4
19 Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 yang mana disebutkan bahwa alasan yang dapat dipergunakan untuk melaksanakan perceraian adalah:
5
- Salah satu pihak berbuat zina atau pemabuk, pemadat dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan.
- Salah satu pihak meninggalkan pihak yang lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar kemauannya.
- Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung.
- Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain.
- Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit yang menyebabkan tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami isteri.
- Antara suami isteri terus-menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.
Alasan perceraian ini adalah sama seperti yang tersebut dalam pasal 116 Kompilasi Hukum Islam dengan penambahan dua ayat yaitu: a suami melanggar
taklik talak dan b peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidak rukunan dalam rumah tangga.
Jadi, seharusnya faktor “hutang” bukan menjadi suatu alasan perceraian, karena
dalam Peraturan Perundang-undangan di Indonesia tidak terdapat alasan perceraian karena
“hutang”.
5
Departemen Agama RI, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Perkawinan, hal. 261.
5
Dalam kasus cerai talak yang terjadi di Pengadilan Agama Tigaraksa antara Wahyudi nama samaran umur 45 tahun dengan Syahrina nama samaran umur 43
tahun, sang suami sebagai pemohon merasa sudah tidak mampu lagi menasihati istrinya yang kerap kali berhutang kepada orang lain guna memenuhi gaya hidupnya
sehari-hari. Hal ini didasari karena banyaknya orang yang sering datang ke rumah secara silih berganti guna menagih hutang kepada sang istri dan itu semua pada
awalnya di luar sepengetahuan sang suami yang memang sengaja ditutup-tutupi oleh sang istri. Namun seiring berjalannya waktu semua itu diketahui oleh sang suami
yang merasa curiga dengan tingkah laku sang istri serta besarnya biaya pengeluaran rumah tangga yang kerap kali diberikan namun tetap merasa kurang, sehingga pada
akhirnya diketahui bahwa uang yang selalu diberikan ternyata digunakan untuk menutupi hutang-hutang yang jumlahnya mencapai ratusan juta.
Pemohon yang menikah dengan tergugat pada 17 Oktober 2008 dan dikaruniai tiga orang anak, selama menikah kehidupan rumah tangga antara pemohon
dan termohon dalam keadaan rukun. Dalam hal pemenuhan kebutuhan ekonomi, diakui suami sebagai pemohon bahwa istrinya terlalu berlebihan dan boros dalam
melakukan pengeluaran biaya hidup, padahal itu semua dilakukan oleh istri guna mengikuti gaya hidup yang terpengaruh dengan gaya hidup teman-temannya.
Perilaku boros dari pasangan dalam rumah tangga ketika menimbulkan rasa tidak nyaman dari pasangan lainnya, tentunya dapat mengganggu keharmonisan bahtera
rumah tangga.
6
Dari permasalahan inilah kemudian penulis ingin mengadakan penelitian tentang
“HUTANG SEBAGAI ALASAN PERCERAIAN” Analisis Yurisprudensi No: 2429Pdt.G2012PA TGRS di Pengadilan Agama Tigaraksa.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Permasalahan yang telah diidentifikasi kadang-kadang sifatnya umum, belum konkret dan spesifik. Apabila demikian yang terjadi, maka permasalahan
tersebut harus dipersempit agar konkret dan spesifik melalui pemecahan masalah menjadi sub-sub masalah atau sederet pertanyaan yang relevan dengan
permasalahan pokoknya.
6
Pembatasan masalah pada penelitian ini adalah tentang masalah perceraian. Perceraian ini dibatasi pada perceraian disebabkan karena hutang yang
disidangkan di Pengadilan Agama Tigaraksa. Fokus penelitian ini adalah pada putusan Perkara No. 2429Pdt.G2012PA.TGRS.
2. Perumusan Masalah
Baik dalam fikih maupun dalam hukum positif tidak disebutkan hutang sebagai alasan suatu perceraian. Kenyataan di lapangan ada putusan mengenai
perceraian karena hutang. Penulis merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut:
a. Mengapa hutang tidak dapat dijadikan sebagai alasan perceraian menurut perundang-undangan di Indonesia?
6
Bambang Sungguno, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo, 2003, h. 106-107.
7
b. Apa pertimbangan hakim dalam mengabulkan perkara perceraian dalam perkara No. 2429Pdt.G2012PA TGRS?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dalam skripsi ini adalah: a. Untuk mengetahui mengapa hutang tidak dapat dijadikan sebagai alasan
perceraian menurut perundang-undangan di Indonesia. b. Untuk mengetahui apa pertimbangan hakim dalam mengabulkan perkara
perceraian dalam putusan No. 2429Pdt.G2012PA TGRS.
2. Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan skripsi ini adalah sebagai berikut: a. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Syariah
dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. b. Skripsi ini diharapkan mampu memberikan kontribusi pemikiran bagi para
hakim di lingkungan Pengadilan Agama dalam menyelesaikan perkara perceraian karena hutang sebagai alasan perceraian.
c. Dari sisi ilmiah, skripsi ini diharapkan mampu menambah wawasan bagi penulis khususnya dan mahasiswa lainnya, serta masyarakat luas pada
umumnya terutama terkait perkara perceraian karena hutang sebagai alasan perceraian.
8
D. Metodologi Penelitian,
Metodologi Penelitian yang digunakan untuk memperoleh data yang valid dalam penelitian ini meliputi:
1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kasus case approach.
Dalam menggunakan pendekatan kasus, yang perlu dipahami oleh peneliti adalah ratio decidendi, yaitu alasan-alasan hukum yang digunakan oleh hakim untuk
sampai kepada putusannya.
7
Maka dalam penelitian ini pendekatan kasus digunakan untuk mengetahui alasan-alasan hukum yang digunakan hakim untuk
memutus perkara khususnya Perkara No. 2429Pdt.G2012PA.TGRS. Jadi, apa yang terjadi dalam fakta dan kenyataan dalam persidangan bisa diketahui.
2. Jenis Penelitian Dilihat dari jenis datanya, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif
yang bersifat pendekatan analisis yuridis, yaitu data yang diperoleh meliputi salinan putusan No: 2429Pdt.G2012PA TGRS, dokumen pribadi dan lain-lain.
Kemudian menganalisa isi conten analisa putusan, untuk melihat sejauh mana proses penyelesaian yang dilakukan oleh hakim dalam menyelesaikan kasus
perceraian akibat hutang. Ditinjau dari segi tipe penelitian hukum, penelitian ini juga termasuk jenis
penelitian kepustakaan Library Research, penelitian kepustakaan dilakukan
7
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana, 2008, h.119.
9
dengan menggunakan buku-buku, kitab-kitab fiqih, perundang-undanganan, dan Yurisprudensi yang berhubungan dengan skripsi ini.
3. Sumber Data
8
Dalam penelitian ini penulis melakukan pengumpulan data pada dua sumber data, yaitu sumber primer dan sumber sekunder.
9
Berikut ini tentang pemaparan sumber data sebagai berikut:
a. Sumber primer yaitu: 1 Putusan Pengadilan Agama Tigaraksa No. 2429Pdt.G2012PA TGRS.
2 Peraturan perundang-undangan
tentang perceraian
di Indonesia,
diantaranya: UU No. 1 Tahun 1974, PP No. 9 Tahun 1975 dan Kompilasi Hukum Islam KHI.
b. Sumber sekunder yaitu berasal dari buku-buku, kitab-kitab fikih, artikel serta sumber lain yang berkaitan dengan judul ini.
c. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data, penulis menggunakan beberapa teknik
pengumpulan data, yaitu: 1 Studi dokumentasi untuk mengetahui data tentang alasan-alasan
perceraian, duduk perkara dan putusan hakim.
8
Idealnya penulis menggunakan metode wawancara. Karena Hakim di Pengadilan Agama tidak bersedia, jadi penulis tidak memakai metode tersebut.
9
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan kualitatif, Kuantitatif dan RD Bandung: Alfabeta, 2006, cet. ke-2, h. 308-309.