Antelmintik untuk infeksi trematoda Antelmintik untuk infeksi cestoda

14 mikrotubulus parasit serta menurunkan ambilan glukosa Tjahyanto dan Salim, 2013; Tjay dan Rahardja, 2002. d. Pirantel pamoat Pirantel pamoat bersama dengan mebendazol, efektif pada pengobatan infeksi cacing gelang, cacing kremi dan cacing tambang. Obat ini bekerja sebagai agen penghambat neuromuskular dan depolarisasi, menyebabkan aktivasi permanen pada reseptor nikotinik parasit. Cacing yang terparalisis kemudian dikeluarkan dari saluran cerna Tjahyanto dan Salim, 2013. e. Dietilkarbamasin Dietilkarbamasin digunakan pada pengobatan filiarisis karena kemampuannya melumpuhkan mikrofilaria dan membuat mikrofilaria rentan terhadap mekanisme pertahanan Tjahyanto dan Salim, 2013.

2.3.2 Antelmintik untuk infeksi trematoda

Infeksi trematoda, secara umum diobati dengan praziquantel. Obat ini adalah agen pilihan untuk pengobatan seluruh bentuk skistosomiasis dan infeksi trematoda lainnya, serta infeksi cestoda seperti sistiserkosis. Permeabilitas membran sel terhadap kalsium meningkat, meyebabkan kontraktur dan paralisis parasit Tjahyanto dan Salim, 2013.

2.3.3 Antelmintik untuk infeksi cestoda

a. Albendazol Albendazol adalah suatu benzimidazol berspektrum lebar yang dapat diberikan peroral Gunawan dan Sulistia, 2011. Obat ini bekerja dengan cara berikatan dengan β-tubulin parasit sehingga menghambat sintesis mikrotubulus dan ambilan glukosa pada larva atau nematoda dewasa sehingga persediaan glikogen menurun dan pembentukan ATP berkurang, akibatnya cacing akan mati. Aplikasi Universitas Sumatera Utara 15 terapeutik utamanya adalah pengobatan infeksi cacing kremi, cacing tambang, cacing gelang, penyakit neuro-sistiserkosis dan penyakit hidatid Tjahyanto dan Salim, 2013; Gunawan dan Sulistia, 2011. b. Niklosamid Niklosamid adalah obat pilihan untuk sebagian besar infeksi cestoda cacing pita. Kerjanya dianggap menghambat fosforalisasi adenosin difosfat mitokondria parasit, yang menghasilkan energi yang dapat digunakan dalam bentuk adenosin trifosfat dan metabolisme anaerobik juga dapat dihambat Tjahyanto dan Salim, 2013. Kebanyakan obat cacing efektif terhadap satu macam cacing, hanya beberapa obat yang memiliki khasiat terhadap lebih jenis cacing broad spectrum , misalnya mebendazol. Diagnosis tepat diperlukan sebelum menggunakan obat cacing. Kebanyakan obat cacing diberikan secara oral, pada saat makan atau sesudah makan. Beberapa obat cacing perlu diberikan bersama obat pencahar seperti praziquantel dan niklosamid. Posmedikasi banyak antelmintik dalam dosis terapi hanya bersifat melumpuhkan cacing, jadi tidak mematikannya Gunawan dan Sulistia, 2011; Tjay dan Rahardja, 2002. Antelmentik dapat menimbulkan efek samping seperti rasa mual, hilangnya nafsu makan, muntah, sakit kepala dan diare Vennila, et al., 2015; Nitave, et al., 2014; Liu dan Weller, 1996. Resistensi cacing parasit pada ternak juga telah banyak dilaporkan seperti pada golongan benzimidazol, imidotiazol- tetrahidropirimidin dan lakton makrosiklik yang digunakan lebih dari periode yang ditentukan dan diberikan dengan dosis rendah oleh para petani sehingga menyebabkan resistensi, infeksi cacing dari hewan ternak dapat berlanjut terjadi pada manusia dan keadaan resistensi kemungkinan kedepannya dapat terjadi pada Universitas Sumatera Utara 16 manusia Vercruysse, et al., 2011; Sutherland dan Leathwick, 2011; Wolstenholme, et al., 2004. Dilaporkan juga terjadinya kegagalan dan penurunan efektivitas obat antelmintik dosis tunggal seperti kegagalan pirantel terhadap cacing tambang Ancylostoma duodenale Reynoldson, et al., 1997, menurunnya efikasi mebendazol dan levamisol terhadap cacing tambang dan nematoda pada saluran pencernaan Flohr, et al., 2007; Albonico, et al., 2003, menurunnya efikasi albendazol terhadap cacing tambang Humphries, et al., 2011 dan terjadinya kegagalan tiabendazol terhadap Haemochus contortus Kotze, et al., 2009. Kegagalan dan penurunan efektivitas obat-obat antelmintik tersebut merupakan petanda telah terjadinya resistensi pada manusia Lalchhandama, K., 2010; Prichard, R.K., 2007. Menggunakan dosis berganda atau dosis berulang merupakan solusi terbaik, tetapi hal tersebut sulit diaplikasikan oleh masyarakat karena bermasalah pada waktu penggunaan sehingga dapat menyebabkan resistensi dan tidak tuntasnya pengobatan Vercruysse, et al., 2011.

2.4 Potensi Tumbuhan Sebagai Sumber Antelmintik

Dokumen yang terkait

Efek Relaksasi Ekstrak Etanol Daun Pugun Tanoh (Curanga fel-terrae (Lour.) Merr.) Terhadap Kontraksi Otot Polos Ileum Marmut (Cavia porcellus) Terisolasi Secara In Vitro

8 98 122

Efek Penyembuhan Luka Bakar Dari Sediaan Gel Ekstrak Etanol Daun Puguh Tanoh (Curanga fel-terrae (Lour.) Merr.).

3 59 119

Uji In Vitro Aktivitas Antelmintik Ekstrak Etanol Daun Pugun Tanoh [Curanga fel-terrae (Lour.) Merr.]

8 91 106

Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Bangun-bangun (Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng.)

6 64 51

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 96% Daun Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) Terhadap Kualitas Sperma Pada Tikus Jantan Galur Sprague- Dawley Secara In Vivo dan Aktivitas Spermisidal Secara In Vitro

0 15 104

Potensi Antelmintik Ekstrak Etanol Daun Mangga Arumanis (Mangifera indica L.) pada Cacing Ascaridia galli dan Raillietina tetragona secara In Vitro

0 15 9

Efek Relaksasi Ekstrak Etanol Daun Pugun Tanoh (Curanga fel-terrae (Lour.) Merr.) Terhadap Kontraksi Otot Polos Ileum Marmut (Cavia porcellus) Terisolasi Secara In Vitro

0 0 45

Efek Relaksasi Ekstrak Etanol Daun Pugun Tanoh (Curanga fel-terrae (Lour.) Merr.) Terhadap Kontraksi Otot Polos Ileum Marmut (Cavia porcellus) Terisolasi Secara In Vitro

0 0 16

Efek Relaksasi Ekstrak Etanol Daun Pugun Tanoh (Curanga fel-terrae (Lour.) Merr.) Terhadap Kontraksi Otot Polos Ileum Marmut (Cavia porcellus) Terisolasi Secara In Vitro

1 3 16

Efek Penyembuhan Luka Bakar Dari Sediaan Gel Ekstrak Etanol Daun Puguh Tanoh (Curanga fel-terrae (Lour.) Merr.).

0 0 15