Dasar Hukum Perceraian TINJAUAN UMUM TENTANG PERCERAIAN

berkurangnya hak talak bagi suami yang mengakibatkan berkurangnya jumlah talak yang menjadi hak suami dari tiga menjadi dua, dari dua menjadi satu, dan dari satu menjadi hilang hak talak itu yaitu terjadi dalam talak raj’i. 19

B. Dasar Hukum Perceraian

Stabilitas rumah tangga dan kontinuitas kehidupan suami-isteri adalah tujuan utama adanya perkawinan dan hal ini sangat diperhatikan oleh syari’at Islam. Akad perkawinan mempunyai tujuan untuk hidup, agar suami-isteri menjadikan rumah tangga sebagai tempat berteduh yang nyaman dan permanen. dalam perlindungan rumah tangga serta keduanya dapat menciptakan iklim rumah tangga yang memungkinkan terwujud dan terpiliharanya anak keturunan dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu maka syar i’at menjadikan pertalian suami-isteri dalam ikatan perkawinan sebagai pertalian yang suci dan kokoh, sebagaimana Al- qur’an memberikan istilah pertalian itu dengan miitsaq ghalizhan janji yang kukuh. 20 firman Allah SWT dalam surat An- nisa’ ayat: 21 menghalalkan bekas suami rujuk lagi dengan bekas isterinya kecuali isterinya kawin dengan laki-laki lain dan pernah disetubuhi kemudian cerai, maka bekas suami yang tertalak bain kubro boleh rujuk tetapi harus dengan akad dan mahar baru. Lihat Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah Jilid 8, Jakarta: Kencana, 2006, cet.Ke-2, hal.66-68. 19 Abd.Rahman Ghazaly, Fiqih Munakahat, Jakarta: Kencana, 2006, cet. Ke-2, h.192. 20 Ibid, h.212.            Artinya: ”Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu Telah bergaul bercampur dengan yang lain sebagai suami-isteri. dan mereka isteri- isterimu Telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat.Q.S. An-nisa: 21 ” Namun tidak sedikit halangan yang dihadapi oleh suami-isteri, bahkan hal yang terburukpun dapat terjadi dalam rumah tangga bila tidak ada kata sepakat lagi yaitu; terjadinya perceraian sebagai jalan terakhir untuk menyelamatkan kedua belah pihak. Mengenai dasar hukum perceraian penulis, akan mencantumkan ayat-ayat Al- qur’an serta Hadits yang menjadi landasan hukum perceraian antara lain : Surat Al-baqarah ayat 229-230:                                                                                      Artinya: Talak yang dapat dirujuki dua kali. setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang maruf 21 atau menceraikan dengan cara yang baik 22 tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari yang Telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. jika kamu khawatir bahwa keduanya suami isteri tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, Maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, Maka janganlah kamu melanggarnya. Barang siapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka Itulah orang-orang yang zalim.Kemudian jika si suami mentalaknya sesudah Talak yang kedua, Maka perempuan itu tidak lagi halal baginya hingga dia kawin dengan suami yang lain. Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, Maka tidak ada dosa bagi keduanya bekas suami pertama dan isteri untuk kawin kembali jika keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah hukum-hukum Allah, diterangkan-Nya kepada kaum yang mau Mengetahui.Q.S. Al-baqarah: 229-230. Dalam surat At-thalaq ayat 1:                                                Artinya: Hai nabi, apabila kamu menceraikan Isteri-isterimu Maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat menghadapi iddahnya yang wajar dan hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah kepada Allah Tuhanmu. janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan 21 Cara yang ma’ruf, dengan cara meminta izin dahulu kepada si istri dengan ucapan bil qauli baru dengan perbuatan bil fi’li. Agar istri merasa dihargai untuk diminta dahulu izinnya suami untuk kembali. 22 Cara yang baik, dengan cara tidak menceraikan istri dalam keadaan haid dan tidak dalam keadan hamil, cara yang baik yaitu ketika istri sedang dalam keadan suci. janganlah mereka diizinkan ke luar kecuali mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang. Itulah hukum-hukum Allah, Maka Sesungguhnya dia Telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. kamu tidak mengetahui barangkali Allah mengadakan sesudah itu sesuatu hal yang baru. Q.S.At-thalaq: 1 Selain ayat-ayat Al- qur’an di atas ada pula hadits yang berkenaan dengan dasar hukum perceraian. Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan Ibnu Majah, yang berbunyi: : . . 23 Artinya: ”Dari Ibnu Umar ia berkata: telah bersabda Rasulullah SAW; “Perkara halal yang sangat dibenci oleh Allah ialah talaq” Diriwayatkan oleh Abu Daud dan Ibnu Majah, dan dishahihkan oleh Hakam dan dirajihkan oleh Abu Hasyim kemursalan nya”.

C. Sebab-sebab Terjadinya perceraian