Pengertian Perceraian TINJAUAN UMUM TENTANG PERCERAIAN

11

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERCERAIAN

A. Pengertian Perceraian

Perceraian dalam istilah fiqih disebut “talak” atau “furqah”. “Talak” berarti “membuka ikatan”, “membatalkan perjanjian”. “Furqah” berarti “bercerai”, lawan dari “berkumpul”. Kemudian kedua perkataan ini dijadikan istilah oleh ahli-ahli fiqih yang berarti perceraian antara suami-isteri 7 . Ta’rif talak menurut bahasa Arab mempunyai arti bercerai perempuan dari suaminya atau melepaskan ikatan. 8 Yang dimaksud disini adalah melepaskan ikatan perkawinan. 9 Sedangkan menurut istilah, talak adalah melepaskan tali perkawinan dan mengakhiri hubungan suami-isteri. 10 Sedangkan perceraian menurut bahasa Indonesia adalah perpisahan; prihal bercerai antara suami-isteri; proses; perbuatan; cara menceraikan. 11 Namun penulis tidak menjumpai pengertian yang jelas tentang perceraian dalam hukum positif yang mengatur tentang perkawinan. Dalam Undang-Undang 7 Kamal Muktar, Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, Jakarta: Bulan Bintang, 1974, cet. Ke-2, h.156. 8 Muhamad Yunus, Kamus Arab-Indonesia, Jakarta: PT. Hidayakarya Agung, 1989, h.239. 9 Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, Jakarta: Attahiriya, 1976, cet. Ke-6, h.376. 10 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah Jilid 8, Jakarta: Kencana, 2006, cet. Ke-2, h.192. 11 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,1998, cet. 1, h.164. Perkawinan No. 1 Tahun 1974 pasal 38 hanya menyebutkan sebab-sebab putusnya perkawinan yaitu: 1. karena kematian. 2. karena perceraian. 3. karena atas putusan pengadilan. Dalam Kompilasi Hukum Islam tampaknya mengikuti alur yang digunakan oleh Undang-Undang Perkawinan, walaupun pasal-pasal yang digunakan lebih banyak yang menunjukan aturan-aturan yang lebih rinci. Kompilasi Hukum Islam memuat masalah Putusnya Perkawinan pada Bab XVI. Pasal 113. 12 kemudian perkawinan dapat putus disebabkan perceraian yang terdapat pada pasal 114 yang membagi perceraian kepada dua bagian, pertama perceraian disebabkan karena talak dan kedua perceraian yang disebabkan oleh gugatan perceraian. Kompilasi Hukum Islam juga menjelaskan yang dimaksud dengan talak adalah ikrar suami dihadapan sidang Pengadilan Agama yang menjadi salah satu sebab putusnya perkawinan dengan cara sebagaimana dimaksud dalam pasal 129, 130, dan 131. 13 Berbeda dengan Undang-Undang Perkawinan yang tidak mengenal istilah talak. 12 Kompilasi Hukum Islam Pasal 113 menyatakan perkawinan dapat putus karena : 1. Kematian; 2. Perceraian; 3. Atas putusan pengadilan. 13 Kompilasi Hukum Islam Bagian kedua tentang Tata Cara Perceraian yang tertulis dalam Pasal 129: seorang suami akan menjatuhkan talak kepada isterinya mengajukan permohonan, baik lisan maupun tertulis kepada Pengadilan Agama yang mewilayahi tempat tinggal isteri disertai dengan alasan serta meminta agar diadakan sidang untuk keperluan itu. Kompilasi Hukum Islam mensyaratkan bahwa ikrar suami untuk bercerai talak harus disampaikan di hadapan sidang Pengadilan Agama. Tampaknya Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama juga menjelaskan hal yang sama seperti yang terdapat pada pasal 66 ayat 1 yang menyatakan bahwa seseorang suami yang beragama Islam yang akan menceraikan isterinya mengajukan permohonan kepada pengadilan untuk mengadakan sidang guna penyaksian ikrar talak. 14 Undang-Undang No. 3 Tahun 2006 tentang perubahan Undang-Undang No. 7 tahun 1989 tentang Pengadilan Agama juga menjelaskan dan menegaskan bidang apa yang dapat diselesaikan tercantum dalam pasal 49 adalah Pengadilan Pasal 130: Pengadilan Agama dapat mengabulkan atau menolak permohonan tersebut, dan terhadap keputusan tersebut dapat diminta upaya hukum banding dan kasasi. . Pasal 131: 1. Pengadilan Agama yang bersangkutan mempelajari permohonan dimaksud pasal 129 dan dalam waktu selambat-lambatnya tiga puluh hari memanggil permohon dan isterinya untuk menerima penjelasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan maksud menjatuhkan talak. 2. Setelah Pengadilan Agama tidak berhasil menasehati kedua belah pihak dan ternyata cukup alasan untuk menjatuhkan talak serta yang bersangkutan tidak mungkin lagi hidup rukun dalam rumah tangga, Pengadilan agama menjatuhkan keputusan tentang izin bagi suami untuk mengikrar talak. 3. Setelah keputusan mempunyai kekuatan hukum tetap, suami mengikrar talaknya didepan sidang Pengadilan Agama, dihadiri isteri dan kuasanya. 4. Jika suami tidak mengucapkan ikrar talak dalam tempo 6 enam bulan terhitung sejak putusan Pengadilan Agama tentang izin ikrar talak baginya mempunyai kekuatan hukum tetap, maka hak suami untuk mengikrar talak gugur dan ikatan perkawinan tetap utuh. 5. Setelah sidang penyasian ikrar talak Pengadilan Agama membuat penetapan tentang terjadinya talak rangkap empat yang merupakan bukti perceraian bagi bekas suami-isteri. Helai pertama beserta surat ikrar talak dikirim kepada Pegawai Pencatat Nikah yang mewilayahi tempat tinggal suami untuk diadakan pencatatan, helai kedua dan ketiga masing-masing diberikan kepada mantan suami- isteri, dan helai keempat disimpan oleh Pengadilan Agama. 14 Amir Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia; Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fiqih, UU No 11974 sampai KHI, Jakarta: Kencana, 2004, cet Ke-1, h.216-221. Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang: perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq, shadaqah, dan ekonomi syariah. 15 Perlu kiranya penulis mengemukakan pendapat para sarjana sebagai pegangan tentang pengertian perceraian yang dikutip oleh Zakiah Darajat didefinisikan menurut Abu Zakaria Al-Anshari ialah: 16 Artinya: ”Melepaskan tali akad nikah dengan kata-kata talak dan yang semacamnya.” Al-Jaziry mendefinisikan: 17 Artinya: ”Talak ialah menghilangkan ikatan perkawinan atau mengurangi pelepasan ikatannya dengan menggunakan kata- kata tertentu”. Jadi, talak itu menghilangkan ikatan perkawinan sehingga setelah ikatan perkawinan hilang isteri tidak lagi halal bagi suami, dan ini terjadi dalam hal talak ba’in, 18 sedangkan arti mengurangi pelepasan ikatan perkawinan ialah 15 Artikel diakses pada 24 juli 2009 dari http:www.Legalitas.org. 16 Zakiah Darajat, Ilmu Fiqih Jilid II, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995, h.173. 17 Abdurahman Al-Jaziri, al- Fiqih’ala al-mazahib al-Arba’ah, Mesir: Dar al-Irsyad,t.th, Jilid ke-7, h.249. 18 Talak ba’in adalah talak yang ketiga kalinya, talak sebelum isteri dikumpuli, dan talak dengan tebusan oleh isteri kepada suaminya. talak bain juga di bagi menjadi dua yaitu talak bain sughra talak ini boleh ruju lagi tetapi harus dengan akad nikah dan mahar baru dan talak ba’in kubro tidak berkurangnya hak talak bagi suami yang mengakibatkan berkurangnya jumlah talak yang menjadi hak suami dari tiga menjadi dua, dari dua menjadi satu, dan dari satu menjadi hilang hak talak itu yaitu terjadi dalam talak raj’i. 19

B. Dasar Hukum Perceraian