Faktor Pembatas Biodegradasi KESIMPULAN DAN SARAN

pencemar tersebut sangat sulit untuk diatasi, apabila sudah menempel pada partikel padat seperti tanah, pasir, sedimen dan tumbuh-tumbuhan. Beberapa cara telah dilakukan untuk menanggulangi pencemaran ini, diantaranya dengan fotooksidasi, penguapan, dan penggunaan surfaktan kimia Van Dyke et al., 1991. Pemakaian beberapa surfaktan kimia juga dapat menyebabkan masalah bagi lingkungan, karena sifatnya yang resisten untuk dapat dipecah secara biologi dan sangat toksik saat terakumulasi dalam suatu ekosistem alam Fiechter, 1992. Salah satu cara penanggulangan pencemaran minyak bumi yang aman adalah dengan menggunakan biosurfaktan yang dihasilkan oleh mikroba pendegradasi minyak bumi. Selain dapat membantu peningkatan degradasi minyak bumi juga tidak toksik terhadap lingkungan, sehingga keberadaan biosurfaktan dapat menjadi alternatif pengganti senyawa- senyawa surfaktan kimia pengaktif permukaan. Pada dasarnya laut secara alamiah mempunyai kemampuan untuk menetralisir zat pencemar yang masuk ke dalamnya, akan tetapi jika zat pencemar tersebut berlebihan sehingga melampaui batas kemampuan air laut untuk menetralisir zat tersebut dan melampaui batas ambang cemas, maka kondisi ini mengakibatkan pencemaran lingkungan laut Van Dyke et al., 1991.

2.5. Faktor Pembatas Biodegradasi

Pertumbuhan bakteri dipengaruhi oleh faktor sehingga proses biodegradasi juga dipengaruhi oleh faktor yang sama. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses biodegradasi antara lain suhu, pH, keadaan nutrisi, ketersediaan O 2 Plohl et al., 2001. Kondisi lingkungan yang terutama adalah: a Suhu Pada temperatur rendah maka viskositas minyak meningkat dan volatilitas senyawa toksik menurun sehingga akan menghambat proses bioremediasi Atlas, 1995. Hidrokarbon rantai pendek alkana lebih mudah larut pada temperature rendah. Pada temperatur tinggi, aromatik lebih mudah larut Foght and Westlake, 1987. Laju tinggi Universitas Sumatera Utara biodegradasi minyak di laut dapat dicapai pada temperatur 15-20°C Bossert and Bartha, 1984. b pH Berbagai studi menghasilkan fakta bahwa biodegradasi minyak akan lebih cepat dengan peningkatan pH dan kecepatan optimum pada pH alkalin Foght and Westlake, 1987. Perubahan salinitas dapat mempengaruhi biodegradasi melalui perubahan populasi mikroba dan laju metabolisme hidrokarbon akan menurun 3.3-28.4 dengan peningkatan salinitas. c Nutrisi Bila terjadi tumpahan minyak ke laut, maka suplai karbon ke dalam air laut akan meningkat. Pada saat ini komposisi nutrient dalam air laut menjadi tidak seimbang C meningkat sehingga CNP menjadi meningkat melebihi komposisi normal bagi kebutuhan mikroba. Untuk meningkatkan jumlah mikroba maka diperlukan penambahan nutrient N dan P pada tingkat proporsi CNP sebelum tertumpah minyak. Petroleum dapat didegradasi oleh sejumlah mikroba dengan penambahan jumlah nutrisi organik seperti nitrogen, karbon dan fosfor Odu, 1978. Saat minyak tumpah ke laut, suplai karbon ke dalam air laut meningkat. Pada saat itu air laut terdapat ketimpangan komposisi nutrient C meningkat tajam sehingga CNP menjadi membesar melebihi komposisi normal bagi kebutuhan mikroba. d Oksigen Ketersediaan oksigen sangat penting dalam proses biodegrasi hidrokarbon jenuh dan aromatic Cerniglia, 1992. Benzena, toluena, etilbenzena dan xylena dapat didegradasi tanpa O 2 di air tanah yang terkontaminasi Johnson et al., 2003. Metabolisme hidrokarbon secara anaerobik dapat berhasil baik untuk hidrokarbon aromatic BTEX. PAH dan alkana dapat didegradasi dalam kondisi anaerobik Caldwell et al., 1998. Biodegradasi hidrokarbon minyak bumi membutuhkan oksigen sebagai akseptor elektron karena dasar proses biodegradasi adalah oksidasi Cooney, 1984. Universitas Sumatera Utara

2.6 Mikroorganisme