BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pendidikan Kejuruan
Pendidikan teknologi dan kejuruan adalah pendidikan untuk menyiapkan dan mengembangkan kerja produktif. Pendidikan kejuruan dapat diklasifikasikan ke
dalam jenis pendidikan khusus specialized education karena kelompok pelajaran atau program yang disediakan hanya dipilih oleh orang-orang yang memiliki
minat khusus untuk mempersiapkan dirinya bagi lapangan pekerjaan di masa mendatang. Agar lapangan kerja khusus ini dapat sukses maka pendidikan
kejuruan dimaksudkan untuk menyiapkan tenaga terampil yang dibutuhkan di masyarakat.
Ada tiga istilah sehubungan dengan pendidikan khusus ini, yaitu pendidikan
teknologi technical education, pendidikan kejuruan vocational education, dan pendidikan karir career education. Dalam hal ini Wenrich bahkan masih
menambah satu istilah lagi yakni pendidikan profesional profesional education. Untuk yang terakhir ini dapat mencakup pendidikan calon dokter, calon insinyur,
calon ahli hukum, ahli kerja sosial dan sebagainya Wenrich dalam Arikunto, Suharsimi ,1990: 1
Pendidikan teknologi disediakan untuk para lulusan pasca sekolah menengah atau sederajat post-secondary, pendidikan kejuruan adalah pendidikan untuk sekolah
menengah atas dan pendidikan profesional merupakan pendidikan di tingkat universitas. Pendidikan karir merupakan proses pengembangan sejak masa kanak-
kanak, yakni pada waktu mereka menduduki taman kanak-kanak, sekolah dasar, hingga sekolah menengah Arikunto, Suharsimi, 1990: 2.
Adanya pendidikan teknologi dan kejuruan di Indonesia mengenal perkembangan.
Secara tersamar, pendidikan kejuruan ini sudah ada sejak zaman pemerintahan Hindia-Belanda. Sejak kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada tahun 1945,
serangkaian tindakan telah diambil untuk memperbaiki sistem maupun tujuan pendidikan. Pembentukan moral merupakan tujuan yang lebih utama
dibandingkan dengan kecerdasan. Sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah dikemukakan di awal, tujuan
pendidikan nasional adalah membentuk manusia susila yang cakap dan warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat
dan tanah air. Sehubungan dengan tujuan yang telah ditetapkan tersebut pemerintah banyak mendirikan sekolah. Beberapa jenis dan tingkat sekolah
sebenarnya merupakan warisan sejak zaman penjajahan Belanda. Sebagian lainnya merupakan sekolah yang baru didirikan. Di samping beberapa sekolah
umum, sesudah dilaksanakan penataan, maka untuk pendidikan teknologi dan kejuruan dikenal beberapa jenis dan tingkat pendidikan, yaitu: 1 sekolah-sekolah
teknik dan kejuruan, terdiri atas tiga jenis sekolah yakni: a sekolah-sekolah kejuruan: Sekolah Kerajinan SK, merupakan sekolah untuk mendidik pekerja
industri rumah. Lama belajar 1-2 tahun tergantung dari tipe kerajinan atau perdagangan. Pendidikan tersebut diperuntukkan bagi para lulusan pendidikan
dasar; b Sekolah-sekolah teknik ST yakni sekolah teknik dengan masa sekolah 3 tahun bagi mereka yang lulus tes masuk dan tes menggambar; c Sekolah
teknik tingkat menengah Sekolah ini diperuntukkan bagi lulusan SMP Sekolah Menengah Pertama dan ST dengan nilai baik; 2 Sekolah Kepandaian Putri
SKP; 3 Sekolah perdagangan; 4 Sekolah menengah ekonomi tingkat atas Arikunto, Suharsimi, 1990: 10.
Menurut Suharsimi Arikunto 1990: 6 pendidikan kejuruan dapat didefinisikan
sebagai pendidikan khusus yang direncanakan untuk menyiapkan peserta didiknya untuk memasuki dunia kerja tertentu atau jabatan di keluarga, atau meningkatkan
mutu para pekerja. Kurikulumnya berisi sekelompok mata pelajaran tentang pendidikan kejuruan dan sekelompok lain pendidikan yang sifatnya umum dan
praktis dan disebut sebagai practical arts education. Nama sekolah yang semula menunjukkan bidang-bidang keahlian tersebut, seperti
Sekolah Teknologi Menengah STM, Sekolah Menengah Ekonomi Atas SMEA, Sekolah Menengah Kesejahteraan Keluarga SMKK, Sekolah
Menengah Teknologi Pertanian SMTP, Sekolah Menengah Seni Rupa SMSR, Sekolah Menengah Musik SMM, Sekolah Menengah Karawitan Indonesia
SMKI, Sekolah Kerajinan Menengah Atas SKMA, pada tahun 19961997 diubah menjadi satu nama generik yaitu Sekolah Menengah Kejuruan SMK. Hal
ini dimaksudkan agar dinamika perubahan yaitu penambahan, pengurangan,
penyesuaian bidang dan program keahlian di sekolah kejuruan dapat berlangsung secara elastis Soenaryo, 2002: 332.
Saat ini berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar
Dan Menengah Nomor : 251Ckepmn2008 Terlampir tentang Spektrum Keahlian Sekolah Menengah Kejuruan , bidang-bidang keahlian dalam
lingkungan pendidikan menengah kejuruan dibagi meliputi 6 kelompok, yaitu: 1.
Teknologi dan Rekayasa 2.
Teknologi Informasi dan Komunikasi 3.
Kesehatan 4.
Seni, Kerajinan, dan Pariwisata 5.
Agribisnis dan Agroteknologi 6.
Bisnis dan Manajemen Dengan masing-masing bidang keahlian dibagi lagi menjadi beberapa program
studi keahlian, dan pada tiap program studi keahlian terbagi menjadi beberapa kompetensi keahlian. Sedangkan kompetensi keahlian multimedia merupakan
bagian dari program studi keahlian teknik komputer dan informatika yang merupakan pecahan dari bidang keahlian Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Pendidikan kejuruan bertujuan untuk menghasilkan manusia yang produktif, yakni manusia kerja, bukan manusia beban bagi keluarga, masyarakat, dan
bangsanya Soenaryo, 2002: 17. SMK juga mengembangkan kesempatan kerja dengan memberikan pengetahuan dan keterampilan praktik kepada para lulusan.
Dalam proses pembelajarannya diperlukan perhatian yang serius dari berbagai
pihak. Interaksi yang terjadi antara guru dengan peserta didik harus diwarnai oleh nilai-nilai edukatif.
Tenaga kependidikan yang ada di SMK terdiri atas guru dan non-guru. Standar
kompetensi guru meliputi: a kompetensi kependidikan yang dibuktikan dengan akta mengajar; b kompetensi bidang keahlian yang diajarkan yang dibuktikan
dengan sertifikat kompetensi atau setidak-tidaknya sertifikat ahli profesi; dan c kemampuan manajerial khususnya bagi guru yang diberi tugas tambahan
seperti kepala sekolah. Standar kompetensi untuk tenaga kependidikan non-guru seperti teknisi, laboran, dan pustakawan dibuktikan dengan sertifikat penguasaan
kompetensi dalam bidangnya. Sebuah SMK harus mampu menyediakan lahan, gedung, perabot, alat, dan bahan
perpustakaan serta infrastruktur lainnya untuk mendukung proses pembelajaran dalam rangka pembentukan kompetensi. Sarana dan prasarana yang disediakan
tersebut dapat merupakan milik sendiri atau melalui usaha kerja sama dengan pihak lain.
Pada prinsipnya, penetapan kompetensi tamatan SMK mengacu kepada standar
kompetensi yang dituntut dunia kerja dunia usahaindustri sesuai dengan bidang keahliannya masing-masing. Penetapan program pembelajaran yang harus
ditempuh oleh siswa, ditetapkan oleh kompetensi-kompetensi tersebut. Standar kompetensi yang dibuat tidak hanya mengacu kepada tuntutan satu industri atau
perusahaan, melainkan mempertimbangkan sejumlah dunia usahaindustri dalam bidang keahlian sejenis dengan berbagai karakteristik dan kondisi yang sangat
beragam.
Tamatan SMK disiapkan untuk menjadi tenaga kerja pada keahlian dan tingkat
pekerjaan tertentu. Kompetensi yang dituntut dari tenaga kerja Indonesia pada umumnya dan tenaga kerja dunia usahaindustri tertentu khususnya, tidak semata-
mata berupa kemampuan teknis, tetapi juga berisi kemampuan non-teknis yang lebih merupakan persyaratan kepribadian personality. Kemampuan non-teknis
meliputi dua hal. Pertama, kemampuan-kemampuan berperilaku normatif baik sebagai pribadi, sebagai makhluk sosial, maupun makhluk Tuhan. Kedua,
kemampuan-kemampuan berperilaku yang mengarah pada pengembangan diri, baik dalam rangka peningkatan prestasi kerja di lingkungannya maupun
peningkatan kualitas pendidikannya. Atas dasar itulah, maka standar kompetensi tamatan SMK yang dirancang
mengandung tiga komponen kompetensi yang merupakan kesatuan yang saling berkaitan dalam membentuk pribadi yang utuh para tamatan SMK.
a Komponen kompetensi normatif. Komponen kompetensi ini berisi bahan- bahan pembelajaran untuk membentuk kepribadian yang beriman dan bertakwa,
berbudi pekerti luhur, memiliki rasa tanggung jawab baik secara pribadi, sebagai pekerja, maupun sebagai anggota masyarakat bangsa Indonesia pada umumnya.
b Komponen kompetensi adaptif. Komponen kompetensi ini berisi kemampuan- kemampuan yang dapat membekali tamatan dalam mengembangkan dirinya,
seperti kemampuan berkomunikasi dan memanfaatkan informasi, berfikir logis dan kritis, dan memiliki motivasi untuk selalu ingin maju.
c Komponen kompetensi produktif. Kompetensi produktif berisi kompetensi- kompetensi yang bersifat teknis dalam bekerja untuk masing-masing bidang
keahlian Soenaryo, 2002: 622.
2.2 Pendidikan Sistem Ganda