F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1. Kerangka Teori
Menurut Maria Sumardjono, teori adalah “Seperangkat proposisi yang berisi konsep abstrak atau konsep yang sudah didefenisikan dan saling berhubungan antar
variabel sehingga menghasilkan pandangan sistematis dari fenomena yang digambarkan oleh suatu variabel dengan variabel lainnya dan menjelaskan bagaimana
hubungan antar variabel tersebut.
9
Fungsi teori dalam penelitian ini adalah untuk mensistimasikan penemuan- penemuan penelitian, membuat ramalan atau prediksi atas dasar penemuan dan
menyajikan penjelasan yang dalam hal ini untuk menjawab pertanyaan. Artinya teori merupakan suatu penjelasan rasional yang berkesesuaian dengan objek yang
dijelaskan dan harus didukung oleh fakta empiris untuk dapat dinyatakan benar.
10
Teori yang dipakai dalam tesis ini adalah teori keadilan, yaitu teori yang menganalisis dan menjelaskan tentang hak mengasuh, merawat, memelihara dan
mewujudkan perlindungan terhadap anak. Dapat dipastikan adanya ketidakadilan apabila anak yang telah hilang orangtuanya tidak mendapat perhatian apapun dari
orang lain. Atau juga tidak adil apabila orang tua yang tidak memperoleh anak tidak mendapat tempat untuk mencurahkan kasih sayangnya. Oleh karenanya akan
terpenuhi rasa keadilan apabila ada orang lain yang bertindak sebagai orang tuanya,
9
Maria Sumardjono, Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian, Gramedia, Yogyakarta, 1989, hlm.12.
10
M. Solly Lubis , Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 1994, hlm. 17.
Pita Christin Suzanne Aritonang : Kedudukan Anak Angkat Dalam Hukum Adat Batak Toba Setelah Berlakunya..., 2008 USU e-Repository © 2008
memberi perlindungan, kasih sayangnya, dan hak-hak lain, baik moril maupun materil.
11
Perlindungan anak merupakan suatu bidang pembangunan nasional. Hakikat pembangunan nasional adalah membangun manusia seutuhnya. Melindungi anak
adalah melindungi manusia, yang adalah membangun manusia seutuhnya. Mengabaikan masalah perlindungan anak tidak akan memantapkan pembangunan
nasional. Akibat tidak adanya perlindungan anak akan menimbulkan berbagai permasalahan sosial, yang dapat mengganggu ketertiban, keamanan dan
pembangunan nasional. Maka ini berarti bahwa perlindungan anak yang salah satu upayanya melalui pengangkatan anak harus diusahakan apabila kita ingin
mensukseskan pembangunan nasional kita.
12
Dalam Pasal 26 ayat 1 Undang-Undang Perlindungan Anak disebutkan “Orangtua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk mengasuh , memelihara,
mendidik dan melindungi anak”. Demikian juga dalam Pasal 9 Undang-Undang Kesejahteraan Anak disebutkan “Orang tua adalah yang pertama-tama bertanggung
jawab atas terwujudnya kesejahteraan anak baik secara rohani , jasmani maupun sosial”. Dalam penjelasannya dijelaskan bahwa tanggungjawab orang tua atas
kesejahteraan anak mengandung kewajiban memelihara dan mendidik anak sedemikian rupa, sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang menjadi orang yang
cerdas, sehat, berbakti kepada orang tua, berbudi pekerti luhur, bertakwa kepada
11
A. Hamid Sarong, Kedudukan Anak Angkat Dalam Sistem Hukum Indonesia, Ringkasan Hasil Penelitian, USU, Medan, 2007, hlm. 9.
12
Muderis Zaini, Op. Cit. hlm. 18.
Pita Christin Suzanne Aritonang : Kedudukan Anak Angkat Dalam Hukum Adat Batak Toba Setelah Berlakunya..., 2008 USU e-Repository © 2008
Tuhan Yang Maha Esa dan berkemauan serta berkemampuan untuk meneruskan cita- cita bangsa berdasarkan Pancasila.
Selain itu, juga digunakan teori pengayoman, dimana fungsi hukum adalah pengayoman.
13
Hukum itu melindungi manusia secara aktif dan pasif. Secara aktif, yaitu memberikan perlindungan yang meliputi berbagai usaha untuk menciptakan
keharmonisan dalam masyarakat dan mendorong manusia untuk melakukan hal-hal yang manusiawi, salah satu contohnya adalah dengan melakukan pengangkatan anak.
Pengangkatan anak adalah suatu perbuatan yang manusiawi, yaitu untuk melindungi kepentingan si anak, agar kehidupannya lebih terjamin.
Melindungi secara pasif, yaitu memberikan perlindungan dalam berbagai kebutuhan, menjaga ketertiban dan keamanan, taat hukum dan peraturan, sehingga
manusia yang diayomi dapat hidup damai dan tenteram. Dengan terjaminnya
kedudukan si anak angkat tersebut sebagai anak oleh keluarga angkatnya, maka kedudukan anak tersebut dilindungi oleh hukum.
Demikian juga teori keseimbangan. Dalam kehidupan ini ada pasangan suami-isteri yang mempunyai anak dan ada juga yang tidak mempunyai keturunan.
Orang yang tidak mempunyai keturunan akan memperoleh kesimbangan dari pasangan yang ada keturunan.
14
Dalam kenyataannya sekarang ini dimasyarakat, sering kita mendengar banyaknya anak yang hilang atau diculik. Begitu pula dengan perdagangan anak,
13
Soediman Kartohadiprodjo, Pengantar Tata Hukum Indonesia, Pembangunan, Jakarta, 1993, hlm. 245.
14
A. Hamid Sarong, Op. Cit. hlm. 10.
Pita Christin Suzanne Aritonang : Kedudukan Anak Angkat Dalam Hukum Adat Batak Toba Setelah Berlakunya..., 2008 USU e-Repository © 2008
dimana seorang anak dapat berpindah tangan dari orangtuanya di daerah miskin kepada seorang perantara dengan imbalan jasa yang tak berarti, untuk selanjutnya
dijual kepada yang menginginkan di pasaran dalam dan luar negeri. Oleh karena itu dalam hal pengangkatan anak itu diatur bahwa baik terhadap anak yang diangkat dan
orang tua yang hendak mengangkat anak harus jelas asal-usulnya dan dilakukan berdasarkan adat kebiasaan setempat dan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, dengan tujuan untuk melindungi kepentingan baik si calon anak angkat maupun calon orang tua angkat.
Peperangan juga mengakibatkan banyaknya anak-anak yang kehilangan orang tuanya dan kelahiran anak diluar perkawinan meningkat, sehingga
menimbulkan masalah bagaimana caranya melindungi anak-anak tersebut. Salah satu cara untuk melindungi dan menjaga ketertiban dan ketenteraman dalam masyarakat
adalah dengan melakukan pengangkatan anak. Hal ini relevan dengan Declaration of the Right Child yang diterima dalam sidang Majelis Umum PBB tanggal 20
November 1959 yang menyatakan tentang Hak-Hak Universal dari Anak. Perlindungan hukum terhadap hak-hak anak diatur dalam Pasal 22 Undang-
Undang Perlindungan Anak, dimana di dalamnya diatur bahwa negara dan pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab memberikan dukungan dan
prasarana dalam menyelenggarakan perlindungan anak. Dalam Pasal 23 ayat 1, negara dan pemerintah mengawasi penyelenggaraan perlindungan anak. Kemudian
dalam Pasal 24 disebutkan negara dan pemerintah menjamin anak untuk mempergunakan haknya dalam menyampaikan pendapat sesuai dengan usia dan
Pita Christin Suzanne Aritonang : Kedudukan Anak Angkat Dalam Hukum Adat Batak Toba Setelah Berlakunya..., 2008 USU e-Repository © 2008
tingkat kecerdasan anak. Dalam Pasal 25 disebutkan bahwa kewajiban dan tanggung jawab masyarakat terhadap perlindungan anak dilaksanakan melalui peran
masyarakat dalam menyelenggarakan perlindungan anak. Di kalangan masyarakat adat, motif pengangkatan anak itu beraneka ragam,
yang dipengaruhi oleh sistem kekerabatan dari masyarakat yang bersangkutan. Di daerah yang mengikuti garis keturunan patrilineal, seperti masyarakat
Batak Toba, pada prinsipnya pengangkatan anak hanya pada anak laki-laki dengan motif untuk melanjutkan keturunannya. Di daerah yang mengikuti garis keturunan
matrilineal, seperti di Minangkabau, pada prinsipnya tidak mengenal lembaga pengangkatan anak. Di daerah yang mengikuti garis keturunan parental, seperti di
Jawa dan Sulawesi, pada prinsipnya pengangkatan anak itu dilakukan dengan alasan : 1.
untuk memperkuat pertalian kekeluargaan dengan orang tua anak yang diangkat.
2. untuk menolong anak yang diangkat atas dasar belas kasihan.
3. atas dasar kepercayaan agar dengan mengangkat anak, kedua orang tua angkat
akan dikaruniai anak sendiri. 4.
untuk membantu pekerjaan orang tua angkat. Menurut hukum adat, tata cara pengangkatan anak dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu :
15
15
Iman Sudiyat, Hukum Adat Sketsa Adat, Liberty, Yogyakarta, 1999, hlm. 102.
Pita Christin Suzanne Aritonang : Kedudukan Anak Angkat Dalam Hukum Adat Batak Toba Setelah Berlakunya..., 2008 USU e-Repository © 2008
a. Tunaikontan, artinya bahwa anak itu dilepaskan dari lingkungannya semula dan
dimasukkan kedalam kerabat yang mengadopsinya dengan suatu pembayaran benda-benda magis, uang, pakaian.
b. Terang, artinya bahwa adopsi dilaksanakan dengan upacara-upacara dengan
bantuan para Kepala Persekutuan; ia harus terang diangkat kedalam tata hukum masyarakat.
Oleh karena beragamnya tata cara pelaksanaan adopsi yang dikenal di Indonesia, sehingga akibat hukum yang ditimbulkan juga beranekaragam antara
daerah yang satu dengan daerah yang lain. Akibat hukum yang terpenting dari adopsi adalah :
1. masalah yang termasuk kekuasaan orang tua
2. hak waris
3. hak alimentasi pemeliharaan
4. soal nama.
16
2. Kerangka Konsepsi