Awal Berdirinya Masyumi MASYUMI

BAB II MASYUMI

A. Awal Berdirinya Masyumi

Tumbuh dan berkembangnya partai-partai politik di Indonesia sejak proklamasi kemerdekaan adalah setelah dikeluarkannya maklumat pemerintah tanggal 4 November 1945. Maklumat tersebut berisikan bahwa pemerintah menyukai timbulnya partai-partai politik yang teratur dan difahami oleh masyarakat. Sejak keluarnya maklumat, maka berdirilah partai-partai politik, pada umumnya partai politik yang didirikan adalah kelanjutan dari organisasi- organisasi sosial dan partai politik yang sudah terbentuk pada masa kekuasaan kolonial belanda dan kekuasaan pendudukan Jepang. Antara lain adalah partai Masyumi, PNI, PKI, dan PSI. Sejarah pembentukan Masyumi tidak terlepas dari motif sejarah sebuah gerakan, yang bersifat sosial, pendidikan, dan politik. Partai Masyumi lahir 7 November 1945 yang berdasarkan keputusan kongres Muslimin Indonesia di Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah, Yogyakarta. Muhammadiyah adalah salah satu organ yang turut mensponsori berdirinya partai Masyumi. 9 dalam pembentukan partai-partai politik, tampak jelas dalam pengorganisasian partai-partai politik, yang terpengaruh oleh ikatan primordial, seperti Agama, suku, dan kedaerahan. Dalam hal ini sangat kentara pada waktu pemilihan umum 1955. Pada waktu paska kemerdekaan Indonesia merupkan perwujudan 9 Jurnal Pemikiran Agama dan Peradaban TANWIR, Perjalanan Politik Muhammadiyah dari ahmad Dahlan hingga Syafi’i Ma’arif, edisi Perdana, Vol. 1, mei 2003 dari aliran pemikiran yang ada dalam masyarakat politik Indonesia. Masyumi, Muhammadiyah dan NU merupakan perwujudan aliran pemikiran Islam, PNI merupakan perwujudan aliran nasionalisme Radikal, PKI merupakan perwujudan aliran Komunis, dan PSI merupakan perwujudan aliran sosialisme-Demokrat. 10 Tampilnya Masyumi sebagai partai Islam yang bercorak satu kesatuan dalam kemerdekaan Indonesia bukan suatu kebetulan dalam sejarah an historical accident yang tidak dilatarbelakangi kesadaran yang dalam dan panjang. Kelahiran Masyumi dapat dikatakan sebagai suatu keharusan sejarah an historical necessity bagi perjalanan politik umat Islam Indonesia. Dalam pembahasan seperti ini, penulis akan meluruskan kembali tentang Islam, Nasionalisme, dan Masyumi. Utamanya dalam rangka untuk mengantisipasi impact dampak yang sangat buruk untuk pertikaian ideologi kebangsaan yang terus berkembang di Indonesia, Indonesia adalah sebuah negara yang sebagian besar penduduknya adalah beragama Islam, mempunyai berbagai pembahasan hubungan antara Islam dan nasionalisme dalam konteks Indonesia kembali akan menyita banyak perhatian bagi akademisi dan banyak kalangan lain. Dalam persoalan aspek sosial, politik dan kemanusiaan, Islam mengakui aspek plural sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip ajaran Islam. Berkaitan dengan persoalan nasionalisme, Masyumi berpandangan untuk menegaskan bahwa nasionalisme tidak bertentangan dengan Islam baik dari segi ajaran maupun sejarahnya. 10 Herbert Feith dan Lance castle, pemikiran Politik Indonesia 1945-1965, Jakarta, P.T. LPES, 1988 h. 34 Inisiatif pembentukan Masyumi adalah inisiatif para tokoh partai politik dan gerakan sosial keagamaan Islam sejak zaman pergerakan, seperti Agus Salim, Prof. Abdul Kahar Muzakkir, Abdul Wahid Hasim, Muhammad Nasir, Muhammad Roem, Prawoto Mangkusasmito, Dr. SoekimanWirosandjojo, Kibagus Hadikusumo, Mohammad Mawardi, dan Dr. Abu Hanifah. Keputusan pembentukan Masyumi oleh sejumlah tokoh Islam tersebut tidak hanya sekedar keputusan, akan tetapi sebuah keputusan dari seluruh umat Islam melalui wakil-wakilnya. Penilaian seperti ini cukup beralasan apabila Masyumi dilihat dari susunan kepengurusannya, yang merupakan sebuah cerminan wakil-wakil sejumlah partai politik dan gerakan sosial keagamaan Islam tersebut. 11 Secara eksplisit sistematika politik yang disusun Masyumi, adalah sebagai politik yang tidak terlepas dari fungsi-fungsi lain, seperti artikulasi kepentingan, seleksi kepentingan, dan komunikasi politik. Secara implisit upaya pendidikan politik Masyumi adalah usaha untuk mencapai tujuan, yang dengan cara menginsafkan dan memperluas pengetahuan kecakapan umat Islam Indonesia dalam perjuangan politik. Perjuang politik Masyumi yang sangat kuat adalah perjuangan ideologi untuk menghadapi komunis yang diperjuangkan oleh PKI berdasarkan “teori-teori Marx, Engles Lenin, Stalin dan Mao Tse Tung. Keyakinan Masyumi sebagai propaganda ideologi yang bisa menyesatkan adalah PKI, yang disebar luaskan melalui media cetak sepeti buku-buku tentang Marxise. 11 Samsuri, Politik Islam Anti Komunis, Jogjakarta, P.T. Safira Insani Press, 2004 h.9-10 Untuk mengantisipasi propaganda tersebut Partai Masyumi mengeluarkan sebuah kebijakan bagi para anggotanya, kebijakan itu adalah buku-buku yang bertemakan “sosialisme-religius” atau lebih dikenal dengan buku-buku bacaan keluaga Masyumi. 12 Pilihan Islam sebagai ideologi partai Masyumi adalah sejalan dengan latar belakang pembentukan Masyumi. Karena cita-cita Islam sebagai ideologi Masyumi sudah tampak jelas, dalam rumusan tujuan yang pertama kali diputuskan dalam kongres umat Islam di Yogyakarta, pada tanggal 7-8 November 1945, pada pasal II ayat I, yang berbunyi kedaulatan Rebuklik Indonesia dan Agama Islam, adalah melaksanakan cita-cita Islam dalam urusan ketatanegaraan. Dengan demikian, menegakkan Islam tidak dapat dipisahkan dari Masyarakat, Negara, dan kemerdekaan. Apabila dihubungkan dengan situasi tahun 1945, maka pembentukan Masyumi adalah dalam rangka menyalurkan aspirasi politik umat sebagai cerminan dari potensi yang sangat besar dan konkret. Pada masa itu, masa konkrit adalah masa yang tanpa pimpinan politik yang berasaskan Islam. Dapat dipahami pula bahwa munculnya masyumi pada tahun 1945 dipandang sebagi jawaban positif umat, terhadap manifiesto politik yang mendorong partai-partai, dan direspon oleh pihak-pihak lain. Sehingga umat Islam-pun merespon kesempatan tersebut dengan mendirikan partai yang berasaskan Islam, yang diberi nama Masyumi Majlis Syuro Muslimin Indonesia. Yang dianggap sebagai satu-satunya partai politik yang berasaskan Islam di Indonesia pada waktu itu. 12 Samsuri, Politik Islam Anti Komunis, Jogjakarta, P.T. Syafira Insani Press, 2004 h. 96-97 Pada awalnya pendukung Masyumi terdiri dari empat organisasi yaitu Muhammadiyah, Nahdhatul Ulama NU, Perserikatan Umat Islam, dan Persatuan Umat Islam. Dalam perkembengan Masyumi hampir semua organisasi Islam bergabung menjadi anggota. Ketua umum partai Masyumi yang pertama adalah DR. Soekiman, dia adalah pemimpin muslim yang terkenal dari Syarikat Islam, dan dia dibantu oleh pemikir-pemikir intelektual muslim muda, seperti Syarifuddin Prawiranegara, Muhmmad Roem, Mr. Kasman Singodimedja, Yusuf Wibisana, Abu Hanifah dan Mohammad Nasir. Dalam perkembangan berikutnya terdapat tiga kelompok dalam partai Masyumi yaitu, konserfatif, moderat, dan sosialis religius. Kelompok Konserfatif adalah terdiri dari pemimpin agama Islam, kelompok Moderat yang terdiri dari Mohammad Nasir, Syarifuddin dan Muhammada Roem, sedangkan kelompok Sosialis Religius, lebih berfikir secara kebaratan, seperti DR. Soekiman, Yusuf Wibisono, dan Abu Hanifah. Pada awal pembentukan partai Masyumi secara formal pernah mengalami kejayaan, yang berhasil mempersatukan umat Islam. Akan tetapi lima belas tahun kemudian nasib partai Masyumi sangat memprihatinkan. Karna Masyumi belum berhasil melakukan konsolidasi politik yang berkaitan dengan pengkaderan. Sehingga konsep dan pemikiran partai Masyumi belum menjadi semangat para tokoh yang terkait, hal seperti ini disebabkan adanya perbedaan yang mendasar tentang pola fakir para tokoh yang telah terkotak-kotak sebagaiman kita telah ketahui. Dilihat dari pertumbuhan partai Masyumi yang secara sepontan dan para tokoh idealisnya yang berfariasi dapat diprediksi bahwa partai Masyumi akan menghadapi banyak kendala dalam mewujudkan misinya. Hal seperti ini dapat dibuktikan ketika Masyumi dihadapkan kepada pembahasan struktur yang tidak kunjung pernah selesai sebagaimana diungkapkan oleh M. Fahry. “Masyumi mengalami berbagi macam persoalan internal”, diantara persoalan internal tersebut, semenjak berdirinya sampai menjelang dibubarkan 1960, ini adalah persoalan struktural organisasi partai yang tidak pernah tertuntaskan. Dari konggres ke konggres persoalan tersebut selalu diperbincangkan, termasuk juga masalah keanggotaannya. Dari penuturan M. Fahri tersebut dapat digambarkan bahwa partai Masyumi adalah partai Islam yang belum berhasil membawa umat Islam dari hambatan yang dialaminya, baik dari dalam maupun dari luar. Keberadaan para tokoh yang irasionalnya masih belum cukup handal untuk menangkal pengaruh-pengaruh yang datang. Mekanisme Syura yang ada belum dapat memberikan solusi dari permasalahan yang diajukan, semua bertumpu pada integritas partai yang pada dasarnya melambangkan eksistensi Ukhuwah Islamiyah yang belum mantap. 13 Konsep dan pemikiran Visi dan Misi partai Masyumi, adalah menegakkan kedaulatan Negara Republik Indonesia dan Agama Islam, dan yang kedua, melaksanakan cita-cita Islam dalam urusan kenegaraan, sedangkan dalam anggaran dasar anggaran rumah tangga partai Masyumi yang tertuang dalam pasal III diungkapkan untuk: 13 Form, desertasi UIN Sayarif Hidayatullah Jakarta, PPS 392, h. 90-97 1. Menginsafkan serta memperluas pengetahuan serta kecakapan umat islam indonesia dalam perjuangan politik 2. Menyusun dan memperkokoh barisan umat islam untuk berjuang dan mempertahankan agama dan kedaulatan negara 3. Melaksanakan kehidupan rakyat berdasarkan iman dan taqwa, pri kemanusiaan persaudaraan, dan persamaan hak menurut agama islam 4. Bekerja sama dengan golongan lain dalam lapangan perjuangan menegakkan kedaulatan negara. Dilihat dari anggaran dasar dan anggaran rumah tangga sebagaimana tercantum diatas partai Masyumi adalah sangat toleran artinya, Masyumi ingin mewujudkan Negara Republik Indonesia yang berdaulat, toyyibatun warobbun ghofur , dengan demikian Masyumi tidak meniggalkan kelompok minoritas selain Islam di Negara Republik Indonesia. Mereka diajak bersama- sama berjuang untuk kepentinagn Negara dengan tidak mencampuri urusan peribadatan mereka sedikitpun, bahkan mereka diajak kerja sama untuk menegakkan kedaulatan negara. Pemimpin-pemimpin partai Masyumi menafsirkan konsep Syura dalam Al-qur’an dengan demokrasi parlementer sebagaimana yang telah berkembang di Barat, meski tidak selalu pararel dengan partai Masyumi, sikap Masyumi seperti ini memberikan kesan bahwa Masyumi benar-benar partai Islam yang konsisten dengan visi dan misinya benar-benar Islami. Dari uraian tentang visi misi secara umum tampaknya Masyumi cukup idealis dan moderat dalam konsep, namun dilihat dari perjalanan partai terdapat kondisi kemandegan, ini berarti keempat macam tujuan usaha yang diungkapkan pada anggaran dasar yang begitu ideal tidak terimplementasikan dengan baik. Pada kegiatan partai selama Lima Belas tahun nampak ada kelemahan dalam pelaksanaan program- programnya. Mungkin penyebabnya adalah lemahnya sistem menejerial keorganisasian anggota yang banyak tidak ditangani dengan sugguh-sungguh.

B. Asas Partai Masyumi