Sekilas Gambaran Keberagamaan Ulama di Desa Cimande Ilir

dalam berpakaian sudah menutup aurat baik bagi laki-laki maupun bagi perempuan. Kaum laki-laki umumnya menggunakan pakaian yang sudah digunakan oleh masyarakat Indonesia, yaitu celana panjang dan kaos atau kemeja. Secara umum kaum hawa telah mengenakan pakaian yang sudah menutup sebagian besar auratnya. Model pakaian yang digunakan memang sangat bervariasi, bagi kaum ibu-ibu umumnya menggunakan model khas ibu-ibu, pada kaum remajanya, di mana busana muslimah yang menjadi trendnya sangat bervariasi, seperti kebanyakan busana muslimah yang bermodel baju santai karena menurut masyarakat desa Cimande Hilir lebih praktis. Hal tersebut di atas adalah budaya masyarakat desa Cimande Hilir dalam berpakaian. Adapun dalam hal-hal lainnya, seperti hidup bergotong-royong, saling tolong-menolong jika ada anggota masyarakat yang membutuhkan, masih terlihat di desa ini. Karena dalam bermasyarakat, penduduk di Desa Cimande Hilir masih mempertahankan nilai-nilai yang luhur sebagaimana yang telah dicontohkan di atas.

D. Sekilas Gambaran Keberagamaan Ulama di Desa Cimande Ilir

Agama merupakan bagian terpenting bagi kehidupan manusia seperti dinyatakan oleh Harun Nasution: “Agama adalah ajaran yang berdasarkan kitab suci atau sesuatu yang dijadikan pedoman atau pegangan hidup manusia.” 57 57 Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya Jakarta: UI Press, 2008, h. 11 Agama-agama yang ada di dunia, memiliki dimensi yang oleh Ninian Smart dijelaskan bahwa jumlahnya ada 7 dimensi. Berikut ini adalah dimensi- dimensi tersebut: a. Dimensi praktik dan ritual Setiap tradisi yang ada mempunyai praktek-praktek yang melekat padanya – contohnya adalah sembahyang, khotbah, doa, dan lain sebagainya. Praktik-praktik tersebut sering disebut sebagai ritual. Dimensi praktek dan ritual ini menjadi penting ketika berhubungan dengan hal-hal yang suci, seperti yang ada dalam Kristen Ortodox Timur, yang memiliki pelayanan dikenal sebagai liturgy. 58 Dalam Islam terdapat salat lima waktu, puasa, zakat, haji dan ibadah-ibadah yang masuk kategori sunnah seperti salat malam, dan lain sebagainya. b. Dimensi pengalaman dan emosi Dimensi emosi dan pengalaman adalah seperti makanan, selain dimensi-dimensi keagamaan lainnya. Karena ritual tanpa adanya perasan terasa dingin, doktrin tanpa adanya ketaatan terasa kering, dan mitos tanpa ada pendengar terasa suram. Jadi hal penting untuk memahami sebuah tradisi adalah dengan cara merasakannya secara umum – merasakan kesucian yang ada, kedamaian, serta munculnya kekuataan dari dalam, persepsi akan perasaan kosong, cinta, sensasi harapan dan lain sebagainya. Hal inilah mengapa musik sangat penting dalam agama karena mempunyai kekuatan misterius untuk mengekspresikan emosi yang ada. 59 Dimensi ini bisa diartikan 58 Ninian Smart, The World’s Religions United Kingdom: Cambridge University Press, 1998, Cet. Ke-2, h. 13 59 Ninian Smart, The World’s Religions, h. 14 sebagai dimensi perasaan, yaitu bagaimana perasaan seseorang saat menjalankan ibadah yang telah diajarkan oleh agama yang dianutnya. c. Dimensi naratif dan mitos Terkadang pengalaman diperoleh dan diekspresikan tidak hanya pada ritual tetapi juga dalam cerita suci atau mitos. Cerita suci menjadi penting dalam suatu agama, seperti cerita tentang masa lalu dimana dunia belum terbentuk, atau apa yang akan datang di masa depan, cerita tentang pahlawan dan orang-orang suci, cerita tentang pendiri agama seperti Musa, Budha, Yesus, dan Muhammad, dan lain sebagainya. 60 Dimensi ini meliputi pengetahuan tentang ajaran agama seseorang. d. Dimensi doktrin dan filosofis Doktrin memiliki peran yang signifikan dalam agama-agama besar. Hal ini karena cepat atau lambat sebuah keimanan mengadaptasi realitas sosial serta adanya kenyataan bahwa sebagian besar pemimpin adalah terdidik dan mencari pernyataan intelektual sebagai dasar keimanan. 61 Dengan kata lain, ini adalah dimensi keimanan atau kepercayaan. e. Dimensi etis dan legal Dalam sebuah agama, terdapat peraturan-peraturan yang mengarahkan para pengikutnya dalam menjalani hidup. Seperti dalam Judaisme yang terdapat Sepuluh Perintah sebagai dasar peraturan dalam agama mereka, selain ratusan peraturan lainnya. Dalam Islam juga demikian, peraturan yang disebut sebagai syariah, di mana di dalamnya mengatur berbagai aspek 60 Ninian Smart, The World’s Religions, h. 15 61 Ninian Smart, The World’s Religions, h. 17 kehidupan seperti sosial, politik dan lain sebagainya. 62 Dalam dimensi ini terdapat aturan-aturan suatu agama. Dalam Islam dikenal dengan istilah fiqh atau syariah. f. Dimensi sosial dan institusional Untuk mengetahui dan memahami sebuah keyakinan, seseorang harus melihat bagaimana keyakinan tersebut berperan di dalam masyarakat. Dalam sebuah agama, pemimpin informal tidaklah dianggap sebagai orang yang paling penting. 63 g. Dimensi materi Dimensi sosial atau institusional dari sebuah agama sering terwujud dalam bentuk materi, seperti bangunan, hasil karya seni, serta karya-karya lainnya. Beberapa gerakan yang ada mempunyai simbol eksternal yang diidolakan; bentuk-bentuk simbol tersebut terkadang bagus namun sederhana. Materi penting lainnya yang ada dalam agama bisa juga diartikan suci seperti sungai gangga, gunung suci di Cina, gunung Fuji di Jepang, Batu Ayers di Australia, Gunung Olives, Bukit Sina, Masjidil Haram, tempat dimana umat muslim menunaikan ibadah haji, dan lain sebagainya. 64 Keberagamaan ulama di Desa Cimande Hilir hampir sama, yaitu memeluk agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW, yang disebarluaskan oleh para wali-wali Allah, sehingga sampai kepada umat manusia sekarang ini. Ulama di Desa Cimande Hilir hampir semuanya menganut faham Ahlu Sunnah wa al- Jama’ah. 62 Ninian Smart, The World’s Religions, h. 18-19 63 Ninian Smart, The World’s Religions, h. 20 64 Ninian Smart, The World’s Religions, h. 21 Dalam hal ini ulama di Desa Cimande Hilir menyadari tentang fungsinya sebagai orang yang mengarahkan masyarakat pada tujuan hidup yang sesusai dengan norma agama. dalam proses pencapaian tujuan tersebut ulama memiliki cara tersendiri dalam membina masyarakat melalui penerapan yang dilakukannya. Dalam penerapan ajaran agama para ulama memiliki cara masing-masing yang menurut mereka sangat efisien untuk masyarakat setempat dan dapat diterima serta mudah dipahami oleh masyarakat. Yakni, melalui cara-cara pengajian yang diadakan di masjid atau musholla, serta ceramah agama, dan pengkajian kitab-kitab ulama klasik.

BAB IV HASIL PENELITIAN

D. Persepsi Pemikiran Ulama Desa Cimande Hilir terhadap Perubahan

Perubahan merupakan sesuatu yang tidak dapat dielakkan dalam kehidupan. Segala sesuatu yang ada di dunia ini pasti berubah, meskipun dalam bentuk yang paling kecil sekalipun. Perubahan merupakan hukum alam sunnatullah yang berlaku bagi seluruh makhluk ciptaan Allah SWT. Perubahan yang terjadi terhadap makhluk hidup, khususnya manusia, terdiri dari beberapa bentuk. Sebelum membicarakan bentuk perubahan, terlebih dahulu penulis kemukakan beberapa pendapat informan mengenai perubahan itu sendiri. Hal ini mengingat bahwa fokus penelitian yang penulis lakukan bertempat di daerah Cimande Hilir yang sebagian masyarakatnya masih memegang teguh kepercayaan dan tradisi mereka dalam menyikapi perubahan. Salah satu pernyataan dari informan ketika ditanyakan mengenai apa itu perubahan adalah apa yang disampaikan oleh informan AZ. Beliau adalah salah seorang yang dianggap ulama oleh masyarakat di kelurahan Cimande Hilir. Menurutnya, perubahan adalah peralihan dari satu kondisi ke kondisi yang lain dan diharapkan peralihan tersebut ke arah yang lebih baik, bukan sebaliknya. Sebagaimana yang diungkapkannya: “Menurut saya perubahan itu adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari. Ciri khas dari salah satu makhluk itu kan berubah. Artinya peralihan dari