Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

(1)

SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT

PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA

PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

LOLO SEREPINA SINAGA

070503067

PROGRAM STUDI STRATA I AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan

Pada Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil karya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi program S1 Reguler Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh, telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya, dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, 14 februari 2011 Yang Membuat Pernyataan,

Lolo Serepina Sinaga NIM : 070503067


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memampukan penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skipsi yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar ii Bursa Efek Indonesia” disusun dalai memenuhoo salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa sepanjang proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan serta dukungan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak, selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Sekretasris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM, Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, semangat dan arahan kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini


(4)

4. Ibu Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak selaku Dosen Pembanding I, dan Ibu Risanty, SE, MSi, Ak selaku Dosen Pembanding II atas segala kritik dan saran yang membangun yang diberikan kepada penulis selama proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.

5. Orang tua penulis yaitu Alm Ir. Sotan Sinaga dan Tiur Dame Habeahan. Saudara- saudaraku, Amrin Salomo Pandapotan Sinaga, S.Kom. dan Sonti Andriany Sinaga, SE. Terima kasih atas segala kasih sayang, dukungan, semangat, dan bantuan yang selama ini diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan penuh dengan kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi orang lain terutama bagi peneliti selanjutnya.

Medan, 26 Februari 2009 Penulis,

Lolo Serepina Sinaga NIM : 050503067


(5)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh likuiditas, solvabilitas, aktivitas, provitibilitas, ukuran perusahaan, tipe kepemilikan perusahaan, dan umur perusahaan terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian asosiatif kausal. Populasi dalam penelitian ini berjumalah 21 perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2007-2009 dan yang menjadi sampel penelitian berjumlah 12 perusahaan. Data yang diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id. Data dalam penelitian ini adalah data pooling. Model penelitian adalah model regresi linier berganda dan uji data secara statistik menggunakan t-test dan F-test.

Hasil penelitian ini menunjukka n bahwa secara parsial, setiap variabel indenpeden yaitu likuiditas, solvabilitas, aktivitas, provitibilitas, ukuran perusahaan, tipe kepemilikan perusahaan, dan umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa secara simultan likuiditas, solvabilitas, aktivitas, provitibilitas, ukuran perusahaan, tipe kepemilikan perusahaan, dan umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan.

Kata kunci : likuiditas, solvabilitas, aktivitas, provitibilitas, ukuran perusahaan, tipe kepemilikan perusahaan, umur perusahaan, tingkat pengungkapan laporan keuangan, serta makanan dan minuman.


(6)

ABSTRACT

The objective of this research is to know the influence of liquidity, leverage, activity, profitability, firm size, type of firm owner, and firm age to disclosure on financial statement the corporate of food and beverage which have been listed in Indonesian Stock Exchange.

The design used in this research is causal associative. Population of this research are 21 food and beverage companies listed in Indonesian Stock Exchange during the period 2007-2009 and the sample consists of 12 companies. Purposive sampling method is used dor sample selection. Data are resulted from the website of Indonesian Stock Exchange www.idx.co.id. The type of data is data pooling used in this research. The analysis model of research is double linear regression and data test by statistic use t-test and F-test.

The partially test indicated that each independent shows liquidity, leverage, activity, profitability, firm size, type of firm owner, and firm age does not significantly influence the financial statement disclosure. The simultaneously test of liquidity, leverage, activity, profitability, firm size, type of firm owner, and firm age give a significantly influence to the financial statement disclosure.

Keywords : liquidity, leverage, activity, profitability, firm size, type of firm owner, firm age, financial statement disclosure, food and beverage


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis ... 8

1. Signalling Theory... 8

2. Agency Theory ... 9

3. Laporan Keuangan ... 11


(8)

5. Rasio Likuiditas ... 15

6. Rasio Solvabilitas ... 18

7. Rasio Aktivitas ... 20

8. Rasio Profitabilitas ... 22

9. Ukuran Perusahaan ... 23

10.Tipe Kepemilikan Perusahaan ... 25

11.Umur Perusahaan ... 27

B. Tinjauan Peneliti Terdahulu ... 27

C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis... 28

1. Kerangka Konseptual... 28

2. Hipotesis... ... 32

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 34

B. Populasi dan Sampel Penelitian... 34

C. Jenis dan Sumber Data... 35

D. Metode Pengumpulan data ... 35

E. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 36

F. Metode Analisis Data ... 38

1. Pengujian Asumsi Klasik ... 38

2. Pengujian Hipotesis ... 41

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian... 43


(9)

C. Uji Asumsi Klasik ... 51

1. Uji Normalitas ... 51

2. Uji Multikolinearitas ... 54

3. Uji Autokorelasi ... 56

4. Uji Heterokedastisitas ... 57

D. Pengujian Hipotesis ... 58

1. Koefisien Determinasi ... 61

2. Uji Parsial ... 62

3. Uji Simultan ... 66

E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 69

B. Keterbatasan ... 70

C. Saran... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 27

Tabel 4.1 Data Penelitian Tahun 2007 ... 43

Tabel 4.2 Data Penelitian Tahun 2008 ... 45

Tabel 4.3 Data Penelitian Tahun 2009 ... 46

Tabel 4.4 Statistik Deskriptif ... 48

Tabel 4.5 Kolmogorov-Smirnov (K-S) ... 54

Tabel 4.6 Uji Multikolinieritas... 55

Tabel 4.7 Coefficient Corelations ... 56

Tabel 4.8 Uji Autokorelasi ... 57

Tabel 4.9 Analisis Regresi ... 59

Tabel 4.10 Koefisien Determinasi ... 62

Tabel 4.11 T-test ... 63


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 32

Gambar 4.1 Histogram ... 52

Gambar 4.2 Kurva Normal P-Plot ... 53


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran i Daftar Populasi dan Sampel ... 76

Lampiran ii Daftar Item Pengungkapan ... 77

Lampiran iii Pengungkapan Laporan Keuangan Tahun 2007-2008 ... 80

Lampiran iv Data Tahun 2007-2008 ... 85


(13)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh likuiditas, solvabilitas, aktivitas, provitibilitas, ukuran perusahaan, tipe kepemilikan perusahaan, dan umur perusahaan terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian asosiatif kausal. Populasi dalam penelitian ini berjumalah 21 perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2007-2009 dan yang menjadi sampel penelitian berjumlah 12 perusahaan. Data yang diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id. Data dalam penelitian ini adalah data pooling. Model penelitian adalah model regresi linier berganda dan uji data secara statistik menggunakan t-test dan F-test.

Hasil penelitian ini menunjukka n bahwa secara parsial, setiap variabel indenpeden yaitu likuiditas, solvabilitas, aktivitas, provitibilitas, ukuran perusahaan, tipe kepemilikan perusahaan, dan umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa secara simultan likuiditas, solvabilitas, aktivitas, provitibilitas, ukuran perusahaan, tipe kepemilikan perusahaan, dan umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan.

Kata kunci : likuiditas, solvabilitas, aktivitas, provitibilitas, ukuran perusahaan, tipe kepemilikan perusahaan, umur perusahaan, tingkat pengungkapan laporan keuangan, serta makanan dan minuman.


(14)

ABSTRACT

The objective of this research is to know the influence of liquidity, leverage, activity, profitability, firm size, type of firm owner, and firm age to disclosure on financial statement the corporate of food and beverage which have been listed in Indonesian Stock Exchange.

The design used in this research is causal associative. Population of this research are 21 food and beverage companies listed in Indonesian Stock Exchange during the period 2007-2009 and the sample consists of 12 companies. Purposive sampling method is used dor sample selection. Data are resulted from the website of Indonesian Stock Exchange www.idx.co.id. The type of data is data pooling used in this research. The analysis model of research is double linear regression and data test by statistic use t-test and F-test.

The partially test indicated that each independent shows liquidity, leverage, activity, profitability, firm size, type of firm owner, and firm age does not significantly influence the financial statement disclosure. The simultaneously test of liquidity, leverage, activity, profitability, firm size, type of firm owner, and firm age give a significantly influence to the financial statement disclosure.

Keywords : liquidity, leverage, activity, profitability, firm size, type of firm owner, firm age, financial statement disclosure, food and beverage


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pasar modal merupakan salah satu tempat pengalokasian dana yang efisien bagi perusahaan dan bagi investor. Investor dapat melakukan investasi pada beberapa perusahaan melalui pembelian efek-efek yang ditawarkan atau yang diperdagangkan di pasar modal. Sebaliknya, perusahaan dapat memperoleh dana yang dibutuhkan dengan menawarkan instrumen keuangan melalui pasar modal tersebut. Salah satu syarat bagi perusahaan agar bisa memperoleh dana tersebut adalah dengan menjadi perusahaan yang go public.

Perusahaan di Indonesia yang melakukan penawaran kepada publik atau go

public wajib menyampaikan laporan keuangan perusahaannya kepada Badan

Pengawas Pasar Modal (Bapepam). Laporan yang berisi data keuangan maupun non keuangan ini digunakan oleh investor, kreditur, dan pengguna lainnya dalam menganalisis kondisi perusahaan untuk keperluannya masing-masing. Hal ini sesuai dengan tujuan laporan keuangan menurut Standart Akuntansi Keuangan yaitu menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan bagi pengguna internal maupun eksternal.

Bapepam sebagai otoritas pengungkapan wajib di Indonesia, juga mewajibkan perusahaan go public membuat laporan keuangan yang diaudit oleh akuntan publik independen sebagai sarana pertanggungjawaban, terutama kepada pemilik


(16)

modal (investor). Bapepam juga mengeluarkan Surat Edaran Ketua Bapepam No. SE-02/PM/2002 tanggal 27 Desember 2002 yang mengatur tentang pedoman penyajian dan pengungkapan laporan keuangan perusahaan publik industri manufaktur. Pedoman ini dimaksudkan untuk memberikan suatu panduan penyajian dan pengungkapan yang terstandarisasi yang berdasarkan pada prinsip-prinsip pengungkapan penuh (full disclosure) sehingga dapat memberikan kualitas informasi keuangan bagi para pengguna. Namun, pedoman ini ternyata belum memiliki dampak yang berarti terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur. Menurut Hertati (2005) tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan manufaktur masih sekitar 64,01%. Keadaan ini menggambarkan bahwa perusahaan belum memiliki keterbukaan terhadap investor.

Keadaan perekenomian dunia yang mengalami ketidakstabilan pada periode 2008-2009 menjadi sebuah fenomena yang sangat luar biasa sehingga berdampak kepada terjadinya krisis global yang pada akhirnya menjadi ancaman bagi berbagai perusahaan dan tidak terlepas terhadap perusahaan makanan dan minuman. Ditambah dengan tingginya persaingan pada industri ini tentunya akan menambah tantangan bagi manajemen untuk mendapatkan modal tambahan. Agar memiliki daya saing yang kuat, perusahaan dihadapkan pada kondisi untuk dapat lebih transparan dalam mengungkapkan informasi perusahaannya pada pihak yang berkepentingan. Sehingga akan membantu para pengambil keputusan dalam mengantisipasi kondisi ekonomi yang sering berubah.


(17)

Krisis global mengakibatkan para investor dan kreditor berhati- hati dalam melakukan penanaman modal pada suatu perusahaan demi mengantisipasi risiko yang akan terjadi. Selain itu, para investor akan menelaah secara teliti laporan keuangan tahunan yang dimiliki oleh suatu perusahaan untuk mengetahui kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Dengan kondisi ini, manajemen perusahaan harus dapat menyesuaikan diri dalam lingkungan bisnis yang dilanda krisis global dan harus mampu bertahan dalam persaingan usaha yang semakin ketat.

Pengungkapan laporan keuangan (disclosure of financial statement) merupakan sumber informasi untuk pengambilan keputusan investasi. Keputusan investasi sangat tergantung dari mutu dan luas pengungkapan yang disajikan dalam laporan keuangan. Sedangkan mutu dan luas pengungkapan laporan keuangan masing-masing perusahaan berbeda. Perbedaan ini terjadi karena karakteristik manajemen masing-masing perusahaan juga berbeda. Oleh karena itu, manajemen perlu melakukan pengungkapan yang lebih luas dalam laporan keuangan yang menjelaskan kinerja perusahaan secara keseluruhan untuk lebih meyakinkan investor agar menanamkan dananya pada perusahaan. Meskipun tidak semua informasi perusahaan dapat diungkapkan secara transparan.

Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempegaruhi kelengkapan laporan keuangan telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Simanjuntak (2004) yang meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ pada periode 2002. Variabel independen yang digunakan adalah leverage, likuiditas,


(18)

profitabilitas, saham publik, dan umur perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan, seluruh variabel independen berpengaruh signifikan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Secara parsial, hanya

leverage, profitabilitas, saham publik yang berpengaruh signifikan terhadap

kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.

Hertanti (2006) meneliti pengaruh faktor-faktor fundamental terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa secara simultan likuiditas, leverage, profitabilitas, porsi saham publik dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Secara parsial, rasio leverage, porsi saham publik, dan ukuran perusahaan yang berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.

Sartika (2008) meneliti pengaruh karakteristik perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan dalam laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada periode 2006-2007. Variabel independen yang digunakan yaitu rasio likuiditas, porsi saham, ukuran perusahaan, umur perusahaan, dan leverage. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa secara simultan, seluruh variabel independen berpengaruh signifikan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Secara parsial hanya likuiditas dan ukuran perusahaan yang berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.

Dari hasil tinjauan penelitian terdahulu terdapat inkonsistensi hasil penelitian dan perbedaan variabel antara peneliti terdahulu dengan peneliti terdahulu


(19)

lainnya. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian ini untuk melihat hasil penelitian yang sesungguhnya dengan membandingkannya dengan teori dan tinjauan penelitian terdahulu. Berbeda dengan penelitian sebelumnya penelitian ini dilakukan dalam tiga tahun periode penelitian, di mana peneliti sebelumnya hanya menggunakan satu sampai dua tahun periode penelitian. Peneltian ini juga menggunakan rasio aktivitas (diukur dengan TATO) yang belum pernah diteliti oleh peneliti terdahulu. Selain itu, data yang diperoleh dalam penelitian ini diperoleh dari BEI sedangkan peneliti terdahulu diperoleh dari BEJ.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah tingkat likuiditas, solvabilitas, aktivitas, profitabilitas, ukuran perusahaan, tipe kepemilikan, dan umur perusahaan berpengaruh baik secara parsial maupun simultan terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

C. Tujuan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat likuiditas, solvabilitas, aktivitas, profitabilitas, ukuran perusahaan, tipe kepemilikan, dan umur perusahaan perusahaan secara parsial dan secara simultan


(20)

terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat yaitu :

1. bagi penulis yaitu sebagai referensi mengenai pengaruh tingkat likuiditas, solvabilitas, aktivitas, profitabilitas, ukuran perusahaan, tipe kepemilikan, dan umur perusahaan terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan, 2. bagi perusahaan yaitu sebagai bahan masukan mengenai perlunya

pengungkapan laporan keuangan,

3. bagi peneliti selanjutnya yaitu sebagai bahan masukan untuk melakukan penelitian selanjutnya yang lebih baik mengenai pengungkapan laporan keuangan.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis 1. Signalling Theory

Menurut Ivanna (2008) signalling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak luar perusahaan. Informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan berupa laporan keuangan dan laporan tahunan. Informasi yang disajikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan sinyal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Pengumuman yang mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar.

Menurut Sharpe (1997) pengumuman informasi akuntansi memberikan sinyal bahwa perusahaan mempunyai prospek baik di masa yang akan datang (good news) sehingga investor tertarik untuk melakukan perdagangan saham dan pasar akan bereaksi yang tercermin melalui perubahan dalam volume perdagangan saham. Dengan demikian, hubungan antara publikasi informasi baik laporan keuangan, kondisi keuangan ataupun sosial politik terhadap fluktuasi volume perdangangan saham dapat dilihat dalam efisiensi pasar.

Pada waktu informasi diumumkan dan semua perilaku pasar sudah menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginprestasikan


(22)

dan menganalisis informasi tersebut sebagai signal baik (good news) atau signal buruk (bad news). Jika pengumuman informasi tersebut sebgai signal baik bagi investor, maka terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham. 2. Agency Theory

Dalam teori keagenan (agency theory), hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) memperkerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agent tersebut (Ivanna 2008). Sejalan dengan Ivanna (2008), menurut Mursalim (2005) dalam Ujiyantho (2008)

dalam teori keagenan terdapat suatu model kontraktual antara dua atau lebih orang (pihak), dimana salah satu pihak disebut agent dan pihak yang lain disebut principal. Principal mendelegasikan pertanggungjawaban atas decision making kepada agent, hal ini dapat pula dikatakan bahwa principal memberikan suatu amanah kepada agent untuk melaksanakan tugas tertentu sesuai dengan kontrak kerja yang telah disepakati. Wewenang dan tanggungjawab agent maupun principal diatur dalam kontrak kerja atas persetujuan bersama.

Teori agensi dianggap sebagai konsep penting untuk memahami dan menganalisis laporan keuangan. Berdasarkan teori ini, perusahaan secara mendasar mempunyai hubungan antara manajer sebagai agent dan pemiliki sebagai principal tersebut. Pemisahan kepemilikan dan akses kontrol menimbulkan asimetri informasi antara manajer dengan principal di mana manajer mempunyai lebih banyak informasi tentang keadaan perusahaan di masa sekarang dan kinerja perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan dengan principal tersebut. Oleh karena itu sebagai pengelola, manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan


(23)

kepada pemilik. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan.

Laporan keuangan digunakan oleh berbagai pihak, termasuk manajemen perusahaan itu sendiri. Namun yang paling berkepentingan dengan laporan keuangan sebenarnya adalah para pengguna eksternal (diluar manajemen). Menutrut Fahmi (2006: 17) Pihak yang paling membutuhkan laporan keuangan adalah investor karena investor menjadikan laporan keuangan sebagai bagian yang bisa memberinya suatu masukan dalam mendorong keputusannya. Selain itu, laporan keuangan menjadi penting bagi para pengguna eksternal karena kelompok ini berada dalam kondisi yang paling besar ketidakpastiannya [Ali (2002) dalam Ujiyantho (2008)]. Para pengguna internal (para manajemen) memiliki kontak langsung dengan entitas atau perusahannya dan mengetahui peristiwa-peristiwa signifikan yang terjadi, sehingga tingkat ketergantungannya terhadap informasi akuntansi tidak sebesar para pengguna eksternal.

Lang dan Lundholm (1993) dalam Agustina (2008) menyatakan ada persepsi yang umum bahwa manajemen pada perusahaan yang berkinerja baik, lebih terbuka dengan informasi daripada manajemen pada perusahaan yang berkinerja buruk. Berdasarkan teori signalling, pada situasi-situasi yang demikian manajemen semakin giat untuk meningkatkan keyakinan pemegang saham dan mendukung kontrak-kontrak manajemen.


(24)

3. Laporan Keuangan

Dalam pengertian yang sederhana, laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan saat ini atau dalam periode tertentu (Kasmir 2008: 7). Menurut Djarwanto (2004: 14) laporan keuangan merupakan hasil tindakan pembuatan ringkasan data keuangan perusahaan. Sedangkan menurut Brigham dan Houston (2001: 78) laporan keuangan adalah posisi perusahaan pada suatu waktu tertentu maupun operasinya selama beberapa periode yang lalu, akan tetapi nilai riil dari laporan keuangan adalah fakta bahwa laporan keuangan dapat digunakan untuk membantu memprediksi laba dan deviden masa depan.

Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, dan laporan arus kas, serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan, skedul dan informasi tambahan lainnya yang berkaitan laporan tersebut (IAI, 2002: 2).

Horne dan Wachowicz (2005:193) mengatakan jika neraca menyajikan gambaran singkat posisi keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu , laporan laba rugi menyajikan profitabilitas perusahaan sepanjang waktu waktu. Dari kedua laporan keuangan tersebut, beberapa laporan turunan dapat dihasilkan seperti laporan laba ditahan, laporan sumber dan penggunaan dana serta laporan arus kas. Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha perusahaan dan akan melanjutkan usahanya di masa depan.


(25)

Menurut “Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan” (IAI, 2002:4), tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship).

Dalam Belkaoui (2006: 212) juga dijelaskan tujuan khusus laporan keuangan menurut APB Statement No. 4 yaitu menyajikan secara wajar dan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, posisi keuangan, hasil operasi, dan perubahan-perubahan lainnya dalam posisi keuangan.

Menurut Hertanti (2005) terdapat empat karakteristik kualitatif laporan keuangan, yaitu:

a.Dapat dipahami

Kualitas informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Informasi keuangan yang dapat dipahami adalah informasi yang disajikan dalam bentuk dan bahasa teknis yang sesuai dengan tingkat pengertian pengguna.

b.Relevan

Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Relevensi informasi dipengaruhi oleh hakikat dan materialitasnya.

c.Andal

Informasi memiliki kualitas andal (reliable) adalah jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang jujur (faithful representation). d.Dapat dibandingkan

Informasi akuntansi harus dapat diperbandingkan dengan informasi akuntansi periode sebelumnya pada perusahaan yang sama, atau dengan perusahaan sejenis lainnya pada periode waktu yang sama.


(26)

Kata pengungakapan (disclosure) atau pengungkapan memiliki makna tidak menutupi atau tidak menyembunyikan. Jika dikaitkan dengan laporan keuangan, disclosure mengandung arti bahwa laporan keuangan harus memaparkan informasi dan penjelasan yang cukup mengenai keadaan keuangan dan hasil aktifitas suatu unit usaha.

Hendriksen (2002:429) mengatakan secara sederhana, pengungkapan dapat diartikan sebagai pengeluaran informasi (the release of information). Para akuntan cenderung menggunakan istilah ini dalam batasan yang lebih sempit, yaitu pengeluaran informasi tentang perusahaan dalam laporan keuangan, umumnya laporan tahunan.

Pengungkapan laporan keuangan tahunan menyediakan informasi yang berguna bagi investor dan kreditor sekarang dan yang potensial serta pemakai lainnya dalam mengambil keputusan investasi, kredit dan keputusan serupa secara rasional. Pengungkapan laporan keuangan tahunan tidak hanya ditujukan bagi pemegang saham, tetapi juga ditujukan kepada kepentingan pemegang andil (stakeholders). Laporan keuangan tahunan ditujukan untuk memberikan informasi umum kepada semua pemakai selain pemegang saham yang mengemban tanggung jawab pengendalian dan manajemen organisasi. Seperti dinyatakan Belkaoui (2006:230) tujuan pengungkapan antara lain:

a. untuk menjelaskan item-item yang diakui dan item-item yang belum diakui serta menyediakan ukuran yang relevan bagi item-item tersebut,

b. untuk menyediakan informasi dan item-item yang potensial untuk diakui dan yang belum diakui bagi investor dan kreditor dalam menentukan risiko, dan returnnya,

c. untuk menyediakan informasi mengenai aliran kas masuk dan keluar di masa mendatang,


(27)

Dalam teori keagenan (Hendriksen, 2000: 221) dinyatakan bahwa “para pengambil keputusan akan membuat keputusan terbaik demi kepentingan para pengambil keputusan berdasarkan informasi yang tersedia bagi mereka”. Pengungkapan informasi dalam laporan tahunan harus memadai agar dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan sehingga dapat menghasilkan keputusan yang cermat dan tepat.

Perusahaan diharapkan dapat lebih transparan mengungkapkan informasi perusahaan sehingga dapat membantu para pengambil keputusan seperti investor, kreditor dan para pemakai informasi lainnya dalam mengantisipasi kondisi ekonomi yang semakin berubah.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 menyatakan bahwa :

Laporan keuangan harus menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan, perubahan ekuitas dan arus kas perusahaan dengan menerapkan PSAK secara benar disertai pengungkapan yang diharuskan PSAK dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Informasi lain tetap diungkapkan untuk menghasilkan penyajian yang wajar walaupun pengungkapan tersebut tidak diharuskan oleh PSAK (Ikatan Akuntan Indonesia, 2007: 1.2).

Tingkatan pengungkapan dapat dikelompokkan atas tiga bagian yaitu memadai (adequate), wajar (fair) dan lengkap (full). Menurut Hendriksen (2002:432) ada tiga konsep pengungkapan yang umumnya diusulkan, yaitu :

a.Pengungkapan memadai (Adequate disclosure)

Konsep yang sering digunakan adalah pengungkapan yang cukup, yaitu pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh peraturan yang berlaku, dimana angka-angka yang disajikan dapat diinterpretasikan dengan benar oleh investor.

b.Pengungkapan wajar (Fair disclosure)

Pengungkapan yang wajar secara tidak langsung menyiratkan suatu etika, yaitu memberikan perlakuan yang sama kepada semua pemakai laporan keuangan.


(28)

c.Pengungkapan penuh (Full disclosure)

Pengungkapan penuh menyangkut penyajian informasi yang relevan. Bagi sebagian orang pengungkapan penuh berarti penyajian informasi secara berlimpah sehingga tidak tepat. Namun, terlalu banyak informasi akan membahayakan. Karena penyajian rinci dan yang tidak penting justru akan mengaburkan informasi yang signifikan membuat laporan keuangan sulit ditafsir.

5. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas biasa digunakan dalam melakukan analisis kredit karena likuiditas berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Kasmir (2008 : 129)

Likuiditas merupakan rasio yang berfungsi untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang sudah jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan (likuiditas badan usaha) maupun di dalam perusahaan (likuiditas perusahaan). Dengan demikian dapat bahwa kegunaan rasio ini adalah untuk mengetahuui kemampuan perusahaan dalam membiayai dan memeuhi kewajiban (utang) pada saat ditagih.

Horne dan Wachowicz (2005 : 206) juga menyatakan bahwa rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan unutk memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

Rasio likuiditas dibagi menjadi beberapa jenis. Dimana masing-masing rasio likuiditas mencerminkan prespektif yang berbeda dalam mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Adapun beberapa jenis rasio likuiditas yang sering digunakan yaitu:


(29)

rasio lancar (current ratio) adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek. Rumus rasio ini adalah:

b. rasio cepat (quick ratio)

rasio cepat (quick ratio) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek tanpa memperhitungkan nilai persediaan. Rumus ratio ini adalah:

Rasio likuiditas yang menjadi fokus penelitian ini adalah current ratio (RT). Rasio lancar (current ratio) menurut Kasmir (2008 : 134) “merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan”.

Dari hasil pengukuran, bila rasio lancar rendah maka dapat dikatakan bahwa perusahaan mengalami kekurangan modal untuk membayar kewajibannya. Tetapi, apabila rasio lancar tinggi, belum tentu kondisi perusahaan sedang baik. Hal ini bisa saja terjadi karena kas tidak digunakan dengan baik. Menurut Kasmir (2008: 135) “dalam praktiknya sering kali dipakai bahwa rasio lancar dengan standar 200% (2:1) sudah dianggap ukuran yang cukup baik atau memuaskan bagi suatu perusahaan”.


(30)

Menurut Irawan (2006), tingkat likuiditas dapat dipandang dari dua sisi. Di satu sisi, kesehatan suatu perusahaan yang dicerminkan dengan tingginya rasio likuiditas (diukur dengan current ratio) diharapkan berhubungan dengan tingkat pengungkapan. Hal ini didasarkan dari adanya pengharapan bahwa secara finansial perusahaan yang kuat akan lebih mengungkapkan informasi daripada perusahaan yang lemah. Di sisi lain, jika likuiditas dipandang sebagai ukuran kinerja, perusahaan mempunyai yang rasio likuiditas rendah perlu memberikan informasi yang lebih rinci untuk menjelaskan lemahnya kinerja perusahaan yang mempunyai rasio likuiditas yang tinggi.

6. Rasio Solvabilitas

Perusahaan memperoleh pendanaan dari dua sumber yaitu kreditor dan pemegang saham. Rasio solvabilitas menunjukkan berapa besar peusahaan didanai oleh kreditor dan pemegang saham. Menurut Kasmir (2008 : 151) “rasio solvabilitas atau rasio leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang”. Sedangkan menurut Stice (2005 : 786) “rasio leverage adalah rasio sebuah indikasi sejauh mana suatu perusahaan menggunakan dana pihak luar untuk membeli aktiva”. Sehinngga rasio solvabilitas juga dapat diartikan sebagai rasio yang digunakan untuk menilai sejauh mana perusahaan menggunakan uang yang dipinjam.

Menurut Stice (2005: 787), “para investor biasanya lebih menginginkan

leverage yang tinggi untuk meningkatkan ukuran perusahaan mereka tanpa


(31)

memilih leverage yang rendah untuk meningkatkan keamanan pinjaman mereka”. Hal ini sejalan dengan yang dinyatakan Horne dan Wachowicz (2005: 209) para kreditor secara umum akan lebih suka jika rasio solvabilitas yang rendah. Karena semakin rendah solvabilitas, maka semakin tinggi pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham, dan semakin besar perlindungan terhadap kreditor (margin perlindungan) jika terjadi penyusutan nilai aktiva atau kerugian besar.

Terdapat beberapa jenis rasio solvabilitas yaitu:

a. rasio utang terhadap aset (debt to asset ratio)

debt to asset ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk

mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Rumus untuk menghitung debt to asset ratio adalah:

b. rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity ratio)

debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai

utang dengan ekuitas. Rumus untuk menghitung debt to equity ratio adalah:

c. kelipatan bunga dihasilkan (times interest earned)

times interest earned merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar beban bunga. Rumus untuk menghitung times interest earned adalah:


(32)

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan rasio hutang terhadap aktiva (debt to asset ratio) karena rasio ini mengukur berapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai oleh kreditor. Selain itu, rasio hutang terhadap aktiva adalah rasio yang sangat diperhatikan oleh kreditor untuk mendapatkan perlindungan jika terjadi risiko. Kreditor akan mengamati debt to asset ratio untuk menilai efisiensi dari kewajiban yang dimiliki oleh perusahaan.

7. Rasio Aktivitas

Menurut Kasmir (2008:173) “rasio aktivitas (activity ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya”. Dengan kata lain rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efesiensi (efektivitas) pemanfaatan sumber daya perusahaan. Rasio aktivitas juga digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Berikut ini beberapa jenis rasio aktivitas yang umumnya digunakan:

a. Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over)

Rasio ini menunjukkan berapa cepat perputaran persediaan dalam siklus produksi normal.

b. Perputaran Piutang (Receivable Turn Over)

Rasio ini menunjukkan berapa cepat penagihan piutang. Semakin besar semakin baik karena penagihan piutang dilakukan dengan cepat.


(33)

c. Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Asset Turn Over)

Rasio ini menunjukkan berapa kali nilai aktiva berputar bila diukur dari volume penjualan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik. Artinya kemampuan aktiva tetap menciptakan penjualan yang tinggi.

d. Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turn Over)

Rasio ini menunjukkan perputaran total aktiva diukur dari volume penjualan dengan kata lain seberapa jauh kemampuan semua aktiva menciptakan penjualan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik.

e. Perputaran Modal Kerja

Perputaran Modal kerja merupakan salah satu rasio untuk mengukur atau menilai keefektifan modal kerja perusahaan selama periode tertentu.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan rasio perputaran aktiva tetap (total assets turn over) karena total assets turn over memberitahukan efisiensi relatif penggunaan total aktiva perusahaan untuk menghasilkan penjualan suatu perusahaan dalam periode tertentu.

Rasio total assets turnover yang tinggi menunjukkan semakin efektif perusahaan dalam penggunaan aktivanya untuk menghasilkan total penjualan


(34)

bersih. Semakin efektif perusahaan menggunakan aktivanya untuk menghasilkan penjualan bersihnya menunjukkan semakin baik kinerja yang dicapai perusahaan. Dengan demikian sangat dimungkinkan bahwa hubungan antara total assets turnover dengan pengungkapan laporan keuangan adalah positif.

8. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (profitabilitas) pada tingkat penjualan, asset, dan modal saham. Menurut Kasmir ( 2008 : 196) “rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keutungan”. Rasio profitabilitas menurut Horne dan Wachowicz (2005 : 222) adalah “rasio yang menghubungkan laba dari penjualan dan investasi”. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukka n persahaan.

Terdapat beberapa pengukuran rasio profitabilitas, antara lain: a. margin laba atas penjualan (net profit margin)

net profit margin merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

margin laba atas penjualan. Rumus untuk menghitung net profit

margin yaitu:


(35)

ROI merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya. Rumus untuk menghitung ROI yaitu:

c. tingkat pengembalian atas ekuitas (retrun on equity-ROE)

ROE merupakan rasio yang mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Rumus untuk menghitung ROE yaitu:

Rasio profitabilitas yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah laba bersih atas penjualan (net profit margin). Karena rasio ini menunjukkan laba yang terkait dengan penjualan. Rasio ini juga merupakan alat pengukur efisiensi operasi perusahaan dan indikasi penetapan harga produk. Di samping itu, rasio ini sangat dominan untuk menunjukkan nilai profitabilitas perusahaan.

Net Profit marjin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan

menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Rendahnya marjin ini tidak menunjukkan adanya masalah operasi, tetapi hanya perbedaan dalam strategi pembiayaan, dan perusahaan dengan marjin laba yang rendah akan memiliki tingkat pengembalian yang tinggi kepada pemegang saham jika menggunakan leverage keuangan (Brigham dan Houston 2001: 90).


(36)

9. Ukuran Perusahaan

Menurut Rachmaf Saleh dalam Luciana dan Lucas (2006) ukuran perusahaan dapat menunjukkan seberapa besar informasi yang terdapat di dalamnya, sekaligus mencerminkan kesadaran dari pihak manajemen mengenai pentingnya informasi, baik bagi pihak eksternal perusahaan maupun pihak internal perusahaan.

Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata total penjualan dan rata-rata aktiva (Ira 2008). Brigham dan Houston (2001:119) mendefinisikan ukuran perusahaan sebagai rata-rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun. Dengan demikian dapat dipahami bahwa ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya perusahaan yang dapat dilihat dari besar kecilnya modal yang digunakan, total aktiva yang dimiliki, atau total penjualan yang diperolehnya.

Dari beberapa variabel ini, peneliti menggunakan variabel total aktiva dalam mengukur ukuran perusahaan karena nilai aktiva relatif lebih stabil dibandingkan dengan penjualan dan kapitalisasi pasar (market capitalization). Selain itu, nilai aktiva dapat menggambarkan ukuran perusahaan.

Berdasarkan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Standar Akuntansi Keuangan paragraf tujuh belas, menyatakan bahwa “aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan” (Ikatan Akuntan Indonesia, 2007: 9).


(37)

Semakin besar ukuran perusahaan, maka semakin banyak pula informasi yang terkandung di dalamnya. Pihak manajemen harus mengolah informasi tersebut dengan baik untuk dilaporkan pada pihak yang berkepentingan. Jika pihak manajemen tidak bersedia mengolah informasi tersebut dengan baik, maka laporan keuangan yang dihasilkan tidak akan bisa mencerminkan keadaan dari kondisi perusahaan. Bahkan bisa saja laporan keuangan tersebut akan terlihat dibuat secara sembarangan (asal jadi). Dengan demikian, pihak-pihak yang berkepentingan yang menggunakan lapran keuangan akan memandang bahwa kinerja perusahaan tersebut buruk. Jika hal itu terjadi, maka eksistensi perusahaan tidak akan bisa bertahan lama.

Ukuran perusahaan dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu perusahaan kecil, perusahaan menengah dan perusahaan besar. Berdasarkan Undang- Undang No. 9 tahun 1995, ukuran perusahaan dikelompokkan atas :

a. perusahaan kecil yaitu perusahaan yang memiliki aset kurang dari Rp. 200.000.000 di luar tanah dan bangunan,

b. perusahaan menengah yaitu perusahaan yang memiliki aset lebih dari Rp. 200.000.000 dan kurang dari Rp. 5.000.000.000 di luar tanah dan bangunan,

c. perusahaan besar yaitu perusahaan yang memiliki aset lebih dari Rp. 5.000.000.000 di luar tanah dan bangunan.

10. Tipe Kepemilikan Perusahaan

Perusahaan adalah suatu entitas atau unit bagi sekelompok orang yang melakukan kegiatan usaha pada bidang tertentu selama jangka waktu yang


(38)

panjang untuk dapat mencapai tujuan dan sasaran. Ada berbagai bentuk perusahaan bisnis yaitu perusahaan perorangan (sole proprietorship), persekutuan (partnership), dan perseroan (corporation).

Penelitian ini memfokuskan pada perusahaan perseroan. Perseroan adalah suatu badan hukum yang berbeda dan terpisah dari individu-individu yang mendirikan dan mengoperasikannya. Pada perusahaan perseroan, kepentingan kepemilikan dinyatakan dalam lembar saham yang sangat mudah dipindahtangankan. Salah satu cara yang dilakukan perusahaan untuk mendapatkan modal adalah menjual sahamnya. Semakin banyak saham yang dijual, maka semakin banyak pula saham yang beredar di masyarakat.

Kepemilikan atas perusahaan diwujudkan dalam bentuk pembagian saham, di mana setiap pemegang saham memiliki bagian atas perusahaan yang diwakili dengan proporsi saham yang dimiliki dibandingkan dengan jumlah saham yang ada (Horne dan Wachowicz, 2005: 26). Adanya perbedaan dalam proporsi saham yang dimiliki oleh investor luar dapat mempengaruhi kelenkapan pengungkapan oleh perusahaan. Hal ini karea semakin banyak pihak yang membutuhkan informasi tentang perusahaan. Semakin banyak pula detail-detail butir yang dituntut untuk dibuka dan dengan demikia pengungkapan perusahaan semakin luas.

Tipe kepemilikan perusahaan diukur dengan persentase saham yaitu perbandingan antara jumlah saham yang dimiliki oleh masyarakat (publik) dengan jumlah saham yang dimiliki perusahaan. Perusahaan yang memiliki banyak pemegang saham juga akan mempengaruhi pengungkapan laporan


(39)

keuangan tahunan. Hal ini dikarenakan perusahaan dengan jumlah pemegang saham yang besar akan menjadi sorotan publik sehingga mendapatkan tekanan dari pemegang saham dan analis. Hal ini senada dengan pendapat Luciana dan Lucas (2006)

Semakin banyak saham yang dimiliki oleh publik, maka semakin besar tekanan yang dihadapi perusahaan untuk mengungkapkan informasi lebih banyak dalam laporan tahunannya. Hal ini dikarenakan dengan semakin besar porsi pemilikan publik, maka semakin banyak pihak yang membutuhkan informasi tentang perusahaan, sehingga semakin banyak pula butir-butir informasi yang mendetail yang dituntut untuk dibuka dalam laporan tahunan.

Untuk mengurangi tekanan tersebut, perusahaan harus mengungkapkan informasi mengenai perusahaan secara transparan. Informasi tersebut akan diungkapkan dalam laporan keuangan tahunan. Pemegang saham yang berasal dari publik akan menilai informasi tersebut untuk mengetahui keadaan dan kinerja perusahaan.

11. Umur Perusahaan

Umur perusahaan merupakan rentang waktu sejak first issues di BEI sampai dengan tahun penelitian. Menurut Irawan (2006) perusahaan yang berumur lebih tua memiliki lebih banyak pengalaman dan kemampuan dalam mempublikasikan laporan keuangan karena sudah mengerti akan kebutuhan informasi seperti apa yang dibutuhkan oleh pengguna laporannya. Semakin banyak pengalaman suatu perusahaan maka akan semakin paham pula kebutuhan kontituantenya akan informasi tentang informasi perusahaan dan dengan demikian akan lebih luas dalam melakukan pengungkapan laporan keuangan.


(40)

B. Tinjauan Peneliti Terdahulu

Beberapa peneliti terdahulu yang dapat ditelaah adalah dijelaskan dalam tabel berikut.

Tabel 2.1

Tinjauan Peneliti Terdahulu Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel

Penelitian Hasil Penelitian Binsar H. Simanjuntak (2004) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Leverage, likuiditas, profitabilitas, saham publik, dan umur perusahaan. Secara simultan, seluruh variabel independen berpengaruh signifikan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Secara parsial, hanya leverage, profitabilitas, saham publik yang berpengaruh signifikan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Dewi Hertanti (2005) Pengaruh Faktor-faktor Fundamental terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar

Di Bursa Efek Jakarta Likuiditas, leverage, profitabilitas, porsi saham publik dan ukuran perusahaan

Secara simultan terdapat pengaruh signifikan antara

rasio likuiditas, leverage, profitabilitas, porsi saham publik dan ukuran perusahaan terhadap kelengkapan

pengungkapan laporan keuangan. Secara parsial hanya rasio leverage, porsi saham publik, dan ukuran perusahaan yang berpengaruh secara signifikan. Dewi Sartika (2008) Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Kelengkapan Pengungkapan dalam Laporan Keuangan Likuiditas, porsi saham, ukuran perusahaan, umur pesahaan, dan leverage. Secara simultan, seluruh variabel independen berpengaruh signifikan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.Secara parsial


(41)

Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta

hanya likuiditas dan ukuran perusahaan yang berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.

Sumber: Penulis, 2011

C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan rasio likuiditas, solvabilitas, aktivitas, profitabilitas, ukuran perusahaan, tipe kepemilikan perusahaan, dan umur perusahaan karena merupakan faktor-faktor yang sangat signifikan mempunyai hubungan positif dengan variabel dependen yaitu tingkat pengungkapan laporan keuangan.

Tingkat likuiditas merupakan rasio yang digunakan manajemen dalam mengukur kemampuan perusahaan unutk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Jika dipandang dari segi kesehatan suatu perusahaan yang dicerminkan dengan tingginya rasio likuiditas (diukur dengan current ratio) diharapkan berhubungan dengan tingkat pengungkapan. Hal ini didasarkan dari adanya pengharapan bahwa secara finansial perusahaan yang kuat akan lebih mengungkapkan informasi daripada perusahaan yang lemah.

Debt to asset ratio (DAR) merupakan salah satu rasio solvabilitas yang

digunakan unruk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Perusahaan dengan DAR yang tinggi berarti memiliki pendanaan dengan utang yang banyak, maka akan semakin sulit perusahaan tersebut untuk memperoleh pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu


(42)

menutupi utang-utangnya dengan aktiva yang dimilikinya. Sehingga, diharapkan debt to asset ratio memiliki pengaruh terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan.

Rasio aktivitas merupakan merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Rasio aktivitas (diukur dengan total assets turn over) juga bisa menjadi ukuran efisiensi dan efektivitas bagi perusahaan dalam menggunakan sumber dayanya. Sehingga perusahaan dengan rasio aktivitas yang tinggi diharapkan mempengaruhi tingkat tingkat pengungkapan laporan keuangannya dibandingkan perusahaan dengan trasio aktivitas yang rendah.

Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keutungan. Profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan

net profit margin. Net profit margin yang tinggi menggambarkan operasi

yang baik suatu. Net profit margin yang tinggi akan mendorong manajer untuk memberikan informasi yang lebih terinci, sebab manajer ingin meyakinkan investor bahwa perusahaan mampu menghasilkan profitabilitas yang baik, yang pada akhirnya akan mengingatkan kompensasi terhadap manajemen. Semakin tinggi net profit margin suatu perusahaan maka semakin luas pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan.

Ukuran perusahaan yang diukur dengan total aktiva perusahaan. Ukuran perusahaan diharapkan memiliki pengaruh positif terhadap pengungkapan laporan keuangan. Karena semakin besar suatu perusahaan maka semakin banyak informasi yang dimiliki. Hal ini sejalan dengan semakin besar


(43)

tanggung jawab perusahaan kepada pihak luar yang memiliki kepentingan dalam perusahaan.

Tipe kepemilikan perusahaan diukur dengan persentase saham yang dimiliki oleh publik (masyarakat) dalam perusahaan. Para invesor publik membutuhkan perlindungan dalam dana yang telah mereka tanam. Perlindungan itu dapat berupa jaminan dari perusahaan bahwa informasi keuangan maupun non keuangan yang disampaikan dapat bermanfaat untuk pengambilan keptusannya. Oleh karena itu, untuk meningkatkan rasa aman para investornya perusahaan dengan kepemilikan saham yang lebih tinggi akan memiliki tanggung jawab yang lebih tinggi pula dalam pengungkapan informasi pada laporan keuangannya.

Umur perusahaan diperkirakan memiliki hubungan yang positif dengan tingkat pengungkapan laporan keuangan. Perusahaan yang berumur lebuh tua memiliki pengalaman yang lebih banyak dalam mempublikasikan laporan keuangannya. Perusahaan yang memiliki lebih banyak pengalaman akan lebih mengetahui konstituennya akan informasi tentang perusahaan, sehingga akan mengungkapkan informasi yang lebih lengkap.

Hubungan likuiditas, solvabilitas, aktivitas, profitabilitas, ukuran perusahaan, tipe kepemilikan perusahaan, dan umur perusahaan terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan digambarkan dalam kerangka konseptual pada gambar 2.1.


(44)

Gambar 2.1 Kerangka Koseptual Sumber : Penulis, 2011

2. Hipotesisi Penelitian

Hipotesis dikembangkan dari telaah teoritis sebagai jawaban sementara dari masalah atau pertanyaan penelitian yang memerlukan pengujian secara empiris (Sugiyono, 2007: 51). Berdasarkan kerangka berpikir diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas, porsi saham publik dan ukuran

Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan

(Y) Likuiditas

(X1)

Solvabilitas (X2)

Aktivitas (X3)

Ukuran Perusahaan (X5)

Profitabilitas (X4)

Tipe Kepemilikan Perusahaan

(X6)

Umur Perusahaan (X7)


(45)

perusahaan berpengaruh secara parsial maupun simultan terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan.


(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian asosiatif yang merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2007: 11). Peneliti menggunakan desain penelitian asosiatif kausal (Erlina, 2008: 34) yaitu penelitian yang bertujuan mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih atau menjelaskan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2007: 72) “populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2009.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2007: 73). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling yang merupakan teknik penentuan sampel anggota populasi dengan pertimbangan atau kriteria tertentu. Kriteria penentuan sampel dalam penelitian ini adalah :


(47)

1. perusahaan industri makanan dan minuman yang sudah go public dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2009

2. perusahaan industri makanan dan minuman tersebut telah terdaftar sebelum periode pengamatan dan tidak mengalami delisting selama periode pengamatan,

3. menerbitkan dan mempublikasikan laporan keuangan tahunan yang lengkap pada tahun 2007-2009.

Berdasarkan kriteria yang dikemukakan di atas, maka perusahaan industri makanan dan minuman yang yang menjadi sampel penelitian ini berjumlah 12 perusahaan dari total populasi 21 perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI dari tahun 2007 sampai tahun 2009.

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pooling yang merupakan kombinasi antara data runtut waktu (time series) dengan data silang tempat (cross section). Sumber data adalah data sekunder yaitu data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia yaitu

www.idx.co.id yang terdiri dari laporan keuangan tahunan perusahaan dan dari

ICMD (Indonesia Capital Market Directory). Selain itu, peneliti juga menelusuri website perusahaan untuk memperoleh laporan keuangan.

D. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder. Teknik yang digunakan peneliti adalah studi dokumentasi yaitu, dengan mengumpulkan data


(48)

sekunder yang berkaitan dengan penelitian ini, data berupa catatan, laporan keuangan maupun informasi lainnya. Data penelitian ini diperoleh melalui media internet dengan cara mengunduh laporan keuangan perusahaan-perusahaan makanan dan minuman yang diperlukan melalui situs ICMD (Indonesia Capital Market Directory).

E. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian 1. Variabel Independen

a. Rasio likuditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek yang jatuh tempo. Likuiditas diukur dengan membandingkan antara total aktiva lancar dengan total utang lancar (Current Ratio).

b. Rasio solvabilitas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi jumlah kewajibannya. Solvabilitas atau

leverage diukur dengan rasio total hutang dibagi dengan total aktiva

(Debt to Asset Ratio).

c. Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi pemenfaatan sumber daya perusahaan atau menilai kemampuan perusahaan dalam melaksankan aktivitas sehari-hari. Rasio aktivitas diukur dengan total assets turn over.


(49)

d. Rasio profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Profitabilitas diukur dengan rasio laba bersih setelah pajak terhadap penjualan bersih (Net Profit Margin on Sales).

e. Ukuran Perusahaan akan diukur dengan menggunakan total aktiva. Total aktiva akan dihitung dengan menggunakan logaritma atas nilai aktiva. Penggolongan ukuran perusahaan mengacu pada Undang- Undang No. 9 tahun 1995.

f. Tipe kepemilikan perusahaan adalah perbandingan antara jumlah saham yang dimiliki publik dengan jumlah saham yang dimiliki oleh perusahaan.

g. Umur perusahaan diukur dengan menghitung selisih antara tahun 2007-2009 dengan first issue perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI.

2. Variabel Dependen

Variabel dependen penelitian ini adalah tingkat pengungkapan laporan keuangan perusahaan. Variabel ini mengukur berapa banyak item laporan keuangan yang material diungkapkan oleh perusahaan manufaktur sektor industri makanan dan minuman. Variabel ini diukur dengan menggunakan index of disclosure methodology, yaitu indeks Wallace.


(50)

Rumus indeks Wallace =

k n

x 100%

Keterangan:

n : jumlah item yang diungkapkan oleh perusahaan

k : jumlah item yang seharusnya diungkap berdasar peraturan.

Dalam penelitian ini, instumen yang digunakan adalah peraturan yang dikeluarkan oleh Bapepam melalui Surat Edaran Ketua Bapepam No.SE-02/PM/2002 pada tanggal 27 Desember 2002 yang berisi tentang pedoman penyajian dan pengungkapan laporan keuangan perusahaan publik industri manufaktur. Skor maksimum yang dapat diperoleh sebuah perusahaan adalah sebesar 72, yang artinya indeks pengungkapan ini maksimal bagi sebuah perusahaan yang menyingkapkan secara penuh seluruh item pengungkapan.

F. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik dengan menggunakan software SPSS 18.0. Untuk menghasilkan suatu model yang baik, analisis regresi memerlukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis.

1. Pengujian Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi antara variabel dependen dengan variabel independen mempunyai distribusi normal atau tidak. Uji normalitas data dapat dilakukan melalui analisis grafik dan analisis statistik.


(51)

Analisis grafik untuk melihat normalitas data dilakukan dengan melihat grafik histogram dan kurva normal probability plot. Pada grafik histogram, suatu data dikatakan normal jika bentuk kurva memiliki kemiringan yang cenderung seimbang baik pada sisi kiri maupun pada sisi kanan. Pada kurva normal probability plot, data dikatakan normal apabila distribusi data menyebar di sekitar garis diagonal atau mengikuti arah garis diagonal. Analisis statistik juga dapat digunakan untuk menguji apakah residual terdistribusi normal atau tidak yaitu dengan uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Apabila nilai signifikasnsi lebih besar dari 0,02 maka data residual berdistribusi normal. Sebaliknya, jika nilai lebih kecil dari 0,05 maka data residual tidak berdistribusi normal. b. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi di antara variabel independen (Erlina, 2008:105). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebasnya (Ghozali, 2005: 91). Multikolinearitas adalah situasi adanya korelasi variabel-variabel independen antara yang satu dengan yang lainnya. Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai Variance Inflation Faktor (VIF) dan korelasi di antara variabel independen. Jika nilai VIF > 10, maka terjadi multikolinearitas di antara variabel independen.


(52)

Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode saat ini dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya. Ghozali (2005: 95) menyatakan bahwa “uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya)”. Autokorelasi sering terjadi pada sampel dengan data time series.

d. Uji Heterokedasititas

Uji Heterokedasititas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi telah terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2005: 105). Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki persamaan variance residual atau homokedastisitas. Untuk melihat ada tidaknya heterokedasititas dapat dilakukan dengan melihat grafik Scatterplot. Cara memprediksi pola gambar Scatterplot adalah dengan :

1) titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0,

2) titik- titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja, 3) penyebaran titik- titik data tidak boleh membentuk pola

bergelombang melebar,

4) penyebaran titik- titik data sebaiknya tidak berpola.


(53)

Model penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda. Model regresi linier berganda adalah model regresi yang memiliki lebih

dari satu variabel independen.

Persamaan regresi linier berganda yaitu :

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + β7X7 + ε Keterangan :

Y = Tingkat pengungkapan X1 = Rasio likuiditas

X2 = Rasio solvabilitas X3 = Rasio aktivitas X4 = Rasio profitabilitas X5 = Ukuran Perusahaan

X6 = Tipe kepemilikan perusahaan X7 = Umur Perusahaan

α = Konstanta

ε = error

β1,β2,β3,β4,β5 = koefisien regresi yang menunjukkan perubahan variabel dependen berdasarkan pada variabel independen. a. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model menerangkan variasi variabel independen (Ghozali, 2005: 83). Nilai koefisien determinasi dapat dilihat pada R Square. Jika nilai R


(54)

Square dikatakan baik jika di atas 0,5 karena nilai R Square berkisar antara 0 dan 1.

b. Uji Parsial (t-test)

Uji parsial digunakan untuk menguji seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2005: 84). Kriteria yang digunakan dalam menerima atau menolak hipotesis adalah :

1) H1 diterima apabila t-hitung > t-tabel, p ad a α = 5 % d an nilai p-value < level of significant sebesar 0,05.

2) H1 ditolak apabila t-hitung < t-tabel, pada α = 5% dan nilai p-value

> level of significant sebesar 0,05. c. Uji Simultan (F-test)

Uji F dilakukan untuk menujukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model regresi berganda mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2005: 84). Kriteria yang digunakan dalam menerima atau menolak hipotesis adalah :

1) H1 diterima apabila F-hitung > F-tabel, pada α = 5% dan nilai

p-value < level of significant sebesar 0,05

2) H1 ditolak apabila F-hitung < F-tabel, pada α = 5% dan nilai


(55)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Data Penelitian

Dalam penelitian ini, pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive

sampling (pemilihan sampel dengan kriteria). Populasi penelitian adalah seluruh

perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang berjumlah 21 perusahaan. Penelitian dilakukan mulai dari tahun 2007-2009. Sampel terdiri dari beberapa perusahaan makanan dan minuman yang telah memenuhi kriteria yang berjumlah 12 perusahaan. Jumlah sampel keseluruhan pada periode penelitian tahun 2007-2009 yaitu 36 perusahaan.

Tabel 4.1

Data Penelitian Tahun 2007 No. Kode

Perusahaan

CR DAR TATO NPM TOTAL AKTIVA TK UMUR KLKPN

(X1) (X2) (X3) (X4) (X5) (X6) (X7) (Y)

1 ADES 0.34 0.62 0.74 -1.18 178,761,000,000 0.05 13 0.58 2 AQUA 7.09 0.42 2.19 0.03 891,529,586,396 0.06 17 0.67 3 CEKA 1.36 0.64 1.32 0.03 613,679,506,628 0.20 11 0.65 4 DAVO 9.27 0.69 0.72 0.07 3,868,528,173,315 0.17 13 0.5 5 DLTA 4.17 0.22 0.74 0.11 592,359,226 0.15 23 0.61 6 INDF 0.92 0.63 0.94 0.04 29,706,859,000,000 0.48 13 0.79 7 MYOR 1.88 0.41 1.49 0.05 1,893,175,019,860 0.67 17 0.68 8 MLBI 0.59 0.68 1.57 0.09 621,835,000,000 0.17 13 0.64 9 PSDN 2.22 0.61 2.06 -0.01 291,723,051,005 0.07 13 0.68 10 STTP 1.77 0.31 1.16 0.03 517,448,084,688 0.27 11 0.61 11 AISA 0.75 0.78 0.97 0.03 792,690,325,279 0.57 10 0.69 12 ULTJ 2.37 0.39 0.83 0.03 1,362,829,538,011 0.45 17 0.68


(56)

Berdasarkan tabel 4.1 di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai current ratio (CR) tertinggi dimiliki oleh Davomas Abadi Tbk, sedangkan CR terendah dimiliki oleh Ades Waters Indonesia Tbk. Nilai debt to assets (DAR) tertinggi dimiliki oleh Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk, sedangkan DAR terendah dimiliki oleh Delta Djakarta Tbk. Nilai total assets turn over (TATO) tertinggi dimiliki oleh Aqua Golden Mississippi Tbk, sedangkan TATO terendah dimiliki oleh Davomas Abadi Tbk. Nilai net profit margin (NPM) tertinggi dimiliki oleh Multi Bintang Indonesia Tbk, sedangkan NPM terendah dimiliki oleh Ades Waters Indonesia Tbk. Nilai total aktiva tertinggi dimiliki oleh Indofood Sukses Makmur Tbk, sedangkan nilai total aktiva terendah dimiliki oleh Delta Djakarta Tbk. Nilai tingkat kepemilikan saham tertinggi dimiliki oleh Mayora Indah Tbk, sedangkan nilai kepemilikan saham terendah dimiliki oleh Ades Waters Indonesia Tbk. Nilai umur tertinggi dimiliki oleh Delta Djakarta Tbk, sedangkan nilai umur terendah dimiliki oleh Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. Indeks pengungkapan laporan keuangan tertinggi dimiliki oleh Indofood Sukses Makmur Tbk, sedangkan indeks pengungkapan laporan keuangan terendah dimiliki oleh Davomas Abadi Tbk.


(57)

Tabel 4.2

Data Penelitian Tahun 2008

No. Kode CR DAR TATO NPM TOTAL AKTIVA TK UMUR KLKPN (X1) (X2) (X3) (X4) (X5) (X6) (X7) (Y) 1 ADES 0.51 0.72 0.7 -0.12 185,015,000,000 0.05 14 0.58 2 AQUA 7.82 0.41 2.32 0.04 1,003,487,929,389 0.06 18 0.68 3 CEKA 7.35 0.61 3.24 0.02 605,545,222,668 0.08 12 0.6 4 DAVO 27.49 0.81 0.94 -0.15 3,620,074,234,697 0.17 14 0.47 5 DLTA 3.79 0.25 1.68 0.07 698,296,738,000 0.15 24 0.6 6 INDF 0.88 0.67 0.98 0.05 39,591,309,000,000 0.5 14 0.79 7 MYOR 2.18 0.56 1.34 0.05 2,922,998,415,036 0.67 18 0.65 8 MLBI 0.94 0.63 1.41 0.17 941,389,000,000 0.17 14 0.61 9 PSDN 2.78 0.53 2.49 0.04 286,965,007,378 0.07 14 0.68 10 STTP 1.23 0.42 0.99 0.01 626,749,784,472 0.43 12 0.58 11 AISA 0.87 0.62 0.48 0.08 1,016,957,755,151 0.35 11 0.71 12 ULTJ 1.89 0.34 0.79 0.22 1,718,997,392,028 0.45 18 0.71

Sumber : Data diolah oleh penulis, 2011

Berdasarkan tabel 4.2 di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai current ratio (CR) tertinggi dimiliki oleh Davomas Abadi Tbk, sedangkan CR terendah dimiliki oleh Ades Waters Indonesia Tbk. Nilai debt to assets (DAR) tertinggi dimiliki oleh Davomas Abadi Tbk, sedangkan DAR terendah dimiliki oleh Delta Djakarta Tbk. Nilai total assets turn over (TATO) tertinggi dimiliki oleh Cahaya Kalbar Tbk, sedangkan TATO terendah dimiliki oleh Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. Nilai net profit margin (NPM) tertinggi dimiliki oleh Multi Bintang Indonesia Tbk, sedangkan NPM terendah dimiliki oleh Davomas Abadi Tbk. Nilai total aktiva tertinggi dimiliki oleh Indofood Sukses Makmur Tbk, sedangkan nilai total aktiva terendah dimiliki oleh Prasidha Aneka Niaga Tbk. Nilai tingkat kepemilikan saham tertinggi dimiliki oleh Mayora Indah Tbk, sedangkan nilai kepemilikan saham terendah dimiliki oleh Ades Waters Indonesia Tbk. Nilai umur tertinggi dimiliki oleh Delta Djakarta Tbk, sedangkan nilai umur terendah


(58)

dimiliki oleh Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. Indeks pengungkapan laporan keuangan tertinggi dimiliki oleh Indofood Sukses Makmur Tbk, sedangkan indeks pengungkapan laporan keuangan terendah dimiliki oleh Davomas Abadi Tbk.

Tabel 4.3

Data Penelitian Tahun 2009

No. Kode CR DAR TATO NPM TOTAL AKTIVA TK UMUR KLKPN (X1) (X2) (X3) (X4) (X5) (X6) (X7) (Y) 1 ADES 2.48 0.62 0.75 0.12 178,287,000,000 0.05 15 0.58 2 AQUA 6.34 0.42 2.38 0.04 1,147,206,000,000 0.06 19 0.65 3 CEKA 4.89 0.74 2.1 0.04 568,362,939,854 0.08 13 0.6 4 DAVO 113.71 0.84 0.14 -0.56 2,806,017,091,339 0.2 15 0.54 5 DLTA 4.7 0.18 1.66 0.17 760,425,630,000 0.15 25 0.64 6 INDF 1.16 0.62 0.92 0.08 40,382,953,000,000 0.5 15 0.79 7 MYOR 2.29 0.5 1.47 0.08 3,246,498,515,952 0.67 19 0.71 8 MLBI 0.67 0.89 1.63 0.21 993,465,000,000 0.17 15 0.63 9 PSDN 1.56 0.51 1.68 0.08 353,628,509,667 0.07 15 0.71 10 STTP 1.69 0.26 1.14 0.07 548,720,445,825 0.36 13 0.57 11 AISA 1.17 0.68 0.39 0.07 1,347,036,482,667 0.43 12 0.78 12 ULTJ 2.12 0.31 0.93 0.04 1,732,701,994,634 0.38 19 0.71

Sumber : Data diolah oleh penulis, 2011

Berdasarkan tabel 4.3 di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai current ratio (CR) tertinggi dimiliki oleh Davomas Abadi Tbk, sedangkan CR terendah dimiliki oleh Ades Multi Bintang Indonesia Tbk. Nilai debt to assets (DAR) tertinggi dimiliki oleh Multi Bintang Indonesia Tbk, sedangkan DAR terendah dimiliki oleh Delta Djakarta Tbk. Nilai total assets turn over (TATO) tertinggi dimiliki oleh Aqua Golden Mississippi Tbk, sedangkan TATO terendah dimiliki oleh Davomas Abadi Tbk. Nilai net profit margin (NPM) tertinggi dimiliki oleh Multi Bintang Indonesia Tbk, sedangkan NPM terendah dimiliki oleh Davomas Abadi Tbk. Nilai total aktiva tertinggi dimiliki oleh Indofood Sukses Makmur Tbk, sedangkan nilai total aktiva terendah dimiliki oleh Ades Waters Indonesia Tbk.


(59)

Nilai tingkat kepemilikan saham tertinggi dimiliki oleh Mayora Indah Tbk, sedangkan nilai kepemilikan saham terendah dimiliki oleh Ades Waters Indonesia Tbk. Nilai umur tertinggi dimiliki oleh Delta Djakarta Tbk, sedangkan nilai umur terendah dimiliki oleh Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. Indeks pengungkapan laporan keuangan tertinggi dimiliki oleh Indofood Sukses Makmur Tbk, sedangkan indeks pengungkapan laporan keuangan terendah dimiliki oleh Davomas Abadi Tbk.

B. Statistik Deskriptif

Sebelum melakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian hipotesis, maka hal yang perlu dilakukan adalah menguji statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara

mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul (Sugiyono 2007 : 142).

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata- rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness. Hasil pengujian statistik deskriptif pada

sampel penelitian yang berjumlah 36 perusahaan ditunjukkan pada tabel di bawah ini.


(60)

Tabel 4.4 Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance

Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic Statistic

CR 36 113.37 .34 113.71 6.4789 3.16345 18.98072 360.268

DAR 36 .71 .18 .89 .5428 .03084 .18502 .034

TATO 36 3.10 .14 3.24 1.3133 .11239 .67433 .455

NPM 36 1.40 -1.18 .22 .0067 .03978 .23866 .057

LN_AKTV 36 11.13 20.20 31.33 27.5837 .30526 1.83158 3.355

TK 36 .62 .05 .67 .2671 .03361 .20167 .041

UMUR 36 15.00 10.00 25.00 15.2500 .60602 3.63613 13.221

KLKPN 36 .32 .47 .79 .6486 .01279 .07672 .006

Valid N (listwise) 36

Sumber : Data diolah oleh penulis, 2011

Melalui tabel statistik deskriptif di atas, dapat ditarik kesimpulan yaitu:

1. variabel independen likuiditas diukur melalui current ratio (CR). Current

ratio memiliki nilai terendah 0,34 yang diperoleh Ades Waters Indonesia Tbk

dan nilai tertinggi 113,71 yang diperoleh Davomas Abadi Tbk, dengan nilai rata-rata 6,48. Perusahaan yang menjadi sampel memiliki nilai current ratio yang positif. Range senilai 133,37 menunjukkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat heterogen karena perbedaan antara nilai maksimal dan nilai minimal sangat besar.

2. variabel independen solvabilitas diukur melalui debt to assets ratio (DAR).

Debt to assets ratio memiliki nilai terendah 0,18 yang diperoleh Delta

Djakarta dan nilai tertinggi 0,89 yang diperoleh Multi Bintang Indonesia Tbk, dengan nilai rata-rata 0,54. Perusahaan yang menjadi sampel memiliki nilai


(61)

yang digunakan dalam penelitian ini bersifat heterogen karena perbedaan antara nilai maksimal dan nilai minimal besar.

3. variable independen aktivitas diukur melalui total assets turn over (TATO).

Total assets turn over memiliki nilai terendah 0,14 yang diperoleh Davomas

Abadi Tbk dan nilai tertinggi 3,24 yang diperoleh Cahaya Kalbar Tbk, dengan nilai rata-rata 1,31. Perusahaan yang menjadi sampel memiliki nilai debt to

assets ratio yang positif. Range senilai 3,10 menunjukkan bahwa data yang

digunakan dalam penelitian ini ini bersifat heterogen karena perbedaan antara nilai maksimal dan nilai minimal besar.

4. variabel independen profitabilitas diukur dengan net profit margin (NPM). Net profit margin memiliki nilai terendah -1,18 yang diperoleh Ades Waters Indonesia dan nilai tertinggi 0,22 yang diperoleh Ultra Jaya Milk Tbk, dengan nilai rata-rata 0,0067. Range senilai 1,40 menunjukkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini ini bersifat heterogen karena perbedaan antara nilai maksimal dan nilai minimal besar.

5. variabel independen ukuran perusahaan diukur melalui logaritma natural dari total aktiva. Ukuran perusahaan memiliki nilai terendah 20,20 diperoleh Delta Djakarta Tbk dan nilai tertinggi 31,33 diperoleh Indofood Sukses Makmur Tbk, dengan nilai rata- rata yaitu 27,58. Sampel perusahaan memiliki nilai total aktiva yang positif. Range senilai 11,13 menunjukkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini kurang bersifat heterogen, karena perbedaan antara nilai maksimal dan nilai minimal cukup besar.


(62)

6. variabel independen tipe kepemilikan perusahaan diukur melalui perbandingan jumlah saham yang dimiliki publik dengan jumlah saham perusahaan. Tipe kepemilikan perusahaan memiliki nilai terendah 0,05 yang diperoleh Ades Waters Indonesia Tbk dan nilai tertinggi 0,67diperoleh Mayora Indah Tbk dengan nilai rata- rata 0,27. Perusahaan yang menjadi sampel memiliki nilai tipe kepemilikan saham yang positif. Range senilai 0,62 menunjukkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat heterogen, karena perbedaan antara nilai maksimal dan nilai minimal cukup besar.

7. variabel independen umur perusahaan diukur melalui selisih antara tahun 2007-2009 dengan first issue perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI. Umur perusahaan memiliki nilai terendah 10,00 yang diperoleh Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk dan nilai tertinggi 25,00 diperoleh Delta Djakarta Tbk, dengan nilai rata-rata 15,25. Range senilai 15,00 menunjukkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat heterogen karena perbedaan antara nilai maksimal dan nilai minimal cukup besar.

8. variabel dependen tingkat pengungkapan diukur melalui indeks pengungkapan dalam laporan keuangan. Indeks pengungkapan laporan keuangan memiliki nilai terendah 0,47 yang diperoleh Davomas Abadi Tbk dan nilai tertinggi 0,79 yang diperoleh Indofood Sukses Makmur Tbk, dengan nilai rata- rata 0,65. Perusahaan yang menjadi sampel memiliki nilai indeks pengungkapan yang positif. Range senilai 0,32 menunjukkan bahwa data


(63)

yang digunakan dalam penelitian ini kurang bersifat heterogen, karena perbedaan antara nilai maksimal dan nilai minimal cukup kecil.

C. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel yang akan digunakan dan data yang digunakan dalam penelitian adalah data yang terdistribusi normal. Pengujian normalitas data dalam penelitian ini dilakukan dengan:

a. Histogram Display Normal Curve

Normalitas data melalui histogram display normal curve dapat dlihat melalui bentuk gambar kurva. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal, yakni distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau menceng ke kanan, atau distribusi data dengan bentuk lonceng (Situmorang, 2010: 91)


(64)

Sumber : Data diolah oleh penulis, 2011 Gambar 4.1 Histogram

Pada histogram di atas, dapat dilihat bahwa bentuk kurva cenderung di tengah dan tidak condong ke kiri maupun ke kanan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian terdistribusi normal.

b. Kurva Normal P-Plot

Normalisasi data dapat diuji dengan menggunakan Normal P-Plot. Data dalam keadaaan normal apabila distribusi data menyebar di sekitar garis


(65)

Sumber : Data diolah oleh penulis, 2011 Gambar 4.2

Kurva Normal P- Plot

Pada kurva di atas, dapat dilihat bahwa distribusi data menyebar di sekitar garis diagonal, sehingga dapat dikatakan bahwa data memiliki normalitas. Normalitas data ini menyimpulkan bahwa data dapat dipakai dalam penelitian. c. Uji Kolmogorov-Smirnov (K-S)

Uji statistik digunakan untuk menguji apakah residual terdistribusi normal atau tidak yaitu dengan uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Apabila nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka data residual berdistribusi normal. Sebaliknya, jika nilai lebih kecil dari 0,05 maka data residual tidak berdistribusi normal.


(1)

Data tahun 2008 (Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Tipe Kepemilikan Perusahaan, Umur Perusahaan dan Tingkat Pengungkapan Laporan keuangan)

No. Kode Nama Perusahaan CR DAR TATO NPM LN_AKTV TK UMUR KLKPN

(X1) (X2) (X3) (X4) (X5) (X6) (X7) (Y)

1 ADES Ades Waters Indonesia Tbk 0.51 0.72 0.7 -0.12 25.94 0.0547 14 0.58 2 AQUA Aqua Golden Mississippi Tbk 7.82 0.41 2.32 0.04 27.63 0.064 18 0.68

3 CEKA Cahaya Kalbar Tbk 7.35 0.61 3.24 0.02 27.13 0.0799 12 0.6

4 DAVO Davomas Abadi Tbk 27.49 0.81 0.94 -0.15 28.92 0.1725 14 0.47

5 DLTA Delta Djakarta Tbk 3.79 0.25 1.68 0.07 27.27 0.154 24 0.6

6 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 0.88 0.67 0.98 0.05 31.31 0.5005 14 0.79

7 MYOR Mayora Indah Tbk 2.18 0.56 1.34 0.05 28.70 0.6693 18 0.65

8 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk 0.94 0.63 1.41 0.17 27.57 0.1663 14 0.61 9 PSDN Prasidha Aneka Niaga Tbk 2.78 0.53 2.49 0.04 26.38 0.07345 14 0.68

10 STTP Siantar Top Tbk 1.23 0.42 0.99 0.01 27.16 0.4322 12 0.58

11 AISA Tiga Pilar SejahteraFood Tbk 0.87 0.62 0.48 0.08 27.65 0.3499 11 0.71


(2)

Data tahun 2009 (Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Tipe Kepemilikan Perusahaan, Umur Perusahaan dan Tingkat Pengungkapan Laporan keuangan)

No. Kode Nama Perusahaan CR DAR TATO NPM LN_AKTV TK UMUR KLKPN

(X1) (X2) (X3) (X4) (X5) (X6) (X7) (Y)

1 ADES Ades Waters Indonesia Tbk 2.48 0.62 0.75 0.12 25.91 0.0547 15 0.58 2 AQUA Aqua Golden Mississippi Tbk 6.34 0.42 2.38 0.04 27.77 0.0556 19 0.65

3 CEKA Cahaya Kalbar Tbk 4.89 0.74 2.1 0.04 27.07 0.0799 13 0.6

4 DAVO Davomas Abadi Tbk 113.71 0.84 0.14 -0.56 28.66 0.2015 15 0.54

5 DLTA Delta Djakarta Tbk 4.7 0.18 1.66 0.17 27.36 0.154 25 0.64

6 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 1.16 0.62 0.92 0.08 31.33 0.499 15 0.79

7 MYOR Mayora Indah Tbk 2.29 0.5 1.47 0.08 28.81 0.6693 19 0.71

8 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk 0.67 0.89 1.63 0.21 27.62 0.1663 15 0.63 9 PSDN Prasidha Aneka Niaga Tbk 1.56 0.51 1.68 0.08 26.59 0.07345 15 0.71

10 STTP Siantar Top Tbk 1.69 0.26 1.14 0.07 27.03 0.3584 13 0.57

11 AISA Tiga Pilar SejahteraFood Tbk 1.17 0.68 0.39 0.07 27.923 0.4264 12 0.78


(3)

Lampiran v

Hasil pengolahan SPSS 18.0

Descriptive Statistics

N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance

Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic Statistic

CR 36 113.37 .34 113.71 6.4789 3.16345 18.98072 360.268

DAR 36 .71 .18 .89 .5428 .03084 .18502 .034

TATO 36 3.10 .14 3.24 1.3133 .11239 .67433 .455

NPM 36 1.40 -1.18 .22 .0067 .03978 .23866 .057

LN_AKTV 36 11.13 20.20 31.33 27.5837 .30526 1.83158 3.355

TK 36 .62 .05 .67 .2671 .03361 .20167 .041

UMUR 36 15.00 10.00 25.00 15.2500 .60602 3.63613 13.221

KLKPN 36 .32 .47 .79 .6486 .01279 .07672 .006


(4)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 36

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation .05970969

Most Extreme Differences Absolute .099

Positive .051

Negative -.099

Kolmogorov-Smirnov Z .596

Asymp. Sig. (2-tailed) .869

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(5)

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) .284 .216 1.315 .199

CR -.001 .001 -.308 -1.715 .097 .672 1.487

DAR .002 .090 .004 .019 .985 .457 2.189

TATO .008 .021 .070 .385 .703 .659 1.518

NPM .022 .056 .067 .387 .701 .724 1.381

LN_AKTV .011 .008 .264 1.383 .178 .592 1.688

TK .126 .079 .332 1.596 .122 .501 1.996

UMUR .001 .004 .069 .343 .734 .535 1.869

a. Dependent Variable: KLKPN

Coefficient Correlationsa

Model UMUR CR TK NPM TATO LN_AKTV DAR

1 Correlations UMUR 1.000 -.306 .046 -.153 -.050 .004 .625

CR -.306 1.000 .177 .314 .229 -.173 -.271

TK .046 .177 1.000 -.199 .515 -.566 .236

NPM -.153 .314 -.199 1.000 -.226 -.045 -.003

TATO -.050 .229 .515 -.226 1.000 -.246 .108

LN_AKTV .004 -.173 -.566 -.045 -.246 1.000 -.304

DAR .625 -.271 .236 -.003 .108 -.304 1.000

Covariances UMUR 1.800E-5 -9.401E-7 1.538E-5 -3.597E-5 -4.331E-6 1.438E-7 .000 CR -9.401E-7 5.257E-7 1.015E-5 1.264E-5 3.428E-6 -1.002E-6 -1.770E-5

TK 1.538E-5 1.015E-5 .006 -.001 .001 .000 .002

NPM -3.597E-5 1.264E-5 -.001 .003 .000 -2.011E-5 -1.353E-5

TATO -4.331E-6 3.428E-6 .001 .000 .000 -4.066E-5 .000

LN_AKTV 1.438E-7 -1.002E-6 .000 -2.011E-5 -4.066E-5 6.408E-5 .000

DAR .000 -1.770E-5 .002 -1.353E-5 .000 .000 .008


(6)

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression .081 7 .012 2.604 .033a

Residual .125 28 .004

Total .206 35

a. Predictors: (Constant), UMUR, CR, KP, NPM, TATO, LN_AKTV, DAR b. Dependent Variable: KLKPN

Model Summaryb

Model

R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

dimension0 1 .628a .394 .243 .06676 1.989

a. Predictors: (Constant), UMUR, CR, KP, NPM, TATO, LN_AKTV, DAR b. Dependent Variable: KLKPN