan landak 2 – 4 kali sebelum fase primordia, penggunaan kompos sebanyak mungkin sebelum tanam, pemupukan anorganik dapat juga ditambahkan dengan rekomendasi pemupukan setempat. Model ini mampu memberikan hasil padi antara 7 – 12 ton ha (Rochayati, 2011).


(17)

2.1.3 Input Produksi Pertanian

Dalam sistem pertanian membutuhkan input untuk berproduksi. Input produksi sangat berperan mulai dari pertumbuhan tanaman padi sampai dengan perkembangan tanaman tersebut. Terdapat beberapa jenis input produksi yang biasa digunakan oleh petani seperti benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja.

Pada penelitian ini akan dikaji bagaimana metode SRI tersebut mampu menghemat penggunaan input - input produksi pada usahatani padi sawah.

a. Pupuk

Pembudidayaan tanaman dengan menggunakan sistem pertanian organik mulai dari input hingga outputnya harus menerapkan sistem organik pula, salah satu inputnya yaitu pupuk. Pupuk merupakan salah satu komponen penting dalam pemeliharaan yang menggunakan sistem pertanian organik ini. Pupuk yang digunakan juga harus pupuk organik (Rachmiyanti, 2009).

Pupuk merupakan salah satu komponen penting dalam perkembangan dan pemeliharaan tanaman. Pada umumnya pupuk yang digunakan dalam budidaya padi sawah ada dua jenis, yaitu pupuk organik dan pupuk kimia. Definisi yang

dikemukakan oleh International Organization for Standardization (ISO) dalam

Sutanto (2002) menyatakan bahwa pupuk organik merupakan bahan organik atau bahan karbon, pada umumnya berasal dari tumbuhan dan atau hewan, ditambahkan ke dalam tanah secara spesifik sebagai sumber hara, pada umumnya mengandung nitrogen yang berasal dari tumbuhan dan atau hewan. Pupuk kimia adalah pupuk yang berasal dari proses rekayasa secara kimia, fisik atau biologis yang merupakan hasil industri atau hasil dari pabrik pembuat pupuk. Pada


(18)

umumnya jenis pupuk kimia yang digunakan dalam budidaya meliputi (Saragih, 2011) :

a. pupuk hara makro primer yaitu pupuk yang mengandung unsur hara utama N,

P atau K baik tunggal maupun majemuk seperti Urea, TSP, SP-36, ZA, KCl, Phospat Alam, NP, NK, PK dan NPK;

b. Pupuk hara makro sekunder, yaitu pupuk yang mengandung unsur Calsium

(Ca), Magnesium (Mg) dan Belerang (S) seperti Dolomit, Kiserit;

c. Pupuk hara makro campuran yaitu pupuk yang mempunyai kandungan hara

utama N, P dan K yang dilengkapi unsur-unsur hara mikro seperti Seng (Zn), Boron (B), Tembaga (Cu), Cobalt (Co), Mangan (Mn), Molibdenum (Mo). Pupuk hara campuran tersebut dapat berbentuk padat atau cair

d. Pupuk hara mikro yaitu pupuk yang mempunyai kandungan hara mikro Zn, B,

Cu, Co, Mn dan Mo;

e. Pupuk anorganik lainnya.

b. Benih

Pada sistem SRI semua varietas padi bisa digunakan. Namun, sebaiknya dalam budidaya padi digunakan benih unggul. Untuk mendapatkan benih unggul, perlu dilakukan uji viabilitas (daya kecambah) dan vigoritas benih dengan merendamnya dalam larutan garam. Hal ini dilakukan utuk mendapatkan benih yang paling bermutu (Trubus, 2013).

Umumnya benih dikatakan bermutu jika jenisnya murni (lokal), beras nasional (bernas), kering, sehat, bebas dari penyakit, bebas dari campuran biji rerumputan yang tidak dikehendaki, dan daya kecambahnya paling tidak mencapai 90 %.


(19)

Menurut Boer (2009) ada beberapa klasifikasi benih yang bersertifikat sesuai dengan keturunan dan mutunya (Saragih, 2011) :

1. Benih Penjenis (Breeder seed) adalah benih pembiak vegetatif yang dihasilkan

langsung oleh pemulia tanaman yang digunakan untuk menghasilkan benih dasar.

2. Benih dasar (foundation seed) merupakan turunan pertama dari benih

penjenis, identitas genetif dan kemurniannya dijaga baik.

3. Benih pokok, merupakan turunan dasar dari benih dasar, identitas dan

kemurniannya dipertahankan sebaik mungkin.

4. Benih sebar, turunan dari benih pokok untuk memproduksi tanaman.

c. Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu input produksi penting dalam setiap usahatani. Terdapat tiga jenis tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani yaitu manusia, ternak, dan mekanik. Tenaga kerja manusia dapat diperoleh dari dalam keluarga itu sendiri atau dari luar keluarga. Tenaga kerja manusia dibedakan atas tenaga kerja pria, wanita, dan anak-anak. Tenaga kerja manusia dapat mengerjakan semua jenis pekerjaan usahatani berdasarkan tingkat kemampuannya. Tenaga kerja ternak digunakan untuk pengolahan tanah dan untuk pengangkutan. Sedangkan tenaga kerja mekanik bersifat substitusi pengganti ternak dan atau manusia. Jika kekurangan tenaga kerja, petani dapat memperkerjakan tenaga kerja dari luar keluarga dengan memberi balas jasa berupa upah (Rachmiyanti, 2009).


(20)

d. Pestisida

Pestisida merupakan salah satu input produksi yang digunakan oleh para petani untuk menjaga tanaman dari serangan hama penyakit. Namun pada umumnya penggunaan pestisida digunakan pada pertanian Konvensional, sedangkan pada pertanian organik tidak menggunakan pestisida kimia. Pestisida terdiri dari pestisida kimia dan pestisida alami. Pestisida kimia terdiri dari dua jenis yaitu pestisida padat dan pestisida cair. Penggunaan pestisida tergantung dari kondisi lingkungan dan hama yang menyerang tanaman tersebut. Pada umumnya pestisida yang digunakan oleh petani padi Konvensional adalah pestisida cair. Pada pertanian organik menggunakan pestisida alami yang dibuat oleh petani dengan menggunakan bahan-bahan yang alami dan ramah lingkungan.

2.1.4 Prinsip Dasar Budidaya SRI

Secara umum dalam konsep SRI tanaman diperlakukan sebagai organisme hidup sebagaimana mestinya, tidak diperlakukan seperti mesin yang dapat dimanipulasi. Tanaman padi dikembangkan dengan cara memberikan kondisi yang sesuai dengan pertumbuhannya. Hal ini karena SRI menerapkan konsep sinergi, dimana semua komponen teknologi SRI berinteraksi secara positif dan saling menunjang sehingga hasil secara keseluruhan lebih banyak daripada jumlah masing-masing bagian.

Terdapat beberapa komponen penting dalam penerapan SRI yaitu (Trubus, 2013) :

1. Pemakaian benih 1 lubang 1 tanaman

2. Umur bibit di persemaian sekitar 5 – 12 hari (daun)


(21)

4. Sawah ditanami dalam kondisi macak – macak (tinggi air maksimum 2 cm)

5. Penyiangan dilakukan setiap 10 hari dengan terlebih dahulu memasukkan air

hingga setinggi 5 cm selama 2 hari

6. Struktur tanah sawah harus gembur dan kaya bahan organik.

Hal paling mendasar dalam budidaya SRI adalah menerapkan irigasi intermiten, artinya siklus basah kering bergantung pada kondisi lahan, tipe tanah dan ketersediaan air. Selama waktu penanaman lahan tidak tergenang tetapi macak-macak (basah tapi tidak tergenang). Cara ini bisa menghemat 46% air dan juga mencegah kerusakan akar tanaman. Penggenangan air menyebabkan kerusakan jaringan perakaran akibat terbatasnya suplai oksigen. Semakin tinggi air semakin kecil oksigen terlarut, dampaknya akar tanaman tidak mampu mengikat oksigen sehingga jaringan perakaran rusak. Disamping menghemat air, budidaya intensif itu juga menghemat penggunaan bibit, sebab satu lubang tanam hanya ditanam satu bibit. Dengan menanam satu bibit per lubang berarti menghindari perebutan cahaya atau hara dalam tanah sehingga sistem perakaran dan pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik. Sebaliknya jika penanaman terdiri atas 9 bibit per lubang menyebabkan terjadinya kompetisi hara pada tanaman (trubus, 2008).

Dalam pertanian SRI digunakan bibit muda berumur 5 - 12 hari pasca semai dan terdiri atas dua daun. Penggunaan bibit muda berdampak positif karena lebih mudah beradaptasi dan tidak gampang stres, ini dikarenakan perakaran belum panjang maka penanaman pun tidak perlu terlalu dalam cukup 1-2 cm dari permukaan tanah. Untuk menghasilkan bibit muda yang berkualitas petani

mempersiapkan sejak penyemaian. Populasi di persemaian 50 gr/m2 dimaksudkan


(22)

demikian bibit sudah siap tanam pada umur 5-12 hari. Transplantasi saat bibit muda dapat mengurangi guncangan dan meningkatkan kemampuan tanaman dalam memproduksi batang dan akar selama pertumbuhan vegetatif, sehingga jumlah anakan/ batang yang muncul lebih banyak dalam satu rumpun, dan bulir padi yang dihasilkan oleh malai padi juga lebih banyak. Petani SRI menanam bibit muda dengan jarak tanam 40 cm x 30 cm, total populasi dalam satu hektar mencapai 83.000 tanaman, sementara pada sistem Konvensional berjarak tanam 20 cm x 20 cm terdiri atas 250 ribu tanaman. Pada jarak tanam longgar sinar matahari dapat menembus sela - sela tanaman dengan baik. Tanaman memerlukan sinar matahari untuk melakukan proses fotosintesis yang bertujuan unutk menjaga pasokan makanan tercukupi. Dengan demikian dalam umur 30 hari, dari satu bibit sudah menghasilkan 65 anakan (Saragih, 2011).

2.1.5 Teknik Budidaya Padi SRI

Pertanian padi metode SRI pada dasarnya tidak berbeda dengan padi Konvensional. Usahatani padi metode SRI diberikan masukan bahan organik baik pupuk dan pestisidanya. Sedangkan usahatani padi Konvensional masukannya berupa bahan kimia sintetik. Namun dari pola tanam padi SRI sedikit berbeda dengan padi Konvensional, yaitu pada teknik persemaian, pengolahan tanah, penanaman, dan pengaturan air (Mutakin, 2007).

a. Persiapan benih

Benih sebelum disemai diuji dalam larutan air garam. Larutan air garam yang cukup untuk menguji benih adalah larutan yang apabila dimasukkan telur, maka telur akan terapung. Benih yang baik untuk dijadikan benih adalah benih yang


(23)

tenggelam dalam larutan tersebut. Kemudian benih telah diuji direndam dalam air biasa selama 24 jam kemudian ditiriskan dan diperam 2 hari, kemudian disemaikan pada media tanah dan pupuk organik (1:1) di dalam wadah segi empat ukuran 20 x 20 cm (Nampan) selama 7 hari. Setelah umur 7 - 10 hari benih padi

sudah siap ditanam (Mutakin, 2005).

b. Pengolahan Lahan

Pengolahan tanah untuk tanaman padi metode SRI tidak berbeda dengan cara pengolahan tanah untuk tanam padi cara konvesional yaitu dilakukan untuk mendapatkan struktur tanah yang lebih baik bagi tanaman, terhindar dari gulma. Pengolahan dilakukan dua minggu sebelum tanam dengan menggunakan traktor tangan, sampai terbentuk struktur lumpur. Permukaan tanah diratakan untuk mempermudah mengontrol dan mengendalikan air.

c. Pemupukan

Pemberian pupuk pada SRI diarahkan kepada perbaikan kesehatan tanah dan penambahan unsur hara yang berkurang setelah dilakukan pemanenan. Kebutuhan pupuk organik pertama setelah menggunakan sistem Konvensional adalah 10 ton per hektar dan dapat diberikan sampai 2 musim taman. Setelah kelihatan kondisi tanah membaik maka pupuk organik bisa berkurang disesuaikan dengan kebutuhan. Pemberian pupuk organik dilakukan pada tahap pengolahan tanah kedua agar pupuk bisa menyatu dengan tanah.

d. Pemeliharaan

Sistem tanam metode SRI tidak membutuhkan genangan air yang terus menerus, cukup dengan kondisi tanah yang basah. Penggenangan dilakukan hanya untuk


(24)

mempermudah pemeliharan. Pada prakteknya pengelolaan air pada sistem padi SRI dapat dilakukan sebagai berikut; pada umur 1 - 10 hari tanaman padi digenangi dengan ketinggian air rata-rata 1 cm, kemudian pada umur 10 hari dilakukan penyiangan. Setelah dilakukan penyiangan tanaman tidak digenangi air. Untuk perlakuan yang masih membutuhkan penyiangan berikutnya, maka dua hari menjelang penyiangan tanaman digenang air. Pada saat tanaman berbunga, tanaman digenangi air dan setelah padi matang susu tanaman tidak digenangi air kembali sampai panen. Untuk mencegah hama dan penyakit pada SRI tidak digunakan bahan kimia, tetapi dilakukan pencengahan dan apabila terjadi gangguan hama/penyakit digunakan pestisida nabati dan atau digunakan pengendalian secara fisik dan mekanik.

2.1.6 Perbedaan Pertanian SRI dengan Pertanian Konvensional

Dalam pelaksanaannya, ada beberapa perbedaan pertanian sistem SRI dengan sistem Konvensional seperti pada tabel 4.

Pada sistem Konvensional benih disemai selarma 30 hari, kemudian dilakukan penanaman dengan menanam 6 bibit dalam satu bak. Penggenangan secara terus menerus dengan ketinggian air 5 cm, selanjutnya dilakukan pengeringan dilakukan 2 minggu menjelang panen. Sedangkan pada sistem SRI Benih disemai hingga berumur 10 hari, lalu ditanam 1 bibit dalam satu loban. Pengairan diatur dalam kondisi macak-macak selama waktu pertumbuhannya. Dua minggu menjelang panen pengairan dihentikan.


(25)

Tabel 3. Perbedaan Pertanian SRI dengan Konvensional

No. SISTEM

KONVENSIONAL SISTEM SRI

1. Lahan :

Olah Tanah Intensif

Lahan :

- Olah Tanah Minimum

- Olah Tanah Bermulsa

- Olah Tanah Konservasi

- Tanpa Olah Tanah

2. Benih :

- Varietas unggul

- Benih Transgenik

Benih :

- Varietas Lokal

- Varietas unggul aman

3. Pupuk/ Bahan Kimia :

- Urea

- TSP - NPK - ZPT - KCL

Pupuk :

- Pupuk hijau

- Pupuk kandang

- Guano

- Bokasi

4. Pestisida Kimia :

- Insektisida

- Herbisida

- Rodentisida

Pestisida alamai :

- Pestisida hayati

- Pengendalian hama terpadu

- Agensi hayati

5. Tenaga Kerja :

- Manusia

- Traktor

- Energy minyak bumi

Tenaga kerja/ Energi

- Manusia

- Hewan ternak

- Traktor ringan

- Energy matahari, air angin


(26)

6. Manajemen :

- Orientasi jangka pendek

- Product oriented

- Manajemen industrial

Manajemen :

- Orientasi jangka panjang

- Economic and ecological

oriented

- Manajemen global dan

indegenius local.

Sumber : Rachmiyanti (2009)

2.2 Landasan Teori

Analisis komparasi atau perbedaan merupakan prosedur statistik untuk menguji perbedaan diantara dua data (variable) atau lebih. Analisis perbedaan atau uji perbedaan ini sangat tergantung pada jenis data (nominal, ordinal, interval, dan rasio) dan kelompok sampel yang diuji. Jenis teknik Statistik yang digunakan untuk menghitung hipotesis komparatif harus sesuai dengan jenis data atau variabel berdasarkan skala pengukuran (Sunyoto, 2011).

Produk hasil pertanian sering disebut korbanan produksi karena input produksi dikorbankan untuk menghasilkan komoditas pertanian, untuk menghasilkan suatu produk diperlukan hubungan antara input produksi dan komoditas, hubungan

antara input dan output disebut dengan factor relationship (FR). Secara sistematik

dapat ditulis dengan analisis fungsi Coob-Douglas. Fungsi Coob-Douglas adalah

salah satu fungsi persamaan non-linier yang melibatkan dua atau lebih variabel

(variabel bebas dan variabel tidak bebas) misalnya input produksi antara lain,

Pupuk (X1), benih (X2), pestisida (X3), tenaga kerja (X4). Secara sistematis

pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut :


(27)

Untuk menaksir parameter – parameter, persamaan harus ditransformasikan dalam bentuk logaritma natural (ln) sehingga menjadi bentuk linier berganda (multiple linear), yang kemudian pengujian dilakukan dengan metode kuadrat kecil dengan bentuk matematis :

Y = Ln + + + + + e

Dimana :

Y : Produksi

: Konstanta

: Koefisien regresi terhadap X : Pupuk

: Benih : Pestisida : Tenaga kerja

Berdasarkan persamaan maka dapat dilihat bahwa besar kecilnya produksi sangat

tergantung dari peranan sampai dengan dan input lain yang tidak ada dalam

persamaan (Daniel, 2002).

Biaya usahatani biasanya dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:

1. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus

dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besar biaya ini tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh.

2. Biaya tidak tetap (variable cost) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi


(28)

Biaya tetap ini umumnya didefenisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Contoh biaya tetap antara lain: sewa tanah, pajak, alat pertanian dan iuran irigasi. Disisi lain biaya tidak tetap atau biaya variabel biasanya didefenisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh (Kasmir, 2003).

Biaya usahatani atau disebut dengan total biaya merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya tidak tetap, dengan rumus sebagai berikut:

TC= FC + VC

Keterangan:

TC = Total Biaya (Rp) FC = Biaya Tetap (Rp) VC = Biaya Variabel (Rp)

Pendapatan dalam ilmu ekonomi didefinisikan sebagai hasil berupa uang atau hal materi lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan atau jasa manusia bebas. Kondisi seseorang dapat di ukur dengan menggunakan konsep pendapatan yang menunjukkan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang selama jangka waktu tertentu (samuelson dan Nordhaus,1995).

Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya sehingga dapat ditulis dengan rumus :

Pd = TR – TC

Keterangan:


(29)

TR = Total penerimaan (Rp) TC = Total biaya (Rp)

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual, pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut:

TR = Y. PY

Keterangan:

TR = Total Penerimaan (Rp)

Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani PY = Harga (Rp)

( Soekartawi, 2002).

Dalam melakukan analisis usahatani, seseorang dapat melakukannya menurut kepentingan untuk apa analisis usahatani yang dilakukannya. Dalam banyak pengalaman analisis usahatani yang dilakukan oleh petani atau produsen memang dimaksudkan untuk tujuan mengetahui atau meneliti :

a. Keunggulan komparatif (comparative advantage)

b. Kenaikan hasil yang semakin menurun (law of diminishing returns)

c. Substitusi (substitution effect)

d. Pengeluaran biaya usahatani (farm expenditure)

e. Biaya yang diluangkan (opportunity cost)

f. Pemilikan cabang usaha (tanaman lain yang dapat diusahakan)

g. Baku-timbang tujuan (goal trade-off).

Menurut Hernanto (1991) bentuk keperluan analisis pendapatan petani diperlukan empat unsur, yaitu: (1) rata-rata inventaris, (2) penerimaan usahatani, (3)


(30)

pengeluaran usahatani, dan (4) penerimaan dari berbagai sumber. Keadaan rata-rata inventaris adalah jumlah nilai inventaris awal ditambah nilai inventaris akhir dibagi dua. Untuk menilai aset benda pada usahatani dapat dilakukan dengan: harga pembelian, nilai penjualan setelah waktu tertentu, nilai penjualan pada saat pencatatan atau perhitungan, dan harga pembelian dikurangi dengan penyusutan (Rachmiyanti, 2009).

Perlunya analisis usahatani memang bukan untuk kepentingan petani saja tetapi juga untuk para penyuluh pertanian seperti Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), Penyuluh Pertanian Madya (PPM), dan Penyuluh Petanian Analisis (PPA), para mahasiswa atau pihak lain yang berkepentingan untuk melakukan analisis usahatani dengan sasaran petani adalah sebagai sumber informasi yang sangat penting (Soekarwati, 1995).

2.3Kerangka Pemikiran

Petani adalah orang yang menjalankan dan mengelola usahatani. Di kecamatan Teluk Mengkudu ada 2 sistem usahatani padi sawah yang dibudidayakan yaitu sistem SRI dan sistem Konvensional. Dalam pelaksanaanya, ada beberapa perbedaan dalam aspek penggunaan input produksi antara kedua sistem tanam tersebut. Sistem Konvensional menggunakan benih varietas unggul sedangkan sistem SRI menggunakan varietas lokal dan varietas unggul yang aman. Dalam hal penggunaan pestisida, sistem Konvensional biasanya menggunakan pupuk dan pestisida kimiawi sedangkan sistem SRI menggunakan pupuk organik seperti pupuk hijau, pupuk kandang dan pestisida alami seperti pestisida hayati, pengendalian hama terpadu, dan agensi hayati. Perbedaan lainnya adalah dalam


(31)

aspek penggunaan tenaga kerja. Sistem Konvensional menggunakan tenaga kerja berupa manusia dan traktor sedangkan sistem SRI tenaga kerja yang digunakan berupa manusia, hewan ternak, dan traktor tangan ringan (Rachmiyanti, 2009).

Perbedaan tersebut juga mengakibatkan adanya perrbedaan jumlah hasil produksi padi dan biaya produksi usahatani antara sistem SRI dengan sistem Konvensional yang berujung pada terjadinya perbedaan tingkat produksi padi di kedua sistem tanam padi yakni sistem SRI dengan sistem Konvensional. Perbedaan produksi dan biaya produksi juga akan mengakibatkan perbedaan pendapatan petani di setiap sistem tanam. Dalam penelitian ini akan dibahas tentang perbedaan – perbedaan yang terjadi akibat perbedaan sistem tanam padi tersebut.

Secara skematis kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1 : Petani Padi Sawah

Usahatani

Sistem Konvensional Sistem SRI

Input Produksi

- Benih

- Pupuk

- Pestisida

- Tenaga Kerja

Input Produksi

- Benih

- Pupuk

- Pestisida


(32)

Keterangan :

: Mempengaruhi

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

2.4 Penelitian Terdahulu

Analisis perbandingan usahatani padi organik Metode System Of Rice

Intensification (SRI) dengan Padi Konvensional oleh Rachmiyanti (2009)

diperoleh kesimpulan bahwa ternyata pendapatan atas biaya tunai maupun

pendapatan atas biaya total petani padi organik metode SRI lebih rendah dari

pendapatan atas biaya tunai maupun pendapatan atas biaya total padi

Konvensional. Namun hasil uji t menyimpulkan bahwa perubahan sistem usahatani yang dilakukan oleh petani padi ternyata tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani. Apabila dilihat dari imbangan penerimaan dan biaya (R/C rasio) diketahui bahwa R/C rasio atas biaya tunai yang diperoleh petani padi organik metode SRI ( Rp 1,98) lebih rendah dari R/C rasio yang diperoleh petani

Produksi

Input produksi

Biaya Produksi

Produksi

Input produksi

Biaya Produksi


(33)

padi Konvensional, yaitu Rp 2,46. Hal ini berarti bahwa dari setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan oleh petani padi organik metode SRI hanya akan memberikan penerimaan sebesar Rp. 1,98 lebih rendah dari penerimaan yang diperoleh petani padi Konvensional. Begitu pula dengan R/C rasio atas biaya total, untuk petani padi organik metode SRI R/C rasio yang diperoleh hanya sebesar Rp 1,54 sedangkan petani padi Konvensional lebih besar dari petani padi organik tersebut, yakni sebesar Rp 2,16. Hal ini bermakna bahwa penerimaan yang diperoleh padi Konvensional lebih besar dari petani padi organik metode SRI.

2.5 Hipotesis Penelitian

1. Ada perbedaan yang nyata antara penggunaan input produksi (Pupuk, Benih,

Tenaga Kerja, Pestisida) usahatani padi sawah sistem SRI dengan sistem Konvensional.

2. Ada perbedaan yang nyata antara tingkat produksi usahatani padi sawah

sistem SRI dengan sistem Konvensional.

3. Pupuk, Benih, Tenaga Kerja dan Pestisida berpengaruh nyata terhadap hasil

Produksi padi sawah pada usahatani sistem SRI dan sistem Konvensional.

4. Ada perbedaan yang nyata antara biaya produksi usahatani padi sawah sistem


(34)

Secara parsial, faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan usahatani padi sawah sistem Konvensional adalah biaya benih, biaya pupuk dan biaya Tenaga Kerja.

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

a. Ada perbedaan yang nyata penggunaan input produksi antara usahatani padi

sawah sistem SRI (System of Rice Intensification) dengan sistem

Konvensional di kecamatan Teluk Mengkudu.

a. Penggunaan input Kompos dan Tenaga Kerja pada usahatani padi sawah

sistem SRI lebih tinggi daripada sistem Konvensional.

b. Penggunaan input Urea, SP-36, ZA, NPK, Bestok, Starban, Ultimex dan


(35)

b. Ada perbedaan nyata tingkat produksi padi sawah antara usahatani padi sawah

sistem SRI (System of Rice Intensification) dengan sistem Konvensional. Rata

– rata tingkat produksi padi sawah sistem SRI sebesar 8 ton/ ha, sedangkan padi sistem Konvensional adalah sebesar 5 ton/ha.

3. a. Secara serempak jumlah penggunaan input produksi (Benih, Pupuk,

Pestisida dan Tenaga Kerja) berpengaruh nyata terhadap jumlah Produksi padi sawah sistem SRI. Sedangkan secara parsial jumlah input tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap jumlah produksi padi sawah sistem SRI.

b. Secara serempak jumlah penggunaan input produksi (Benih, Pupuk, Pestisida dan Tenaga Kerja) berpengaruh nyata terhadap jumlah Produksi padi sawah sistem Konvensional. Sedangkan secara parsial jumlah input tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap jumlah produksi padi sawah sistem Konvensional.

4. Ada perbedaan yang nyata antara biaya produksi usahatani padi sawah sistem

SRI dengan sistem Konvensional. Pada usahatani sistem SRI membutuhkan biaya produksi Rp. 10.306.406,-/ha. Sedangkan pada sistem Konvensional adalah sebesar Rp. 9.299.212,-/ Ha.

5. Ada perbedaan yang nyata antara pendapatan usahatani padi sawah antara

sistem SRI dengan sistem Konvensional. Rata – rata tingkat pendapatan usahatani padi sawah sistem SRI adalah sebesar Rp. 24.927.828,-/ha. Sedangkan rata – rata tingkat pendapatan usahatani Konvensional adalah 14.290.417,-/ ha.

6. a. Secara serempak jumlah biaya produksi (Benih, Pupuk, Pestisida dan

Tenaga Kerja) berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani padi sawah


(36)

sistem SRI. Sedangkan secara parsial jumlah input benih dan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap jumlah produksi padi sawah sistem SRI.

b. Secara serempak biaya input produksi (Benih, Pupuk, Pestisida dan Tenaga Kerja) berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani padi sawah sistem Konvensional. Sedangkan secara parsial biaya benih, pupuk dan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap jumlah produksi padi sawah sistem Konvensional.

7.2Saran

1. Petani disarankan mengubah sistem tanam dari sistem Konvensional ke sistem

SRI.

2. Pemerintah memfasilitasi petani dalam hal penyediaan bank pupuk organik

dalam rangka memenuhi kebutuhan pupuk organik pada sistem tanam SRI.

3. Para peneliti melakukan penelitian – penelitian dalam rangka meyakinkan

petani mengadopsi sistem SRI.

4. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar memasukkan faktor luas lahan

dan status kepemilikan lahan ke dalam faktor produksi pertanian dan juga meneliti pertanian SRI tanpa bahan organik.


(37)

DAFTAR PUSTAKA

A.T. Mosher, 1987. Menggerakkan dan Mengembangkan Pertanian. Yusaguna.

Jakarta

Badan Pusat Statistik. Medan 2012 ---. Medan 2013.

Dalimunte, Arpan. 2012. “Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Sistem Irigasi Dengan Padi Sawah Sistem Tadah Hujan, (Studi kasus : Desa Bakaran Batu dan Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang)”. Skripsi Sarjana Fakultas Pertanian Sumatera Utara. Medan

Daniel, Moehar. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta

Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Serdang Bedagai. 2013. Serdang


(38)

Fatimah, Siti. 2011. Analisis Usahatani Padi Konvensional dan Padi Sistem Of Rice Intensification (SRI) Organik. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi Dan Manajemen. IPB. Bogor

Hermanto, Bambang. 2010, “Analisis Fungsi Produksi Usaha Tani Padi Sawah Dan Pengaruhnya Terhadap Produksi Domestik Regional Bruto (Pdrb) Untuk Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Deli Serdang”. Universitas Muslim Nusantara Al Washliyah. Medan.

Kasmir. 2003. Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta : PT RajaGr afindo Persada

Mulyaningsih, 2010. Analisis Komparatif Pendapatan Usahatani Padi Sawah

Sistem SRI (System of Rice Intensification) Dengan Sistem Konvensional.

Fakultas Pertanian. Universitas Lampung

Mutakin J. 2007 Budidaya dan Keunggulan Padi Organik Metode SRI (System of

Rice Intensification), Garut Jawa Barat.

---.2013. Budidaya dan Keunggulan Padi Organik Metode SRI. Garut

Pitojo, setijo. 2003. Bertanam Padi Sawah Tabela. Penebar Swadaya. Jakarta

Purwasasmita, Mubiar dan Alik Sutaryat. 2012. Padi SRI Organik Indonesia.

Jakarta. Penebar Swadaya.

Rachmiyanti, Inggit. 2009. “Analisis Perbandingan Usahatani Padi Organik

Metode System of Rice Intensification (SRI) dengan Padi Konvensional

(Kasus : Desa Bobojong, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)”. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Redaksi Trubus. 2013. Kiat Tingkatkan Produksi Padi. Jakarta. Trubus Swadaya.

---, 2008. Negeri berlimpah Energi dan Pangan (Edisi Khusus)..

Jakarta. Trubus Swadaya.

Rochayati, 2011. Analisis Komparatif Sitem Pertanian Konvensional, PTT dan

SRI di Lahan Sawah Irigasi Jawa Barat terhadap Keseimbangan Hara, Dinamika Biologi, Efisiensi Pupuk (> 30%) dan Nilai Ekonomi Usahatani

: Balai penelitian tanah Balai besar litbang sumberdaya lahan pertanian Badan penelitian dan pengembangan pertanian.


(39)

Saragih, Bensabarman.2011. “Analisis Dampak Metode System of Rice Intensification (SRI) Terhadap Penggunaan Input, Produksi Dan Pendapatan Usahatani Padi Sawah Di Desa Jambenenggang, Sukabumi, Jawa Barat”. Skripsi Sarjana Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Soekarwati, 1995. Analisis Usaha Tani. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).

Soekarwati, 1996. Analisis Usaha Tani. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).

Sunyoto, D. 2011. Metode Penelitian Ekonomi. CAPS. Yogyakarta

Suparta. 2010. Analisis komparasi usahatani padi sawah Metode SRI (system of

rice intensification) dan konvensional Di kecamatan gerih kabupaten ngawi. Program Studi Magister Manajemen Agribisnis, Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN”. Surabaya.Susanto, Rachman. 2002.

Penerapan Pertanian Organik. Yogyakarta. Kanisius.

Wibowo, S. Larasati. 2012. “ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI (Oryza sativa L.) (Studi Kasus di Desa Sambirejo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun)”. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang.


(40)

Lampiran 1. Penggunaan Pupuk Pada Usahatani Padi Sawah Sistem SRI per Petani Nomor Sampel Luas lahan (ha) Jenis Pupuk Total Biaya (Rp)

Urea SP-36 ZA NPK Kompos

Jumlah (kg) Harga (Rp) Total Biaya (Rp) Jumlah (kg) Harga (Rp) Total Biaya (Rp) Jumlah (kg) Harga (Rp) Total Biaya (Rp) Jumlah

(kg) Harga (Rp)

Total Biaya

(Rp) Jumlah (kg) Harga (Rp) Total Biaya (Rp)

1 0.80 80 2,100 168,000 - 2,600 - - 2,100 - 15 10,000 150,000 4500 600 2,700,000 3,018,000 2 1.00 100 2,100 210,000 50 2,600 130,000 20 2,100 42,000 6 10,000 60,000 6000 600 3,600,000 4,042,000 3 2.00 200 2,100 420,000 - 2,600 - - 2,100 - 5 10,000 50,000 10000 600 6,000,000 6,470,000 4 1.80 150 2,100 315,000 - 2,600 - 35 2,100 73,500 15 10,000 150,000 9000 600 5,400,000 5,938,500 5 2.20 200 2,100 420,000 100 2,600 260,000 - 2,100 - - 10,000 - 11000 600 6,600,000 7,280,000 6 1.60 150 2,100 315,000 - 2,600 - - 2,100 - 10 10,000 100,000 8000 600 4,800,000 5,215,000 7 1.40 140 2,100 294,000 50 2,600 130,000 25 2,100 52,500 10 10,000 100,000 7500 600 4,500,000 5,076,500 8 1.20 100 2,100 210,000 - 2,600 - - 2,100 - - 10,000 - 6500 600 3,900,000 4,110,000 9 0.60 50 2,100 105,000 - 2,600 - 10 2,100 21,000 - 10,000 - 3000 600 1,800,000 1,926,000 10 0.40 30 2,100 63,000 20 2,600 52,000 - 2,100 - - 10,000 - 2500 600 1,500,000 1,615,000 11 0.80 50 2,100 105,000 - 2,600 - 8 2,100 17,325 - 10,000 - 4500 600 2,700,000 2,822,325 12 2.00 200 2,100 420,000 100 2,600 260,000 - 2,100 - 4 10,000 40,000 10000 600 6,000,000 6,720,000 13 1.80 170 2,100 357,000 - 2,600 - 35 2,100 73,500 6 10,000 60,000 9000 600 5,400,000 5,890,500 14 1.60 150 2,100 315,000 80 2,600 208,000 30 2,100 63,000 5 10,000 50,000 8000 600 4,800,000 5,436,000 15 1.20 110 2,100 231,000 50 2,600 130,000 25 2,100 52,500 - 10,000 - 6000 600 3,600,000 4,013,500 16 1.28 100 2,100 210,000 - 2,600 - - 2,100 - - 10,000 - 6500 600 3,900,000 4,110,000 17 0.72 75 2,100 157,500 - 2,600 - 15 2,100 31,500 - 10,000 - 4000 600 2,400,000 2,589,000 18 0.88 90 2,100 189,000 - 2,600 - 20 2,100 42,000 10 10,000 100,000 4500 600 2,700,000 3,031,000 19 0.72 70 2,100 147,000 35 2,600 91,000 - 2,100 - 20 10,000 200,000 4000 600 2,400,000 2,838,000 20 0.80 80 2,100 168,000 40 2,600 104,000 - 2,100 - - 10,000 - 4000 600 2,400,000 2,672,000 21 0.84 85 2,100 178,500 - 2,600 - - 2,100 - - 10,000 - 4500 600 2,700,000 2,878,500 22 2.20 200 2,100 420,000 - 2,600 - - 2,100 - 20 10,000 200,000 11000 600 6,600,000 7,220,000 23 1.60 150 2,100 315,000 - 2,600 - 17 2,100 36,225 10 10,000 100,000 8500 600 5,100,000 5,551,225 24 2.00 200 2,100 420,000 100 2,600 260,000 35 2,100 73,500 - 10,000 - 10000 600 6,000,000 6,753,500 25 1.80 150 2,100 315,000 - 2,600 - - 2,100 - - 10,000 - 10000 600 6,000,000 6,315,000 26 2.00 170 2,100 357,000 - 2,600 - 40 2,100 84,000 36 10,000 360,000 10000 600 6,000,000 6,801,000 27 1.76 170 2,100 357,000 80 2,600 208,000 35 2,100 73,500 10 10,000 100,000 9000 600 5,400,000 6,138,500 28 2.00 200 2,100 420,000 100 2,600 260,000 - 2,100 - - 10,000 - 10000 600 6,000,000 6,680,000 29 1.12 110 2,100 231,000 - 2,600 - 20 2,100 42,000 10 10,000 100,000 6000 600 3,600,000 3,973,000 30 0.96 100 2,100 210,000 - 2,600 - 20 2,100 42,000 16 10,000 160,000 5000 600 3,000,000 3,412,000 Total 41.08 3,830 63,000 8,043,000 805 78,000 2,093,000 391 63,000 820,050 208 300,000 2,080,000 212,500 18,000 127,500,000 140,536,050 Rataa 1.37 127.67 2,100 268,100 26.83 2,600 69,766.67 13.0 2,100 27,335 6.93 10,000 69,333.33 7,083.33 600 4,250,000 4,684,535


(41)

Lampiran 2. Penggunaan Pupuk Pada Usahatani Padi Sawah Sistem SRI per hektar Nomor Sampel Jenis Pupuk Total Biaya (Rp)

Urea SP-36 ZA NPK Kompos

Jumlah (kg)

Harga (Rp)

Total

Biaya (Rp) Jumlah

(kg)

Harga (Rp)

Total Biaya

(Rp) Jumlah

(kg)

Harga (Rp)

Total Biaya

(Rp) Jumlah

(kg)

Harga (Rp) Total Biaya

(Rp) Jumlah (kg) Harga (Rp) Total Biaya (Rp)

1 100 2,100 210,000 - 2,600 - - 2,100 - 19 10,000 190,000 5,625 600 3,375,000 3,775,000 2 100 2,100 210,000 50 2,600 130,000 20 2,100 42,000 6 10,000 60,000 6,000 600 3,600,000 4,042,000 3 100 2,100 210,000 - 2,600 - - 2,100 - 3 10,000 30,000 5,000 600 3,000,000 3,240,000 4 83 2,100 174,300 - 2,600 - 19 2,100 39,900 8 10,000 80,000 5,000 600 3,000,000 3,294,200 5 91 2,100 191,100 45 2,600 117,000 - 2,100 - - 10,000 - 5,000 600 3,000,000 3,308,100 6 94 2,100 197,400 - 2,600 - - 2,100 - 6 10,000 60,000 5,000 600 3,000,000 3,257,400 7 100 2,100 210,000 36 2,600 93,600 18 2,100 37,800 7 10,000 70,000 5,357 600 3,214,200 3,625,600 8 83 2,100 174,300 - 2,600 - - 2,100 - - 10,000 - 5,417 600 3,250,200 3,424,500 9 83 2,100 174,300 - 2,600 - 17 2,100 35,700 - 10,000 - 5,000 600 3,000,000 3,210,000 10 75 2,100 157,500 50 2,600 130,000 - 2,100 - - 10,000 - 6,250 600 3,750,000 4,037,500 11 63 2,100 132,300 - 2,600 - 10 2,100 21,000 - 10,000 - 5,625 600 3,375,000 3,528,300 12 100 2,100 210,000 50 2,600 130,000 - 2,100 - 2 10,000 20,000 5,000 600 3,000,000 3,360,000 13 94 2,100 197,400 - 2,600 - 19 2,100 39,900 3 10,000 30,000 5,000 600 3,000,000 3,267,300 14 94 2,100 197,400 50 2,600 130,000 19 2,100 39,900 3 10,000 30,000 5,000 600 3,000,000 3,397,300 15 92 2,100 193,200 42 2,600 109,200 21 2,100 44,100 - 10,000 - 5,000 600 3,000,000 3,346,500 16 78 2,100 163,800 - 2,600 - - 2,100 - - 10,000 - 5,078 600 3,046,800 3,210,600 17 104 2,100 218,400 - 2,600 - 21 2,100 44,100 - 10,000 - 5,556 600 3,333,600 3,596,100 18 102 2,100 214,200 - 2,600 - 23 2,100 48,300 11 10,000 110,000 5,114 600 3,068,400 3,440,900 19 97 2,100 203,700 49 2,600 127,400 - 2,100 - 28 10,000 280,000 5,557 600 3,334,200 3,945,300 20 100 2,100 210,000 50 2,600 130,000 - 2,100 - - 10,000 - 5,000 600 3,000,000 3,340,000 21 101 2,100 212,100 - 2,600 - - 2,100 - - 10,000 - 5,357 600 3,214,200 3,426,300 22 91 2,100 191,100 - 2,600 - - 2,100 - 9 10,000 90,000 5,000 600 3,000,000 3,281,100 23 94 2,100 197,400 - 2,600 - 11 2,100 23,100 6 10,000 60,000 5,312 600 3,187,200 3,467,700 24 100 2,100 210,000 50 2,600 130,000 18 2,100 37,800 - 10,000 - 5,000 600 3,000,000 3,377,800 25 83 2,100 174,300 - 2,600 - - 2,100 - - 10,000 - 5,556 600 3,333,600 3,507,900 26 85 2,100 178,500 - 2,600 - 20 2,100 42,000 18 10,000 180,000 5,000 600 3,000,000 3,400,500 27 97 2,100 203,700 45 2,600 117,000 20 2,100 42,000 6 10,000 60,000 5,114 600 3,068,400 3,491,100 28 100 2,100 210,000 50 2,600 130,000 - 2,100 - - 10,000 - 5,000 600 3,000,000 3,340,000 29 98 2,100 205,800 - 2,600 - 18 2,100 37,800 9 10,000 90,000 5,357 600 3,214,200 3,547,800 30 104 2,100 218,400 - 2,600 - 21 2,100 44,100 17 10,000 170,000 5,208 600 3,124,800 3,557,300

Total 2,786 63,000 5,850,600 567 78,000 1,474,200 295 63,000 619,500 161 300,000 1,610,000 157,483 18,000 94,489,800 104,044,100


(42)

Lampiran 3. Penggunaan Benih Pada Usahatani Padi Sawah Sistem SRI per Petani Nomor

Sampel Luas Lahan (ha) Kebutuhan Benih (Kg) Harga benih (Rp) Total (Rp) 1 0.80 6 10,000 60,000 2 1.00 8 10,000 80,000 3 2.00 16 10,000 160,000 4 1.80 19 10,000 190,000 5 2.20 18 10,000 180,000 6 1.60 13 10,000 130,000 7 1.40 11 10,000 110,000 8 1.20 10 10,000 100,000 9 0.60 5 10,000 50,000 10 0.40 3 10,000 30,000 11 0.80 6 10,000 60,000 12 2.00 16 10,000 160,000 13 1.80 14 10,000 140,000 14 1.60 13 10,000 130,000 15 1.20 10 10,000 100,000 16 1.28 10 10,000 100,000 17 0.72 6 10,000 60,000 18 0.88 7 10,000 70,000 19 0.72 6 10,000 60,000 20 0.80 6 10,000 60,000 21 0.84 7 10,000 70,000 22 2.20 18 10,000 180,000 23 1.60 19 10,000 190,000 24 2.00 16 10,000 160,000 25 1.80 21 10,000 210,000 26 2.00 22 10,000 220,000 27 1.76 14 10,000 140,000 28 2.00 16 10,000 160,000 29 1.12 9 10,000 90,000 30 0.96 8 10,000 80,000 Total 41.08 353.00 300,000.00 3,530,000.00


(1)

Lampiran 3. Penggunaan Benih Pada Usahatani Padi Sawah Sistem SRI per Petani

Nomor

Sampel

Luas Lahan (ha)

Kebutuhan Benih (Kg)

Harga benih (Rp)

Total (Rp)

1

0.80

6

10,000

60,000

2

1.00

8 10,000

80,000

3

2.00

16 10,000

160,000

4

1.80

19 10,000

190,000

5

2.20

18 10,000

180,000

6

1.60

13 10,000

130,000

7

1.40

11 10,000

110,000

8

1.20

10 10,000

100,000

9

0.60

5 10,000

50,000

10

0.40

3 10,000

30,000

11

0.80

6 10,000

60,000

12

2.00

16 10,000

160,000

13

1.80

14 10,000

140,000

14

1.60

13 10,000

130,000

15

1.20

10 10,000

100,000

16

1.28

10 10,000

100,000

17

0.72

6 10,000

60,000

18

0.88

7 10,000

70,000

19

0.72

6 10,000

60,000

20

0.80

6 10,000

60,000

21

0.84

7 10,000

70,000

22

2.20

18 10,000

180,000

23

1.60

19 10,000

190,000

24

2.00

16 10,000

160,000

25

1.80

21 10,000

210,000

26

2.00

22 10,000

220,000

27

1.76

14 10,000

140,000

28

2.00

16 10,000

160,000

29

1.12

9 10,000

90,000

30

0.96

8 10,000

80,000

Total

41.08

353.00

300,000.00

3,530,000.00


(2)

Lampiran 4. Penggunaan Benih Pada Usahatani Padi Sawah Sistem SRI per 1

Hektar

Nomor

Sampel

Kebutuhan Benih (Kg)

Harga benih (Rp)

Total (Rp)

1

7.5

10,000 75,000

2

8.0

10,000 80,000

3

8.0

10,000 80,000

4

10.6

10,000 106,000

5

8.2

10,000 82,000

6

8.1

10,000 81,000

7

7.9

10,000 79,000

8

8.3

10,000 83,000

9

8.3

10,000 83,000

10

7.5

10,000 75,000

11

7.5

10,000 75,000

12

8.0

10,000 80,000

13

7.8

10,000 78,000

14

8.1

10,000 81,000

15

8.3

10,000 83,000

16

7.8

10,000 78,000

17

8.3

10,000 83,000

18

8.0

10,000 80,000

19

8.3

10,000 83,000

20

7.5

10,000 75,000

21

8.3

10,000 83,000

22

8.2

10,000 82,000

23

11.9

10,000 119,000

24

8.0

10,000 80,000

25

11.7

10,000 117,000

26

11.0

10,000 110,000

27

8.0

10,000 80,000

28

8.0

10,000 80,000

29

8.0

10,000 80,000

30

8.3

10,000 83,000

Total

253.4

300,000.00

2,534,000.00


(3)

Lampiran 5. Penggunaan Pestisida Pada Usahatani Padi Sawah Sistem SRI

Nomor Sampel

Luas lahan (Ha)

Bestok Starban Ultimex Manufer

TOTAL (Rp) Jlh (L) Harga

(Rp/L) Total (Rp) Jlh (L) Harga (Rp/L) Total (Rp) Jlh (L) Harga (Rp/L) Total (Rp) Jlh (L)

Harga

(Rp/L) Total (Rp)

1 0.80 - 70,000 - 0.10 170,000 17,000 - 170,000 - 0.05 80,000 4,000 21,000 2 1.00 - 70,000 - 0.15 170,000 25,500 - 170,000 - - 80,000 - 25,500 3 2.00 0.40 70,000 28,000 0.25 170,000 42,500 0.50 170,000 85,000 - 80,000 - 155,500 4 1.80 0.25 70,000 17,500 - 170,000 - 0.15 170,000 25,500 - 80,000 - 43,000 5 2.20 0.30 70,000 21,000 0.50 170,000 85,000 - 170,000 - 0.15 80,000 12,000 118,000 6 1.60 0.15 70,000 10,500 0.30 170,000 51,000 - 170,000 - 0.15 80,000 12,000 73,500 7 1.40 - 70,000 - 0.30 170,000 51,000 0.25 170,000 42,500 - 80,000 - 93,500 8 1.20 - 70,000 - - 170,000 - 0.10 170,000 17,000 0.12 80,000 9,600 26,600 9 0.60 0.08 70,000 5,600 - 170,000 - - 170,000 - 0.06 80,000 4,800 10,400 10 0.40 0.05 70,000 3,500 - 170,000 - - 170,000 - - 80,000 - 3,500 11 0.80 - 70,000 - - 170,000 - 0.15 170,000 25,500 0.08 80,000 6,400 31,900 12 2.00 - 70,000 - 0.40 170,000 68,000 - 170,000 - - 80,000 - 68,000 13 1.80 0.13 70,000 9,100 0.30 170,000 51,000 0.15 170,000 25,500 0.18 80,000 14,400 100,000 14 1.60 0.10 70,000 7,000 0.25 170,000 42,500 0.10 170,000 17,000 - 80,000 - 66,500 15 1.20 0.15 70,000 10,500 - 170,000 - - 170,000 - 0.10 80,000 8,000 18,500 16 1.28 0.10 70,000 7,000 - 170,000 - 0.20 170,000 34,000 0.10 80,000 8,000 49,000 17 0.72 - 70,000 - 0.10 170,000 17,000 - 170,000 - - 80,000 - 17,000 18 0.88 0.10 70,000 7,000 - 170,000 - 0.05 170,000 8,500 0.08 80,000 6,000 21,500 19 0.72 0.10 70,000 7,000 - 170,000 - 0.10 170,000 17,000 0.05 80,000 4,000 28,000 20 0.80 - 70,000 - 0.10 170,000 17,000 - 170,000 - - 80,000 - 17,000 21 0.84 - 70,000 - 0.10 170,000 17,000 - 170,000 - - 80,000 - 17,000 22 2.20 - 70,000 - - 170,000 - 0.20 170,000 34,000 - 80,000 - 34,000 23 1.60 0.20 70,000 14,000 - 170,000 - 0.15 170,000 25,500 0.10 80,000 8,000 47,500 24 2.00 - 70,000 - 0.30 170,000 51,000 0.10 170,000 17,000 - 80,000 - 68,000 25 1.80 - 70,000 - 0.15 170,000 25,500 0.15 170,000 25,500 0.15 80,000 12,000 63,000 26 2.00 0.20 70,000 14,000 - 170,000 - 0.20 170,000 34,000 - 80,000 - 48,000 27 1.76 0.10 70,000 7,000 - 170,000 - - 170,000 - 0.15 80,000 12,000 19,000 28 2.00 0.12 70,000 8,400 0.35 170,000 59,500 - 170,000 - - 80,000 - 67,900 29 1.12 0.10 70,000 7,000 0.40 170,000 68,000 0.15 170,000 25,500 - 80,000 - 100,500 30 0.96 - 70,000 - 0.10 170,000 17,000 - 170,000 - 0.10 80,000 8,000 25,000

Total 41 3 2,100,000 184,100 4.150 5,100,000 705,500 3 5,100,000 459,000 2 2,400,000 129,200 1,477,800


(4)

Lampiran 6. Penggunaan Pestisida Pada Usahatani Padi Sawah Sistem SRI per 1 Hektar Nomor

Sampel

Bestok Starban Ultimex Manufer

TOTAL (Rp) Jlh

(L)

Harga

(Rp/L) Total (Rp) Jlh (L)

Harga

(Rp/L) Total (Rp) Jlh (L)

Harga

(Rp/L) Total (Rp) Jlh (L)

Harga

(Rp/L) Total (Rp)

1 - 70,000 - 0.13 170,000 22,100 - 170,000 - 0.06 80,000 4,800 26,900 2 - 70,000 - 0.15 170,000 25,500 - 170,000 - - 80,000 - 25,500 3 0.20 70,000 14,000 0.13 170,000 22,100 0.25 170,000 42,500 - 80,000 - 78,600 4 0.14 70,000 9,800 0.00 170,000 - 0.08 170,000 13,600 - 80,000 - 23,400 5 0.14 70,000 9,800 0.23 170,000 39,100 - 170,000 - 0.07 80,000 5,600 54,500 6 0.09 70,000 6,300 0.19 170,000 32,300 - 170,000 - 0.09 80,000 7,200 45,800 7 - 70,000 - 0.21 170,000 35,700 0.18 170,000 30,600 - 80,000 - 66,300 8 - 70,000 - 0.00 170,000 - 0.08 170,000 13,600 0.10 80,000 8,000 21,600 9 0.13 70,000 9,100 0.00 170,000 - - 170,000 - 0.10 80,000 8,000 17,100 10 0.13 70,000 9,100 0.00 170,000 - - 170,000 - - 80,000 - 9,100 11 - 70,000 - 0.00 170,000 - 0.19 170,000 32,300 0.10 80,000 8,000 40,300 12 - 70,000 - 0.20 170,000 34,000 - 170,000 - - 80,000 - 34,000 13 0.07 70,000 4,900 0.17 170,000 28,900 0.08 170,000 13,600 0.10 80,000 8,000 55,400 14 0.06 70,000 4,200 0.16 170,000 27,200 0.06 170,000 10,200 - 80,000 - 41,600 15 0.13 70,000 9,100 0.00 170,000 - - 170,000 - 0.08 80,000 6,400 15,500 16 0.08 70,000 5,600 0.00 170,000 - 0.16 170,000 27,200 0.08 80,000 6,400 39,200 17 - 70,000 - 0.14 170,000 23,800 - 170,000 - - 80,000 - 23,800 18 0.11 70,000 7,700 0.00 170,000 - 0.06 170,000 10,200 0.09 80,000 7,200 25,100 19 0.14 70,000 9,800 0.00 170,000 - 0.14 170,000 23,800 0.07 80,000 5,600 39,200 20 - 70,000 - 0.13 170,000 22,100 - 170,000 - - 80,000 - 22,100 21 - 70,000 - 0.12 170,000 20,400 - 170,000 - - 80,000 - 20,400 22 - 70,000 - 0.00 170,000 - 0.09 170,000 15,300 - 80,000 - 15,300 23 0.13 70,000 9,100 0.00 170,000 - 0.09 170,000 15,300 0.06 80,000 4,800 29,200 24 - 70,000 - 0.15 170,000 25,500 0.05 170,000 8,500 - 80,000 - 34,000 25 - 70,000 - 0.08 170,000 13,600 0.08 170,000 13,600 0.08 80,000 6,400 33,600 26 0.10 70,000 7,000 0.00 170,000 - 0.10 170,000 17,000 - 80,000 - 24,000 27 0.06 70,000 4,200 0.00 170,000 - - 170,000 - 0.09 80,000 7,200 11,400 28 0.06 70,000 4,200 0.18 170,000 30,600 - 170,000 - - 80,000 - 34,800 29 0.09 70,000 6,300 0.36 170,000 61,200 0.13 170,000 22,100 - 80,000 - 89,600 30 - 70,000 - 0.10 170,000 17,000 - 170,000 - 0.10 80,000 8,000 25,000

Total 1.86 2,100,000 130,200 2.83 5,100,000 481,100 0.07 5,100,000 309,400 1.27 2,400,000 101,600 1,022,300


(5)

Lampiran 7. Penggunaan Tenaga Kerja Pada Usahatani Padi Sawah Sistem SRI per Petani No Sa mp el Luas Lahan (ha)

Pengolahan Tanah Pembuatan Pola Tanam

Pembibitan Penanaman Penyiangan Pemupukan Pemberantasan Hama dan penyakit

Panen Total Tena ga Kerja (TK) Total Biaya (Rp) TK (O ran g) Total Biaya (Rp) TK (Ora ng) Total Biaya (Rp) TK (O ra ng) Total Biaya (Rp) TK (Ora ng) Total Biaya (Rp) TK (Ora ng) Total Biaya (Rp) TK (Orang) Total Biaya (Rp) TK (Orang) Total Biaya (Rp) TK (orang) Total biaya (Rp)

1 0.80 2 900,000 8 700,000 5 350,000 10 700,000 7 500,000 6 420,000 5 250,000 12 2,709,000 55 6,529,000

2 1.00 2 1,125,000 10 875,000 8 560,000 15 875,000 10 625,000 7 490,000 6 300,000 15 3,827,000 73 8,677,000

3 2.00 3 2,250,000 18 1,750,000 15 1,050,000 25 1,750,000 16 1,250,000 14 980,000 12 600,000 30 7,396,000 133 17,026,000

4 1.80 2 2,025,000 18 1,575,000 10 700,000 25 1,575,000 14 1,125,000 13 910,000 11 550,000 25 6,536,000 118 14,996,000

5 2.20 3 2,475,000 20 1,925,000 15 1,050,000 25 1,925,000 17 1,375,000 15 1,050,000 13 650,000 23 7,912,000 131 18,362,000

6 1.60 2 1,800,000 15 1,400,000 10 700,000 20 1,400,000 12 1,000,000 11 770,000 10 500,000 26 5,805,000 106 13,375,000

7 1.40 2 1,575,000 14 1,225,000 10 700,000 10 1,225,000 10 875,000 10 700,000 8 400,000 20 5,031,000 84 11,731,000

8 1.20 2 1,350,000 12 1,050,000 8 560,000 15 1,050,000 9 750,000 9 630,000 7 350,000 18 4,386,000 80 10,126,000

9 0.60 2 675,000 6 525,000 5 350,000 10 525,000 5 375,000 4 280,000 4 200,000 9 2,193,000 45 5,123,000

10 0.40 2 450,000 5 350,000 3 210,000 7 350,000 4 250,000 3 210,000 3 150,000 6 1,204,000 33 3,174,000

11 0.80 2 900,000 8 700,000 5 350,000 10 700,000 7 500,000 6 420,000 5 250,000 12 2,881,000 55 6,701,000

12 2.00 3 2,250,000 20 1,750,000 10 700,000 25 1,750,000 18 1,250,000 14 980,000 12 600,000 30 7,267,000 132 16,547,000

13 1.80 3 2,025,000 18 1,575,000 10 700,000 25 1,575,000 15 1,125,000 13 910,000 11 550,000 24 6,407,000 119 14,867,000

14 1.60 2 1,800,000 16 1,400,000 10 700,000 20 1,400,000 14 1,000,000 11 770,000 10 500,000 25 5,633,000 108 13,203,000

15 1.20 2 1,350,000 12 1,050,000 10 700,000 15 1,050,000 10 750,000 8 560,000 7 350,000 18 4,257,000 82 10,067,000

16 1.28 2 1,440,000 12 1,120,000 10 700,000 15 1,120,000 10 800,000 9 630,000 8 400,000 19 4,601,000 85 10,811,000

17 0.72 2 810,000 7 630,000 5 350,000 10 630,000 6 450,000 5 350,000 4 200,000 10 2,150,000 49 5,570,000

18 0.88 2 990,000 9 770,000 5 350,000 11 770,000 8 550,000 6 420,000 5 250,000 13 3,139,000 59 7,239,000

19 0.72 2 810,000 7 630,000 5 350,000 10 630,000 6 450,000 5 350,000 4 200,000 12 2,451,000 51 5,871,000

20 0.80 2 900,000 8 700,000 5 350,000 10 700,000 7 500,000 6 420,000 5 250,000 14 2,924,000 57 6,744,000

21 0.84 2 945,000 8 735,000 5 350,000 10 735,000 8 525,000 6 420,000 5 250,000 13 2,795,000 57 6,755,000

22 2.20 3 2,475,000 21 1,925,000 15 1,050,000 25 1,925,000 20 1,375,000 15 1,050,000 12 600,000 20 6,880,000 131 17,280,000

23 1.60 3 1,800,000 16 1,400,000 10 700,000 20 1,400,000 14 1,000,000 11 770,000 10 500,000 15 4,902,000 99 12,472,000

24 2.00 2 2,250,000 19 1,750,000 15 1,050,000 25 1,750,000 18 1,250,000 14 980,000 12 600,000 25 6,923,000 130 16,553,000 25 1.80 3 2,025,000 18 1,575,000 15 1,050,000 22 1,575,000 16 1,125,000 13 910,000 11 550,000 23 5,891,000 121 14,701,000 26 2.00 3 2,250,000 20 1,750,000 15 1,050,000 24 1,750,000 18 1,250,000 14 980,000 12 600,000 26 7,525,000 132 17,155,000

27 1.76 3 1,980,000 16 1,540,000 10 700,000 21 1,540,000 16 1,100,000 12 840,000 11 550,000 25 6,536,000 114 14,786,000

28 2.00 3 2,250,000 15 1,750,000 15 1,050,000 25 1,750,000 18 1,250,000 14 980,000 12 600,000 29 6,192,000 131 15,822,000

29 1.12 2 1,260,000 10 980,000 10 700,000 13 980,000 10 700,000 8 560,000 7 350,000 15 3,741,000 75 9,271,000

30 0.96 2 1,080,000 8 840,000 5 350,000 12 840,000 10 600,000 7 560,000 6 300,000 14 3,397,000 64 7,967,000

Tot al

41.08 70 46,215,000 394 35,945,000 27 9

19,530,000 510 28,756,000 353 28,756,000 353 25,675,000 289 20,300,000 248 12,400,000 566 143,491,000

rat a- 1.37

2.3

3 1,540,500 13.13 1,198,166.67 9.3

0

651,000.00


(6)

rat a


Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Pendapatan Petani Sistem Tanam SRI (System of Rice Intensification) Dengan Petani Sistem Tanaman Legowo (Studi Kasus: Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai)

2 84 123

Koefisien Tanaman Padi Dengan Teknologi System Of Rice Intensification (Sri) Dan Sistem Konvensional

0 4 35

Evaluasi Pelaksanan Sistem Tanam Sri (System of Rice Intensification) pada Petani Padi Sawah Terhadap Pendapatan Usaha Tani (Studi Kasus: Desa Pematang Setrak, Kecamatan Tanjung Buluh, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 7 95

ANALISIS KOMPARASI USAHATANI PADI SAWAH METODE SRI (System of Rice Intensification) DAN KONVENSIONAL DI KECAMATAN GERIH KABUPATEN NGAWI.

0 4 142

SAWAH System of Rice Intensification (SRI) (Studi Kasus: Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai) SKRIPSI

0 0 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN - Analisis Perbandingan Usaha Tani Padi Sawah Sistem Sri (System Of Rice Intensification) Dengan Sistem Konvensional Di Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai

0 0 20

BAB I PENDAHULUAN - Analisis Perbandingan Usaha Tani Padi Sawah Sistem Sri (System Of Rice Intensification) Dengan Sistem Konvensional Di Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai

0 0 9

Analisis Komparasi Pendapatan Petani Sistem Tanam SRI (System of Rice Intensification) Dengan Petani Sistem Tanaman Legowo (Studi Kasus: Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai)

0 1 46

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Komparasi Pendapatan Petani Sistem Tanam SRI (System of Rice Intensification) Dengan Petani Sistem Tanaman Legowo (Studi Kasus: Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 15

ANALISIS KOMPARASI USAHATANI PADI SAWAH METODE SRI (System of Rice Intensification) DAN KONVENSIONAL DI KECAMATAN GERIH KABUPATEN NGAWI

0 0 20