17 Telah  banyak  diketahui  tanaman  obat  yang  berkhasiat  sebagai  antelmintik  yang
pernah dan masih digunakan hingga saat ini. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan,  diperoleh  tanaman  yang  mempunyai  khasiat  antelmintik  diantaranya
daun  pepaya,  pare,  temu  giring,  temu  hitam,  biji  pinang  Tiwow,    dkk.,  2013, putri malu Ratnawati, 2013 dan andong Asih, 2014.
Studi
in  vitro
menunjukkan  bahwa  beberapa  spesies  tumbuhan  dari  famili
Amaranthaceae, Arecaceae,
Asteraceae, Crassulaceae,
Dryopteridaceae, Euphorbiaceae,  Fabaceae,  Lythraceae,  Moraceae,  Myrisnaceae,  Polygonaceae,
Rutaceae, Zingiberaceae,
Apiaceae
Wink, 2012,
Ranunculaceae, Cucurbitaceae,  Dryopteridaceae,  Araliaceae,  Junglandaceae,  Valeria naceae
Urban,  et  al.,  2015,
Lythraceae
Bairagi,  et  al.,  2011,
Moraceae
Mughal,  et al., 2013 dan
Schropulariaceae
Padal, et al., 2014; Ranjani, et al., 2013 mampu membunuh cacing pasrasit penyebab infeksi pada manusia
.
2.5 Golongan Senyawa Kimia yang Terbukti Berkhasiat Sebagai Antelmintik
Senyawa  kimia  tumbuhan  yang  mempunyai  aktivitas  antelmintik  adalah tanin, flavonoid, terpenoid Vincent, et al., 2011, alkaloid, saponin Bidkar, et al.,
2011, glikosida  Bhawan,  et  al.,  2011,  leutin
, kaempherol,  kumarin,  steroid
Tekeshwar, et al., 2011, di-terpenoid Daked, et al., 2011, geraniol Katikia, et al., 2011, ketodiol dan karpenoil ester Shri, et al., 2011.
2.6 Pugun Tanoh
Salah  satu  tumbuhan  yang  berkhasiat  obat  adalah  pugun  tanoh.  Studi
in vitro
menunjukkan bahwa spesies tumbuhan dari famili
Schropulariaceae
mampu
Universitas Sumatera Utara
18 membunuh  cacing  pasrasit  penyebab  infeksi  Padal,  et  al.,  2014;  Ranjani,  et  al.,
2013.
2.6.1 Nama daerah
Nama daerah dari tumbuhan ini adalah empedu taneh Karo, pugun tanoh, pugun  tana,  pagon  tanoh  Dairi,  tamah  raheut  Sunda,  kukurang  Maluku  dan
papaita Ternate Prohati, 2015.
2.6.2 Nama asing
Nama  asing  dari  tumbuhan  ini  adalah  beremi,  gelumak  susu,  empedu tanah,  rumput  kerak  nasi  Malaysia,
sagai-uak
Filipina,
ku  xuan  shen
,
kum  ta tjao
Cina,
longritong
india Quattrocchi, 2012,
kong  saden
Laos dan
thanh
Vietnam Globinmed, 2015.
2.6.3 Sinonim
Curanga  amara
,
Curanga  amara
Juss.  dan
Picria  fel-terrae
Lansdown,
R.V., 2011 2.6.4 Sistematika  dan morfologi tumbuhan
Menurut  Lansdown,  R.V.  2011  Sistematika  tumbuhan  pugun  tanoh adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Scrophulariales
Famili : Scrophulariaceae
Genus :
Curanga
Spesies :
Curanga fel-terrae
Lour.Merr.
Universitas Sumatera Utara
19 Pugun  tanoh  merupakan  tanaman  berbatang  basah  dan  berbaring  Agung
dan  Tinton,  2008.  Pugun  tanoh  tumbuh  merambat.  Tumbuhan  pugun  tanoh memiliki  tinggi  40  sampai  60  cm.  Batangnya  dengan  cabang-cabang  yang
ramping,  jarang,  tegak  atau  melata,  berakar  dibuku-buku  dan  berbulu  halus Prohati, 2015. Tangkai daun tumbuh berhadapan, permukaan tidak berbulu, rata
dan tipis. Tandan bunga bewarna merah Agung dan Tinton, 2008, bunga berupa tandan di ujung atau di batang, jumlah bunga 2-16, mahkota bunga bentuk tabung
dan  berbibir  rangkap.  Daunnya  berbulu  halus,  berbentuk  bundar  telur  dengan panjang  3-6  cm  dan  lebar  2-3  cm,  ujung  daun  agak  melancip  dan  tepi  daun
beringgit Prohati, 2015.
2.6.5 Habitat tumbuhan
Pugun Tanoh terdapat di lereng hutan atau pinggiran hutan Prohati, 2015, ladang, daerah lembab dan daerah dataran rendah Lansdown, R.V., 2011.
2.6.6 Khasiat tumbuhan
Masyarakat menggunakan pugun tanoh sebagai obat cacing, obat sakit perut, serta mengatasi  kudis,  memar,  bengkak,  batuk  rejan  dan  sesak  napas  Agung  dan
Tinton,  2008. Tanaman  ini  digunakan  sebagai  obat  cacing  untuk  anak-anak,
mengobati  kolik  dan  malaria  di  Maluku  dan  Filipina,  di  Indonesia,  daun  dapat menyembuhkan  gatal-gatal  dan  penyakit  kulit  lainnya  Prohati,  2015.  Pugun
tanoh digunakan sebagai obat  malaria, diuretik, demam  dan gangguan pada kulit Perry,  1980.
Pugun  tanoh  digunakan  untuk  pengobatan  demam,  infeksi  herpes, kanker dan inflamasi di Cina Selatan Zhong, et al., 1979. Daun pugun tanoh di
Sumatera  Utara  umumnya  digunakan  sebagai  obat  untuk  diabetes  mellitus Harfina,  et  al.,  2012;  Sitorus,  et  al.,  2014.
Pugun  tanoh  memiliki  aktivitas sebagai  antidiuretik Lewis,  2003, sebagai  obat panas  Data, 2003, antidiabetik
Universitas Sumatera Utara
20 Harahap,  dkk.,  2013,  obat  luka  bakar    Fithra,  2013,  antiasma  Ramadhani,
2014 dan antiinflamasi Juwita, 2009.
2.6.7 Kandungan kimia
Pugun  tanoh    mengandung  curangin  dan  zat  pahit  Agung  dan  Tinton,  2008, flavonoid Huang, et al., 1999, saponin Fang, et al., 2009, tanin, glikosida Jie,
et  al.,  2005;  Zou,  et  al.,  2005;  Zou,  et  al.,  2004;  Huang,  et  al.,  1998  serta steroidterpenoid Wang, et al., 2006.
2.7 Simplisia
Simplisia  adalah  bahan  alamiah  yang  dipergunakan  sebagai  obat  yang belum  mengalami  pengolahan  apapun  juga  dan  kecuali  dinyatakan  lain,  berupa
bahan  alam  yang  telah  dikeringkan.  Simplisia  dibedakan  atas  simplisia  nabati, simplisia  hewani  dan  simplisia  mineral.  Simplisia  nabati  adalah  simplisia  yang
berupa  tumbuhan  utuh,  bagian  tumbuhan  atau  eksudat  tumbuhan.  Eksudat tumbuhan ialah isi sel yang secara spontan keluar dari tumbuhan atau isi sel yang
dengan  cara  tertentu  dikeluarkan  dari  selnya.  Simplisia  hewani  adalah  simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh
hewan dan belum berupa zat kimia murni. Simplisia pelikan adalah simplisia yang berupa  bahan  pelikan  yang  belum  diolah  dengan  cara  sederhana  atau  belum
berupa zat kimia murni Depkes RI., 2000. Simplisia  sebagai  produk  hasil  petanian  atau  pengumpulan  dari  tumbuhan  liar
memiliki  kandungan  kimia  yang  tidak  terjamin  selalu  konstan  karena  adanya variabel bibit, tempat tumbuh, iklim, kondisi umur dan cara panen, serta proses
pasca panen dan preparasi akhir. Variasi kandungan senyawa dalam produk hasil
Universitas Sumatera Utara
21 panen  tumbuhan  obat  disebabkan  oleh  beberapa  aspek  sebagai  berikut  Depkes
RI., 2000: a. Genetik bibit
b. Lingkungan tempat tumbuh, iklim c. Rekayasa agronomi fertilizer, perlakuan selama masa tumbuh
d. Panen waktu dan pasca panen Proses  pemanenan  dan  preparasi  simplisia  merupakan  proses  yang  dapat
menentukan  mutu  simplisia  dalam  artian,  yaitu  komposisi  senyawa  kandungan kontaminasi dan stabilitas bahan Depkes RI., 2000.
2.8 Ekstraksi