3.4. Isolat Bakteri
Isolat bakteri yang digunakan adalah isolat yang diperoleh dari penelitian sebelumnya yaitu isolat bakteri dari jenis Pseudomonas aeroginosa dan Acinetobacter dari
Saudara Kabul Warsito S.si, yang berasal dari laut Sibolga dan laut Tanjung Balai. Isolat yang diujikan berjumlah 3 isolat bakteri yaitu: TJB 01 Pseudomonas
aeroginosa, TJB 05 Pseudomonas sp. dan SBG 05 Acinetobacter sp. diremajakan pada media Tripton Soya Agar TSA. Sebanyak 8g media TSA dimasukkan ke dalam
tabung erlenmeyer 250 ml ditambahkan air laut sebanyak 200 ml diaduk hingga merata. Media dimasak di atas hoteplate hingga mendidih, dituang ke dalam tabung
reaksi sebanyak 10 ml, ditutup dengan menggunakan kapas dan disterilkan menggunakan autoclave dengan suhu 121
o
C dengan tekanan 2 bar selama 15 menit.
3.5. Pembuatan Media Mineral
Ditimbang zat masing masing sebanyak 1 g NaCL, 1 g K
2
HPO
4
, 1 g NH
4
H
2
PO
4
, 3 g KNO
3
, 1 g NH
4 2
HPO
4
, 0,2 g MgSO
4
. Sebanyak 1000 ml air laut dimasukkan ke dalam erlenmeyer 1000 ml, kemudian diaduk setelah rata kemudian pH media diukur
dengan menggunakan pH meter, pH media disesuaikan dengan NaOH, dipanaskan di atas hoteplate hingga mendidih. Media yang telah dimasak kemudian disterilisasi
dengan autoclave dengan suhu 121
o
C dengan tekanan 2 bar selama 15 menit.
3.6. Pembuatan Suspensi Isolat Bakteri 10
8
selml Untuk Pengujian
Bakteri yang digunakan dalam pengujian dibuat dalam bentuk suspensi. Dengan menggunakan jarum ose diambil 1-2 ose biakan lalu dimasukkan ke dalam tabung
reaksi steril yang telah berisi larutan NaCl fisiologis 0,85. Campuran kemudian dihomogenkan dengan vortex, kekeruhan campuran dibandingkan dengan kekeruhan
Mac Farland 0,5 Standart yang setara dengan 10
8
CFUml.
Universitas Sumatera Utara
3.7. Pengukuran Pertumbuhan Sel
Untuk mengetahui pertumbuhan dan kepadatan sel selama masa inkubasi bakteri ditumbuhkan pada media mineral yang mengandung 2 minyak solar pada media. 1
ml inokulum cair isolat bakteri yang setara dengan kekeruhan larutan Mc-Farland, diinokulasikan ke dalam media secara aseptis, diinkubasi pada waterbath shaker pada
kondisi gelap dengan kecepatan 160 rpm pada suhu 30
o
C selama 12 hari. Pertumbuhan sel diamati setiap 4 hari sekali yaitu pada hari ke-0, ke-4, ke-8 dan hari
ke-12 masa inkubasi. Pengukuran pertumbuhan sel dilakukan dengan metode Standart Plate Count Fardiaz, 1992. Sebanyak 1 ml media biakan diencerkan hingga
konsentrasi 10
-12
, kemudian diinokulasikan ke media Plate Count Agar dengan metode cawan tuang dan diinkubasi selam 24 jam. Jumlah koloni yang tumbuh
dihitung dengan menggunakan Colony counter . Perhitungan estimasi jumlah sel dapat dihitung dengan rumus:
Fardiaz, 1992.
3.8. Uji Potensi Bakteri Penghasil Biosurfaktan Dalam Mendegradasi Minyak Solar
3.8.1. Penentuan Kurva Standart Solar
Untuk membuat kurva zat standart penyusun solar, maka dibuat terlebih dahulu pengenceran untuk zat standar Toluena dengan konsentrasi 40, 80, 100, 120 ppm,
untuk zat standart Nonana 20, 40 ,50, 60 ppm, untuk zat standart Etilbenzena 20, 40, 60, 80 ppm. Untuk zat standart Undecan 100, 200, 300, 400 ppm. Masing-masing
larutan zat standart tersebut masing masing diinjeksikan sebanyak 1 ul ke dalam kromatografi gas Hawlet Pacard 6890. Hasil analisis zat standart penyusun solar
diperoleh dalam satuan luas area. Setelah diperoleh luas area dari masing-masing zat
Universitas Sumatera Utara
standart penyusun solar, maka dibuat kurva standart zat penyusun solar dengan memplot konsentrasi versus luas area. Dari kurva dibuat persamaan garis lurus metode
Least square Glover and Mitchell, 2002 sehingga diperoleh persamaan : Y= a + bX
Dimana: Y : Luas area X : Konsentrasi zat standart penyusun solar ppm
A : intersep b : slope
3.8.2. Uji Potensi Bakteri Penghasil Biosurfaktan Dalam Mendegradasi Solar
1 ml inokulum cair isolat bakteri yang setara dengan kekeruhan larutan standart Mc- Farland =10
8
Selml, dinokulasikan ke dalam media mineral yang mengandung 2 minyak solar secara aseptis dan diinkubasi pada waterbath shaker dengan kondisi
gelap, dengan kecepatan 160 rpm pada suhu 30
o
C selama 12 hari. Media mineral yang mengandung 2 minyak solar dibuat tanpa ada pemberian inokulum sebagai kontrol.
Media yang telah diinkubasi selama 0, 4, 8 dan 12 hari diektraksi. Media dimasukkan ke dalam corong pisah dan ditambahkan 10 ml N-hexan, diekstraksi selama 15 menit,
diulangi ekstraksi ini sampai 3 kali dan setelah itu didiamkan hingga beberapa saat hingga terbentuk 2 lapisan. Lapisan bawah adalah lapisan yang mengandung air,
sedangkan lapisan atas adalah lapisan N-hexan. Lapisan yang bawah dibuang sedangkan lapisan atas diambil untuk dianalisa jumlah minyak solar sisa degradasi
dengan kromatografi gas. Sebanyak 1 ul sampel N-hexan diinjeksikan ke dalam kromatografi gas Hawlet Packard 6890 sehingga diperoleh luas area dari masing-
masing sampel. Nilai luas area dari masing- masing sampel disubstitusikan ke persamaan kurva standar zat penyusun solar sehingga diperoleh nilai konsentrasi
minyak solar tersisa dari masing- masing sampel.
Universitas Sumatera Utara
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian Potensi Isolat Bakteri Pendegradasi Minyak Solar Asal Laut Sibolga dan Tanjung Balai dengan Kemampuan Menghasilkan Biosurfaktan menghasilkan
pertumbuhan isolat bakteri dan penurunan konsentrasi komponen penyusun minyak solar yaitu, toluena, etilbenzena, nonana dan undekana.
4.1 Pertumbuhan Isolat
Dari hasil pengamatan terhadap pertumbuhan isolat bakteri TJB 01, TJB 05, SBG 05 dan isolat campuran dapat tumbuh dan mampu menggunakan minyak solar yang
terdapat pada media, sebagai sumber karbon untuk proses metabolismenya. Perhitungan pertumbuhan selama 12 hari inkubasi menunjukkan pola pertumbuhan
yang bervariasi diantara isolat, seperti terlihat pada Tabel 4.1.1 di bawah ini.
Tabel 4.1.1 Pertumbuhan Sel Isolat Bakteri Penghasil Biosurfaktan Dalam Mendegradasi Solar CFUml.
Isolat Jumlah Sel CFUml
Hari ke-0 Hari ke-4
Hari ke-8 Hari Ke-12
TJB 01 2 x 10
7
282 x 10
12
785 x 10
12
40 x 10
12
TJB 05 2 x 10
7
878 x 10
12
50 x 10
12
123 x 10
12
SBG 05 2 x 10
7
323 x 10
12
701 x 10
12
278 x 10
12
Campuran 2 x 10
7
446 x 10
12
1263 x 10
12
43 x 10
12
Universitas Sumatera Utara
Pada hari ke-4 isolat TJB 05 memiliki pertumbuhan paling tinggi 878x10
12
CFUml dan yang paling rendah isolat TJB 01 282x10
12
CFUml. Pada hari ke-8 isolat campuran memiliki pertumbuhan lebih tinggi 1263x10
12
CFUml dan yang paling rendah isolat TJB 05 50x10
12
CFUml. Pada hari ke-12 isolat SBG 05 memiliki pertumbuhan lebih tinggi 278x10
12
CFUml dan yang paling rendah isolat TJB 0140x 10
12
CFUml. Dari Tabel 4.1.1 dapat dilihat bahwa pertumbuhan masing- masing isolat menunjukkan pola yang berbeda, hal ini mungkin terjadi karena masing-
masing isolat memiliki fase pertumbuhan yang berbeda-beda. Tingginya populasi SBG 05 sampai hari ke-12 kemungkinan disebabkan kemampuan produksi
biosurfaktannya yang tinggi serta sistem degradasi yang lebih kompleks sehingga isolat tersebut lebih mampu bertahan sampai akhir pengkulturan. Selain itu isolat
bakteri SBG 05 merupakan isolat bakteri dari jenis Acinetobacter yang memiliki kemempuan yang tinggi menguraikan komponen minyak yaitu kelompok senyawa
alkana. Menurut Pikoli et al., 2000 senyawa alkana adalah senyawa yang paling dominan dalam minyak solar yang mudah larut dalam air dan mudah terdifusi ke
dalam membran sel mikroba. Oleh karena itu senyawa alkana mudah dimanfaatkan oleh bakteri sebagai sumber nutrien bagi pertumbuhannya. Perbedaan laju
pertumbuhan disebabkan oleh beberapa faktor yang diantaranya adalah jenis dan tipe bakteri itu sendiri maupun dari kemampuan bakteri dalam menggunakan nutrisi yang
ada dalam media untuk proses dalam pertumbuhan dan metabolismenya.
Menurut Jutono 1975, minyak bumi solar, bensin maupun kerosin yang ditambahkan ke dalam medium pertumbuhan bakteri sebagai satu-satunya sumber
karbon dapat meningkatkan jumlah sel isolat Pseudomonas. Peningkatan jumlah sel dalam medium solar dan kerosin lebih tinggi dibandingkan dengan medium yang
lainnya contohnya seperti bensin. Hidrokarbon penyusun solar dan kerosin lebih mudah digunakan sebagai substrat pertumbuhan isolat bakteri daripada bensin. Hal
tersebut dikarenakan solar merupakan senyawa alkana yang mudah diuraikan oleh bakteri sehingga lebih mudah untuk dimanfaatkan oleh bakteri sebagai sumber nutrisi
untuk pertumbuhan bakteri tersebut.
Universitas Sumatera Utara
4.2 Kemampuan Isolat Dalam Mendegradasi Toluena