Pengolahan Lahan Pemupukan Landasan Teori

tenggelam dalam larutan tersebut. Kemudian benih telah diuji direndam dalam air biasa selama 24 jam kemudian ditiriskan dan diperam 2 hari, kemudian disemaikan pada media tanah dan pupuk organik 1:1 di dalam wadah segi empat ukuran 20 x 20 cm Nampan selama 7 hari. Setelah umur 7 - 10 hari benih padi sudah siap ditanam Mutakin, 2005.

b. Pengolahan Lahan

Pengolahan tanah untuk tanaman padi metode SRI tidak berbeda dengan cara pengolahan tanah untuk tanam padi cara konvesional yaitu dilakukan untuk mendapatkan struktur tanah yang lebih baik bagi tanaman, terhindar dari gulma. Pengolahan dilakukan dua minggu sebelum tanam dengan menggunakan traktor tangan, sampai terbentuk struktur lumpur. Permukaan tanah diratakan untuk mempermudah mengontrol dan mengendalikan air.

c. Pemupukan

Pemberian pupuk pada SRI diarahkan kepada perbaikan kesehatan tanah dan penambahan unsur hara yang berkurang setelah dilakukan pemanenan. Kebutuhan pupuk organik pertama setelah menggunakan sistem Konvensional adalah 10 ton per hektar dan dapat diberikan sampai 2 musim taman. Setelah kelihatan kondisi tanah membaik maka pupuk organik bisa berkurang disesuaikan dengan kebutuhan. Pemberian pupuk organik dilakukan pada tahap pengolahan tanah kedua agar pupuk bisa menyatu dengan tanah.

d. Pemeliharaan

Sistem tanam metode SRI tidak membutuhkan genangan air yang terus menerus, cukup dengan kondisi tanah yang basah. Penggenangan dilakukan hanya untuk mempermudah pemeliharan. Pada prakteknya pengelolaan air pada sistem padi SRI dapat dilakukan sebagai berikut; pada umur 1 - 10 hari tanaman padi digenangi dengan ketinggian air rata-rata 1 cm, kemudian pada umur 10 hari dilakukan penyiangan. Setelah dilakukan penyiangan tanaman tidak digenangi air. Untuk perlakuan yang masih membutuhkan penyiangan berikutnya, maka dua hari menjelang penyiangan tanaman digenang air. Pada saat tanaman berbunga, tanaman digenangi air dan setelah padi matang susu tanaman tidak digenangi air kembali sampai panen. Untuk mencegah hama dan penyakit pada SRI tidak digunakan bahan kimia, tetapi dilakukan pencengahan dan apabila terjadi gangguan hamapenyakit digunakan pestisida nabati dan atau digunakan pengendalian secara fisik dan mekanik.

2.1.6 Perbedaan Pertanian SRI dengan Pertanian Konvensional

Dalam pelaksanaannya, ada beberapa perbedaan pertanian sistem SRI dengan sistem Konvensional seperti pada tabel 4. Pada sistem Konvensional benih disemai selarma 30 hari, kemudian dilakukan penanaman dengan menanam 6 bibit dalam satu bak. Penggenangan secara terus menerus dengan ketinggian air 5 cm, selanjutnya dilakukan pengeringan dilakukan 2 minggu menjelang panen. Sedangkan pada sistem SRI Benih disemai hingga berumur 10 hari, lalu ditanam 1 bibit dalam satu loban. Pengairan diatur dalam kondisi macak-macak selama waktu pertumbuhannya. Dua minggu menjelang panen pengairan dihentikan. Tabel 3. Perbedaan Pertanian SRI dengan Konvensional No. SISTEM KONVENSIONAL SISTEM SRI 1. Lahan : Olah Tanah Intensif Lahan : - Olah Tanah Minimum - Olah Tanah Bermulsa - Olah Tanah Konservasi - Tanpa Olah Tanah 2. Benih : - Varietas unggul - Benih Transgenik Benih : - Varietas Lokal - Varietas unggul aman 3. Pupuk Bahan Kimia : - Urea - TSP - NPK - ZPT - KCL Pupuk : - Pupuk hijau - Pupuk kandang - Guano - Bokasi 4. Pestisida Kimia : - Insektisida - Herbisida - Rodentisida Pestisida alamai : - Pestisida hayati - Pengendalian hama terpadu - Agensi hayati 5. Tenaga Kerja : - Manusia - Traktor - Energy minyak bumi Tenaga kerja Energi - Manusia - Hewan ternak - Traktor ringan - Energy matahari, air angin dan biomassa 6. Manajemen : - Orientasi jangka pendek - Product oriented - Manajemen industrial Manajemen : - Orientasi jangka panjang - Economic and ecological oriented - Manajemen global dan indegenius local. Sumber : Rachmiyanti 2009

2.2 Landasan Teori

Analisis komparasi atau perbedaan merupakan prosedur statistik untuk menguji perbedaan diantara dua data variable atau lebih. Analisis perbedaan atau uji perbedaan ini sangat tergantung pada jenis data nominal, ordinal, interval, dan rasio dan kelompok sampel yang diuji. Jenis teknik Statistik yang digunakan untuk menghitung hipotesis komparatif harus sesuai dengan jenis data atau variabel berdasarkan skala pengukuran Sunyoto, 2011. Produk hasil pertanian sering disebut korbanan produksi karena input produksi dikorbankan untuk menghasilkan komoditas pertanian, untuk menghasilkan suatu produk diperlukan hubungan antara input produksi dan komoditas, hubungan antara input dan output disebut dengan factor relationship FR. Secara sistematik dapat ditulis dengan analisis fungsi Coob-Douglas. Fungsi Coob-Douglas adalah salah satu fungsi persamaan non-linier yang melibatkan dua atau lebih variabel variabel bebas dan variabel tidak bebas misalnya input produksi antara lain, Pupuk X 1 , benih X 2 , pestisida X 3 , tenaga kerja X 4 . Secara sistematis pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut : Y = β . Untuk menaksir parameter – parameter, persamaan harus ditransformasikan dalam bentuk logaritma natural ln sehingga menjadi bentuk linier berganda multiple linear, yang kemudian pengujian dilakukan dengan metode kuadrat kecil dengan bentuk matematis : Y = Ln + + + + + e Dimana : Y : Produksi : Konstanta : Koefisien regresi terhadap X : Pupuk : Benih : Pestisida : Tenaga kerja Berdasarkan persamaan maka dapat dilihat bahwa besar kecilnya produksi sangat tergantung dari peranan sampai dengan dan input lain yang tidak ada dalam persamaan Daniel, 2002. Biaya usahatani biasanya dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: 1. Biaya tetap fixed cost adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besar biaya ini tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. 2. Biaya tidak tetap variable cost adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Biaya tetap ini umumnya didefenisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Contoh biaya tetap antara lain: sewa tanah, pajak, alat pertanian dan iuran irigasi. Disisi lain biaya tidak tetap atau biaya variabel biasanya didefenisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh Kasmir, 2003. Biaya usahatani atau disebut dengan total biaya merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya tidak tetap, dengan rumus sebagai berikut: TC= FC + VC Keterangan: TC = Total Biaya Rp FC = Biaya Tetap Rp VC = Biaya Variabel Rp Pendapatan dalam ilmu ekonomi didefinisikan sebagai hasil berupa uang atau hal materi lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan atau jasa manusia bebas. Kondisi seseorang dapat di ukur dengan menggunakan konsep pendapatan yang menunjukkan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang selama jangka waktu tertentu samuelson dan Nordhaus,1995. Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya sehingga dapat ditulis dengan rumus : Pd = TR – TC Keterangan: Pd = Pendapatan usahatani Rp TR = Total penerimaan Rp TC = Total biaya Rp Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual, pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut: TR = Y. PY Keterangan: TR = Total Penerimaan Rp Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani PY = Harga Rp Soekartawi, 2002. Dalam melakukan analisis usahatani, seseorang dapat melakukannya menurut kepentingan untuk apa analisis usahatani yang dilakukannya. Dalam banyak pengalaman analisis usahatani yang dilakukan oleh petani atau produsen memang dimaksudkan untuk tujuan mengetahui atau meneliti : a. Keunggulan komparatif comparative advantage b. Kenaikan hasil yang semakin menurun law of diminishing returns c. Substitusi substitution effect d. Pengeluaran biaya usahatani farm expenditure e. Biaya yang diluangkan opportunity cost f. Pemilikan cabang usaha tanaman lain yang dapat diusahakan g. Baku-timbang tujuan goal trade-off. Menurut Hernanto 1991 bentuk keperluan analisis pendapatan petani diperlukan empat unsur, yaitu: 1 rata-rata inventaris, 2 penerimaan usahatani, 3 pengeluaran usahatani, dan 4 penerimaan dari berbagai sumber. Keadaan rata- rata inventaris adalah jumlah nilai inventaris awal ditambah nilai inventaris akhir dibagi dua. Untuk menilai aset benda pada usahatani dapat dilakukan dengan: harga pembelian, nilai penjualan setelah waktu tertentu, nilai penjualan pada saat pencatatan atau perhitungan, dan harga pembelian dikurangi dengan penyusutan Rachmiyanti, 2009. Perlunya analisis usahatani memang bukan untuk kepentingan petani saja tetapi juga untuk para penyuluh pertanian seperti Penyuluh Pertanian Lapangan PPL, Penyuluh Pertanian Madya PPM, dan Penyuluh Petanian Analisis PPA, para mahasiswa atau pihak lain yang berkepentingan untuk melakukan analisis usahatani dengan sasaran petani adalah sebagai sumber informasi yang sangat penting Soekarwati, 1995.

2.3 Kerangka Pemikiran

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Pendapatan Petani Sistem Tanam SRI (System of Rice Intensification) Dengan Petani Sistem Tanaman Legowo (Studi Kasus: Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai)

2 84 123

Koefisien Tanaman Padi Dengan Teknologi System Of Rice Intensification (Sri) Dan Sistem Konvensional

0 4 35

Evaluasi Pelaksanan Sistem Tanam Sri (System of Rice Intensification) pada Petani Padi Sawah Terhadap Pendapatan Usaha Tani (Studi Kasus: Desa Pematang Setrak, Kecamatan Tanjung Buluh, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 7 95

ANALISIS KOMPARASI USAHATANI PADI SAWAH METODE SRI (System of Rice Intensification) DAN KONVENSIONAL DI KECAMATAN GERIH KABUPATEN NGAWI.

0 4 142

SAWAH System of Rice Intensification (SRI) (Studi Kasus: Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai) SKRIPSI

0 0 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN - Analisis Perbandingan Usaha Tani Padi Sawah Sistem Sri (System Of Rice Intensification) Dengan Sistem Konvensional Di Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai

0 0 20

BAB I PENDAHULUAN - Analisis Perbandingan Usaha Tani Padi Sawah Sistem Sri (System Of Rice Intensification) Dengan Sistem Konvensional Di Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai

0 0 9

Analisis Komparasi Pendapatan Petani Sistem Tanam SRI (System of Rice Intensification) Dengan Petani Sistem Tanaman Legowo (Studi Kasus: Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai)

0 1 46

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Komparasi Pendapatan Petani Sistem Tanam SRI (System of Rice Intensification) Dengan Petani Sistem Tanaman Legowo (Studi Kasus: Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 15

ANALISIS KOMPARASI USAHATANI PADI SAWAH METODE SRI (System of Rice Intensification) DAN KONVENSIONAL DI KECAMATAN GERIH KABUPATEN NGAWI

0 0 20