Islam dan perubahan sosial : studi atas persepsi pemikiran ulama terhadap penerimaan teknologi modern di desa Cimande Hilir Kacamatan Caringin Bogor

(1)

“Islam dan Perubahan Sosial”

Studi atas Persepsi Pemikiran Ulama terhadap Penerimaan Teknologi Modern di Desa Cimande Hilir Kecamatan Caringin Bogor Bogor

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta untuk Memenuhi Persyaratan dalam memperoleh

gelar Sarjana Strata Satu (S 1)

Disusun Oleh:

SUPRIYANTO

101032221717

JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430 H/2009 M


(2)

“Islam dan Perubahan Sosial”

Studi atas Persepsi Pemikiran Ulama terhadap Penerimaan Teknologi

Modern di Desa Cimande Hilir Kecamatan Caringin Bogor Bogor

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta untuk Memenuhi Persyaratan dalam memperoleh

gelar Sarjana Strata Satu (S 1)

Disusun Oleh:

SUPRIYANTO 101032221717

Dibawah bimbingan,

Prof. Dr. M. Bambang Pranowo, MA Dra. Marzuqoh, MA

NIP. 150 170 055 NIP. 150 270 809

JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “Islam dan Perubahan Sosial” (Studi atas Persepsi Pemikiran Ulama terhadap Penerimaan Teknologi Modern di Desa Cimande Hilir Kecamatan Caringin Bogor) telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 2 Juni 2009. skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S 1) pada Jurusan Sosiologi Agama.

Jakarta, 12 Juni 2009

Sidang Munaqasyah

Ketua merangkap Anggota, Sekretaris merangkap anggota,

Dr. M. Amin Nurdin, MA Joharotul Jamilah, S.Ag, M. Si NIP. 150 232 919 NIP. 150 282 401

Anggota:

Penguji 1 Penguji II

Dr. Yusron Razak, MA Drs. M. Nuh Hasan, MA

NIP. 150 216 359 NIP. 150 240 090

Pembimbing

Prof. Dr. M. Bambang Pranowo, MA Dra. Marzuqoh, MA


(4)

ABSTRAK

Supriyanto, “Islam dan Perubahan Sosial” Studi atas Persepsi Pemikiran Ulama terhadap Penerimaan Teknologi Modern di Desa Cimande Hilir Bogor. Skripsi. Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Jurusan Sosiologi Agama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 6 Maret 2009.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran konkrit mengenai persepsi para ulama dalam menerima teknologi modern di daerah Cimande Hilir Kecamatan Caringin Bogor Jawa Barat. Hal ini mengingat beberapa kalangan ulama di daerah tersebut tidak bisa menerima keberadaan teknologi modern dalam kehidupan mereka, terutama dalam kehidupan beragama.

Obyek yang dipilih dalam penelitian ini adalah para ulama yang menerima keberadaan teknolgi modern di dalam kehidupan sehari-hari. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode kualitatif, dimana data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara disajikan dalam bentuk kata-kata.

Hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa keengganan ulama/masyarakat di daerah Cimande Hilir Kecamatan Caringin Bogor Jawa Barat menggunakan teknologi modern seperti speaker atau pengeras suara dalam beribadah adalah karena ketakutan mereka akan munculnya sifat riya atau menyombongkan diri. Selain itu, mereka juga takut jika menggunakan pengeras suara akan mengurangi kekhusyuan mereka dalam ibadah. Adapun dalam kehidupan, masyarakat di daerah Cimande Hilir tetap menggunakan berbagai teknologi modern. Dengan keberadaan teknologi tersebut, memudahkan masyarakat di Desa Cimande Hilir dalam melakukan berbagai kegiatan.


(5)

KATA PENGANTAR

Dengan segenap daya cipta, rasa dan karsa, hamba bersujud di haribaan-Mu ya Rabbi, seraya berucap puja dan puji syukur. Dia lah Pencipta seluruh realitas sosial di masyarakat ini. Melalui kreasi hamba-Nya dalam memahami ayat qauliyah dan kauniyah-Nya, perubahan sosial menjadi keniscayaan bagi keadilan sosial di dunia ini. Dialah sumber spirit tertinggi, optimisme, dan energi bagi penulis, sehingga skripsi ini terselesaikan juga. Sekalipun harus melalui proses yang cukup sulit, panjang, dan melelahkan dalam pengalaman pribadi penulis.

Rangkaian shalawat dan salam terhatur kepada putra padang pasir, reformis Islam sedunia pertama, insan pilihan Tuhan, pembebas umat manusia dan alam semesta dari segala bentuk penindasan dan kezaliman. Beliau juga insan teladan sejati bagi umatnya. Dialah Nabi besar Muhammad Saw.

Ucapan terima kasih dan penghargaan penulis haturkan kepada:

1. Dr. M. Amin Nurdin, MA, Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Dra. Hj. Rosyidah, MA, ketua Jurusan Sosiologi Agama dan Dra. Joharatul Jamilah, M. Si, sekretaris Jurusan

3. Prof. Dr. M. Bambang Pranowo, MA dan Dra. Marzuqoh, MA, selaku pembimbing skripsi atas kearifannya untuk meluangkan waktu, tenaga dan pikiran bagi penyempurnaan skripsi ini, sekalipun di tengah-tengah berbagai aktivitas yang dikerjakannya.


(6)

4. Seluruh staf pengajar dan karyawan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, pimpinan dan karyawan perpustakaan utama dan perpustakaan fakultas Ushuluddin dan Filsafat yang sudah melayani penulis dalam memenuhi kebutuhan literatur.

5. Penulis juga mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada ibunda tercinta (Sa’diyah) yang dengan kegigihannya selalu mendo’akan putranya agar menjadi sukses di kemudian hari. Semoga Allah SWT selalu menjaganya. Juga ayahanda (Ujang Santoso), atas perhatiannya yang tak mengenal putus asa untuk putra pertamanya ini dalam usaha mencari dan merasakan setetes air ilmu pengetahuan penyejuk dahaga. Kebanggaan pun penulis haturkan kepada saudar-saudari tercinta (Ka Evi, Yayu, tante Mia, Marwiyah, Zakiyah, Abang H. Aceng, Masroh, Tiwi, Tita, Irma, Ayub Suaebun, dan my best friends di Sosiologi Agama, Samsul, Amin, Itoh, Ipeh. Kehadiran mereka selalu menjadi energi pembakar semangat. Makna keberadaan mereka adalah jawaban atas masa depan. “lautan kehidupan yang masih penuh gelombang”.

6. Kawan-kawan penulis di Jurusan Sosiologi Agama angkatan 2001 kelas A dan B yang telah menemani penulis menambah wawasan intelektual selama kuliah, Fata, Amin, Nur Fadilah, Nur’aini dan teman-teman KKS penulis, Ipeh, Itoh, NIa, Dilla, Nourma, Kokom, Seha, Uswah, Eva, Etri, Ulum, (jangan lupakan masa-masa indah KKS!), serta teman-teman yang lain yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu.

7. Rekan-rekan penulis yang menjadi guru di MI Al-Ikhlas, Bapak H. Marullah, S.Pd.I (kepala MI Al-Ikhlas), ibu Sa’adah, ibu Adijah, Ibu Eti


(7)

Nurbaeti, Ibu Fatmawati, Ibu Rohiyyah, Ibu Endang, Pak Asmari, Pak Abdurrahman, Pak Mardalih, Pak Mujalil, selain sebagai panutan, mereka semua adalah motivator bagi penulis.

8. Pemerintah Kelurahan Desa Cimande Hilir Kecamatan Caringin Bogor, serta para alim ulama yang berada di kelurahan tersebut yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk melakukan wawancara demi terselesaikannya skripsi ini.

9. Para alim ulama yang ada di Desa Cimande Hilir Kecamatan Caringin Bogor Jawa Barat, yang telah meluangkan waktu kepada penulis untuk melakukan wawancara demi terselesaikannya penelitian ini.

10.Semua pihak yang telah mengulurkan tangannya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan, khususnya kepada: Arif Ardani, Katimin, Riyanto, dan lain-lain. Semoga budi baik mereka tersebut di atas, dibalas oleh Allah SWT, dengan balasan yang berlipat di dunia ini dan di akhirat kelak, Amin. Akhir kata, kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT, sedangkan kekhilafan selalu menyelimuti penulis dalam penyusunan skripsi ini, apalagi skripsi ini adalah merupakan produk pemula. Karena itu, kritik dan saran konstruktif bagi penyempurnaan skripsi ini sangat penulis harapkan. Harapan penulis, semoga karya ini memiliki nilai konstruktif bagi pembaca yang budiman.

Jakarta, 6 Maret 2009


(8)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING...i

ABSTRAK...ii

KATA PENGANTAR...iv

DAFTAR ISI ...vii

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Masalah...1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian...6

D. Metodologi Penelitian ...7

E. Sistematika Penulisan ...10

BAB II KAJIAN TEORI...11

A. Islam dan Perubahan Sosial...11

1. Pengertian Persepsi ...11

2. Pengertian Islam ...12

3. Pengertian Perubahan Sosial ...18

4. Jenis-jenis Perubahan Sosial...23

5. Perubahan Sosial dalam Islam ...25

B. Ulama ...28

1. Pengertian Ulama ...28

2. Karakteristik Ulama...30


(9)

1. Pengertian Teknologi Modern ...32

2. Macam-macam Teknologi Modern ...34

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN...38

A. Gambaran Umum Desa Cimande Hilir ...38

1. Kependudukan...39

2. Kondisi Ekonomi, Sosial, dan Budaya ...43

B. Keberagamaan Ulama di Desa Cimande Hilir ...46

BAB IV HASIL PENELITIAN...51

A. Persepsi Pemikiran Ulama Desa Cimande Hilir terhadap Perubahan ...41

B. Arah dan Ruang Lingkup Perubahan Pandangan Ulama Desa Cimande Hilir ...58

C. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Penerimaan Teknologi Modern pada Ulama Desa Cimande Hilir ...66

BAB V PENUTUP ...72

A. Kesimpulan...72

B. Saran-saran ...73


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap manusia atau masyarakat selama hidupnya pasti mengalami suatu perubahan. Perubahan bagi masyarakat maupun bagi orang-orang di luar yang menelaahnya dapat menjadi peristiwa menarik atau mencolok dan dapat pula menjadi hal yang tidak menarik untuk diperbincangkan. Perubahan ada yang berjalan dengan sangat cepat dan ada pula yang lambat. Perubahan di dalam masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-normal sosial, dan lain sebagainya.

Perubahan dalam masyarakat telah ada sejak zaman dahulu, namun dewasa ini perubahan tersebut berjalan dengan sangat cepat, sehingga untuk menghadapinya harus ada yang berperan dalam membina dan membimbing masyarakat dalam mengarungi perubahan yang ada maupun yang akan terjadi.

Manusia memiliki karakter yang beraneka ragam. Tujuan hidup manusia pun memiliki makna masing-masing, walaupun terkadang dalam hidup ini terdapat suatu wadah yang telah disajikan oleh Allah SWT, bahwa sesungguhnya kegiatan manusia yang dijalani dan diperjuangkan selalu bertujuan kepada sebuah status sosial. Sebab tidak bisa dipungkiri bahwa seseorang yang berada di muka bumi ini ingin memiliki status sosial yang baik. Status yang dimiliki oleh seseorang adalah sebuah peranan, baik peranan di bidang agama, sosial, politik, ekonomi atau pun budaya.


(11)

Konsep “pemikiran” dapat dipahami sebagai sesuatu yang ada dalam diri seseorang, sebagaimana yang tercantum dalam firman Allah SWT yang banyak dikutip: “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah apa yang ada dalam diri mereka sendiri”.1 Jadi, pemikiran menyangkut suatu wujud batiniah (ada dalam diri manusia) yang sangat berperan penting dalam membentuk, mempertahankan dan mengembangkan sesuatu yang ada dalam masyarakat seperti kejayaan, keruntuhan dan masa depan.2

Agama merupakan pegangan dan pandangan hidup bagi masyarakat dan berperan di hampir seluruh bidang kehidupan, terutama dalam hal bersosialisasi dalam kehidupan sehari-hari. Peranan sosial agama ini haruslah dilihat terutama bagi sesuatu yang mempersatukan di mana dalam pengertian harfiahnya agama menciptakan suatu ikatan bersama, yaitu dengan adanya kewajiban-kewajiban sosial keagamaan yang membantu mempersatukan mereka. Dengan nilai-nilai yang mendasari sistem-sistem kewajiban sosial didukung bersama oleh kelompok keagamaan, maka agama menjamin adanya persetujuan bersama dalam masyarakat serta cenderung melestarikan nilai-nilai sosial.3

1

Bunyi ayat tersebut adalah sebagai berikut:

!"# $ %&'()!* + ,-* . /012 3 456 7012 89 : -  1 <=& 6 >?@A

B2 : - 

1 =CEFG(!% H6

3

02 I6 J2 K .

L012 M<=& 6 2NOP&R 8) " SJ -> 1 TU % J VW2

Artinya: “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (Q.S. Al-Ra’du/13: 11)

2

Taufik Abdullah, Ensiklopedi Dunia Islam, “Pemikiran dan Peradaban”(Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 2002), h. 1

3

Elizabeth K. Notingham, Agama dan Masyarakat: Suatu Pengantar Sosiologi Agama


(12)

Kehidupan manusia yang terbentang sepanjang sejarah selalu dibayang-bayangi oleh apa yang disebut agama. Bahkan, dalam kehidupan sekarang pun dengan kemajuan teknologi supra modern manusia tidak luput dari agama. Agama lahir pada babak sejarah pra modern. Sebelum masyarakat dan dunia diwarnai dengan perkembangan pesat ilmu dan teknologi, Peter L. Berger, sebagaimana yang dikutip oleh Dadang Kahmad, melukiskan agama sebagai suatu kebutuhan dasar manusia, karena agama merupakan sarana untuk membela diri terhadap segala kekacauan yang mengancam hidup manusia.4

Manusia adalah makhluk yang bermasyarakat, dan tidak dapat hidup menyendiri. Akan tetapi manusia memerlukan hubungan satu dengan yang lainnya, mereka memerlukan beberapa sarana penunjang perkembangan hidupnya. Adanya beberapa orang manusia yang mengasingkan diri dari pergaulan masyarakat seperti hidup di gua di tengah hutan belantara, menjauhi pertemuan-pertemuan dengan manusia lainnya, sebenarnya menyalahi kodrat manusia itu sendiri.

Namun yang pasti, seluruh umat manusia di dunia ini hidup bermasyarakat di lingkungannya. Hasan Shadily, sebagaimana yang dikutip oleh G. Karta Sapoetra, mengatakan: “masyarakat adalah golongan besar atau kecil terdiri dari beberapa manusia, yang dengan satu atau karena sendirinya bertahan secara golongan dan pengaruh-mempengaruhi satu sama lainnya.”5

4

Dadang Kahmad, Sosiologi Agama (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 2003), Cet. Ke-3, h. 119

5

G. Karta Sapoetra R.G. Widyaningsih, Teologi Sosiologi (Bandung: Amigo, 1982), h. 41


(13)

Di dalam fenomena kehidupan beragama dan masyarakat, modernisasi merupakan warna dan nada dalam berkehidupan yang di dalamnya banyak memiliki pertentangan, perbedaan, persamaan, dan kerja sama. Hal tersebut terjadi dalam menjalani dan memahami tentang apa yang sebenarnya, harus dilakukan oleh seorang individu atau kelompok. Di dalam kehidupan bermasyarakat dan beragama, bukan hanya keselarasan dan keseimbangan yang perlu di bina, akan tetapi fakta-fakta yang memiliki penyimpangan, perbedaan, maupun perpecahan (konflik), sebenarnya hal ini yang sangat perlu diperhatikan dan diselesaikan.

Menurut Soerjono Soekanto,6 modernisasi adalah suatu transformasi total kehidupan bersama yang tradisional atau pra modern dalam arti teknologi serta organisasi sosial, ke arah pola-pola ekonomi dan politik.

Modernisasi biasanya merupakan perubahan sosial yang terarah, yang didasarkan pada perencanaan yang biasa dinamakan social planning. Modernisasi merupakan suatu persoalan yang harus dihadapi masyarakat yang bersangkutan, sesuai dengan ruang lingkupnya. Oleh karena itu prosesnya meliputi bidang-bidang yang luas, menyangkut proses disorganisasi, masalah-masalah sosial, konflik antar kelompok, hambatan-hambatan terhadap perubahan dan sebagainya.

Sedangkan disorgansiasi adalah proses pudarnya atau melemahnya norma-norma dan nilai-nilai dalam masyarakat karena adanya perubahan. Perwujudan disorganisasi yang nyata adalah timbulnya masalah-masalah sosial. Masalah ini dapat dirumuskan sebagai penyimpangan terhadap norma-norma kemasyarakatan yang merupakan persoalan bagi masyarakat pada umumnya.

6

Soerjono Soekanto, Sosiologi; Suatu Pengantar, (Jakarta: RajaGrafindo, Persada, 2000), h. 346


(14)

Dalam menilai norma-norma agama perlu adanya pemikiran-pemikiran dan pertimbangan yang sempurna. Hal ini berarti setiap pemikiran yang sudah melekat dalam agama, mengalami kegoyahan karena adanya suatu perubahan dalam perkembangan zaman. Pada awalnya, proses disorganisasi yang biasanya berupa industrialisasi, pengangguran merupakan persoalan yang meminta perhatian mendalam. Di sinilah peranan agama pun tergangggu karena adanya faktor-faktor kehidupan dan pemikiran yang serba rasional, sehingga segala sesuatu yang bersifat irasional dan immaterial sangat sulit untuk dipercayai.

Dalam hal ini, ulamalah yang sangat berperan dalam kehidupan bermasyarakat karena kebanyakan umat Islam yang ada di Indonesia ini khususnya masyarakat pedesaan termasuk golongan rakyat awam dan orang-orang yang berpengetahuan sangat sederhana serta tidak mempunyai keahlian dalam masalah agama yang ada. Kenyataan yang terlihat di desa Cimande Hilir yang menjadi sasaran dari studi ini menunjukkan bahwa sebagian ulama atau tokoh masyarakat di desa tersebut enggan atau tidak mau menerima perubahan sosial pada diri mereka dan pada masyarakat di sana, padahal kalau kita tahu pentingnya teknologi pada zaman modern sekarang ini akan banyak membantu kehidupan masyarakat di sana.

Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji pemikiran ulama dalam perubahan sosial, terutama dalam penerimaan teknologi modern seperti: alat pengeras suara (TOA), radio, handphone dan lain sebagainya. Hal ini mengingat di zaman yang modern ini masih ada sebagian tokoh masyarakat atau ulama yang masih berpegang teguh pada ajaran agama yang diwariskan oleh orang tua mereka sejak mereka masih kanak-kanak.


(15)

Menurut mereka, alat-alat tersebut adalah buatan orang-orang kafir atau Yahudi yang menurut mereka tidak boleh digunakan atau dipakai. Padahal seandainya mereka mau menggunakan alat-alat itu, banyak manfaatnya dari pada mudarat -nya bagi kehidupan mereka sehari-hari. Namun sebagian ulama menginginkan adanya perubahan yang terjadi di sana agar masyarakat tahu tentang pentingnya teknologi pada abad sekarang ini. Hasil pengkajian itulah yang kemudian penulis tuangkan dalam sebuah karya tulis (skripsi) yang berjudul “Islam dan Perubahan Sosial” (Studi atas Persepsi Pemikiran Ulama terhadap Penerimaan Teknologi Modern di Desa Cimande Hilir Kecamatan Caringin Bogor Bogor).

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Untuk menghindari fokus penelitian yang terlalu jauh serta memudahkan penulis dalam penelitian, maka dalam penelitian ini penulis membatasi masalah pada persepsi pemikiran ulama di Desa Cimande Hilir Kecamatan Caringin Bogor Jawa Barat dalam menyikapi teknologi modern seperti alat pengeras suara (TOA), radio, handphone dan lain sebagainya.

Dari pembatasan masalah tersebut, penulis rumuskan dalam bentuk pertanyaan:

Bagaimana persepsi pemikiran para ulama dalam menyikapi teknologi modern di Desa Cimande Hilir Kecamatan Caringin Bogor Jawa Barat?


(16)

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, di antaranya adalah:

1. Untuk mendapatkan gambaran secara umum tentang persepsi pemikiran ulama dalam menerima teknologi modern di Desa Cimande Hilir Bogor. 2. Untuk mendeskripsikan proses terjadinya perubahan sosial yang terjadi di

Desa Cimande Hilir Bogor dengan persepsi pemikiran ulama tentang teknologi modern.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat umum tentang persepsi pemikiran ulama dalam penerimaan teknologi modern di Desa Cimande Ilir Bogor.

2. Sebagai bahan informasi untuk penelitian dalam praktek lapangan serupa. 3. Sebagai bahan masukan agar para ulama yang ada di Desa Cimande Hilir

Bogor menyadari bahwa masyarakat yang ada sangat memerlukan adanya perubahan, terutama dalam hal teknologi modern, serta para ulama menyadari bahwa dirinya adalah Warasat al-anbiyâ’ yang artinya pewaris para Nabi yang meneruskan perjuangannya untuk menyerukan kebaikan.

D. Metodologi Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah field research yakni penelitian lapangan yang dilakukan di Desa Cimande Hilir Bogor. Adapun pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, yaitu suatu pendekatan yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis


(17)

dari orang atau perilaku yang diambil.7 Analisis penelitian dilakukan melalui kegiatan deskriptif analitis, sebagai upaya memberikan penjelasan serta gambaran komprehensif tentang peranan ulama dalam persepsi pemikiran terhadap penerimaan teknologi modern yang terjadi di Desa Cimande Ilir.

Penelitian lapangan yang penulis lakukan diperkuat dengan penelitian pustaka yang penulis lakukan sebelumnya. Dalam penelitian pustaka, Penulis mengumpulkan teori-teori yang berhubungan dengan tema penelitian. Buku-buku yang penulis gunakan sebagai sumber penelitian pustaka meliputi: Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial karya Phil. Astrid S. Susanto, Sosiologi Agama karya Dadang Kahmad, Islam Doktrin dan Peradaban, Sebuah Telaah Kritis tentang Masalah Keimanan, Kemanusiaan dan Kemodernan karya Nurcholish Madjid, dan buku-buku lainnya yang berhubungan dengan fokus penelitian.

Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) karangan Hamid Nasuhi et.al. yang diterbitkan oleh CeQDA tahun 2007.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Cimande Hilir Bogor. Alasannya adalah karena di desa ini masih terdapat pemikiran yang masih sangat tradisional dan kolot yang tidak mau menerima perubahan sosial pada dirinya maupun pada masyarakat setempat. Hal itu terutama berkaitan dengan teknologi modern pada abad sekarang ini, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan informasi yang akurat. Dengan demikian diharapkan diperoleh data

7

Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999), Cet. Ke-5, h. 83


(18)

yang dibutuhkan mengenai persepsi pemikiran ulama dalam kaitannya dengan masuknya teknologi modern.

3. Subjek Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

Subjek utama (key informan) penelitian ini adalah ulama yang berperan di Desa Cimande Hilir Bogor. Para ulama di desa ini yang penulis jadikan informan adalah mereka yang bisa menerima perubahan dalam bidang teknologi secara keseluruhan. Untuk memperoleh data, Penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Wawancara

Penulis memperoleh keterangan dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara penanya dengan informan yang dilengkapi dengan interview guide (pedoman wawancara). Untuk memperoleh data yang diperlukan, penulis melakukan wawancara dengan beberapa pihak yang dianggap berwenang atau mengetahui masalah yang sedang diteliti. Dalam penelitian ini penulis mewawancarai 8 orang ulama yang bisa menerima keberadaan teknologi di Desa Cimande Hilir Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor..

b. Observasi atau pengamatan langsung

Penulis mengumpulkan data di mana peneliti mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala dan objek yang diteliti untuk memperkaya data dan interpretasi. Penelitian ini juga menggunakan data kepustakaan sebagai penunjang.


(19)

Setelah hasil penelitian dapat diperoleh, diolah, maka langkah selanjutnya adalah menganalisanya. Maksudnya adalah penulis menganalisa persoalan-persoalan apa saja yang terjadi selama penelitian dan adakah hasil penelitian signifikan dengan permasalahan yang diangkat, sehingga menjadi sebuah hasil data yang valid untuk mempermudah penulis dalam penyusunan.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang penulis gunakan dalam penyusunan skripsi ini disesuaikan dengan pokok masalah yang akan dibahas dalam lima bab, yaitu: BAB I Pendahuluan, yang membahas tentang latar belakang masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, sistematika penulisan

BAB II Kajian Teori, yang membahas tentang Islam dan perubahan sosial, dimana terdiri dari sub judul pengertian persepsi, pengertian Islam, pengertian perubahan sosial, jenis-jenis perubahan sosial, kemudian ulama yang terdiri dari pengertian ulama, karakteristik ulama, teknologi modern yang membahas tentang pengertian teknologi modern dan macam-macam teknologi modern.

BAB III Deskripsi Lokasi Penelitian, yang membahas tentang gambaran umum Desa Cimande Hilir yang terdiri dari kependudukan, kondisi ekonomi, sosial, dan budaya, kemudian gambaran keberagamaan ulama di Desa Cimande Hilir

BAB IV Hasil Penelitian, yang membahas tentang bentuk dan proses perubahan, arah dan ruang lingkup perubahan, faktor pendukung dan


(20)

penghambat dalam penerimaan teknologi modern pada ulama Desa Cimande Hilir


(21)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Islam dan Perubahan Sosial 1. Pengertian Persepsi

Persepsi adalah pengalaman dalam tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli). Hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian dari persepsi. Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi dan memori.8

Sedangkan Abdul Rahman Saleh mendefinisikan persepsi sebagai proses yang menggabungkan dan mengorganisasikan data-data indera (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga seseorang dapat menyadari sekelilingnya, termasuk sadar akan dirinya sendiri.9

Persepsi dalam psikologi diartikan sebagai salah satu perangkat psikologis yang menandai kemampuan seseorang untuk mengenal dan memaknakan sesuatu objek yang ada di lingkungannya. Dalam persepsi dibutuhkan adanya objek atau stimulus yang mengenai alat indera dengan perantaraan syaraf sensorik, kemudian diteruskan ke otak sebagai pusat

8

Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997), h. 51

9

Abdul Rahman Saleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam (Jakarta: Kencana, 2004), Cet. Ke-1, h. 88


(22)

kesadaran (proses psikologis). Dalam otak terjadilah sesuatu proses hingga individu itu dapat mengalami persepsi.10

Penginderaan terjadi dalam suatu konteks tertentu, konteks ini disebut sebagai dunia persepsi. Agar dihasilkan suatu penginderaan yang bermakna, ada ciri-ciri umum tertentu dalam dunia persepsi:

1. Modalitas: rangsang-rangsang yang diterima harus sesuai dengan modalitas tiap-tiap indera, yaitu sifat sensoris dasar dan masing-masing indera (cahaya untuk penglihatan; bau untuk penciuman; suhu bagi perasa; bunyi bagi pendengaran; sifat permukaan bagi peraba dan sebagainya)

2. Dimensi ruang: dunia persepsi mempunyai sifat ruang (dimensi ruang); seseorang dapat mengatakan di bawah, tinggi-rendah, luas-sempit, latar depan-latar belakang, dan lain-lain.

3. Dimensi waktu: dunia persepsi mempunyai dimensi waktu, seperti cepat-lambat, tua-muda, dan lain-lain.

4. Struktur konteks, keseluruhan yang menyatu: objek-objek atau gejala-gejala dalam dunia pengamatan mempunyai struktur yang menyatu dengan konteksnya. Sturktur konteks ini merupakan keseluruhan yang menyatu.11

2. Pengertian Islam

Islam adalah agama yang diyakini sebagai ajaran yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk mengatur hubungan antara

10

Sutaat, Persepsi Legislatif Tentang Pembangunan Kesejahteraan Sosial di Daerah,

artikel diakses tanggal 26 Juli 2008 dari http://www.damandiri.or.id/file/setiabudiipbtinjauanpustaka.pdf

11


(23)

manusia dengan khaliqnya, hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan hubungan antara manusia dengan sesamanya. Hubungan antara manusia dengan khaliqnya, seperti berakidah dan ibadah, hubungan manusia dengan dirinya sendiri seperti akhlak, makan, dan berpakaian dan hubungan manusia dengan sesamanya, mencakup masalah muamalat dan sanksi.12

Sebagai agama terakhir, Islam diketahui memiliki karakteristik yang khas dibandingkan dengan agama-agama yang datang sebelumnya. Melalui berbagai literatur yang berbicara tentang Islam dapat dijumpai uraian mengenai pengertian agama Islam, sumber dan ruang lingkup ajarannya serta cara untuk memahaminya. Dalam upaya memahami ajaran Islam, berbagai aspek yang berkenaan dengan Islam itu perlu dikaji secara seksama, sehingga dapat dihasilkan pemahaman Islam yang komprehensif. Hal ini penting dilakukan, karena kualitas pemahaman ke-Islaman seseorang akan mempengaruhi pola pikir, sikap dan tindakan ke-Islaman yang bersangkutan.

Ada dua sisi yang dapat digunakan untuk memahami pengertian Islam, yaitu sisi kebahasaan dan sisi peristilahan. Kedua sisi pengertian tentang Islam dapat dijelaskan sebagai berikut:

Dari segi kebahasaan Islam berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata salima yang mengandung arti selamat, sentosa, dan damai. Dari kata salima selanjutnya diubah menjadi bentuk aslama yang berarti berserah diri masuk dalam ke damaian.13

12

Mukhotim el Moekry, Islam Agama Ideologi dan Hukum (Jakarta: Wahyu Press, 2003), Cet. Ke-1, h. 1

13

Abduin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta: Raja Grafindo, 2003), Cet. Ke-8, h. 61-62


(24)

Senada dengan pendapat di atas, sumber lain mengatakan bahwa Islam berasal dari bahasa Arab, terambil dari kata salima yang berarti selamat, sentosa. Dari asal kata itu dibentuk kata aslama yang artinya memelihara dalam keadaan selamat, sentosa, dan berarti pula menyerahkan diri, tunduk, patuh dan taat. Kata aslama itulah yang menjadi kata Islam yang mengandung arti segala arti yang terkandung dalam arti pokoknya. Oleh sebab itu orang yang berserah diri, patuh dan taat disebut sebagai orang muslim. Orang yang demikian berarti telah menyatakan dirinya taat, menyerahkan diri dan patuh kepada Allah SWT. Orang tersebut selanjutnya akan dijamin keselamatannya di dunia dan di akhirat.14

Dari pengertian kebahasaan ini, kata Islam dekat dengan arti kata agama yang berarti menguasai, menundukkan, patuh, hutang, balasan dan kebiasaan.15 Senada dengan itu, Nurcholish Madjid berpendapat bahwa sikap pasrah kepada Tuhan adalah merupakan hakikat dari pengertian Islam. Sikap ini tidak saja merupakan ajaran Tuhan kepada hamba-Nya, tetapi ia diajarkan oleh-Nya dengan disangkutkan kepada alam manusia itu sendiri. Dengan kata lain, ia diajarkan sebagai pemenuhan alam manusia, sehingga pertumbuhan perwujudannya pada manusia selalu bersifat dari dalam, tidak tumbuh, apalagi dipaksakan dari luar, karena cara yang demikian menyebabkan Islam tidak otentik, karena kehilangan dimensinya yang paling mendasar dan mendalam, yaitu kemurnian dan keikhlasan.16

14

Nashruddin Razak, Dienul Islam (Bandung: Al-Ma’arif, 1977), Cet. Ke-2, h. 56

15

Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya Jilid I (Jakarta: UI Press, 2008), Edisi II, h. 9

16

Nurcholish Madjid, Islam Doktrin & Peradaban: Sebuah Telaah Kritis tentang Masalah Keimanan, Kemanusiaan dan Kemodernan (Jakarta: Paramadina, 2005), Cet. Ke5, h. 426


(25)

Dengan pendapatnya itu, Nurcholish Madjid kelihatannya ingin mengajak pembaca untuk memahami Islam dari sisi manusia sebagai makhluk yang sejak berada dalam kandungan sang bunda sudah menyatakan kepatuhan dan ketundukan kepada Tuhan. Hal yang demikian itu telah diisyaratkan dalam al-Qur’an surat al-A’raf ayat 172:

*I6 )X Y .

Z K

?[

\ J2 O

T ]K&U(

=C^E _` aK I

=C ] bE ` .

2cd

=CEFG(!% .

( f .

=CO36d -6

B

B2&O 1 g

>cd f

01 % 6U)7

f 5 .

B2&O &( 

\=&

b _ J * 12

1h%6 1Si(j

2)X ]

k62 ! )l

Artinya: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku Ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap Ini (keesaan Tuhan). (Q.S. Al-A’raf: 172) Menurut Maulana Muhammad Ali dapat dipahami tentang pengertian Islam dari firman Allah yang terdapat dalam surat al-Baqarah ayat 208:

1 UZ Hh

mno g7012

B2& i 2 O

B2& #O$ J12

c6

T"#Fpf 12

ib7"018j

89

B2& 6q@r 

Fs &OuO$

v u*Xwx 12

> h%6 =C(q

W 

6 Z

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan, sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata. (Q.S. Al-Baqarah: 208)

Dan juga dapat dipahami dalam surat al-Anfal ayat 61:

p6

B2& i [

C"#ff# ) i [11 "

1z{ |

=V7 & 

cd /012 >

h%6

& ]

}J _ff 12


(26)

Artinya: dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Tuhan Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Q.S. Al-Anfal: 61)

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Islam dari segi kebahasaan mengandung arti patuh, tunduk, taat dan berserah diri kepada Tuhan dalam upaya mencari keselamatan dan kebahagiaan hidup baik di dunia mupun di akhirat. Hal demikian dilakukan atas kesadaran dan kemauan diri sendiri, bukan paksaan atau berpura-pura, melainkan sebagai panggilan dari fitrah dirinya sebagai makhluk yang sejak dalam kandungan sudah menyatakan patuh dan tunduk kepada Tuhan.

Dengan demikian, secara antropologis, perkataan Islam sudah menggambarkan kodrat manusia sebagai makhluk yang tunduk dan patuh kepada Tuhan. Keadaan ini membawa pada timbulnya pemahaman terhadap orang yang tidak patuh dan tunduk sebagai wujud dari penolakan terhadap fitrah dirinya sendiri. Demikian pengertian Islam dari segi kebahasaan.

Adapun pengertian Islam dari segi istilah berbeda-beda. Harun Nasution misalnya, mengatakan bahwa Islam menurut istilah (Islam sebagai agama), adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW sebagai rasul. Islam pada hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenai satu segi, tetapi mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia.17

Sementara itu, Maulana Muhammad Ali mengatakan bahwa Islam adalah agama perdamaian, dan dua ajaran pokoknya, yaitu keesaan Allah dan kesatuan atau persaudaraan umat manusia menjadi bukti nyata, bahwa agama

17


(27)

Islam selaras benar dengan namanya. Islam bukan saja dikatakan sebagai agama seluruh Nabi Allah, sebagaimana tersebut pada beberapa ayat al-Qur’an, melainkan pula pada segala sesuatu yang secara tak sadar tunduk sepenuhnya kepada undang-undang Allah, yang terlihat pada alam semesta.18

Di kalangan masyarakat Barat, Islam sering diidentikkan dengan istilah Muhammadanism dan Muhammedan. Peristilahan ini karena dinisbahkan pada umumnya agama di luar Islam yang namanya disandarkan pada nama pendirinya. Di Persia misalnya ada agama Zoroaster. Agama ini disandarkan pada pendirinya Zarathustra (wafat 583 SM). Selanjutnya terdapat agama Budha yang dinisbahkan pada tokoh pendirinya Sidharta Gautama Budha (lahir 560 SM). Demikian pula nama agama Yahudi yang disandarkan pada orang-orang Yahudi (Jews), asal nama dari negara Juda (Judea) atau Yahuda.19

Penyebutan istilah Muhammadanism dan Muhammedan untuk agama Islam menurut Nashruddin Razak, bukan saja tidak tepat, akan tetapi secara prinsipil salah. Peristilahan itu bisa mengandung arti bahwa Islam adalah paham Muhammad atau pemujaan terhadap Muhammad, sebagaimana perkataan agama Budha yang mengandung arti agama yang dibangun oleh Sidharta Gautama sang Budha, atau paham yang berasal dari Sidharta Gautama. Analogi agama dengan nama-nama lainnya tidaklah mungkin bagi Islam.20

18

Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, h. 64

19

Nashruddin Razak, Dienul Islam, h. 55

20

Bruce J. Cohen, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), Cet. Ke-2, h. 453


(28)

Berdasarkan pada keterangan tersebut, maka Islam menurut istilah adalah mengacu kepada agama yang bersumber pada wahyu yang datang dari Allah SWT, bukan berasal dari manusia, dan bukan pula berasal dari Nabi Muhammad SAW. Posisi Nabi dalam agama Islam diakui sebagai yang ditugasi oleh Allah untuk menyebarkan ajaran Islam tersebut kepada umat manusia. Dalam proses penyebaran agama Islam Nabi terlibat dalam memberi keterangan, penjelasan, uraian, dan contoh prakteknya. Namun keterlibatan ini masih dalam batas-batas yang dibolehkan oleh Tuhan.

Dengan demikian, secara istilah Islam adalah agama bagi suatu agama yang berasal dari Allah SWT. Nama Islam memiliki perbedaan yang luar biasa dengan nama agama lainnya. Kata Islam tidak mempunyai hubungan dengan orang tertentu atau dari golongan manusia atau dari suatu negeri. Kata Islam adalah nama yang diberikan oleh Tuhan sendiri. Hal demikian dapat dipahami dari petunjuk firman Allah dalam surat al-Imron ayat 19:

Sp6

mno 1012

~ /012

•T d#R €12

Artinya: Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah adalah Islam. (Q.S. Ali Imron: 19)

Dan juga dapat dipahami dalam surat al-Maidah ayat 3:

\=& X* 12

( "# _* .

=CO3

=CO3z~ J

( _z!*• .

=CO3*Xd# ‚

? A _ %

( JFƒ K

CO3

$C d#R €12

1~~ J

Artinya: Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku cukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Ku ridhai Islam itu jadi agama bagimu. (Q.S. Al-Maidah: 3)


(29)

Kata lain dari perubahan adalah transformasi. Transformasi berasal dari bahasa Inggris transformation yang berarti perubahan bentuk (rupa) atau menjadi.21 Kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia dengan kata transformasi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, transformasi diartikan sebagai perubahan rupa, bentuk (sifat dan sebagainya).22

Dalam terminologi sosiologis, transformasi sosial sering diartikan dengan istilah perubahan sosial, yaitu suatu perubahan secara menyeluruh dalam bentuk, rupa, sifat, watak dan sebagainya dalam hubungan timbal balik antar manusia, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok.23

Setiap perubahan yang terjadi dalam struktur masyarakat atau perubahan dalam organisasi sosial masyarakat disebut perubahan sosial. Perubahan sosial berbeda dengan perubahan budaya (kultural). Karena perubahan kultural ini mengarah kepada perubahan dalam kebudayaan masyarakat. Agar dapat membuat hipotesa dan ramalan-ramalan yang tepat, maka para sosiolog harus memaklumi adanya perubahan-perubahan sosial dan budaya.24

Berbicara mengenai perubahan sosial, belum lengkap bila tidak melihat sejarah perubahan teknologi manusia terlebih dahulu. Dapat dilihat bahwa pada bangsa-bangsa dan masyarakat selalu terjadi perubahan-perubahan besar, misalnya:

21

John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia (Jakarta: Gramedia, 1990), Cet. Ke-18, h. 601.

22

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1992), Cet. Ke-2, h. 916

23

Robert H. Lauer, Perspektif tentang Perubahan Sosial (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), h. 27

24


(30)

Sebelum Perubahan Sesudah Perubahan a. Tanah dikerjakan dengan cangkul

b. Pabrik menggunakan peralatan sederhana c. Perdagangan antar desa

a. Tanah dikerjakan dengan traktor b. Pabrik menggunakan mesin c. Perdagangan antar negara

Perubahan-perubahan itu semua tidak berasal dari alam saja, tetapi dari manusia dan masyarakat. Perubahan-perubahan ini tidak terjadi pada individu-individu, melainkan pada seluruh masyarakat, mengingat perubahan merupakan sebuah fenomena normal yang senantiasa ada dan perubahan terjadi karena sifat kehidupan masyarakat itu sendiri berubah. Oleh karena itu, perubahan-perubahan ini dinamakan perubahan sosial.25

Sebagai sebuah konsep, transformasi merupakan upaya pengalihan dari sebuah bentuk yang lama kepada bentuk baru yang lebih mapan. Sebagai sebuah proses, transformasi adalah merupakan tahapan atau titik balik yang cepat bahkan arupt (mendadak dengan tiba-tiba) bagi sebuah makna perubahan. Pembicaraan mengenai transformasi sosial (termasuk budaya dan politik) adalah membicarakan tentang proses perubahan struktur, sistem sosial dan budaya.26

Sosiolog seperti Kingsley Davis, mendefinisikan transformasi sosial sebagai perubahan dalam struktur dan fungsi masyarakat. Misalnya, dengan timbulnya organisasi buruh dalam masyarakat kapitalis dan perubahan-perubahan organisasi ekonomi politik lainnya. Sedangkan Mac Iver

25

Frans Wiryanto Jomo, Membangun Masyarakat (Bandung: Alumni, 1986), Cet. Ke-2, h. 3

26

Umar Kayam, “Transformasi Sosial-Budaya” dalam M. Masyhur Amin dan M. Najib (ed), Agama, Demokrasi dan Transformasi Sosial (Yogyakarta: LKPSM, 1993), h. 178


(31)

mengartikan transformasi sosial sebagai perubahan hubungan-hubungan sosial atau perubahan keseimbangan hubungan sosial.27

Gillin, sebagaimana yang dikutip oleh Soerjono Soekanto, mengatakan bahwa transformasi sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi atau pun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat. Secara singkat, Samuel Koenig, sebagaimana yang dikutip oleh Soekanto, mengatakan bahwa perubahan sosial menunjuk pada modifikasi-modifikasi yang terjadi pada pola-pola kehidupan manusia. Modifikasi-modifikasi yang mana terjadi karena sebab-sebab intern maupun sebab-sebab ekstern.28

Selanjutnya ada teori yang melihat faktor itu terletak di masa datang sebagai tujuan yang menarik ke arah itu, atau terletak di masa sekarang dan berperan sebagai penyebab perubahan yang mendorong dari belakang. Seperti kepemimpinan, karismatik, teknologi modern dan lainnya. Ada pula teori-teori yang melihat perubahan sebagai proses bertahap, atau sebagai kejadian yang tiba-tiba.29

Perubahan masyarakat pada umumnya dapat terjadi dengan sendirinya secara wajar dan teratur, terutama apabila perubahan itu sesuai dengan pertumbuhan kepentingan masyarakat. Jika tidak, biasanya masyarakat tertutup terhadap perubahan lantaran khawatir atau takut kalau stabilitas kehidupan masyarakat akan terganggu akibat perubahan itu. Akan tetapi pada

27

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Raja Grafindo, 2002), h. 216

28

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h. 307

29

Karel J. Veeger, Pengantar Sosiologi (Jakarta: Gramdia Pustaka Utama, 1992), Cet. Ke-2, h. 107


(32)

kondisi tertentu perubahan masyarakat tidak bisa dihindari, terutama jika keadaan sekarang dianggap tidak berkemajuan atau tidak memuaskan lagi. Terjadinya ketidakpuasan terhadap keadaan sekarang disebabkan nilai-nilai, norma-norma sosial, pengetahuan teknologi yang ada sekarang tidak mampu memenuhi berbagai kepentingan yang semakin kompleks dan serba tak terbatas. Dalam keadaan demikian cepat atau lambat masyarakat akan berubah, mereka akan mencari jalan keluar dari berbagai kesulitannya dengan cara mengganti nilai-nilai, norma-norma, pengetahuan dan teknologi baru yang dianggap dapat memenuhi tuntutan hidup sekarang dan masa depan keturunannya. Peluang menuju ke arah perubahan akan semakin besar di kala masyarakat lingkungan sekitarnya menawarkan berbagai metode dan teknologi atau sarana baru (faktor ekstern) yang dianggap sesuai dengan kebutuhan masa sekarang dan masa mendatang.30

Di mana-mana dirasakan, bahwa perubahan masyarakat adalah suatu kenyataan, yaitu kenyataan yang dibuktikan oleh gejala-gejala seperti: dengan personalisasi, adanya frustasi dan apathy (kelumpuhan mental), pertentangan-pertentangan dan perbedaan pendapat mengenai norma-norma susila yang hingga kini dianggap mutlak. Memang ada atau tidaknya suatu perubahan, yaitu terganggunya keseimbangan di antara kesatuan-kesatuan sosial di dalam masyarakat hanya dapat dilihat dengan gejala-gejala ini.

Tidak semua orang menyambut perubahan sosial dengan gembira dan secara positif. Orang konservatif pada umunya menyesali perubahan dan mempunyai suatu nostalgia ke tempo dulu, sedang orang progresif pada

30

Abdul Syani, Sosiologi dan Perubahan Masyarakat (Lampung: Dunia Pustaka Jaya, 1995), Cet. Ke-1, h. 88-89


(33)

umumnya menginginkan perubahan yang terus menerus. Generasi tua sering tampak konservatif, mereka merasa cemas menyaksikan bahwa perolehan dan pewarisan leluhur yang ditinggalkan, dan merasa terancam identitasnya. Sedangkan generasi muda yang belum mempunyai ikatan emosional dengan masa lampau, pada umumnya bersikap positif dan optimis terhadap zaman baru.31 Sehubungan dengan ini maka sering dilupakan bahwa dalam kehidupan manusia tidak semua berubah serentak, melainkan bahwa sesuai dengan sifat manusia selalu ada kebutuhan manusia yang tak berubah.

4. Jenis-jenis Perubahan Sosial

Pada umumnya orang mengadakan pembagian macam perubahan sosial dalam:

a. Social evolution (evolusi sosial)

Merupakan perkembangan yang gradual, yaitu karena adanya kerjasama harmonis antara manusia dan lingkungannya. Dengan kata lain, evolusi sosial yaitu perubahan yang terjadi secara perlahan-lahan. Dalam teori ini dikenal bentuk-bentuk evolusi:

1) Cosmic evolution, yaitu taraf evolusi dalam bentuk pertumbuhan, perkembangan, bahkan kemunduran hidup manusia. Evolusi kosmik, yaitu perubahan yang terjadi dalam dunia secara keseluruhan.

2) Organic evolution, yaitu terutama diketemukan dalam bentuk survival of the fittest, perjuangan manusia untuk mempertahankan hidupnya. Peruahan ini terjadi pada makhluk hidup, baik hewan, tumbuhan, maupun manusia itu sendiri.

31


(34)

3) Mental evolution, yaitu perubahan yang terjadi pada mental seseorang, di mana perubahan tersebut berlangsung secara perlahan-lahan.32

b. Gerakan sosial atau mobilitas sosial

Suatu gerakan sosial adalah suatu keinginan akan perubahan yang diorganisasikan. Sebab dari gerakan sosial adalah juga penyesuaian diri dengan keadaan (ekologi), yaitu karena didorong oleh keinginan manusia akan kehidupan dan keadaan yang lebih baik, serta penggunaan dari penemuan-penemuan baru. Pada umumnya gerakan sosial terbentuk apabila ada konsep yang jelas atau apabila konsep ini mempunyai strategi yang jelas pula. Suatu gerakan berakhir apabila idenya (oleh pengikut-pengikutnya) dirasakan telah ditampung, terwujudkan cita-citanya atapun apabila keadaan sudah berubah kembali.

Sorokin, sebagaimana yang dikutip oleh Phil. A. Susanto, membedakan dua macam mobilitas, yaitu:

1) Mobilitas yang mendatar, yaitu process of making changes on the same status, atau proses membuat perubahan dengan status yang sama.

2) Mobilitas vertikal, yaitu process of changing from one status to another, atau proses perubahan dari satu status ke status yang lainnya.33

c. Revolusi

32

Phil Astrid S. Susanto, Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial (Bandung: Bina Cipta, 1979), Cet. Ke-2, h. 193

33


(35)

Pada umumnya revolusi didahului oleh adanya ketidakpuasan dari golongan-golongan tertentu, halmana biasanya telah didahului oleh tersebarnya suatu ide baru. Saat pecahnya suatu revolusi ditandai oleh adanya terror. Tidak semua revolusi berhasil, bahkan biasanya suatu revolusi berakhir dalam perpecahan antara kekuatan-kekuatan revolusi itu sendiri karena adanya irihati satu sama lain ataupun tidak adanya konsep yang jelas mengenai pembangunan setelah revolusi. Dilihat dari segi sosialnya, maka suatu revolusi pecah apabila di dalam suatu masyarakat faktor disorganisasi adalah lebih besar dari pada faktor reorganisasi, atau apabila faktor-faktor adaptive adalah lebih kecil dari pada faktor non-adaptive.34

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perubahan yang terjadi di masyarakat, baik itu perubahan dalam bidang ekonomi, sosial, politik, budaya bisa terjadi dengan perlahan-lahan, maupun dengan cepat. Proses perubahan yang terjadi dalam masyarakat seringkali membawa dampak bagi pola hidup masyarakat yang mengalaminya, sehingga bisa terjadi perselisihan antar masyarakat karena perubahan yang terjadi.

5. Perubahan dalam Islam

Untuk menganalisa fenomena perubahan sosial dari kacamata Islam, maka kajian tentang sosiologi Islam perlu dihidupkan kembali. Karena, kajian tentang perubahan sosial umat Islam merupakan bagian atau cabang sosiologi Islam.

34


(36)

Sosiologi Islam, yaitu teori sosiologi yang merujuk pada ajaran Islam dan disesuaikan dengan data-data empiris. Dalam konteks lebih luas, beberapa cendekiawan muslim mengajukan dan mengajak untuk membangkitkan kembali “keilmuan Islam” untuk meng-counter dominasi ilmu sosial Barat, di antaranya yaitu: Naquib al-Attas, Mulyadi Kartanegara, dan juga Kuntowijoyo.35

Perspektif Islam terhadap paradigma transformasi sosial, menurut Kuntowijoyo, adalah adanya sentimen kolektif dalam struktur internal umat, yaitu yang didasari oleh immateri yaitu iman.36 Karena perubahan struktur sosial tidak menjamin perubahan kesadaran. Hal ini, bertentangan dengan tesis Marxisme yang menyatakan bahwa kesadaran itu ditentukan oleh kondisi materinya. Artinya juga, superstructure ditentukan oleh structure.37

Kuntowijoyo menguraikan, sistem nilai tauhid yang menderivasi Islam kemudian memunculkan komunitas jamaah atau ummah, yaitu komunitas yang menciptakan sistem kelembagaan dan otoritasnya sendiri. Struktur semacam ini terbentuk pada tingkat normatif. Artinya, struktur sosial umat adalah derivasi dari sistem nilai normatif yang kemudian menjadi acuan pembentukan pranata-pranata dan lembaga-lembaga sosial. Dengan kata lain, umat menjadi suatu entitas yang ideal karena unsur konstitutifnya adalah nilai seperti konsep amanah-wahidah.38

35

Sidi Gazalba, Islam dan Perubahan Sosio-Budaya (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1983), h. 39

36

Kuntowijoyo menilai bahwa kemajuan bagi umat Islam itu diukur dari bertambahnya iman. Lihat Kuntowijoyo, Paradigma Islam: Interpretasi-interpretasi Aksi (Bandung: Mizan, 1996), h. 170

37

Kuntowijoyo, Paradigma Islam: Interpretasi-interpretasi Aksi, h. 341

38


(37)

Oleh karena itu, Kuntowijoyo mengajukan prasyarat intelektual yaitu reorientasi kesadaran dari tingkat normatif ke tingkat ilmiah. Kuntowijoyo berkesimpulan bahwa konsep-konsep normatif yang terbangun sebagai sistem nilai, memerlukan orientasi kesadaran agar dapat dipahami secara empiris. Selanjutnya, ini berarti membutuhkan objektifikasi dan konseptualisasi. Dengan bergerak dari tingkat kesadaran normatif ke tingkat kesadaran ilmiah, maka diharapkan sistem nilai yang terkandung dalam doktrin-doktrin Islam (al-Qur’an dan al-Sunnah) dapat dikaitkan dengan masalah-masalah gejala-gejala kemasyarakatan yang empirik dan kemudian menjadi sebuah teori sosial.

Apalagi sekarang umat Islam dihadapkan pada perubahan masyarakat dan teknologi. Maka, tugas penting Islam di sini – baik sebagai sebuah ilmu maupun ideologi – menurut Kuntowijoyo adalah mengubah masyarakat sesuai dengan cita-cita dan visinya mengenai perubahan sosial serta mengubah masyarakat ke tatanan yang lebih ideal.

Teori-teori yang diambil dari sebuah ideologi sosial dengan sendirinya akan melahirkan perubahan sosial. Karena menurut Kuntowijoyo, hampir semua teori sosial bersifat transformatif, sesuai dengan paradigmanya untuk membangun tatanan masyarakat yang dicita-citakan Islam sebagai ideologi sosial, juga menderivasi teori-teori sosialnya.39

Jelasnya, perspektif Islam terhadap paradigma perubahan sosial adalah adanya sentimen kolektif dalam struktur internal umat, yaitu yang didasari atas nilai-nilai transendental. Dalam Islam, rumusan iman, ilmu dan amal

39


(38)

adalah sandaran epistemologisnya. Jadi, transformasi sosial dalam paradigma Islam, berakar pada misi ideologisnya, yaitu cita-cita untuk menegakkan amar ma’ruf dan nahyi al-munkar dalam masyarakat di dalam rangka tu’minuna billah (keimanan kepada Tuhan).40

Dengan demikian, perubahan dalam pandangan Islam pada dasarnya merupakan gerakan kultural yang didasarkan pada humanisasi, liberasi dan transendensi yang bersifat profetik, yakni mengubah sejarah kehidupan masyarakat oleh masyarakat sendiri ke arah yang lebih partisipatif, terbuka, dan emansipatoris.41

Dengan menggunakan pendekatan paradigma Barat (Marxis, Weber, Durkheim) dan paradigma teoritis Islam, umat diharapkan dapat menangkap fenomena perubahan sosial yang terjadi pada dirinya. Hal tersebut dilakukan dengan melihat persamaan dan perbedaan kedudukan pendekatan tersebut hanya membandingkan dalam tingkatan metodologis, bukan filosofis-epistemolois, karena keduanya juga sama-sama bersifat empiris.42

B. Ulama

1. Pengertian Ulama

Kata ulama merupakan bentuk jamak (plural) dari kata !" secara lughat berarti tahu atau orang-orang yang mempunyai pengetahuan. Dengan kata lain, ulama adalah para ahli ilmu pengetahuan. Dalam pemakaian praktisnya, istilah ulama lebih berkonotasi pada makna “para ahli ilmu

40

Kuntowijoyo, Paradigma Islam: Interpretasi-interpretasi Aksi, h. 338

41

Kuntowijoyo, Identitas Politik Umat Islam (Bandung: Mizan, 1997), h. 65

42

M. Fahmi, Islam Transendental: Menelusuri Jejak-jejak Pemikiran Islam Kuntowijoyo


(39)

agama”, malah dalam persepsi masyarakat Islam, ulama dipandang bukan hanya sekedar sebagai ahli ilmu agama saja, tetapi juga sebagai orang-orang yang konsisten terhadap agamanya, mempunyai komitmen yang kuat dengan nilai-nilai moral dan kemasyarakatan.43

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ulama berarti orang yang ahli di hal atau di pengetahuan agama Islam. Selanjutnya di kamus tersebut juga disebutkan beberapa frase lainnya seperti ulama khalaf yang berarti ulama yang hidup pada masa sekarang, kemudian ulama salaf, yang memiliki dua arti; (1) para ahli ilmu agama mulai dari para sahabat Nabi Muhammad saw sampai ke pengikut terdekat sesudahnya, (2) ulama yang mendasarkan pandangannya pada paham kemurnian ortodoks.44

Kata ulama ini, dalam lembaran kitab suci al-Qur’an disebutkan sebanyak dua kali yaitu dalam surat Fatir ayat 28 dan al-Syua’ara ayat 197.45 Kata ulama walaupun bermakna sangat umum, namun sering dikaitkan dengan pengetahuan dalam bidang agama dan tingkat ketaatan. Dari sisi ulama, secara terminologis, diartikan sebagai “orang yang tahu atau yang memiliki pengetahuan yang dengan pengetahuannya tersebut memiliki rasa takut kepada Allah”. Pengertian ini dapat dilihat dalam dua tempat pada kandungan al-Qur’an, yaitu:

43

M. Tholhah Hasan, Islam dalam Perspektif Sosio Kultural (Surabaya: Pustaka Kamil Press, 2001), h. 194

44

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Cet. Ke-3, h. 1239

45

M. Quraisy Shihab, Membumikan al-Qur’an; Fungsi Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat (Bandung: Mizan, 2001), h. 382


(40)

3

1

_h%6

?

„*

+

7012

d J1 q

B2( h

_d#

*

12

3

456

7012

l… Z

lK&(!)l

Artinya: “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (Q.S. Al-Fathir: 28)

h%6

cF†

,-

S ˆY12

vƒ‰

T

.

O3

=C

{Š|

b

2 O

p .

‹ Œ

B2( h

_d#

?[

8V

O• :Ž6

Artinya: “Dan Sesungguhnya Al Quran itu benar-benar (tersebut) dalam kitab-kitab orang yang dahulu. Dan apakah tidak cukup menjadi bukti bagi mereka, bahwa para ulama Bani Israil mengetahuinya?” (Q.S. Al-Syu’ara: 196-197)

Dari kedua ayat di atas, didapati dua pengertian pengetahuan yang dilekatkan pada diri Tuhan. Dalam surat al-Fathir, bila dihubungkan dengan konteks ayat sebelumnya, didapati bahwa pengetahuan yang dimiliki ulama adalah pengetahuan ilmu alam atau ilmu kauniyah, sedangkan pada surat al-Syu’ara, karena dilekatkan pada kepemimpinan agama (sekte), maka dipahami bahwa ilmu yang dimiliki ulama adalah ilmu agama. Kemudian ditambahkan dengan sifat ketaatan ataupun rasa takut pada Tuhan.

2. Karakteristik Ulama

Tholhah Hasan, mengutip pendapat Sayid Quthub, mengatakan dalam tafsir Fi Zhilalil Qur’an, pengertian ulama itu adalah:

a. Orang-orang yang mempunyai kedalaman ilmu agama


(41)

c. Mereka mempunyai rasa keterikatan dengan lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam (dalam arti mereka tidak lepas diri dari lingkungan hidupnya)

d. Mereka mempunyai integritas moral yang diakui masyarakat.46

Sedangkan Imam Ghazali, sebagaimana yang dikutip oleh Thalhah Hasan, menyebutkan lima ciri kepribadian ulama, yaitu:

a. Abid, taat melakukan ibadah

b. Zahid, hidup dalam kesederhanaan materi

c. ‘Alim, mempunyai pengetahuan yang luas

d. Faqih, mengetahui pengetahuan kemasyarakatan

e. Murid, mempunyai orientasi keikhlasan.47

Kalangan ulama Islam sendiri, mengartian sebutan ulama menjagi tiga kategori, yaitu:

a. Ulama, dalam arti orang-orang yang mempunyai pengetahuan luas dalam agama, dengan atau tanpa pengakuan masyarakat atau syarat-syarat lain.

b. Ulama, dalam arti orang yang banyak terlibat dalam pelayanan masyarakat, khususnya dalam masalah keagamaan, yang di dalam masalah ini segi keilmuan kadang-kadang kurang disyaratkan.

c. Ulama, dalam arti “warasatul anbiya”, yakni bukan saja memiliki kepandaian dan penguasaan luas dalam ilmu agama, tetapi juga memenuhi tuntutan lain yang lebih berkaitan dengan sikap dan cara hidup, seperti

46

M. Tholhah Hasan, Islam dalam Perspektif Sosio Kulutral, h. 197

47


(42)

kesalehan, kewara’an, kesederhanaan dan komitmen terhadap kesejahteraan umat lahir batin.48

dari kategori-kategori yang telah penulis sebutkan di atas, ulama yang berada di Desa Cimande Hilir, masuk dalam kategori ulama yang banyak terlibat dalam pelayanan masyarakat, khususnya dalam masalah keagamaan, di mana segi keilmuan kadang-kadang kurang disyaratkan.

C. Teknologi Modern

3. Pengertian Teknologi Modern

Teknologi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai kemampuan teknik yang berlandaskan pengertian ilmu eksakta yang bersandarkan proses teknis.49 Sedangkan modern diartikan sebagai terbaru, mutakhir, atau sikap dan cara berpikir serta bertindak sesuai dengan tuntutan zaman.50

Para sarjana telah banyak memberikan pengertian tentang teknologi, di mana masing-masing berbeda dalam sudut pandangnya. Menurut Walter Buckingham, sebagaimana yang dikutip oleh Arifin Noor, teknologi adalah ilmu pengetahuan yang diterapkan ke dalam seni industri serta oleh karenanya mencakup alat-alat yang memungkinkan terlaksananya efisiensi tenaga kerja menurut keragaman kemampuan.

48

M. Tholhah Hasan, Islam dalam Perspektif Sosio Kultural, h. 227

49

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 916

50

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 589


(43)

Dari pengertian teknologi di atas terdapat kecenderungan bahwa teknologi dianggap sebagai penerapan ilmu pengetahuan, dalam pengertian bahwa penerapan itu menuju ke perbuatan atau perwujudan sesuatu. Kecenderungan inipun mempunyai suatu akibat di mana kalau teknologi dianggap sebagai penerapan ilmu pengetahuan, dalam perwujudan alat atau jenis atau sesuatu yang berwujud, maka dengan sendirinya setiap jenis teknologi atau bagian ilmu pengetahuan dapat diteknologikan. Dengan demikian teknologi tidak dapat ada tanpa berpasangan dengan ilmu pengetahuan, dan pengetahuan tentang teknologi perlu disertai oleh pengetahuan akan ilmu pengetahuan yang menjadi pasangannya. 51

Teknologi tidak lagi didefinisikan hanya sebatas kumpulan alat, mesin, dan berbagai artefak lainnya, tetapi bisa juga diartikan sebagai cara tertentu untuk mengetahui dan mengerjakan sesuatu. Teknologi lebih dari sekedar pengetahuan terapan atau rekayasa seperti dalam pemahaman dunia akademik tradisional, melainkan dapat dipandang sebagai pendekatan universalistic dalam pemecahan masalah.52

Pada kajian teknologi, penerapan pengetahuan tidak hanya sebatas ilmu murni atau ilmu terapan,tetapi bagaimana teknologi sebagai bagian dari ilmu pengetahuan tersebut diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi manusia dan berinteraksi dengan lingkungannya.

Lebih lanjut, Zalbawi Soejoeti, sebagaimana yang dikutip oleh Ahmad Y. al-Hasan dan Donald R. Hill, mengatakan bahwa teknologi adalah wujud dari upaya manusia yang sistematis dalam menerapkan atau memanfaatkan

51

M. Arifin Noor, Ilmu Sosial Dasar (Bandung: Pustaka Setia, 2007), Cet. Ke-3, h. 285

52

Yudi Latif, “Teknologi Sebagai Masalah Kebudayaan” Jurnal Ulumul Qur’an, Edisi No. 2 (Juli 1996), h. 59


(44)

ilmu pengetahuan sehingga dapat memberikan kemudahan dan kesejahteraan bagi umat manusia.53

Dengan demikian, prinsip-prinsip teknologi adalah memudahkan manusia dalam memenuhi kebutuhannya. Semakin tinggi perkembangan sain dan teknologi, semakin mudah pula segala urusan diselesaikan. Teknologi di sini tidak harus diartikan dengan mesin-mesin, tetapi segala sesuatu baik berupa gagasan, konsep, atau strategi yang memberikan kemudahan dalam upaya pencapaian suatu tujuan adalah juga teknologi.54

4. Macam-macam Teknologi Modern

Ada tiga macam teknologi yang sering dikemukakan para ahli, yaitu: a. Teknologi modern

Jenis teknologi modern ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1) Padat modal

2) Mekanis-elektris

3) Menggunakan bahan import

4) Berdasarkan penelitian mutakhir dan lain-lain b. Teknologi madya

Jenis teknologi ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1) Padat karya

2) Dapat dikerjakan oleh keterampilan setempat 3) Menggunakan alat setempat

53

Ahmad Y. Al-Hasan dan Donald R. Hill, Teknologi dalam Sejarah Islam (Bandung: Mizan, 1993), Cet. Ke-1, h. 17

54

M. Rahman Al-Ridha, et.al, Koreksi al-Qur’an terhadap Budaya dan Peradaban


(45)

4) Menggunakan bahan setempat 5) Berdasarkan suatu penelitian c. Teknologi tradisional

Teknologi tradisional ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1) Bersifat padat karya (banyak menyerap tenaga kerja)

2) Menggunakan keterampilan setempat 3) Menggunakan alat setempat

4) Menggunakan bahan setempat

5) Berdasarkan kebiasaan atau pengamatan55

Di samping pembagian teknologi seperti disebutkan di atas para ahli masih mengemukakan satu jenis teknologi lagi yang disebut teknologi tepat. Konsep tentang teknologi tepat ini menjadi terkenal melalui buku Small is Beautiful yang ditulis oleh Schmacher.

Yang dimaksud dengan teknologi tepat adalah sesuatu spectrum teknologi (jadi dapat berupa teknologi modern, madya, maupun tradisional) yang pada hakikatnya telah memenuhi persyaratan teknologis, sosial dan ekonomik.

a. Persyaratan teknis

Yang menjadi persyaratan teknis dalam teknologi tepat adalah: 1) Dengan memperhatikan kelestarian tata lingkungan hidup,

menggunakan sebanyak mungkin bahan baku dan sumber energi setempat dan sesedikit mungkin menggunakan bahan import.

55


(46)

2) Jumlah produksi harus cukup dan mutu produksi harus dapat diterima oleh pasaran yang ada, atau proses pasar yang ada baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

3) Menjamin agar hasil dapat diangkut ke pasar dengan sarana angkutan yang tersedia dan yang masih dapat dikembangkan, sehingga dapat dihindari kerusakan atas mutu hasil itu serta menjamin agar komunitas penyediaan dapat cukup teratur.

b. Persyaratan sosial

Persyaratan sosial di sini meliputi:

1) Memanfaatkan keterampilan yang sudah ada, atau keterampilan yang mudah pemindahannya, serta sejauh mungkin mencegah latihan ulang yang sukar dilakukan, yang mahal dan makan waktu. 2) Menjamin timbulnya perluasan lapangan kerja yang dapat terus

menerus berkembang.

3) Menekan seminimum mungkin pergeseran tenaga kerja yang mengakibatkan bertambahnya pengangguran dan setengah pengangguran.

4) Membatasi sejauh mungkin timbulnya ketegangan sosial dan budaya dengan mengatur agar peningkatan produksi berlangsung dalam batas-batas tertentu, sehingga terwujud keseimbangan sosial dan budaya yang dinamis, dalam hal ini rakyat setempat harus turut serta mengambil bagian.


(47)

Persyaratan ekonomik di sini meliputi:

1) Membatasi sedikit mungkin kebutuhan akan modal 2) Menekan seminimal mungkin kebutuhan akan devisa

3) Mengarahkan pemakaian modal agar sesuai dengan rencana pengembangan lokal, regional, dan nasional

4) Menjamin agar hasil dan keuntungan akan kembali kepada produsen dan tidak menciptakan terbentuknya mata-mata rantai yang baru.

5) Dapat mengarahkan lebih banyak produsen ke arah cara perhitungan ekonomis yang sehat.

6) Mengarahkan usaha pada pengelompokan secara kooperatif.56 Berdasarkan berbagai teori yang Penulis kemukakan di atas, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan istilah teknologi jadi. Maksudnya adalah teknologi yang dipakai dalam penelitian ini adalah teknologi yang sudah bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga mempermudah berbagai aktivitas masyarakat.

56


(48)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

C. Gambaran Umum Desa Cimande Hilir

Desa Cimande Hilir merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor, yang mayoritas merupakan daerah pertanian. Jalan provinsi yang membentang dari arah Sukabumi – Bogor kurang lebih panjangnya 1 km. Jarak ke Ibukota Kecamatan kurang lebih 500 meter, jarak ke Ibukota Kabupaten kurang lebih 9 km, sedangkan jarak ke Ibukota Provinsi kurang lebih 185 km, dan jarak ke ibukota Negara 67 km.

Dalam menjalankan berbagai roda pemerintahan, desa Cimande Hilir Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor memiliki struktur organisasi desa dan perangkat desa berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 22 Tahun 1999 sebagaimana struktur organisasi yang penulis lampirkan dalam lembar lampiran.

Desa merupakan unit administrasi pemerintahan yang paling bawah di mana secara geografis maupun demografis memiliki beberapa ketentuan. Demikian juga halnya dengan desa Cimande Hilir yang memiliki ketentuan sebagai berikut:


(49)

Luas wilayah desa seluruhnya 185 ha terdiri dari tanah sawah 58 ha dan tanah darat 127 ha. Secara administratif luas desa 185 ha terdiri dari: 2 dusun, 5 Rukun Warga (RW), dan 24 Rukun Tetangga (RT).

2. Batas Wilayah

Desa Cimande Hilir memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut: Sebelah utara : berbatasan dengan Desa Ciherang Pondok Sebelah timur : berbatasan dengan Desa Lemah Duhur Sebelah selatan : berbatasan dengan Desa Caringin

Sebelah barat : berbatasan dengan Desa Cibalung Kecamatan Cijeruk

3. Penggunaan Lahan

Sawah tadah hujan seluas 58 ha telah dimanfaatkan petani untuk menanam padi dan kegiatan palawija. Tanah darat yang ada di desa Cimande Hilir seluas 128 ha, telah dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan, seperti:

Ladang/kebun : 78 ha

Pekarangan : 7 ha

Perumahan : 18 ha

Pabrik industri : 6 ha

Lainnya : 18 ha

1. Kependudukan

Data yang diperoleh melalui kantor Kepala Desa Cimande Hilir Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor menunjukkan bahwa penduduk Desa Cimande Hilir pada tahun 2007 berjumlah 7.234 orang. Penduduk tersebut


(50)

terdiri dari laki-laki sebanyak 3679 orang dan perempuan sebanyak 3.555 orang. Dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 1.482 KK.

Selanjutnya mengenai jumlah penduduk Desa Cimande Hilir menurut umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1

Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Jenis Kelamin

No. Umur dalam tahun

Laki-laki Perempuan

Jumlah

1 0 – 4 334 325 659

2 5 – 9 244 246 490

3 10 – 14 432 437 869

4 15 – 19 246 246 490

5 20 – 24 225 228 453

6 25 – 29 344 332 676

7 30 – 34 445 444 889

8 35 – 39 401 300 701

9 40 – 44 224 222 446

10 45 – 49 237 238 475

11 50 - 54 252 253 505

12 55 – ke atas 291 288 579

Jumlah 3.679 3.555 7.234

Dari tabel di atas dapat diperoleh data, bahwa angka kelahiran menunjukkan masih tergolong normal, terbukti dengan jumlah anak balita yang berjumlah 659 (hampir 10%) jika dibandingkan dengan kelompok usia lainnya. Begitu pula rentang usia angkatan kerja juga tergolong tinggi, hal ini membawa konsekuensi kepada pengadaan lapangan pekerjaan.


(51)

Adapun mengenai tingkat pendidikan di Desa Cimande Hilir adalah sebagaimana yang tersaji dalam tabel berikut ini.

Tabel 2

Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

No Jenis Jumlah Prosentase

1 Belum sekolah 903 12,5

2 Buta aksara 859 11,9

3 Tidak tamat SD/sederajat

1.504 20,8

4 Tamat SD/sederajat

2.117 29,3

5 Tamat

SLTP/sederajat

1.050 14,5

6 Tamat

SLTA/sederajat

716 9,9

7 Tamat Akademik 46 0,6

8 Tamat Perguruan Tinggi

31 0,4

Jumlah 7.234 100%

Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa tingkat pendidikan desa Cimande Hilir masih rendah, terbukti dengan beberapa fakta berikut: masih terdapat 859 (11,9%) orang yang buta aksara, jumlah yang cukup besar untuk suatu desa. Jumlah terbesar berturut-turut adalah 2.117 orang hanya tamat SD, 1.504 orang bahkan belum sempat menamatkan SD, dan hanya 1.050 orang tamat SLTP. Kondisi ini memerlukan program menyeluruh dari lemaga terkait untuk peduli terhadap pendidikan warga/pemberantasan buta huruf, misalnya melalui program paket A, B, dan C.

Data pemeluk agama di Desa Cimande Hilir berdasarkan data yang masuk dari ketua RT se-Desa Cimande Hilir sampai dengan tahun 2007 dapat terlihat dari tabel berikut:


(52)

Tabel 3

Keadaan Penduduk Menurut Agama

No. Agama yang dianut Jumlah

1 Islam 7.182

2 Katholik 18

3 Protestan 34

4 Hindu -

5 Budha -

Jumlah 7.234

Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa penduduk desa Cimande Hilir Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor mayoritas beragama Islam, dan tidak terdapat warga masyarakat yang memeluk agama Hindu, Budha dan aliran kepercayaan. Adapun penduduk yang memeluk agama Kristen, terutama Kristen Protestan, lebih banyak dibandingkan dengan penduduk yang memeluk agama Kristen Katholik. Penduduk Desa Cimande Hilir yang memeluk agama Protestan sebanyak 34 orang, sedangkan yang memeluk Katholik 18 orang.

Untuk menunjang aktivitas ibadah masyarakat Desa Cimande Hilir, maka dibangunlah tempat-tempat ibadah. Karena mayoritas penduduk Desa Cimande Hilir adalah beragama Islam, maka bangunan tempat ibadah bagi umat Islam banyak terdapat di desa ini. Adapun tempat ibadah bagi non muslim, tidak terdapat di tempat ini. Mengingat jumlah mereka yang sedikit,


(53)

maka penduduk non muslim melaksanakan ibadah di luar Desa Cimande Hilir. Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah sarana ibadah yang terdapat di Desa Cimande Hilir.

Tabel 4

Tempat Ibadah di Desa Cimande Hilir

No. Tempat ibadah Jumlah

1 Masjid 2

2 Mushalla 6

3 Gereja -

4 Wihara -

5 Pura -

Jumlah 8

2. Kondisi Ekonomi Sosial dan Budaya a. Ekonomi

Mata pencaharian penduduk Desa Cimande Hilir beraneka ragam keadaannya, hal ini sesuai dengan data yang diperoleh dari kantor Desa Cimande Hilir, sebagaimana yang tercantum dalam tabel di bawah ini:

Tabel 5

Jenis Mata Pencaharian Pokok Penduduk

No Jenis Mata Pencaharian Jumlah

1 PNS 39

2 Tentara/Polri 15


(54)

4 Karyawan/buruh 656

5 Pedagang 791

6 Jasa 787

7 Pensiunan/purnawirawan 32

8 Belum produktif/tidak produktif 699

Jumlah 5.489

Dari data tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Desa Cimande Hilir adalah petani 2.170 orang atau 30%, dan hampir sebagian besar penduduk sebanyak 956 orang atau 13% adalah karyawan/buruh, sebagian lagi menjadi pedagang yaitu sebanyak 791 orang. Adapun penduduk yang mempunyai mata pencaharian dalam bidang jasa sebanyak 787 orang, selanjutnya adalah yang menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) 39 orang, tentara/polri 15 orang, yang sudah menjadi pensiunan/purnawirawan sebanyak 32 orang, serta 699 orang yang belum produktif.

b. Sosial

Suatu wilayah pasti memiliki suatu sistem kelembagaan, baik itu lembaga sosial, keagamaan dan kesenian. Karena itu semua yang akan menampung segala aspirasi masyarakat. lembaga-lembaga tersebut juga merupakan wahana di mana masyarakat dapat mencurahkan segala kemampuan, aktivitas, serta keinginannya untuk memajukan Desa Cimande Hilir.

Adapun organisasi sosial yang ada di Desa Cimande Hilir terdiri dari:


(55)

Tabel 6

Organisasi Sosial yang Terdapat di Desa Cimande Hilir

No. Nama Organisasi Jumlah

1 Gugus Depan Pramuka 5 Gudep

2 Karang Taruna 4 unit

3 Kelompok PKK 1 kelompok

Adapun kegiatan keagamaan yang ada di Desa Cimande Hilir terdiri dari:

Tabel 7

Organisasi Keagamaan yang Terdapat di Desa Cimande Hilir

No Nama Kegiatan Jumlah

1 Pengajian ibu-ibu majlis taklim 2 kelompok 2 Ikatan remaja masjid 2 kelompok 3 Pengajian bapak-bapak 3 kelompok

Dari berbagai kegiatan keagamaan yang ada, bertujuan untuk meningkatkan kualitas keagamaan masyarakat. akan tetapi secara khusus bertujuan untuk meningkatkan ukhuwah islamiyah dalam masyarakat.

Adapun dalam bidang kesenian masyarakat Cimande Hilir sangat tidak suka dengan adanya hiburan, bahkan boleh dikatakan anti hiburan, karena mereka masih memegang tradisi dari para leluhur mereka.

c. Budaya

Dari aspek budaya masyarakat Desa Cimande Hilir cukup menunjukkan perilaku budaya ke-Timuran yang mengikuti budaya setempat yang dianut oleh masyarakat. Umumnya warga masyarakat


(1)

HASIL WAWANCARA

Nama : Informan S Pendidikan : SLTA Pekerjaan : Wiraswasta

99.Apakah yang anda tahu tentang perubahan?

Menurut saya perubahan itu memang terjadi. Namun lagi-lagi kita sebagai makhluk hidup harus mengusahakannya. Kalau tidak, maka kita tidak akan bisa berubah. Ini kalau kita bicara mengenai perubahan yang lebih baik lho. Kalau berubah ke arah yang buruk sih bisa saja karena lingkungan sekitar yang membuat kita ikut-ikutan. Allah SWT sendiri kan berfirman, bahwa Ia tidak akan merubah suatu kaum kalau kaum itu sendiri tidak mau berubah 100. Bagaimana anda mengalami perubahan dalam kehidupan anda?

tentu

101. Bagaimana proses perubahan yang terjadi dalam diri anda dan juga masyarakat?

Berlangsung baik-baik saja, meskipun ada beberapa orang yang terkadang tidak bisa menerima perubahan tersebut karena menganggap bahwa perubahan yang terjadi hanya akan membawa keburukan saja.

102. Bisakah anda sebutkan beberapa bentuk perubahan yang anda alami? Umur, bentuk tubuh, sikap, pikiran, dan lain sebagainya.

103. Bagaimana anda menyikapi perubahan tersebut? Husnu dzan saja.

104. Menurut anda, ke mana arah perubahan yang sedang terjadi dalam diri anda dan masyarakat?

Ke arah yang lebih baik tentunya.


(2)

Teknologi modern adalah peralatan yang memang sengaja ditemukan untuk membuat segala kebutuhan manusia cepat terpenuhi dan memudahkan aktivitas mereka.

106. Bisakah anda menyebutkan contoh dari teknologi modern?

Dalam bidang transportasi ya kapal laut, pesawat terbang, mobil, motor. Kalau dalam bidang telekomunikasi ya radio, telepon, kemudian hp.

107. Menurut anda, apa tujuan para ahli menciptakan teknologi modern? Untuk membuat hidup manusia semakin mudah dan nyaman.

108. Apakah anda menggunakan teknologi modern dalam kehidupan sehari-hari?

Penggunaan teknologi dalam kehidupan sehari-hari yang sering kita lihat adalah teknologi informasi. Semenjak orang mengenal radio, koran, televisi, ia bisa mengetahui berbagai kejadian yang terjadi di tempat yang jauh dengan begitu cepatnya. Tidak perlu lagi menunggu berhari-hari atau berbulan-bulan untuk mengetahui suatu kejadian. Ini kan berkat kemajuan teknologi di bidang informasi

109. Apa pendapat anda tentang teknologi modern tersebut? Sangat membantu.

110. Menurut anda, apakah teknologi modern yang ada lebih banyak efek positifnya daripada efek negatifnya?

Tergantung orangnya. Kalau memang dasarnya sudah untuk kejahatan, pastinya teknologi modern tersebut banyak negatifnya. Tapi kalau memang kita memandang bahwa apa yang ditemukan oleh para ahli tersebut memang ditujukan untuk kebaikan manusia, tentu kita akan menggunakannya sebaik mungkin.

111. Dalam pemahaman anda, apakah teknologi modern dapat berguna dalam kehidupan beragama?

Termasuk juga dalam agama, teknologi modern bisa digunakan.

112. Apakah anda menggunakan teknologi modern dalam beberapa ritual ibadah anda?


(3)

113. Apa pendapat anda tentang penolakan sebagian masyarakat dalam penggunaan teknologi modern seperti pengeras suara dalam ibadah mereka?

Kalau ditanya mengenai mengapa masyarakat di sini enggan menggunakan teknolgi seperti pengeras suara dalam kehidupan beragama mereka, menurut saya karena mereka merasa bahwa pengeras suara bukan bagian dari budaya mereka. Selain itu juga mereka masih percaya bahwa menggunakan pengeras suara dalam beribadah akan menimbulkan sikap sombong dan berkurangnya rasa khusyu dalam beribadah. Makanya adik tidak menemukan mushalla atau masjid yang pakai speaker di sini

114. Bagaimana dengan anda sendiri?

Kalau saya pribadi tidak menolak penggunaan pengeras suara dalam beribadah. Berhubung sudah menjadi kebiasaan di sini, maka saya ikut saja. Tidak perlu dipersoalkan. Masalah khusyu dalam beribadah, itu kan tergantung dari keimanan seseorang. Bahkan menurut saya, umat Islam harus bisa memanfaatkan kemajuan teknologi untuk menyebarluaskan agama Islam 115. Bagaimana pendapat anda tentang pelaksanaan ibadah dengan

menggunakan teknologi modern seperti naik haji dengan menggunakan pesawat terbang?

Itu adalah salah satu positifnya teknologi modern, memudahkan umat Muslim dalam melaksanakan ibadah haji. Coba kalau pesawat terbang tidak ditemukan, pasti lama kalau kita mau menunaikan ibadah haji.

116. Apa yang melatarbelakangi penerimaan anda tentang hadirnya teknologi modern dalam kehidupan beragama?

Karena memang teknologi modern tersebut memberikan kemudahan, kenapa tidak digunakan?


(4)

HASIL WAWANCARA

Nama : Informan UM Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : swasta

117. Apakah yang anda tahu tentang perubahan?

Perubahan adalah sesuatu yang pasti akan terjadi dalam diri kita. 118. Bagaimana anda mengalami perubahan dalam kehidupan anda?

Saya mengalaminya dengan baik-baik saja.

119. Bagaimana proses perubahan yang terjadi dalam diri anda dan juga masyarakat?

Semuanya saya kira berlangsung dengan baik-baik saja.

120. Bisakah anda sebutkan beberapa bentuk perubahan yang anda alami? Perubahan dalam bidang pengetahuan. Saya merasa pengetahuan ilmu agama saja bertambah, dan hal tersebut membuat saya semakin menyadari bahwa ilmu agama itu luas sekali.

121. Bagaimana anda menyikapi perubahan tersebut?

Terus berusaha untuk memperbaiki diri dan menggunakannya dengan baik. 122. Menurut anda, ke mana arah perubahan yang sedang terjadi dalam diri

anda dan masyarakat?

Tentu saja ke arah yang lebih baik.

123. Apa yang anda tahu tentang teknologi modern?

Teknologi modern adalah penemuan yang canggih dan bermanfaat bagi manusia.

124. Bisakah anda menyebutkan contoh dari teknologi modern? Pesawat, mobil, motor, hp dan lain sebagainya.

125. Menurut anda, apa tujuan para ahli menciptakan teknologi modern? Untuk menjadikan segalanya lebih mudah dan gampang.


(5)

126. Apakah anda menggunakan teknologi modern dalam kehidupan sehari-hari?

Tentu dong

127. Apa pendapat anda tentang teknologi modern tersebut? Sangat membantu dan memudahkan kegiatan yang saya lakukan.

128. Menurut anda, apakah teknologi modern yang ada lebih banyak efek positifnya daripada efek negatifnya?

Menurut saya teknologi itu banyak manfaatnya dari pada mudharatnya. Dari awal orang bikin sesuatu kan memang ditujukan untuk mempermudah segala urusan. Dengan temuan tersebut, maka manusia akan dapat menghemat waktu, tenaga, dana dan lain sebagainya. Ini kan demi kemaslahatan manusia itu sendiri. Namun bukan berarti tidak ada orang yang iseng lho. Pasti ada saja yang berusaha untuk menyalahgunakan teknologi tersebut untuk hal-hal yang merugikan orang lain. Dan kita terkadang susah untuk mencegahnya karena kelemahan yang ada dalam teknologi itu sendiri

129. Dalam pemahaman anda, apakah teknologi modern dapat berguna dalam kehidupan beragama?

Ya, sangat berguna dan membantu.

130. Apakah anda menggunakan teknologi modern dalam beberapa ritual ibadah anda?

Ya.

131. Bagaimana pendapat anda tentang pelaksanaan ibadah dengan menggunakan teknologi modern seperti naik haji dengan menggunakan pesawat terbang?

Memang itulah gunanya ditemukan teknologi modern, untuk membuat segala sesuatunya lebih mudah, bahkan dalam hal ibadah sekalipun.

132. Apa yang melatarbelakangi penerimaan anda tentang hadirnya teknologi modern dalam kehidupan beragama?

Karena pengetahuan kita. Semakin tinggi pengetahuan seseorang, tentu ia akan menyadari betapa beruntungnya kita berada di era yang penuh dengan teknologi moder ini.


(6)

DAFTAR RALAT

No Kesalahan Hasil Perbaikan Halaman

1 pengamtan pengamatan 9

2 dengant dengan 19

3 ,s erta , serta 22

4 sebaga sebagai 4

5 ilm ilmu 31

6 dunaia dunia 31

7 kearah Ke arah 35

8 kedaimana kedamaian 44

9 pahlaman pahlawan 44

10 symbol simbol 45

11 focus fokus 47