Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara yang mengangkat anak bukan berasal dari kerabat sendiri melainkan dari luar kerabat.
Konsekwensi dari pengangkatan anak yang demikian ini tentu mempunyai akibat hukum yang berbeda dari yang disyaratkan menurut hukum adat Batak Toba,
akan tetapi sejauh mana perubahan dimaksud perlu diadakan penelitian guna memperoleh fakta-faktanya dari tengah-tengah masyarakat dimaksud untuk
selanjutnya dianalisis secara teoritis maupun menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku sepanjang berkaitan dengan lembaga pengangkatan anak.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka yang menjadi pokok permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah motivasi masyarakat Batak Toba di Kecamatan Tarutung melakukan
pengangkatan anak? 2.
Bagaimanakah syarat-syarat dan proses pengangkatan anak pada masyarakat Batak Toba di Kecamatan Tarutung?
3. Bagaimanakah kedudukan anak angkat dalam hukum adat Batak Toba di
Kecamatan Tarutung setelah berlakunya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak?
Pita Christin Suzanne Aritonang : Kedudukan Anak Angkat Dalam Hukum Adat Batak Toba Setelah Berlakunya..., 2008 USU e-Repository © 2008
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut : 1.
Untuk mengetahui motivasi masyarakat Batak Toba di Kecamatan Tarutung dalam melakukan pengangkatan anak.
2. Untuk mengetahui syarat-syarat dan proses pengangkatan anak pada masyarakat
Batak Toba di Kecamatan Tarutung. 3.
Untuk mengetahui bagaimana kedudukan anak angkat dalam hukum adat Batak Toba di Kecamatan Tarutung setelah berlakunya Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1.
Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam ilmu
hukum baik berupa teori maupun gagasan, khususnya yang berkaitan dengan pengangkatan anak dalam masyarakat hukum adat Batak Toba.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi masyarakat hukum adat batak toba tentang bagaimana cara melakukan pengangkatan anak sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pita Christin Suzanne Aritonang : Kedudukan Anak Angkat Dalam Hukum Adat Batak Toba Setelah Berlakunya..., 2008 USU e-Repository © 2008
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan yang ada di lingkungan
Universitas Sumatera Utara, khususnya di lingkungan Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, menunjukkan bahwa tesis dengan judul
“KEDUDUKAN ANAK ANGKAT DALAM HUKUM ADAT BATAK TOBA SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002
TENTANG PERLINDUNGAN ANAK STUDI DI KECAMATAN
TARUTUNG, KABUPATEN TAPANULI UTARA” merupakan penelitian
lanjutan, karena ada penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, yaitu : Hotmariani br. Simbolon, mahasiswi Magister Kenotariatan Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Sumatera Utara tahun 2001 dengan judul “Pengangkatan Anak dan Akibat Hukumnya Terhadap Harta Benda Perkawinan Orang Tua Angkat Kajian
Pada Masyarakat Batak Toba di Medan, dengan perumusan masalah antara lain : a.
Bagaimana kedudukan hukum anak angkat di lingkungan keluarga orang tua yang mengangkat.
b. Bagaimana kedudukan anak angkat atas harta benda perkawinan orang tua yang
mengangkat. c.
Bagaimana sikap pengadilan Mahkamah Agung terhadap kedudukan anak angkat.
Akan tetapi perumusan masalah dan lokasi penelitian yang dilakukan sebelumnya berbeda dengan lokasi penelitian yang akan peneliti lakukan. Oleh sebab
itu penelitian dapat dinyatakan asli dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Pita Christin Suzanne Aritonang : Kedudukan Anak Angkat Dalam Hukum Adat Batak Toba Setelah Berlakunya..., 2008 USU e-Repository © 2008
F. Kerangka Teori dan Konsepsi