26 0,5  N,  kalium  iodida,  α-naftol,  asam  sulfat  pekat  Merck,  kristal  natrium
hidroksida  Univar,  timbal  II  asetat,  besi  III  klorida,  asam  asetat  anhidrida, toluen,  kloroform,  asam  klorida  2  N,  asam  klorida  pekat,  asam  klorida  encer,
serbuk  magnesium,  serbuk  seng,  iodium,  metanol,  etil  asetat,  kloroform, isopropanol,  eter,  kloralhidrat,  air  suling,  Tween  80,  natrium  klorida  0,9
Widatarabakti dan baku albendazole PT. Indofarma.
3.2 Penyiapan Sampel
Penyiapan sampel meliputi pengambilan sampel dan identifikasi sampel.
3.2.1 Pengambilan sampel
Pengambilan sampel
dilakukan secara
purposif, yaitu
tanpa membandingkan  dengan  bahan  yang  sama  dari  daerah  lain.    Tumbuhan  pugun
tanoh  diambil  dari  Pajak  Pancur  Batu,  Deli  Serdang,  Provinsi  Sumatera  Utara Bagian  tanaman  yang  digunakan  adalah  daun.  Hewan  percobaan  cacing  tanah
diambil  dari  Taman  Obat  Tradisional,  Fakultas  Farmasi,  Jl.  Tri  Dharma,  Pintu  4 Kampus USU, Medan, Provinsi Sumatera Utara.
3.2.2 Identifikasi sampel
Identifikasi  tumbuhan dilakukan di  Herbarium  Bogoriense Bidang  Botani Pusat  Penelitian  Biologi  LIPI  Bogor  Ramadhani,  2014.  Spesimen  hewan
percobaan  diidentifikasi  oleh  Laboratorium  Taksonomi  Hewan  Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam USU.
3.3 Pembuatan Simplisia Daun Pugun Tanoh
Daun  pugun  tanoh  dipetik  dan  disortir  kemudian  dicuci  hingga  bersih, ditiriskan dan ditimbang. Daun pugun tanoh dikeringkan dalam lemari pengering
Universitas Sumatera Utara
27 pada  suhu  30-35ºC  untuk  memperoleh  simplisia.  Simplisia  yang  telah  kering
ditimbang kemudian diblender menjadi serbuk hingga agak halus lalu dimasukkan ke dalam wadah tertutup dan disimpan pada suhu kamar.
3.4 Pembuatan Pereaksi 3.4.1 Pereaksi Mayer
Sebanyak 1,4 g raksa II klorida dilarutkan dalam air suling hingga 60 ml. Pada  wadah  lain  ditimbang  sebanyak  5  g  kalium  iodida  lalu  dilarutkan  dalam
10 l
ml  air  suling.  Kedua  larutan  dicampurkan  dan  ditambahkan  air  suling  hingga 100 ml Ditjen POM., 1995.
3.4.2 Pereaksi Dragendorff
Sebanyak 0,8 g bismut III dilarutkan dalam 20 ml asam nitrat pekat. Pada wadah  lain,  sebanyak  27,2  g  kalium  iodida  dilarutkan  dalam  50  ml  air  suling.
Kedua larutan kemudian dicampurkan dan didiamkan sampai memisah sempurna. Larutan  yang  jernih  diambil  dan  diencerkan  dengan  air  suling  hingga  volume
larutan 100 ml Ditjen POM., 1995.
3.4.3 Pereaksi Bouchardat
Sebanyak  4  g  kalium  iodida  dilarutkan  dalam  air  suling  secukupnya,  lalu ditambahkan 2 g iodium kemudian ditambahkan air suling hingga larutan 100 ml
Ditjen POM., 1995.
3.4.4 Pereaksi Liebermann-Burchard
Sebanyak  5  bagian  volume  asam  sulfat  pekat  dicampurkan  dengan  50 bagian  volume  etanol  96.  Kemudian  ditambahkan  dengan  hati-hati  5  bagian
volume asam asetat anhidrida ke dalam campuran tersebut dan dinginkan Ditjen POM., 1995.
Universitas Sumatera Utara
28
3.4.5 Pereaksi Molisch
Sebanyak 3 g α-naftol dilarutkan dalam asam nitrat 0,5 N  dan dicukupkan
hingga 100 ml Ditjen POM, 1995.
3.4.6 Pereaksi asam klorida 2 N
Sebanyak  17  ml  larutan  asam  klorida  pekat  diencerkan  dengan  air  suling hingga 100 ml Ditjen POM., 1995.
3.4.7 Pereaksi asam sulfat 2 N
Sebanyak  5,4  ml  larutan  asam  sulfat  pekat  diencerkan  dengan  air  suling sampai 100 ml Ditjen POM., 1995.
3.4.8 Pereaksi natrium hidroksida 2 N
Sebanyak  8  g  kristal  natrium  hidroksida  dilarutkan  dengan  air  suling sebanyak 100 ml Ditjen POM., 1995.
3.4.9 Pereaksi timbal II asetat 0,4 M
Sebanyak  15,17  g  timbal  II  asetat  dilarutkan  dalam  air  suling  bebas karbon dioksida sebanyak 100 ml Ditjen POM., 1995.
3.4.10  Pereaksi besi III klorida 1 bv
Sebanyak  1  g  besi  III  klorida  dilarutkan  dalam  air  secukupnya  dan diencerkan hingga 100 ml Ditjen POM., 1995.
3.5 Karakterisasi Simplisia Daun Pugun Tanoh
Karakterisasi  simplisia  meliputi  pemeriksaan  organoleptik,  mikroskopik, penetapan  kadar  air,  penetapan  kadar  sari  larut  dalam  air,  penetapan  kadar  sari
larut dalam etanol, penetapan kadar abu total dan penetapan kadar abu tidak larut asam.
Universitas Sumatera Utara
29
3.5.1 Pemeriksaan organoleptik
Pemeriksaan  organoleptik  dilakukan  dengan  mengamati  bentuk  luar  dari simplisia dan ekstrak etanol daun pugun tanoh, yaitu warna, bau, bentuk dan rasa.
3.5.2 Pemeriksaan mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik dilakukan terhadap serbuk simplisia daun pugun tanoh. Serbuk simplisia daun pugun tanoh ditaburkan diatas kaca objek yang telah
ditetesi  dengan  larutan  kloralhidrat  dan  ditutup  dengan  kaca  penutup,  kemudian diamati di bawah mikroskop.
3.5.3 Penetapan kadar air
Sebanyak  200  ml  toluen  dimasukkan  ke  dalam  labu  alas  bulat,  lalu ditambahkan 2 ml air suling, setelah alat dipasang, kemudian didestilasi selama 2
jam.  Destilasi  dihentikan  dan  dibiarkan  dingin  selama  ±  30  menit,  kemudian volume air dalam tabung penerima dibaca dengan ketelitian 0,05 ml.
Labu  berisi  toluen  tersebut  dimasukkan  5  g  serbuk  simplisia  yang  telah ditimbang  seksama  lalu  dipanaskan  hati-hati  selama  15  menit  kemudian  setelah
toluen mendidih, kecepatan toluen diatur 2 tetes  per detik sampai sebagian besar air  terdestilasi,  kemudian  kecepatan  destilasi  dinaikkan  sampai  4  tetes  per  detik.
Air terdestilasi seluruhnya, bagian dalam pendingin dibilas dengan toluen. Destilasi  dilanjutkan  selama  5  menit,  tabung  penerima  dibiarkan
mendingin  pada  suhu  kamar,  setelah  air  dan  toluen  memisah  sempurna,  volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 ml. Selisih kedua volume air yang dibaca sesuai
dengan  kadar  air  yang  terdapat  dalam  bahan  yang  diperiksa.  Kadar  air  dihitung dalam persen WHO., 2011.
Universitas Sumatera Utara
30
3.5.4 Penetapan kadar abu total
Sebanyak  2  g  serbuk  yang  telah  digerus  dimasukkan  ke  dalam  krus porselin  yang  telah  dipijar  dan  ditara,  kemudian  diratakan.  Krus  porselin  dipijar
perlahan-lahan  sampai  arang  habis,  pemijaran  dilakukan  pada  suhu  500-600°C selama 3 jam kemudian didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap.
Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan WHO., 2011.
3.5.5 Penetapan kadar abu tidak larut dalam asam
Abu  yang  telah  diperoleh  dalam  penetapan    kadar  abu  dididihkan  dalam 25
l ml  asam  klorida  encer  selama  5  menit.  Bagian  yang  tidak  larut  asam
dikumpulkan,  disaring  melalui  kertas  saring  dan  dipijar  sampai  bobot  tetap, kemudian  didinginkan  dan  ditimbang.  Kadar  abu  yang  tidak  larut  dalam  asam
dihitung terhadap bahan yang dikeringkan WHO., 2011.
3.5.6 Penetapan kadar sari larut dalam air
Sebanyak  5  g  serbuk  simplisia  daun  pugun  tanoh,  dimaserasi  selama  24 jam  dalam  100  ml  air-kloroform  2,5  ml  kloroform  dilarutkan  di  dalam  1  L  air
suling  dalam    labu    tersumbat  sambil  sesekali  dikocok  selama  6  jam  pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam, lalu disaring. Sejumlah 20 ml filtrat pertama
diuapkan  sampai  kering  dalam  cawan  penguap  berdasar  rata  yang  telah dipanaskan  dan  ditara.  Sisa  dipanaskan  pada  suhu  105°C  sampai  bobot  tetap.
Kadar  sari  yang  larut  dalam  air  dihitung  terhadap  bahan  yang  telah  dikeringkan Depkes RI., 1995.
3.5.7 Penetapan kadar sari larut dalam etanol
Sebanyak  5  g  serbuk  yang  telah  dikeringkan  di  udara  dimaserasi  selama 24 jam dalam 100 ml  etanol 96 dalam labu bersumbat sambil dikocok sesekali
Universitas Sumatera Utara
31 selama  6  jam  pertama  dan  kemudian  dibiarkan  selama  18  jam  dan  disaring.
Sejumlah  20  ml  filtrat  pertama  diuapkan  sampai  kering  dalam  cawan  dangkal berdasar  rata  yang  telah  ditara.  Sisa  dipanaskan  dalam  oven  pada  suhu  105
o
C sampai  diperoleh  bobot  konstan.  Kadar  sari  yang  larut  dalam  etanol  dihitung
terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara Ditjen POM., 1995.
3.6 Skrining Fitokimia Simplisia Daun Pugun Tanoh
Skrining  fitokimia  serbuk  simplisia  meliputi  pemeriksaan  senyawa golongan alkaloid, flavonoid, tanin, glikosida, saponin dan steroidtriterpenoid.
3.6.1 Pemeriksaan alkaloida Sebanyak 0,5 g serbuk simplisia ditambahkan 1 ml asam klorida 2 N dan
9 o
ml  air  suling,  dipanaskan  di  atas  penangas  air  selama  2  menit.  Setelah  dingin lalu disaring dan filtrat digunakan untuk percobaan berikut:
a. filtrat  sebanyak  3  tetes  ditambahkan  2  tetes  larutan  pereaksi  Mayer  akan
terbentuk endapan berwarna putih atau kuning menunjukkan reaksi positif; b.
filtrat  sebanyak  3  tetes  ditambahkan  2  tetes  larutan  pereksi  Bouchardat  akan terbentuk endapan berwarna coklat-hitam menunjukkan reaksi positif;
c. filtrat  sebanyak  3  tetes  ditambahkan  2  tetes  larutan  pereksi  Dragendorff  akan
terbentuk endapan berwarna merah atau jingga menunjukkan reaksi positif. Alkaloida  dinyatakan  positif  jika  terjadi  endapan  atau  paling  sedikit  dua
atau tiga dari percobaan di atas Ditjen POM., 1995.
3.6.2 Pemeriksaan flavonoida
Larutan Percobaan: Sebanyak  0,5  g  serbuk  simplisia  disari  dengan  10  ml  metanol  lalu
direfluks  selama  10  menit,  disaring  panas-panas  melalui  kertas  saring  berlipat,
Universitas Sumatera Utara
32 filtrat  diencerkan  dengan  10  ml  air  suling.  Setelah  dingin  ditambah  5  ml  eter
minyak  tanah,  dikocok  hati-hati,  didiamkan.  Lapisan  metanol  diambil,  diuapkan pada temperatur 40
o
C. Sisa dilarutkan dalam 5 ml etil asetat, disaring. Cara Percobaan :
a. 1 ml larutan percobaan diuapkan hingga kering, sisanya dilarutkan  dalam 1-2
ml  etanol  96,  ditambahkan  0,5  g  serbuk  seng  dan  2  ml  asam  klorida  2  N, didiamkan  selama  satu  menit.  Ditambahkan  10  ml  asam  klorida  pekat,  jika
dalam  waktu  2-5  menit  terjadi  warna  merah  intensif  menunjukkan  adanya flavonoida glikosida-3-flavonol.
b. 1  ml  larutan  percobaan  diuapkan  hingga  kering,  sisanya  dilarutkan    dalam
1 l
ml  etanol  96,  ditambahkan  0,1  g  magnesium  dan  10  ml  asam  klorida pekat,  terjadi  warna  merah  jingga  sampai  merah  ungu  menunjukkan  adanya
flavonoida Ditjen POM., 1995.
3.6.3 Pemeriksaan tanin
Sebanyak  0,5  g  serbuk  simplisia  disari  dengan  10  ml  air  suling  lalu disaring. Filtratnya diencerkan dengan air suling sampai tidak berwarna. Ke dalam
2 ml filtrat ditambahkan 1-2 tetes larutan besi III klorida. Jika terjadi warna biru atau hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin Farnsworth, 1966.
3.6.4 Pemeriksaan glikosida
Sebanyak  3  g  serbuk  simplisia  disari  dengan  30  ml  campuran  7  bagian volume  etanol  96  dan  3  bagian  volume  air  suling.  Selanjutnya  ditambahkan
10 l
ml HCl 2 N, direfluks selama 10 menit, didinginkan dan disaring. Pada 30 ml filtrat ditambahkan 25 ml air suling dan 25 ml timbal II asetat 0,4 M, dikocok,
didiamkan  selama  5  menit  lalu  disaring.  Filtrat  disari  sebanyak  3  kali,  tiap  kali dengan  20  ml  campuran  3  bagian  volume  kloroform  dan  2  bagian  volume
Universitas Sumatera Utara
33 isopropanol.  Lapisan  air  diambil  kemudian  ditambahkan  2  ml  air  dan  5  tetes
pereaksi  Molisch,  ditambahkan  hati-hati  2  ml  asam  sulfat  pekat.  Jika  terbentuk cincin  warna  ungu  pada  batas  kedua  cairan  menunjukkan  adanya  ikatan  gula
Ditjen POM., 1995.
3.6.5 Pemeriksaan saponin
Sebanyak 0,5  g  serbuk simplisia  dimasukkan ke dalam tabung  reaksi  dan ditambahkan  10  ml  air  suling  panas,  didinginkan  kemudian  dikocok  kuat-kuat
selama 10 detik. Timbulnya busa yang mantap setinggi 1-10 cm tidak kurang dari 10 menit yang tidak hilang dengan penambahan 1 tetes larutan asam klorida 2 N
menunjukkan adanya saponin Ditjen POM., 1995.
3.6.6 Pemeriksaan steroida triterpenoida
Sebanyak 1 g serbuk simplisia dimaserasi dengan 20 ml eter selama 2 jam, lalu disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap.  Sisa dalam cawan penguap
ditambahkan  2  tetes  asam  asetat  anhidrida  dan  1  tetes  asam  sulfat  pekat. Timbulnya  warna  ungu  atau  merah  kemudian  berubah  menjadi  hijau  biru
menunjukkan adanya steroidatriterpenoida Harborne, 1987.
3.7 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Pugun Tanoh
Serbuk simplisia diekstraksi secara sokletasi dengan menggunakan pelarut etanol  96.  Alat  sokletasi  dipasang,  kemudian  sebanyak  40  g  serbuk  simplisia
daun  pugun  tanoh  [
Curanga  fel-terrae
Lour.  Merr.]  dibungkus  dengan  kertas saring  kemudian  dimasukkan  ke  dalam  alat  soklet.  Pelarut  etanol  96  sebanyak
400  ml  dimasukkan  ke  dalam  labu  alas  bulat  dan  dipanaskan  pada  suhu  80°C sampai tetesan siklus mendekati tidak berwarna tersari sempurna selama 18 jam.
Filtrat  kemudian  dipekatkan  dengan  rotary  evaporator pada  suhu  50°C    dan
Universitas Sumatera Utara
34 diuapkan  dengan  penangas  air  kemudian  dimasukkan  ke  dalam  pendingin
sehingga diperoleh ekstrak etanol daun pugun tanoh.
3.8 Karakterisasi dan Skrining Fitokimia Ekstrak
Karakterisasi  dan  skrining  fitokimia  ekstrak  dilakukan  dengan  prosedur yang sama dengan karakterisasi dan skrining fitokimia pada simplisia daun pugun
tanoh.
3.9 Uji Aktivitas Antelmintik Ekstrak Etanol Daun Pugun Tanoh 3.9.1 Hewan percobaan
Hewan  percobaan  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  adalah  cacing tanah  dewasa
Pheretima  posthuma
dengan  ukuran  seragam  panjang  14 – 14,5
cm  dan  lebar  0,1 – 0,2  cm.
Pheretima  posthuma
dikumpulkan  dari  tanah  yang lembab,  dicuci  dengan  air  suling  untuk  menghilangkan  pengotor  dan  diaklimasi
dalam larutan salin selama 60 menit Joseph, et al., 2013.
3.9.2 Uji pengaruh etanol terhadap
Pheretima posthuma
Larutan  etanol  96  diencerkan  dengan  salin  hingga  20  ml  untuk memperoleh  larutan  etanol  0,5;  1;  2;  4;  6;  8  dan  10.  Perhitungan  pengenceran
larutan etanol dapat dilihat pada Lampiran 20 halaman 59.
Pheretima  posthuma
dimasukkan  secara  terpisah  ke  dalam  cawan  petri  yang  masing-masing  berisi larutan  etanol  dengan  konsentrasi  berbeda  tersebut.  Efek  etanol  terhadap
Pheretima posthuma
diamati selama 5 jam.
3.9.3 Penyiapan sampel uji
Ditimbang  100,  200,  400  dan  600  mg  ekstrak  etanol  daun  pugun  tanoh, kemudian  masing-masing  dimasukkan  ke  dalam  vial  yang  sudah  dikalibrasi  20
Universitas Sumatera Utara
35 ml.  Ekstrak    dilarutkan  dengan  etanol  0,5  dan  diencerkan  sampai  garis  tanda.
Albendazole  disiapkan  dengan  mensuspensikan  1200  mg  serbuk  albendazole dalam lumpang yang berisi sejumlah larutan salin, lalu digerus. Sebanyak 0,3 ml
Tween  80  ditambahkan  ke  dalam  lumpang,  kemudian  digerus  sampai  terbentuk suspensi  merata.  Suspensi  dipindahkan  ke  dalam  labu  erlenmeyer  yang  sudah
ditara,  kemudian  dicukupkan  dengan  larutan  salin  sampai  60  ml  sehingga diperoleh  suspensi  albendazole  dengan  konsentrasi  20  mgml.  Perhitungan
penyiapan  suspensi  ekstrak  dan  albendazole  dapat  dilihat  pada  Lampiran  22 halaman 61.
3.9.4 Uji aktivitas antelmintik
Uji  aktivitas  antelmintik  dilakukan  berdasarkan  prosedur  Patilaya  dan Husori  2015.  Hewan  percobaan  dibagi  menjadi  7  kelompok  yang  masing-
masing  terdiri  dari  3  ekor  cacing
Pheretima  posthuma
dengan  perlakuan  seperti pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1.  Perlakuan uji antelmintik ekstrak etanol daun pugun tanoh terhadap
Pheretima posthuma
Keterangan: EEDPT = ekstrak etanol daun pugun tanoh
Seluruh  perlakuan  dilakukan  dalam  cawan  petri  steril  pada  suhu  kamar. Aktivitas  antelmintik  ekstrak  daun  pugun  tanoh  ditentukan  berdasarkan  waktu
paralisis  dan  kematian  melalui  pengamatan  terhadap  motilitas  dan  morfologi cacing
Pheretima  posthuma
selama  5  jam.  Cacing
Pheretima  posthuma
Kelompok Perlakuan
I Pemaparan dalam 20 ml larutan salin steril kontrol negatif
II Pemaparan dalam 20 ml larutan  etanol 0,5 kontrol pelarut
III Pemaparan dalam 20 ml suspensi albendazole 20 mgml kontrol
positif IV
Pemaparan dalam 20 ml larutan EEDPT 5 mgml V
Pemaparan dalam 20 ml larutan EEDPT 10 mgml VI
Pemaparan dalam 20 ml larutan EEDPT 20 mgml VII
Pemaparan dalam 20 ml larutan EEDPT 30 mgml
Universitas Sumatera Utara
36 dipindahkan  ke  dalam  cawan  petri  berisi  larutan  salin  bersuhu  40-50  ºC  untuk
memastikan hewan percobaan telah mati,.
3.10 Analisis Statistika
Data-data  hasil  penelitian  disajikan  dalam  nilai  rata-rata  ±  simpangan baku. Analisis statistika dilakukan menggunakan perangkat lunak SPSS versi 22.0
dengan  metode  analisis  variansi  Anava  satu  arah,  apabila  terdapat  perbedaan signifikan,  analisis  dilanjutkan  dengan  uji  Tukey.  Analisis  statistika  dilakukan
pada taraf kepercayaan 95.
Universitas Sumatera Utara
37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Identifikasi Tumbuhan
Hasil  identifikasi  tumbuhan  yang  dilakukan  oleh  Herbarium  Bogoriense Bidang  Botani,  Pusat  Penelitian  Biologi  LIPI  Bogor  menyebutkan  bahwa
tumbuhan yang digunakan adalah pugun tanoh [
Curanga fel-terrae
Lour. Merr.] suku
Scrophulariaceae
Lampiran 1 halaman 56.
Pada penelitian ini bagian tumbuhan pugun tanoh  yang digunakan adalah daun.  Lampiran  4  halaman  62  menunjukkan  bahwa  secara  visual  daun  pugun
tanoh  yang  segar  berwarna  hijau  muda  sampai  hijau  tua,  berbentuk  bulat  telur dengan  tinggi  2-7  cm  dan  lebar  2-4  cm,  ujung  daun  agak  melancip,  tepi  daun
beringgit dan permukaan daun bertekstur kasar. Daun terasa sangat pahit di lidah dan  bila  diremas  daunnya  tidak  mengeluarkan  bau.  Hasil  yang  sama  juga
dilaporkan  oleh  Patilaya  dan  Husori  2015,  Ramadhani  2014,  Harahap,  dkk. 2013, Fithra  2013 dan Juwita 2009.
4.2 Karakteristik Simplisia Daun Pugun tanoh
Hasil  penelitian  menunjukkan  bahwa  secara  organoleptik  simplisia  daun pugun  tanoh  berwarna  hijau  Lampiran  5  halaman  61.  Simplisia  daun  pugun
tanoh  berasa  pahit  dan  tidak  berbau.  Hasil  yang  sama  juga    dilaporkan  oleh Patilaya dan Husori 2015,  Ramadhani 2014, Fithra  2013 dan Juwita 2009.
Hasil  pemeriksaan  mikroskopik  simplisia  daun  pugun  tanoh  dapat  dilihat pada  Lampiran  6  halaman  62.  Daun  pugun  tanoh  memiliki  fragmen  pengenal
seperti  trikoma,  tulang  daun,  berkas  pembuluh,  rambut  bersel  banyak,  kristal
Universitas Sumatera Utara