Pertimbangan Hakim dalam Mengabulkan Perkara

53 alasan perceraian. hutang tidak bisa dijadikan sebagai alasan perceraian diduga kuat karena adanya materi Undang-Undang yang mengatur tentang harta bersama. Dalam Perundang-undangan Indonesia pasal 35 ayat 1 UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan ayat 1 dan 2 dinyatakan: 1. Harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama. 2. Harta bawaan dari masing-masing suami istri dan harta benda yang diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan, adalah dibawah penguasaan masing-masing sepanjang para pihak tidak menentukan lain. Dalam penggunaan harta bersama diatur bahwa jika suami istri masih terikat dalam perkawinan maka semua tindakan terhadap harta bersama dilakukan atas dasar kesepakatan kedua belah pihak. Suami istri memiliki hak dan kewajiban yang sama terhadap harta kekayaan keluarga dalam bentuk harta bersama tersebut. Semua kebutuhan keluarga diambil dari harta bersama. Dengan demikian jika terjadi pemenuhan kebutuhan keluarga ditempuh dengan cara berhutang pada pihak lain, maka konsekuensi logisnya adalah suami istri harus sama-sama bertanggung jawab atas pelunasan hutang tersebut, sehingga wajar jika Undang-Undang Perkawinan di Indonesia tidak menjadikan hutang sebagai alasan perceraian. Selanjunya jika suami atau istri berhutang kepada orang lain untuk memenuhi kebutuhan pribadi masing- masing tanpa sepengetahuan suami atau istri, maka hal tersebut tidak dapat dipertanggung jawabkan kepada harta suami atau istri, karena hutang pribadi tidak dapat diambil pelunasannya dari harta pribadi pasangan dan tidak dapat diambil pelunasannya dari harta bersama akibat tidak adanya persetujuan dari kedua belah pihak. 54

B. Analisis Terhadap Pertimbangan Hakim dalam Mengabulkan Perkara No:

2429Pdt.G2012di PA TIGARAKSA Hakim yang menyidangkan perkara No: 2429Pdt.G2012di PA TIGARAKSA mengabulkan permohonan talak yang diajukan oleh suami dalam kasus istri terlilit hutang. Memang hutang bukanlah suatu alasan perceraian yang terdapat dalam perundang-undangan di Indonesia, akan tetapi akibat dari hutang yang dilakukan oleh termohon yang nilainya sampai ratusan juta rupiah menyebabkan terjadinya pertengkaran yang sangat memuncak dalam rumah tangga tersebut. Dimana, pemohon tidak tahan lagi melihat sikap termohon yang kerap kali berhutang dan tidak mau mendengarkan nasihat pemohon serta pemohon merasa tidak pernah dihormati ataupun dihargai sebagai kepala rumah tangga, sehingga terjadilah pertengkaran terus menerus antara pemohon dan termohon hingga berujung kepada perceraian. Alasan telah terjadi pertengkaran terus menerus inilah yang dijadikan hakim Pengadilan Agama Tigaraksa untuk mengabulkan permohonan cerai talak suami, bukan alasan hutang. Alasan pertengkaran terus menerus ini menurut bahasa Al-Quran disebut syiqaq. Menurut definisi, syiqaq adalah perceraian yang terjadi karena percekcokan terus menerus antara suami dengan istri, sehingga memerlukan campur tangan 2 orang hakam Juru damai dari pihak suami maupun istri. 1 1 A. Zuhdi Muhdor, Memahami Hukum Perkawinan Nikah, Talak, Cerai dan Rujuk, Bandun Al Bayan, 1995, Cet. Ke-2, h. 97. 55 Dalam penjelasan pasal 76 ayat 1 Undang-Undang No.7 tahun 1989, dikatakan: “Syiqaq adalah perselisihan yang tajam dan terus menerus antara suami istri. 2 Untuk mendapatkan keputusan perceraian karena alasan syiqaq harus ada saksi-saksi dari kerabat dekat suami maupun istri, yang nantinya akan diangkat pengadilan sebagai hakam. 3 Dalam penjelasan pasal 76 ayat 2 Undang-Undang No.7 tahun 1989, dikatakan bahwa hakam adalah orang yang ditetapkan pengadilan dari pihak keluarga suami atau pihak keluarga istri atau pihak lain untuk mencapai upaya penyelesaian perselisihan terhadap Syiqaq. Selain itu peran hakam amat dibutuhkan untuk bisa mendamaikan perselisihan suami istri, sehingga sedini mungkin perceraian bisa dihindarkan. Mengenai masalah syiqaq, al-Quran telah menjelaskan dalam surat An-Nisa, ayat 4 : 35 ْ إ ا لْهأ ْ م اً كح هلْهأ ْ م اً كح ا ثعْباف ا نْيب قاقش ْمتْخ ْ إ هَللا ِف ي اًحالْصإ اديري اًريبخ اً يلع اك هَللا َ إ ا نْيب . Artinya: Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. QS. An-Nisa : 35. Pada umumnya, perselisihan dan percekcokan yang sering terjadi dalam kehidupan suami istri disebabkan oleh beberapa faktor berikut: 2 UUPA UU No. 7 Tahun 1989, h. 31. 3 UUPA UU No. 7 Tahun 1989, h. 3.