C. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan
Berdasarkan hasil uji persyaratan analisis untuk kenormalan distribusi dan kehomogenan varians populasi ternyata keduanya terpenuhi,
selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis atau H yang menyatakan rata-
rata hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan teknik pola bilangan sama dengan rata-rata hasil belajar matematika siswa yang
diajarkan dengan menggunakan teknik bersusun. Analisis yang digunakan adalah statistik uji-t.
Setelah melakukan perhitungan dengan menggunakan uji-t maka diperoleh t
hitung
= 2,51 lihat lampiran 19 hal.168. Menggunakan tabel distribusi t pada taraf signifikan 5, atau
α = 0,05 dan derajat kebebasan db = 58 diperoleh harga t
tabel
= 2,00. Hasil perhitungan uji hipotesis disajikan pada table berikut ini:
Tabel 12 Hasil Uji-t
db t
hitung
t
tabel
05 ,
=
α
Kesimpulan
58 2,51 2,00 Tolak
H Tabel diatas terlihat bahwa t
hitung
lebih besar dari t
tabel
2,51 2,00 maka dapat disimpulkan bahwa H
ditolak dan H
1
diterima dengan taraf signifikansi 5, berikut sketsa kurvanya:
lo
α = 0,05
2,00 2,51
Gambar 5: Kurva Uji Perbedaan Data Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Berdasarkan gambar diatas, dapat terlihat bahwa nilai t
hitung
yaitu 2,51 lebih besar dari t
tabel
yaitu 2,00 artinya jelas bahwa t
hitung
jatuh pada daerah penolakan Ho daerah kritis. Hal ini berarti hasil belajar
matematika kelas siswa yang menggunakan teknik pola bilangan lebih tinggi daripada kelas siswa yang menggunakan teknik bersusun.
Perbedaan rata-rata hasil belajar matematika antara kedua kelas tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan teknik
pola bilangan lebih baik daripada pembelajaran dengan menggunakan teknik bersusun. Hal tersebut didukung oleh hasil pengamatan selama
berlangsungnya pembelajaran. Siswa lebih semangat dalam meningkatkan hasil belajar matematika mereka dalam pembelajaran menggunakan teknik
pola bilangan. Selama proses pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan dua kelas untuk dijadikan sebagai sampel penelitian, diawal sebelum penelitian kedua sampel ditetapkan kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen pada pembelajaran operasi pembagian menggunakan teknik pola bilangan sedangkan dalam
kelas kontrol menggunakan teknik bersusun. Hasil perhitungan statistika didukung pula dengan proses
pengamatan dengan menggunakan instrumen lembar observasi. Hasil pengamatan siswa dengan lembar observasi yang dilakukan oleh peneliti
selama proses pembelajaran. Observasi yang dilakukan di kelas eksperimen guna mengetahui
aktivitas siswa pada saat pembelajaran matematika berlangsung. Pengamatan dilakukan pada pertemuan kedua dan ketujuh pada kelas
eksperimen. Pengamatan yang dilakukan pada pertemuan kedua bertujuan untuk mengetahui keaktifan siswa selama proses pembelajaran, yaitu pada
saat siswa mulai pertama kali menggunakan teknik pola bilangan dalam menyelesaikan soal operasi pembagian. Pengamatan yang dilakukan pada
pertemuan ketujuh bertujuan untuk mengetahui kemajuan siswa setelah menggunakan teknik pola bilangan pada materi operasi pembagian.
Kemajuan siswa dapat diamati dan dijelaskan dalam beberapa suatu pernyataan. Pernyataan yang digunakan pada saat pengamatan terdiri
dari tujuh aspek yang diantaranya, memperhatikan penjelasan guru, memperhatikan pertanyaan atau tanggapan teman, bertanya pada guru
tentang materi yang kurang dipahami, menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru, menguasai materi yang disampaikan oleh guru, antusias dalam
menjawab soal di papan tulis dan mengerjakan tugas tepat waktu. Tabel berikut adalah deskriptor penilaian observasi guna menentukkan skor pada
setiap aspek.
Tabel 13
Deskriptor Penilaian Observasi
No Skor
Aspek 1
2 3
4 1 Memperhatikan
penjelasan guru 0-8 orang
9-17 orang 18-25 orang 25-32 orang
2 Memperhatikan pertanyaantanggap
an teman 0-8 orang
9-17 orang 18-25 orang 25-32 orang
3
Bertanya pada guru tentang materi yang
kurang dipahami Tidak ada
pertanyaan dari siswa,
sedangkan jika
ditanya kembali
oleh guru, mereka
tidak bisa menjawab
Masih ada siswa yang
tidak bertanya
pada saat mereka
kurang paham, dan
mereka bertanya
setelah diberikan
LKS Mereka
bertanya setelah guru
menjelaskan .
Siswa bertanya
hanya memastikan
jawaban mereka
4 Menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh guru 0-8 orang
9-17 orang 18-25 orang 25-32 orang
5 Menguasai materi
yang disampaikan oleh guru
Nilai LKS 0-25
Nilai LKS 26-50
Nilai LKS 50-75
Nilai LKS 76-100
6 Antusias dalam
menjawab soal di 0-8 orang
9-17 orang 18-25 orang 25-32 orang
papan tulis 7 Mengerjakan
tugas tepat waktu
0-8 orang 9-17 orang
18-25 orang 25-32 orang
Setiap aspek mempunyai skor minimum 1 dan skor maksimum 4, untuk lebih jelasnya, hasil pengamatan proses pembelajaran siswa dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 14 Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran Siswa
Aspek Kelas Eksperimen
Pertemuan Ke-2 Ke-7
Memperhatikan penjelasan guru
2 3 Memperhatikan
pertanyaantanggapan teman
2 3 Bertanya pada guru
tentang materi yang kurang dipahami
2 4 Menjawab pertanyaan
yang diajukan oleh guru 2 3
Menguasai materi yang disampaikan oleh guru
3 4 Antusias dalam
menjawab soal di papan tulis
2 3 Mengerjakan tugas tepat
waktu 2 3
Jumlah 15 23
Keterangan:
1=Kurang 7 x
≤ 14=Kurang 2=Cukup
Jumlah 14 x
≤ 21=Cukup 3=Baik
21 x ≤ 28=Baik
4=Sangat Baik
Berdasarkan tabel 14 dapat diinterpretasikan bahwa dari 30 siswa kelas eksperimen pada aspek memperhatikan penjelasan guru mengalami
peningkatan dari pertemuan kedua ke pertemuan ke tujuh dengan mencapai skor penilaiannya adalah 3 atau dengan kata lain dikatagorikan
bahwa siswa dalam memperhatikan penjelasan dari guru berperan aktif secara baik Lihat Lampiran 22, hal.172. Aspek memperhatikan
penjelasan dari guru mempunyai kesamaan skor penilaian dengan aspek memperhatikan pertanyaantanggapan teman, menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh guru, antusias dalam menjawab soal di papan tulis dan mengerjakan tugas tepat waktu. Sehingga siswa berperan aktif dalam
memperhatikan pertanyaantanggapan teman, menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru, antusias dalam menjawab soal di papan tulis Lihat
Lampiran 22, hal.173, serta mengerjakan tugas tepat waktu dengan baik. Saat proses pembelajaran matematika, salah satu tugas siswa adalah
mengerjakan Lembar Kerja Siswa LKS. Lembar kerja siswa LKS dikerjakan secara kelompok, satu kelompok terdiri dari 4-5 siswa. Siswa
bukan hanya antusias dalam menjawab soal di papan tulis, tetapi siswa pun antusias dalam mengerjakan tugas Lembar Kerja Siswa LKS. Mereka
saling bekerja sama dalam menyelesaikan soal operasi pembagian.Lihat Lampiran 22, hal.174.
Aspek selanjutnya yaitu aspek bertanya pada guru tentang materi yang kurang dipahami, siswa di kelas ekperimen ini pun mengalami
peningkatan dari pertemuan ke dua ke pertemuan ke tujuh dengan mencapai skor penilaiannya adalah 4 atau dengan kata lain dikatagorikan
bahwa siswa dalam bertanya pada guru tentang materi yang kurang dipahami berperan aktif dengan sangat baik. Selanjutnya pada aspek
menguasai materi yang disampaikan oleh guru mempunyai skor penilaian yang sama dengan aspek bertanya pada guru tentang materi yang kurang
dipahami yaitu dengan skor penilaiannya adalah 4 atau dengan kata lain dikatagorikan bahwa siswa berperan aktif sangat baik pada saat menguasai
materi yang disampaikan oleh guru.
Tabel 14 juga dapat diinterpretasikan bahwa dari 30 siswa kelas eksperimen pada pertemuan kedua mencapai jumlah skor penilaian 15,
jumlah skor penilaian ini terletak pada interval 14 x ≤ 21, sehingga
pada pertemuan ke – dua siswa cukup aktif dalam proses pembelajaran matematika pada materi operasi pembagian dengan menggunakan teknik
pola bilangan. Sedangkan pada pertemuan ketujuh jumlah skor penilaian siswa meningkat mencapai jumlah skor penilaian 23, jumlah skor
penilaian ini terletak pada interval 21 x ≤ 28, sehingga pada pertemuan
ke – tujuh keaktivan siswa dalam proses pembelajaran matematika pada materi operasi pembagian dengan menggunakan teknik pola bilangan
dikatagorikan baik. Lembar observasi proses pembelajaran siswa dapat dilihat di lampiran 1 halaman 68.
Teknik bersusun, masih ada siswa yang keliru dalam meletakkan hasil bagi, ini terbukti pada saat penelitian di Madrasah Ibtidaiyah
Pembangunan. Siswa juga masih keliru pada saat letak dibagi dan pembagi. Masalah ini bisa teratasi dengan menggunakan teknik pola
bilangan. Teknik pola bilangan terdapat suatu kolom yang memudahkan
siswa untuk meletakkan antara yang dibagi, pembagi, hasil bagi serta sisa bagi. Kolom yang digunakan pada teknik pola bilangan dinamakan
kolomatika, dengan kolomatika siswa akan mampu menghitung lebih mudah soal operasi pembagian, karena setiap kolom mempunyai kegunaan
masing–masing sehingga siswa dengan mudah mampu meletakkan angka yang dibagi, pembagi, hasil bagi dan sisa bagi Lihat Lampiran 20,
hal.169. Selain siswa mampu meletakkan hasil bagi, angka yang dibagi, pembagi dan sisa bagi dengan mudah, dengan kolomatika siswa lebih
cermat dalam mengerjakan soal operasi pembagian, karena ada soal-soal tertentu apabila dikerjakan dengan teknik bersusun, siswa tersebut sering
keliru dengan jawaban yang mereka temukan. Kekeliruan siswa dalam mengerjakan soal bisa teratasi dengan menggunakan teknik pola bilangan
Lihat Lampiran 21, hal.170.
Hasil analisis salah satu LKS 3 terlihat bahwa masih ada kelompok yang salah mengerjakan operasi pembagian bilangan cacah
dengan menggunakan teknik pola bilangan. Jika dilihat pengerjaan nomor satu bahwa kelompok 1 salah pengerjaannya pada saat 35 dibagi 5,
kelompok tidak menulis jawabannya. Walaupun kelompok 1 belum selesai mengerjakan soal nomor 3,dan 4 tetapi dia bisa meletakkan angka
pembagi pada kolomatika. Soal nomor 5 sama sekali tidak dikerjakan oleh kelompok 1, kemungkinan waktunya kurang untuk mengerjakan soal
operasi pembagian tersebut, karena belum lancar perkalian. Hasil pengerjaannya dapat dilihat di gambar berikut ini:
Gambar 6 Pekerjaan Kelompok pada LKS 3
Hasil analisis salah satu LKS 4 terlihat bahwa terjadi peningkatan suatu nilai yaitu kelompok 1 telah menjawab soal dengan benar. Hal ini
kemungkinan terjadi karena kelompok mereka telah lancar perkalian. Hasil pekerjaan kelompok 1 dapat dilihat di gambar berikut ini:
Gambar 7 Pekerjaan Kelompok pada LKS 4
Hasil analisis dari hasil postes terlihat bahwa siswa yang nilainya rendah dikarenakan ada beberapa soal yang belum selesai dikerjakan oleh
siswa. Siswa yang mendapatkan nilai lebih rendah dari siswa lain disebabkan alokasi waktu saat mengadakan ujian postes. Alokasi waktu
sangat terbatas pada saat mengadakan postes, yaitu pada saat bulan ramadhan. Ketika siswa mengerjakan soal postes,waktu yang diberikan
kurang dari waktu normal dengan berkurangnya waktu 10 menit. Perbandingan hasil pengerjaan siswa yang hapal perkalian dan kurang
hapal perkalian dapat dilihat di gambar berikut ini:
Siswa Selesai Menjawab Soal Siswa Belum Selesai Mejawab Soal Gambar 8
Perbandingan Hasil Pekerjaan Ujian Postes siswa
Hasil pengamatan selama penelitian didapat bahwa dalam menggunakan teknik pola bilangan terlihat bahwa siswa lebih bersemangat
dalam proses pembelajaran .
Hal ini disebabkan karena pada teknik pola bilangan memiliki tampilan pembagian yang menarik, sehingga setiap
siswa ingin mencobanya, serta siswa lebih cepat dan mudah dalam mengerjakan soal dengan memakai teknik pola, sehingga setiap siswa
lebih percaya diri, tidak bosan dan semangat dalam mengerjakan soal operasi pembagian. Teknik pola bilangan siswa mampu meletakkan hasil
bagi, dibagi, pembagi dan sisa bagi dengan lebih mudah, serta dengan
menggunakan kolomatika siswa lebih teliti dalam mengerjakan soal operasi pembagian.
Uraian di atas, jelas terlihat bahwa teknik pola bilangan pada pokok bahasan opersi pembagian, yang diterapkan pada proses
pembelajaran dalam penelitian di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan memberikan dampak positif yaitu siswa mampu meletakkan bilangan yang
dibagi, pembagi, hasil bagi dan sisa bagi, serta siswa lebih cermat dalam meyelesaiakan soal operasi pembagian dengan menggunakan teknik pola
bilangan. Siswa lebih percaya diri pada saat menyelesaikan soal operasi pembagian dengan menggunakan teknik pola bilangan, sehingga terlihat
lebih bersemangat, sehingga mampu meningkatkan hasil belajar matematika siswa dan dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk
meningkatkan mutu pembelajaran yang mungkin dapat dilaksanakan di kelas. Selain pada pokok bahasan operasi pembagian, pola bilangan ini
dapat pula diterapkan pada pokok bahasan operasi perkalian seperti hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Puji Gojali 2009 tentang
“Pengaruh Penerapan Teknik Berhitung Perkalian Polamatika Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa”
D. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna dan memberikan kesimpulan yang diharapkan. Berbagai upaya telah dilakukan
agar memperoleh hasil yang maksimal. Namun demikian, masih terdapat hal-hal yang tidak dapat terkontrol dan tidak dapat dikendalikan sehingga
hasil dari penelitian ini pun mempunyai keterbatasan,. Hal tersebut antara lain:
1. Alokasi waktu yang sangat terbatas dikarenakan 2 pertemuan dari 9 pertemuan diadakan pada bulan Ramadhan sehingga mengakibatkan
waktu pada proses pembelajaran kurang dari waktu normal. 2. Masih ada siswa yang kurang hapal perkalian.
3. Sebagian kecil siswa kemampuan berhitung siswa yang masih rendah sehingga mengakibatkan terhambatnya proses pembelajaran.