Review Studi Terdahulu PENDAHULUAN

14

BAB II TEORI PERCERAIAN DAN HUTANG

A. Perceraian

1. Pengertian dan Dasar Hukum Perceraian

Dalam ajaran Islam, perceraian bagaikan pintu darurat yang merupakan jalan pintas untuk mengatasi kemelut rumah tangga, bila tidak ditemukan jalan lain untuk mengatasinya. Dengan demikian, pada dasarnya, ajaran Islam tidak menyukai terbukanya pintu darurat tersebut. Karena itu Allah Swt memandang perceraian yang terjadi antara suami-istri sebagai perbuatan halal yang sangat dimurkai-Nya. Mengenai hukum perceraian ini, para ahli hukum Islam berbeda pendapat. Pendapat yang paling bisa diterima akal dan konsisten dengan tujuan syariat yaitu pendapat yang menyatakan bahwa perceraian hukumnya terlarang, kecuali dengan alasan yang benar. Secara esensial bercerai itu berarti kufur terhadap nikmat Allah, sedang kawin adalah suatu nikmat dan kufur terhadap suatu nikmat adalah haram. Jadi tidak halal bercerai kecuali karena keadaan darurat. Tetapi jika tidak ada alasan, perceraian yang demikian berarti kufur terhadap nikmat Allah, berlaku jahat kepada istri. Karena itu, perbuatan tersebut dibenci dan dilarang Islam. 1 1 Abdul Qadir Djaelani, Keluarga Sakinah, Surabaya: PT Bina Ilmu, 1995, h. 317. 15 Dasar Hukum Perceraian Mengenai dasar hukum perceraian, penulis akan mencantumkan ayat-ayat Al- qur’an serta Hadits yang menjadi landasan hukum perceraian antara lain: Surat Al-baqarah ayat 229-230:                                                    .                                 . Artinya: “Perceraian yang dapat dirujuki dua kali, setelah itu boleh dirujuk lagi dengan cara yang ma’ruf atau menceraikan dengan cara yang baik tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, Maka janganlah kamu melanggarnya. Barang siapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang zalim. Kemudian jika si suami memperceraikannya sesudah perceraian yang kedua, maka perempuan itu tidak lagi halal baginya hingga dia kawin dengan suami yang lain. Kemudian jika suami yang itu menceraikannya, maka tidak ada dosa bagi keduanya bekas suami pertama dan isteri untuk kawin kembali jika keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah hukum-hukum Allah, diterangkan-Nya kepada kaum yang mau Mengetahui ”. Q.S Al-baqarah: 229-230. Dalam surat At-thalaq ayat 1:                                               .