Duduk Perkara PUTUSAN PERMOHONAN CERAI TALAK

48 Pemohon meninggalkan tempat tinggal bersama apalagi meminta agar Pemohon kembali tinggal bersama-sama dirumah kediaman bersama justru menyarankan agar persoalan diselesaikan di Pengadilan; 10. Saat ini Pemohon dengan Termohon sudah tidak ada lagi ikatan lahir dan bathin sebagaimana layaknya pasangan suami istri, oleh karena itu tujuan dari perkawinan sebagaimana diisyaratkan undang-undang. Perkawinan tidak akan tercapai yang berarti ikatan perkawinan antara Pemohon dan Termohon sudah tidak ada artinya lagi dan jalan yang terbaik adalah perkawinan ini putus karena perceraian. 9 Berdasarkan seluruh uraian dan alasan tersebut, Pemohon bermaksud akan menjatuhkan talak terhadap Termohon, oleh karena itu mohon kiranya majelis hakim yang mengadili perkara ini menjatuhkan putusan yang amarnya berbunyi : 1. Mengabulkan permohonan Pemohon; 2. Memberi ijin kepada Pemohon untuk mengucapkan ikrar talak satu terhadap Termohon dihadapan sidang Pengadilan Agama Tigaraksa; 3. Menghukum kepada Pemohon untuk memberikan hak-hak Termohon:  Nafkah iddah selama masa iddah sebesar Rp. 9.000.000,- sembilan juta rupiah;  Mut’ah berupa 2 dua unit sepeda motor Yamaha Mio; 4. Menetapkan 3 tiga orang anak hasil perkawinan antara Pemohon dan Termohon yang bernama: 9 Salinan Putusan Perkara No : 2429Pdt.G2012PA TGRS, h. 4. 49  Muhammad Reyga Wahyudi, laki-laki umur 14 tahun;  Alvida Salsa Wahyudi, perempuan umur 12 tahun;  Virly Tamelia Wahyudi, perempuan umur 7 tahun; Diasuh dan dipelihara oleh Termohon, dengan memberikan hak kepada Pemohon sebagai ayah kandungnya untuk mengunjungi, mengajak jalan-jalan, membicarakan masa depan anak dan lain sebagainya sebagaimana layaknya hubungan antara anak dengan ayahnya; 5. Menghukum kepada Pemohon untuk memberikan nafkah ke 3 tiga orang anak sebesar Rp. 6.000.000,- enam juta rupiah setiap bulannya sampai anak tersebut dewasa atau berumur 21 tahun yang diserahkan melalui Termohon sebagai pemegang hak hadhanah; 6. Memerintahkan kepada Panitera Pengadilan Agama Tigaraksa untuk menyampaikan salinan penetapan ini kepada Kantor Urusan Agama Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan untuk dicatat pada buku register yang telah dipersiapkan untuk kepentingan tersebut; 7. Membebankan kepada Pemohon untuk membayar biaya perkara ini yang hingga kini dihitung sebesar Rp. 691.000,- enam ratus sembilan puluh satu ribu rupiah; 10 Demikian diputuskan dalam permusyawaratan majelis hakim Pengadilan Agama Tigaraksa pada hari Kamis, 21 Maret 2013 M bertepatan dengan tanggal 1434 H. Oleh kami Drs. H. Saifullah sebagai ketua majelis, H Antung Jumberi, 10 Salinan Putusan Perkara No : 2429Pdt.G2012PA TGRS, h. 5. 50 S.H, M.H dan Musidah S.Ag, M.HI masing-masing sebagai hakim anggota, dibantu oleh Fathiyah Sadim, S.Ag sebagai panitera pengganti. Dan putusan tersebut diucapakan dalam persidangan terbuka untuk umum oleh ketua majelis dengan dihadiri oleh Pemohon dan Termohon.

C. Pertimbangan Hakim dalam Mengabulkan Perkara

Adapun pertimbangan hakim dalam mengabulkan perkara tersebut adalah karena mediasi yang dilakukan oleh hakim mediator H. Rosmani Daud, S.Ag terhadap Pemohon dan Termohon ternyata gagal. Kemudian antara Pemohon dan Termohon sering terjadi pertengkaran dan perselisihan yang disebabkan Termohon sering kali berhutang kepada teman-temannya yang jumlahnya sampai ratusan juta rupiah, dan hal ini juga diakui oleh Termohon, sehingga pada bulan Agustus 2012 terjadilah puncak pertengkaran, akibatnya Pemohon dan Termohon telah pisah ranjang dan tempat tinggal. Pemohon juga menghadirkan dua orang saksi untuk meneguhkan dalil-dalil permohonannya dibawah sumpahnya secara Islam, yang pada pokoknya masing-masing telah menerangkan bahwa Pemohon dan Termohon sering terjadi pertengkaran yang disebabkan Termohon banyak hutang kepada temannya hingga ratusan juta rupiah. Dalam hal terjadinya perselisihan terus menerus antara Pemohon dan Termohon dalam Rumah Tangganya, majelis hakim telah memperoleh fakta hukumnya bahwa rumah tangga antara suami istri yang bersangkutan telah sedemikian parahnya yang sulit untuk dirukunkan. Akhirnya majelis hakim berkesimpulan bahwa rumah tangga antara Pemohon dan Termohon telah pecah 51 broken mirrage. Dengan demikian alasan Pemohon mengajukan permohonan ijin cerai telah sesuai dengan pasal 39 ayat 2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 jo. Pasal 19 huruf f Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 jo. Pasal 116 huruf f Kompilasi Hukum Islam, sehingga majelis hakim memberi ijin kepada Pemohon untuk menjatuhkan talak satu raj’i patut dikabulkan. 52

BAB IV ANALISIS PUTUSAN TENTANG HUTANG

SEBAGAI ALASAN PERCERAIAN

A. Hutang Sebagai Alasan Perceraian

Di dalam pasal 19 PP No. 9 Tahun 1975 dan di dalam KHI No. 1 Tahun 1974 di sebutkan bahwa terdapat delapan alasan yang memperbolehkan mengajukan perceraian, enam alasan kita dapat temukan di dalam PP No. 9 Tahun 1975 yaitu: pertama, salah satu pihak berbuat zina atau pemabuk, pemadat dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan. Kedua, salah satu pihak meninggalkan pihak yang lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar kemauannya. Ketiga, salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung. Keempat, salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat terhadap pihak lain. Kelima, salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit yang menyebabkan tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami istri. Keenam, antara suami istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidaka ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga. S edangkan di dalam KHI ada penambahan dua alasan, yaitu suami melanggar ta’lik talak, dan terjadinya peralihan agama atau murtad yang mengakibatkan terjadinya ketidak rukunan dalam rumah tangga. Dari 8 alasan tersebut boleh mengajukan perceraian menurut Peraturan Perundang-undangan di Indonesia tampak bahwa hutang tidak termasuk sebagai 53 alasan perceraian. hutang tidak bisa dijadikan sebagai alasan perceraian diduga kuat karena adanya materi Undang-Undang yang mengatur tentang harta bersama. Dalam Perundang-undangan Indonesia pasal 35 ayat 1 UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan ayat 1 dan 2 dinyatakan: 1. Harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama. 2. Harta bawaan dari masing-masing suami istri dan harta benda yang diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan, adalah dibawah penguasaan masing-masing sepanjang para pihak tidak menentukan lain. Dalam penggunaan harta bersama diatur bahwa jika suami istri masih terikat dalam perkawinan maka semua tindakan terhadap harta bersama dilakukan atas dasar kesepakatan kedua belah pihak. Suami istri memiliki hak dan kewajiban yang sama terhadap harta kekayaan keluarga dalam bentuk harta bersama tersebut. Semua kebutuhan keluarga diambil dari harta bersama. Dengan demikian jika terjadi pemenuhan kebutuhan keluarga ditempuh dengan cara berhutang pada pihak lain, maka konsekuensi logisnya adalah suami istri harus sama-sama bertanggung jawab atas pelunasan hutang tersebut, sehingga wajar jika Undang-Undang Perkawinan di Indonesia tidak menjadikan hutang sebagai alasan perceraian. Selanjunya jika suami atau istri berhutang kepada orang lain untuk memenuhi kebutuhan pribadi masing- masing tanpa sepengetahuan suami atau istri, maka hal tersebut tidak dapat dipertanggung jawabkan kepada harta suami atau istri, karena hutang pribadi tidak dapat diambil pelunasannya dari harta pribadi pasangan dan tidak dapat diambil pelunasannya dari harta bersama akibat tidak adanya persetujuan dari kedua belah pihak.