Hasil Pemeriksaan Kadar BOD Pengaruh Karbon Aktif Kulit Singkong dalam Menurunkan Kadar BOD

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Hasil Pemeriksaan Kadar BOD

dan TSS Air Limbah Pabrik Tepung Tapioka BOD adalah kebutuhan oksigen bagi sejumlah bakteri untuk menguraikan mengoksidasikan semua zat-zat organik yang terlarut maupun sebagai tersuspensi dalam air menjadi bahan organik yang lebih sederhana. Pemeriksaan kadar BOD air limbah yang berasal dari pabrik tapioka dilakukan dengan menggunakan metode alat Titrimetri. Berdasarkan hasil pemeriksaan, kadar BOD sampel limbah tapioka sudah melampaui baku mutu yakni sebesar 1181 mgl. Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup NO.51 Tahun 1995, kadar BOD maksimum yang diperbolehkan adalah sebesar 200 mgl. Total Suspended Solid merupakan zat-zat padat yang berada dalam suspensi, dapat dibedakan menurut ukurannya, sebagai partikel tersuspensi koloid dan partikel tersuspensi biasa. Total Suspended Solid yaitu jumlah berat dalam mgl kering lumpur yang ada di dalam air limbah setelah mengalami proses penyaringan dengan membran berukuran 0,45 µm. Pemeriksaan kadar TSS air limbah dilakukan dengan menggunakan alat TDS meter. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa kadar TSS air limbah yang berasal dari pabrik tapioka tersebut juga melebihi batas baku mutu yakni sebesar 1723 mgl. Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup NO.51 Tahun 1995, kadar TSS maksimum yang diperbolehkan adalah sebesar 150 mgl. Apabila limbah ini langsung dibuang ke lingkungan khususnya ke sungai, maka akan menimbulkan pencemaran air sungai dan dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi masyarakat yang menggunakan air sungai untuk bebagai keperluan. 67 Universitas Sumatera Utara

5.2 Pengaruh Karbon Aktif Kulit Singkong dalam Menurunkan Kadar BOD

dan TSS Air Limbah Tapioka Hasil pengukuran BOD pada air limbah setelah perlakuan dengan karbon aktif kulit singkong menunjukkan adanya penurunan. Tabel 4.2 menunjukkan bahwa rata- rata kadar BOD paling tinggi ada pada kontrol tanpa penambahan karbon aktif sebesar 1013,2 mgl dan mengalami penurunan sebesar 14,2. Hal ini menandakan bahwa kadar BOD dapat mengalami penurunan walaupun tanpa penambahan karbon aktif ke limbah dengan persentase penurunan yang relatif kecil. Hal ini mungkin terjadi karena pada saat proses percobaan, wadah air limbah yang akan diuji tidak tertutup terbuka sehingga udara dalam limbah akan mengikat oksigen dari udara bebas ke dalam air limbah. Sehingga proses oksidasi zat organik dapat terjadi dan mengakibatkan kadar BOD menjadi turun. Sedangkan kadar BOD paling rendah terdapat pada konsentrasi karbon aktif 1 gr yaitu dengan rata-rata 150 mgl dan mengalami penurunan sebesar 87,3. Selain itu pada tabel 4.2 juga terlihat bahwa jika konsentrasi karbon aktif semakin tinggi, kadar BOD limbah juga menjadi semakin besar yakni pada konsentrasi 2 gr, rata-rata kadar BOD sebesar 197,2 mgl dengan penurunan sebesar 83,3. Begitu pula dengan konsentrasi 3 gr, rata-rata kadar BOD menjadi sebesar 429,8 mgl dengan penurunan sebesar 63,6. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa penurunan kadar BOD tertinggi ada pada konsentrasi karbon aktif kulit singkong sebanyak 1 gr. Apabila disesuaikan dengan KepMen-LH No.51 Tahun 1995, dari ketiga konsentrasi karbon aktif tersebut, diketahui bahwa pada perlakuan dengan konsentrasi 1 g dan 2 gr karbon aktif kulit singkong untuk setiap 200 ml air limbah, kadar BOD Universitas Sumatera Utara sebesar 150 mgl dan 197,2 mgl sudah memenuhi baku mutu limbah cair industri tapioka yaitu dengan baku mutu tidak boleh melebihi 200 mgl. Sedangkan pada perlakuan dengan 3 gr karbon aktif kulit singkong tetap mengalami penurunan kadar BOD sebesar 63,6 , akan tetapi sudah tidak memenuhi baku mutu. Menurut Alaerts dalam Yani 2009, ada 5 jenis gangguan yang umumnya terdapat pada analisa BOD. Salah satunya adalah karena adanya zat beracun yang dapat memperlambat reaksi BOD, bahkan dapat membunuh bakteri yang berperan untuk menguraikan zat-zat organik. Contoh zat beracun adalah Cr VI, Hg, Pb, CN - Sianida, dan sebagainya yang konsentrasinya melampaui sesuatu kadar yang tertentu. Pada percobaan ini, sampel yang digunakan adalah limbah tapioka dan karbon aktif yang digunakan adalah kulit singkong, yang tentunya mengandung zat beracun yaitu CN - Sianida. Sehingga proses penguraian zat-zat organik oleh bakteri pun menjadi terganggu yang akan menimbulkan reaksi BOD juga terganggu. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya karbon aktif tidak dapat mengoksidasi zat organik yang terdapat dalam air, akan tetapi fungsi karbon aktif di dalam air limbah tersebut hanya sebagai penyerap adsorben padatan-padatan yang di dalamnya terkandung zat-zat organik. Sehingga karbon aktif tersebut mengikat padatan-padatan sekaligus mengikat zat-zat organik. Oleh karena itu, kadar BOD setelah perlakuan dengan karbon aktif dapat mengalami penurunan karena zat-zat organik tersebut diserap oleh pori-pori karbon aktif kulit singkong. Namun, apabila konsentrasi karbon aktif yang digunakan sudah melebihi kadar maksimum, akan mengakibatkan kejenuhan proses adsorpsi. Hal inilah yang menyebabkan kadar BOD kembali meningkat pada konsentrasi karbon aktif 2 gr dan 3 gr. Universitas Sumatera Utara Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Alfi Rumidatul 2006 yang menggunakan karbon aktif dari kayu Acacia magnum untuk mengolah limbah cair rumah sakit. Perlakuan karbon aktif pada konsentrasi yang semakin meningkat mengakibatkan nilai BOD dan COD yang semakin meningkat pula.. Pada hasil pengukuran TSS air limbah setelah perlakuan dengan karbon aktif. menunjukkan bahwa rata-rata kadar TSS paling tinggi ada pada kontrol tanpa penambahan karbon aktif sebesar 1722 mgl dan hanya mengalami penurunan sebesar 0,06. Sedangkan kadar TSS paling rendah terdapat pada konsentrasi karbon aktif 1 gr dengan rata-rata 56,4 mgl dan mengalami penurunan sebesar 96,7. Selain itu pada tabel 4.3 juga terlihat bahwa jika konsentrasi karbon aktif semakin tinggi, kadar TSS limbah juga semakin besar yakni pada konsentrasi 2 gr, rata-rata kadar TSS sebesar 63,4 mgl dengan penurunan sebesar 96,3. Begitu pula dengan konsentrasi 3 gr, rata-rata kadar TSS menjadi sebesar 69,6 mgl dengan penurunan sebesar 95,9. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa penurunan kadar TSS tertinggi ada pada konsentrasi karbon aktif kulit singkong sebanyak 1 gr 96,7. Hal ini menunjukkan bahwa karbon aktif dapat menyerap zat organik yang terdapat dalam air limbah. Apabila disesuaikan dengan KepMen-LH No.51 Tahun 1995, diketahui bahwa ketiga perlakuan dengan konsentrasi 1 g, 2 gr, dan 3 gr karbon aktif kulit singkong untuk setiap 200 ml air limbah, kadar TSS yang dihasilkan setelah perlakuan sudah memenuhi baku mutu limbah cair industri tapioka yaitu dengan baku mutu tidak boleh melebihi 150 mgl. Sama halnya dengan BOD, kadar TSS juga menjadi semakin meningkat jika konsentrasi karbon aktifnya semakin diperbesar. Hal Universitas Sumatera Utara ini diakibatkan karena, karbon aktif kulit singkong yang dimasukkan ke dalam limbah merupakan padatan-padatan yang sangat halus. Air limbah yang diaduk bersama dengan karbon aktif kemudian disaring dengan kertas penyaring. Pada saat penyaringan, padatan-padatan halus dari karbon aktif dan air limbah yang tidak dapat tersaring akan lolos. Hasil penyaringan inilah yang kemudian diperiksa kadar TSS nya. Jadi, semakin banyak konsentrasi karbon aktif yang dimasukkan ke dalam limbah maka kadar TSS nya juga semakin meningkat karena jumlah padatannya yang semakin besar. Atau dengan kata lain jika tidak seimbang perbandingan antara air limbah dengan karbon aktif maka akan menimbulkan kejenuhan yang akan mengurangi keefektifan proses penyerapan. Dari hasil pengukuran BOD dan TSS tersebut diketahui bahwa konsentrasi 1 gr karbon aktif adalah konsentrasi yang paling optimum untuk 200 ml air limbah untuk menurunkan kadar BOD dan TSS. Menurut Arifin 2008, suatu permukaan padatan yang bersentuhan dengan larutan akan menyebabkan molekul-molekul terlarut terjerap pada permukaan padatan. Adsorbsi molekul digambarkan sebagai berikut : A + B — A.B Dimana : A = adsorbent karbon aktif B = adsorbant media yang diserap A.B = jumlah bahan yang terjerap Energi yang dihasilkan seperti ikatan hidrogen dan gaya Van Der Waals menyebabkan bahan yang teradsorpsi berkumpul pada permukaan penjerap. Bila Universitas Sumatera Utara reaksi dibalik, molekul yang terjerap akan terus berkumpul pada permukaan karbon aktif sehingga jumlah zat diruas kanan reaksi sama dengan jumlah zat pada ruas kiri. Apabila kesetimbangan telah tercapai, maka proses adsorpsi telah selesai. Arifin, 2008. Pada percobaan ini kesetimbangan terjadi pada perlakuan dengan konsentrasi karbon aktif antara 1 gr dan 2 gr untuk setiap 200 ml air limbah, sehingga jika kesetimbangan telah tercapai, maka proses adsorpsi tidak akan berlangsung lagi. Oleh karena itu, penurunan kadar BOD dan TSS pada konsentrasi 3 gr menjadi semakin kecil sedangkan pada konsentrasi 1 gr penurunannya sangat optimal dan efektif. Berdasarkan kondisi fisik, air limbah yang telah mendapatkan perlakuan dengan karbon aktif kulit singkong mengalami perubahan seperti warna air limbah menjadi lebih jernih dan tidak berbau lagi. Menurut Sembiring 2003 bahwa karbon aktif terbagi atas 2 tipe yaitu karbon aktif sebagai pemucat dan sebagai penyerap uap. Karbon aktif sebagai pemucat, biasanya berbentuk serbuk yang sangat halus, diameter pori mencapai 1000 A , digunakan dalam fase cair, berfungsi untuk memindahkan zat-zat penganggu yang menyebabkan warna dan bau yang tidak diharapkan, membebaskan pelarut dari zat-zat penganggu dan kegunaan lain yaitu pada industri kimia dan industri baru. Diperoleh dari serbuk serbuk gergaji, ampas pembuatan kertas atau dari bahan baku yang mempunyai densitas kecil dan mempunyai struktur yang lemah. Karbon aktif dari kulit singkong yang digunakan dalam penelitian ini termasuk karbon aktif sebagai pemucat, sehingga air limbah yang telah disaring dengan karbon aktif menjadi semakin jernih dan tidak berbau lagi. Proses penyerapan zat-zat organik oleh karbon aktif kulit singkong dalam air limbah Universitas Sumatera Utara tapioka dapat terjadi karena adanya gaya tarik menarik antara muatan positif dan muatan negatif. Dalam hal ini, yang mempunyai muatan positif adalah karbon aktif kulit singkong sedangkan bermuatan negatif adalah limbah tapioka yang banyak mengandung protein dan karbohidrat yang mempunyai gugus amino bermuatan negatif. Selain itu, limbah tapioka juga mengandung bakteri yang mengandung protein asam nukleat bermuatan negatif. Oleh karena gaya tarik-menarik antara molekul karbon aktif dengan molekul limbah terjadi sehingga proses penyerapan padatan-padatan air limbah pun dapat berlangsung. 5.3 Pengujian Konsentrasi Karbon Aktif yang Paling Efektif untuk Menurunkan Kadar BOD dan TSS Air Limbah Tapioka Hasil uji Anova One Way pada tabel 4.4 menunjukkan adanya perbedaan rata- rata yang bermakna pada berbagai kadar karbon aktif kulit singkong untuk menurunkan kadar BOD air limbah tapioka. Untuk melihat pasangan rata-rata yang berbeda nyata dan menentukan konsentrasi yang optimal, maka dilakukan perbandingan diantara pasangan rata-rata konsentrasi karbon aktif dengan uji Duncan. Pemilihan uji Duncan sebagai uji lanjutan karena pada penelitian ini didapat nilai KK Koefisien Keraagaman sebesar 10,22 . Besar nilai KK ini untuk percobaan yang dilakukan di laboratorium atau ruang terkontrol lainnya tergolong besar minimal 10 sehingga akan sangat baik jika menggunakan uji Duncan karena uji ini dapat dikatakan yang paling teliti, agar kesimpulan yang diperoleh tidak saja tepat secara statistik tetapi juga logis dalam menentukan perlakuan optimum dari percobaan. Universitas Sumatera Utara Ada 2 kriteria yang harus diperhatikan untuk menentukan perlakuan terbaik optimum suatu percobaan yaitu untuk kriteria terbaik utama dipilih perlakuan yang pengaruhnya minimal berbeda nyata dengan pengaruh perlakuan yang bertaraf lebih rendah, tetapi tidak berbeda nyata dengan pengaruh perlakuan yang bertaraf sama atau lebih tinggi. Sedangkan untuk kriteria terbaik kedua dipilih perlakuan yang pengaruhnya minimal berbeda nyata dengan pengaruh perlakuan kontrol atau bertaraf lebih rendah dan mempunyai frekuensi beda nyata yang sama atau lebih banyak dibandingkan perlakuan yag bertaraf sama atau lebih tinggi Hanafiah, 2008. Tabel 4.6 menunjukkan bahwa perlakuan terbaik optimum dapat ditentukan berdasarkan kriteria terbaik pertama yaitu terletak pada konsentrasi 1 gr karbon aktif, dimana pada perlakuan dengan konsentrasi 1 gr, perbedaan rata-rata kadar BOD limbah berbeda nyata dengan konsentrasi yang lebih rendah yaitu 0 gr kontrol, tetapi tidak berbeda nyata dengan konsentrasi yang lebih tinggi yaitu pada konsentrasi 2 gr. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi karbon aktif kulit singkong yang paling optimum terbaik untuk menurunkan kadar BOD air limbah tapioka adalah pada konsentrasi 1 gr. Pada konsentrasi 1 gr karbon aktif dapat menurunkan kadar BOD air limbah sebesar 87,3 . Sedangkan untuk pengujian konsentrasi karbon aktif yang paling optimum untuk menurunkan kadar TSS digunakan Uji Beda Nyata Jujur Honestly Significant Difference Method atau prosedur Tuckey. Hasil perhitungan Koefisien Keragaman KK diperoleh nilai KK adalah sebesar 1,004 . Besar nilai KK ini untuk percobaan yang dilakukan di laboratorium atau ruang terkontrol lainnya tergolong kecil Universitas Sumatera Utara maksimal 5, Oleh karena itu, uji lanjutannya akan menggunakan uji Beda Nyata Jujur BNJ atau uji Tukey. Dari tabel 4.9 menunjukkan bahwa perlakuan terbaik optimum dapat ditentukan berdasarkan kriteria terbaik pertama yaitu terletak pada konsentrasi 1 gr karbon aktif, dimana pada perlakuan dengan konsentrasi 1 gr, perbedaan rata-rata kadar TSS limbah berbeda nyata dengan konsentrasi yang lebih rendah yaitu 0 gr kontrol, tetapi tidak berbeda nyata dengan konsentrasi yang lebih tinggi yaitu pada konsentrasi 2 gr = 63,6333. Akan tetapi, pada konsentrasi 2 gr, kriteria terbaik pertama juga dapat digunakan. Perlakuan optimum juga terletak pada konsentrasi 2 gr, karena perbedaan rata-rata kadar TSS pada konsentrasi ini berbeda nyata dengan perlakuan dengan konsentrasi yang lebih rendah yaitu 1 gr, tetapi tidak berbeda nyata dengan konsentrasi yang lebih tinggi yaitu 3 gr. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi karbon aktif kulit singkong yang paling optimum terbaik untuk menurunkan kadar TSS air limbah tapioka adalah terletak pada konsentrasi 1 gr dan 2 gr. Pada konsentrasi karbon aktif 1 gr dapat menurunkan kadar TSS air limbah sebesar 96,7 , sedangkan pada konsentrasi 2 gr sebesar 96,3 . Universitas Sumatera Utara

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen yang terkait

Analisis Total Zat Padat Terlarut (Total Dissolved Solid) Dan Total Zat Padat Trsuspensi (Total Suspended Solid) Pada Air Badan Air Khususnya Air Sungai

6 85 39

Efektifitas Karbon Aktif Dalam Menurunkan Kadar Bilangan Peroksida Dan Penjernihan Warna Pada Minyak Goreng Bekas

8 69 80

Efektifitas Limbah Padat Tepung Tapioka Sebagai Karbon Aktif pada Saringan dalam Menurunkan Kadar Kadmium (Cd) pada Air Sumur Gali Masyarakat Desa Namo Bintang Tahun 2012

23 125 104

Analisis Total Zat Padat Terlarut (Total Dissolved Solid) Dan Total Zat Padat Tersuspensi (Total Suspended Solid) Pada Air Limbah Industri

6 61 40

Penentuan Total Suspended Solid ( TSS ) Di Laboratorium Balai Riset Standardisasi Industri Medan

0 51 52

Penentuan Total Suspended Solid (TSS) Limbah Cair Pulp Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Dengan Metode Gravimetri Sosor Ladang – Porsea

6 65 41

Penentuan Total Suspended Solid (TSS) Dalam Air Sungai Deli Dan Pengaruhnya Terhadap Waktu Penyimpanan

4 64 54

Analisis Kandungan Aluminium (Al), Sulfida, Bod, Cod, Total Padatan Tersuspensi (TSS) Dan pH Dari Air Sungai Kapal Keruk Di Desa Karang Anyer Kec. Secanggang Kab. Langkat

5 63 102

PROTOTYPE UNIT PENGOLAHAN LIMBAH (ACTIVATED SLUDGE BIOSAND FILTER REACTOR) UNTUK MENURUNKAN KADAR CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD), BIOLOGICAL OXYGEN DEMAND (BOD) DAN TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) PADA LIMBAH CAIR TAHU

4 23 108

PERBEDAAN EFEKTIVITAS FILTER ZEOLIT DAN KARBON AKTIF DALAM PENURUNAN KADAR TSS (TOTAL SUSPENDED SOLID) LIMBAH Perbedaan Efektivitas Filter Zeolit Dan Karbon Aktif Dalam Penurunan Kadar TSS (Total Suspended Solid) Limbah Cair Tahu Industri Rumah Tangga.

5 7 17