Proses Pengangkatan Anak Pada Masyarakat Batak Toba di Kecamatan

e Bahwa berdasarkan keterangan saksi-saksi, bahwa orang tua angkat tersebut telah merawat dan mengasuh anak angkat tersebut dengan baik dan penuh kasih sayang, seperti anaknya sendiri. f Bahwa orang tua angkat tersebut mampu dan sanggup untuk membesarkan dan membiayai anak angkat tersebut. g Bahwa orang tua angkat tersebut telah mendapat persetujuan dari orang tua kandungya dalam hal ini ibu kandungnya berdasarkan Surat Penyerahan Anak dari ibu kandungnya kepada orang tua angkatnya. h Bahwa orang tua angkat tersebut telah mendapat Penetapan Pengadilan yang menyatakan anak tersebut sebagai anak angkat mereka. Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat dilihat bahwa syarat-syarat pengangkatan anak terhadap calon orang tua angkat telah sesuai dengan yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak dan juga sesuai dengan Hukum Adat Batak Toba yang berlaku di Kecamatan Tarutung.

B. Proses Pengangkatan Anak Pada Masyarakat Batak Toba di Kecamatan

Tarutung Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan, tata cara pengangkatan anak oleh masyarakat Batak Toba di Kecamatan Tarutung dapat dilihat berdasarkan tabel berikut ini : Pita Christin Suzanne Aritonang : Kedudukan Anak Angkat Dalam Hukum Adat Batak Toba Setelah Berlakunya..., 2008 USU e-Repository © 2008 Tabel 6.a. Tata Cara Pengangkatan Anak Oleh Masyarakat Batak Toba di Kecamatan Tarutung n=15 No Tata Cara Pengangkatan Anak Jumlah 1 Secara Terang dan Tunai 10 66,67 2 Secara Tunai saja 5 33,33 Jumlah 15 100 Sumber : Data Primer yang diolah, tahun 2008. Dari Tabel 6.a di atas dapat dilihat tata cara pengangkatan anak oleh masyarakat Batak Toba di Tarutung adalah yang mengangkat anak secara terang dan tunai sebanyak 10 orang 66,67, yang mengangkat anak secara tunai saja sebanyak 5 orang 33,33. Pengangkatan anak secara terang dan tunai lebih banyak dilakukan dari pada pengangkatan anak secara tunai saja adalah karena anak yang diangkat adalah anak laki-laki. Selanjutnya berdasarkan Penetapan Pengadilan Negeri Tarutung dapat kita lihat proses atau tata cara pengangkatan anak bagi masyarakat Batak Toba di Kecamatan Tarutung sebagai berikut : Pita Christin Suzanne Aritonang : Kedudukan Anak Angkat Dalam Hukum Adat Batak Toba Setelah Berlakunya..., 2008 USU e-Repository © 2008 Tabel 6.b. Tata Cara Pengangkatan Anak Oleh Masyarakat Batak Toba di Kecamatan Tarutung Berdasarkan Penetapan Pengadilan Negeri Tarutung Tahun 2004-2007 No Tata Cara Pengangkatan Anak Jumlah 1 Mengangkat Anak dengan Penetapan Pengadilan dimana penyerahan anak dilakukan dibawah tangan 2 100 Jumlah 2 100 Sumber : Dokumentasi Pengadilan Negeri Tarutung Tahun 2004-2007. Dari Tabel 6.b di atas dapat kita lihat bahwa terdapat 2 orang yang melakukan pengangkatan anak melalui Penetapan Pengadilan Negeri Tarutung. Pengangkatan anak secara terang artinya adalah suatu prinsip legalitas yang berarti perbuatan itu diumumkan dan dilakukan di hadapan banyak orang dengan tujuan agar khalayak ramai dapat mengetahui bahwa telah terjadi pengangkatan anak. 52 Menurut adat Batak Toba di Tarutung, pengangkatan anak secara terang itu dilakukan secara terbuka di hadapan masyarakat setempat dengan dihadiri oleh dalihan natolu yang terdiri dari Hula-Hula, Dongan Tubu, dan Boru serta dihadiri oleh natua-tua ni huta. Selain itu juga dalam hal hendak mengangkat anak harus mendapat persetujuan dari keluarga yang mengadopsi, yaitu abang, adik juga melakukan upacara minta ijin dari nenek moyang. 53 52 Musthofa Sy., Pengangkatan Anak : Kewenangan Pengadilan Agama, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 50. 53 Wawancara dengan P. Hutagalung, Pemuka Adat di Tarutung, pada tanggal 8 Mei 2008. Pita Christin Suzanne Aritonang : Kedudukan Anak Angkat Dalam Hukum Adat Batak Toba Setelah Berlakunya..., 2008 USU e-Repository © 2008 Sedangkan pengangkatan anak secara tunai berarti perbuatan itu akan selesai ketika itu juga, tidak mungkin ditarik kembali. 54 Menurut adat Batak Toba yang ada di Tarutung pengangkatan anak secara tunai adalah bahwa orang tua yang mengangkat anak memberikan sesuatu benda, bisa baju atau perhiasan atau sejumlah uang atau sesuatu benda lainnya, kepada orang tua kandung anak tersebut sebagai simbol terhadap pengangkatan anak tersebut. 55 Dalam prakteknya dalam masyarakat Batak Toba di Tarutung, pengangkatan anak terhadap anak laki-laki dan perempuan itu dibedakan. Pengangkatan anak terhadap anak laki-laki biasanya dilakukan secara terang dan tunai. Akan tetapi pengangkatan anak terhadap anak perempuan biasanya hanya dilakukan secara tunai, tetapi tidak terang. Dalam arti pengangkatan anak terhadap anak perempuan itu hanya dilakukan dengan memberikan sesuatu benda, bisa sejumlah uang, atau baju atau perhiasan atau benda lainnya, tapi secara diam-diam. Dalam arti pengangkatan anak itu tidak dilakukan dengan suatu upacara adat dan diberitahukan kepada masyarakat setempat, tetapi cukup hanya antara orang tua yang mengangkat dengan orang tua kandung dengan disaksikan oleh kepala desa setempat dan dua orang saksi. 56 Berikut ini akan diuraikan proses pengangkatan anak berdasarkan hasil wawancara dengan para responden, pemuka adat dan ketua pengadilan, antara lain : 54 Bushar Muhammad, Pokok-pokok Hukum Adat, Pradnya Paramita, Jakarta, 2006, hlm. 33 55 Wawancara dengan P. Hutagalung, Pemuka Adat di Tarutung, pada tanggal 8 Mei 2008. 56 Wawancara dengan M. Simatupang, Pemuka Adat di Tarutung, pada tanggal 19 Juli 2008. Pita Christin Suzanne Aritonang : Kedudukan Anak Angkat Dalam Hukum Adat Batak Toba Setelah Berlakunya..., 2008 USU e-Repository © 2008 1. Pengangkatan anak secara terang dan tunai. Pengangkatan anak dalam istilah batak disebut juga dengan “mangain anak”. Tata cara mangain anak dalam masyarakat batak toba di Tarutung harus dirajahon dengan dihadiri oleh dalihan natolu dan natua-tuani huta. Sebelum mangain, terlebih dahulu diadakan musyawarah antara keluarga orang tua yang akan mangain dengan orang tua kandung si anak. Berdasarkan hasil musyawarah maka diadakanlah upacara adat dengan memotong sigagat duhut hewan kerbau atau namarmiak-miak hewan babi. Upacara adat tersebut dihadiri oleh dalihan natolu, yang terdiri dari Hula-Hula keluarga dari pihak isteri yang mengangkat, Dongan tubu sanak keluarga semarga ayah yang mengangkat, Boru saudara perempuananak perempuan dari ayah yang mengangkat; selain itu dihadiri oleh natua-tuani huta para orang tua yang tinggal didaerah orang tua yang mengangkat. Dalam upacara adat tersebut dibicarakanlah mengenai anak na niain, bahwa anak tersebut telah diserahkan oleh orang tua kandungnya kepada orang tua angkatnya dengan penyerahan sejumlah uang dari orang tua angkatnya kepada orangtua kandungnya. Dengan terjadinya penyerahan sejumlah uang tersebut dihadapan semua orang, maka sahlah anak tersebut menjadi anak orang tua angkatnya secara adat batak. Setelah itu biasanya disertai dengan pemberian piso-piso kepada dalihan natolu, maupun kepada natua-tuani huta yang hadir pada waktu upacara adat tersebut. Pita Christin Suzanne Aritonang : Kedudukan Anak Angkat Dalam Hukum Adat Batak Toba Setelah Berlakunya..., 2008 USU e-Repository © 2008 2. Pengangkatan anak secara tunai saja. Mangain anak secara tunai saja hanya berlaku terhadap anak angkat perempuan. Hal ini sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat Batak Toba di Tarutung apabila mangain anak perempuan tidak perlu diadakan upacara adat. Keluarga orang tua yang mangain melakukan musyawarah dengan orang tua kandungnya, dengan dihadiri oleh kepala desa setempat dan dua orang saksi, untuk membicarakan penyerahan anak na niain tersebut. Dalam musyawarah tersebut dibicarakan mengenai ganti rugi dari pengangkatan anak tersebut. Orang tua kandungnya meminta sejumlah uang sebagai simbol dari penyerahan anaknya kepada orang tua yang mengangkatnya. Setelah terjadi kesepakatan, maka sejak itu anak na niain tersebut resmi menjadi anak angkat dari orang tua angkatnya secara adat Batak Toba di Tarutung. Berdasarkan kebiasaan masyarakat Batak Toba di Kecamatan Tarutung, terhadap anak angkat perempuan, segera setelah anak tersebut diserahkan oleh orang tua kandungnya, maka oleh orang tua angkatnya anak tersebut dibawa ke gereja untuk dibaptis. Dalam acara pembaptisan di gereja tersebutlah, anak tersebut dibaptis sesuai dengan nama orang tua angkatnya bagi orang batak disebut misalnya boru Aritonang. 57 Dalam beberapa Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia, syarat tunai bukan merupakan unsur yang harus dipenuhi untuk sahnya perbuatan 57 Wawancara dengan M. Simatupang, Pemuka Adat di Tarutung, pada tanggal 19 Juli 2008. Pita Christin Suzanne Aritonang : Kedudukan Anak Angkat Dalam Hukum Adat Batak Toba Setelah Berlakunya..., 2008 USU e-Repository © 2008 pengangkatan anak, melainkan lebih ditekankan pada unsur terangnya dan perlakuan dari orang tua angkat terhadap anak angkat tersebut. 58 Hal ini dapat dilihat dari Putusan Mahkamah Agung Nomor : 1413 KPdt1988 Tanggal 18 Mei 1990 yang menyatakan apakah seseorang adalah anak angkat atau bukan, tidak semata-mata pada formalitas-formalitas pengangkatan anak tetapi dilihat dari kenyataan yang ada, yaitu bahwa ia sejak bayi dipelihara, dikhitankan dan dikawinkan oleh orang tua angkatnya. 3. Pengangkatan anak dengan penetapan pengadilan dimana penyerahan anak dilakukan dibawah tangan. Dari dua penetapan pengadilan yang diperoleh dari Pengadilan Negeri Tarutung ditemukan bahwa tata cara pengangkatan anak itu dilakukan sebagai berikut : a. Terdapat dua pasang suami-isteri yang telah melangsungkan pernikahan selama sekian tahun, akan tetapi belum dikaruniai anak. Oleh karena itu kedua pasang suami-isteri tersebut hendak melakukan pengangkatan anak yang bukan berasal dari kerabat, akan tetapi mengangkat anak orang lain di luar kerabat yang memiliki anak di luar perkawinan yang sah. b. Lalu, kedua pasang suami-isteri tersebut membuat surat permohonan yang ditujukan kepada Ketua Pengadilan Negeri Tarutung dengan melampirkan surat-surat bukti, antara lain : 58 Runtung Sitepu, Pluralisme Hukum Mengenai Pengangkatan Anak di Indonesia, Bahan Kuliah Hukum Waris Adat, November 2007. Pita Christin Suzanne Aritonang : Kedudukan Anak Angkat Dalam Hukum Adat Batak Toba Setelah Berlakunya..., 2008 USU e-Repository © 2008 i Foto copy Akta Perkawinan. ii Foto copy Kartu Tanda Penduduk. iii Foto copy Kartu Keluarga. iv Surat penyerahan anak dari ibu kandungnya kepada orang tua angkatnya secara di bawah tangan yang dibuat diatas kertas bermeterai cukup dan disahkan oleh kepala desalurah setempat. v Foto copy surat keterangan kelahiran si anak yang dikeluarkan oleh bidan atau rumah sakit dimana anak tersebut dilahirkan. c. Setelah pengajuan permohonan tersebut, maka oleh pengadilan akan diproses. Proses pemeriksaan akan dilakukan pada hari yang telah ditentukan oleh pengadilan, dengan rincian sebagai berikut : i Hakim membacakan dan meneliti semua surat-surat bukti yang telah disesuaikan sah dengan aslinya dan diberi materai secukupnya. ii Mendengar keterangan dari para saksi yang telah disumpah. iii Melakukan pemeriksaan terhadap pasangan suami-isteri yang memohon pengangkatan anak. iv Mengeluarkan Surat Penetapan yang mengabulkan permohonan pengangkatan anak. Pita Christin Suzanne Aritonang : Kedudukan Anak Angkat Dalam Hukum Adat Batak Toba Setelah Berlakunya..., 2008 USU e-Repository © 2008 Seorang pemuka adat di Tarutung menuturkan mengenai tata cara pengangkatan anak yang berlaku bagi masyarakat Batak Toba di Tarutung dapat diuraikan sebagai berikut : 59 1 Sepasang suami-isteri yang telah menikah bertahun-tahun akan tetapi belum dikaruniai seorang anak dapat mengangkat seorang anak yang berasal dari keluargakerabatnya yang memiliki banyak anak dan yang perekonomiannya lemah, atau bisa juga mengangkat anak yang bukan berasal dari keluargakerabatnya. Seorang janda diperbolehkan mengangkat anak, akan tetapi anak yang diangkat hanya boleh anak perempuan. Itupun dengan tujuan atau latar belakang agar ada yang mengurus dirinya di kemudian hari. 2 Apabila suami-isteri tersebut hendak melakukan pengangkatan anak, maka suami-isteri tersebut harus terlebih dahulu meminta ijin dari keluarganya dan juga melakukan semacam ritual untuk meminta ijin kepada nenek moyangnya. 3 Setelah mendapat persetujuan dari keluarganya, maka dibuatlah perjanjian dengan orang tua kandung anak tersebut dengan membuat suatu surat penyerahan anak secara dibawah tangan, bermeterai cukup dan dihadiri oleh kepala desalurah setempat dan dua orang saksi. Selain itu juga, orang tua kandung memberikan sesuatu barang, baik itu sejumlah uang atau pemberian lain sebagai ganti dari anak tersebut. 59 Wawancara dengan P. Hutagalung, Pemuka adat di Tarutung, pada tanggal 8 Mei 2008. Pita Christin Suzanne Aritonang : Kedudukan Anak Angkat Dalam Hukum Adat Batak Toba Setelah Berlakunya..., 2008 USU e-Repository © 2008 4 Setelah terjadi serah terima anak tersebut, biasanya kalau untuk anak laki-laki, harus diberitahukan kepada penduduk setempat dengan memotong seekor ternak namarmiak-miak hewan babi atau sigagat duhut hewan kerbau, yang dihadiri oleh dongan tubu sanak keluarga semarga ayah yang mengangkat, juga oleh tulang saudara laki-laki dari keluarga ibu yang mengangkat. Dalam ritual adat tersebut, maka orang tua angkat tersebut memberikan sejumlah uang disebut dengan istilah piso-piso kepada dongan tubu dan tulang yang hadir. Khusus terhadap anak angkat perempuan, tidak perlu diadakan upacara adat sebagaimana terhadap anak angkat laki-laki, tetapi cukup dengan memberikan sesuatu barang, baik itu sejumlah uang atau pemberian lainnya sebagai ganti dari anak tersebut. Dalam hal ini pengangkatan anak terhadap anak angkat perempuan dilakukan secara diam-diam. 5 Terhadap anak yang sudah sah menjadi anak angkat dari orang tua angkatnya, maka anak angkat tersebut tidak lagi mewaris dari orang tua kandungnya, melainkan mewaris dari orang tua angkatnya. Pita Christin Suzanne Aritonang : Kedudukan Anak Angkat Dalam Hukum Adat Batak Toba Setelah Berlakunya..., 2008 USU e-Repository © 2008

BAB IV KEDUDUKAN ANAK ANGKAT DALAM HUKUM ADAT BATAK TOBA