68
branding adalah “bank syariah lebih dari sekedar bank atau beyond banking”.
3. Program pemetaan baru secara lebih akurat terhadap potensi pasar
perbankan syariah yang secara umum mengarahkan pelayanan jasa bank syariah sebagai layanan universal atau bank bagi semua lapisan
masyarakat dan semua segmen sesuai dengan strategi masing-masing bank syariah.
4. Program pengembangan produk yang diarahkan kepada variasi
produk yang beragam yang didukung oleh keunikan value yang ditawarkan saling menguntungkan dan dukungan jaringan kantor yang
luas dan penggunaan standar nama produk yang mudah dipahami.
5. Program peningkatan kualitas layanan yang didukung oleh SDM yang
kompeten dan penyediaan teknologi informasi yang mampu memenuhi kebutuhan dan kepuasan nasabah serta mampu mengkomunikasikan
produk dan jasa bank syariah kepada nasabah secara benar dan jelas, dengan tetap memenuhi prinsip syariah; dan
6. Program sosialisasi dan edukasi masyarakat secara lebih luas dan
efisien melalui berbagai sarana komunikasi langsung, maupun tidak langsung media cetak, elektronik, onlineweb-site, yang bertujuan untuk
69
memberikan pemahaman tentang kemanfaatan produk serta jasa perbankan syariah yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
33
Tabel 4.1 Jumlah BUS dan UUS Perbankan Syariah di Indonesia
BANK UMUM SYARIAH BUS UNIT USAHA SYARIAH UUS
1.
PT Bank Syariah Mandiri
2. PT. Bank Syariah Muamalat
Indonesia 3.
PT Bank Syariah BNI 4.
PT Bank Syariah BRI 5.
PT. Bank Syariah Mega Indonesia
6. PT Bank Jabar dan Banten
7. PT Bank Panin Syariah
8. PT Bank Syariah Bukopin
9. PT Bank Victoria Syariah
10. PT BCA Syariah
11. PT Maybank Indonesia Syariah
1. PT. Bank Danamon
2. PT. Bank Permata
3. PT. Bank Internasional
Indonesia BII 4.
PT. CIMB Niaga 5.
HSBC, Ltd. 6.
PT. Bank DKI 7.
BPD DIY 8.
BPD Jawa Tengah Jateng 9.
BPD Jawa Timur Jatim 10.
BPD Banda Aceh 11.
BPD Sumatera Utara Sumut 12.
BPD Sumatera Barat Sumbar 13.
BPD Riau
33
www.bi.go.id
70
14. BPD Sumatera Selatan
Sumsel 15.
BPD Kalimantan Selatan Kalsel
16. BPD Kalimantan Barat
Kalbar 17.
BPD Kalimantan Timur Kaltim
18. BPD Sulawesi Selatan Sulsel
19. BPD Nusa Tenggara Barat
NTB 20.
PT. BTN 21.
PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional BTPN
22. PT. OCBC NISP
23. PT. Bank Sinarmas
24. BPD Jambi
71
B. Analisis Deskriptif
Pengelolaan data pada skripsi ini dilakukan menggunakan sofware Microsoft Excel 2007 dan SPSS 22 untuk dapat mengoalah data dan
memperoleh hasil dari variabel-variabel yang diteliti, yaitu terdiri dari variabel eksogen: debt financing DF, equity financing EF, non
performing financing NPF dan Return on Equity ROE. Sedangkan variabel endogen: Return on Assets ROA.
a. Analisis Deskriptif Debt Financing
Pembiayaan yang dilakukan bank syariah dimana tingkat keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi bagian dari harga atas barang yang
dijual. Produk yang termasuk dalam debt financing adalah murabahah dan istishna’.
Data DF yang digunakan dalam penelitian ini adalah komposisi pembiayaan murabahah dan istisnha’ perbulan pada Perbankan Syariah
Indonesia Indonesia periode 2010 sampai April 2015. DF tersebut diperoleh dari hasil penjumlahan komposisi pembiayaan murabahah dan
istisnha’ kemudian dibagi dua. Data tersebut diperoleh dari statistik Perbankan Syariah Indonesia yang dipublikasikan dalam situs
www.bi.go.id dan
www.ojk.go.id pada tanggal 04 Juli 2015.
72
Grafik 4.6. Debt Financing
Sumber: Statistik Perbankan Syariah,diolah
Berdasarkan grafik
diatas menunjukkan
bahwa tingkat
pembiayaan debt financing dari Januari 2010 sampai April 2015 terus meningkat. Pada tahun 2010 pembiayaan debt financing diposisi
terendah karena terbatasannya jumlah perbankan syariah di Indonesia dan masih sedikit masyakat yang terakses ke perbankan syariah.
b. Analisis Deskriptif Equity Financing
Pembiayaan yaang dilakukan bank syariah dimana tingkat keuntungan bank ditentukan dari besarnya keuntungan usaha sesuai dengan prinsip
10000 20000
30000 40000
50000 60000
70000
Jan -10
May -10
S ep
-10 Jan
-11 May
-11 S
ep -11
Jan -12
May -12
S ep
-12 Jan
-13 May
-13 S
ep -13
Jan -14
May -14
S ep
-14 Jan
-15
DEBT FINANCING
DEBT FINANCING
73
bagi hasil. Produk yang termasuk dalam equity financing adalah mudharabah dan musyarakah.
Data EF yang digunakan dalam penelitian ini adalah komposisi pembiayaan musyarakah dan murabahah perbulan pada Perbankan
Syariah Indonesia Indonesia periode 2010 sampai April 2015. EF tersebut diperoleh dari hasil penjumlahan komposisi pembiayaan
musyarakah dan mudharabah kemudian dibagi dua. Data tersebut diperoleh dari statistik Perbankan Syariah Indonesia yang dipublikasikan
dalam situs www.bi.go.id
dan www.ojk.go.id
pada tanggal 04 Juli 2015.
Grafik 4.7. Equity Financing
Sumber: Statistik Perbankan Syariah,diolah
5000 10000
15000 20000
25000 30000
35000 40000
Ja n
-10 May
-10 S
ep -10
Jan -11
May -11
S ep
-11 Jan
-12 May
-12 S
ep -12
Ja n
-13 May
-13 S
ep -13
Jan -14
May -14
S ep
-14 Jan
-15
EQUITY FINANCING
EQUITY FINANCING
74
Berdasarkan grafik
diatas menunjukkan
bahwa tingkat
pembiayaan equity financing dari Januari 2010 sampai April 2015 terus meningkat. Pembiayaan equity financing memiliki tren yang
sama dengan debt financing . Berarti perbankan syariah dapat menjadi intermediasi dari masyarakat yg memiliki dana yang berlebih ke
masyarakat yang mebutuhkan dana. Dengan pertumbuhan pembiayaan yang terus meningkat terebut perbankan syariah di
Indonesia telah berperan dalam mendongkrak perkembangan asset perbankan syariah.
c. Analisis Deskriptif Non Performing Financing
Kredit atau pembiayaan yang disalurkan dikatakan bermasalah jika
pengembaliaannya terlambat
dibanding jadwal
yang direncanakan, bahkan tidak dikembalikan sama sekali. Dalam konteks
Indonesia, kredit atau pembiayaan bermasalah dapat dikelompokkan menjadi kredit tak lancar dan macet
34
. Kredit tak lancar adalah kredit yang masih dilakukan pembayarannya, tetapi lebih lambat dari jadwal
yang seharusnya. Kredit tak lancar dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu: kredit kurang lancar, diragukan, dan macet.
34
Mandala dan Prathama Rahardja. Teori ekonomi mikro : suatu pengantar. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI h.196
75
Pembiayaan bermasalah dikategorikan sebagai aktiva produktif bank yang diragukan kolektabilitasnya. Untuk menjaga keamanan
dana para deposan, bank sentral mewajibkan bank umum menyediakan biaya antisipasi terhadap kerugian atau Penyisihan
Penghapusan Aktiva Produktif PPAP. Dengan demikian, semakin besar jumlah saldo pembiayaan bermasalah yang dimiliki bank, akan
semakin besar jumlah dana cadangan yang harus segera disediakan, serta semakin besar pula biaya yang harus mereka tanggung untuk
mengadakan dana cadangan itu. Data NPF yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat
NPF. NPF tersebut diperoleh dari hasil penjumlahan pembiayaan dan kategori kurang lancar, diragukan, dan macet kemudian dibagi dengan
total pembiayaan yang disalurkan. Data NPF diperoleh dari statistik perbankan syariah Indonesia yang dipublikasikan dalam situs
www.bi.go.id dan
www.ojk.go.id pada tanggal 04 Juli 2015.
76
Grafik 4.8. Non Performing Financing
Sumber: Statistik Perbankan Syariah,diolah Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa NPF perbankan Syariah di
Indonesia cenderung fluktuatif. Tingkat NPF bank syariah paling tinggi pada tahun 2015 dan paling rendah pada tahun 2013. Jadi
dilihat secara umum, NPF perbankan syariah mengalami peningkatan yang cukup mengkhawatirkan. Sebaiknya perbankan syariah
Indonesia harus mengembangkan dan membenahi sistem risk control, agar memperkecil NPF pada perbankan syariah karena semakin kecil
NPF semakin kecil pula risiko pembiayaan yang ditanggung oleh bank syariah, semakin tinggi tingkat NPF maka profitabilitas bank
syariah semakin rendah.
1 2
3 4
5 6
Jan -10
May -10
S ep
-10 Jan
-11 May
-11 S
ep -11
Jan -12
May -12
S ep
-12 Jan
-13 May
-13 S
ep -13
Jan -14
May -14
S ep
-14 Jan
-15
NPF
NPF
77
d. Deskriptif Return on Equity
Return on Equity sebagai indikator dari tingkat profitabilitas bank syariah, karena dapat mengetahui kemampuan manajemen dalam
mengelola capital yang tersedia untuk menghasilkan net income. Return on Equity mengukur tingkat keuntungan dari investasi yag
telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan tersebut.
Data Return on Equity ROE yang digunakan adalah tingkat Return on Equity ROE. Data tersebut diperoleh dari hasil bagi antara
laba bersih setelah pajak dengan total equity yang diperoleh dari statistik Perbankan Syariah Indonesia yang dipublikasikan yang
dipublikasikan dalam situs www.bi.go.id
dan www.ojk.go.id
pada tanggal 04 Juli 2015.
78
Grafik 9.4. Return on Equity
Sumber: Statistik Perbankan Syariah,diolah Berdasarkan grafik diatas ROE pada perbankan syariah
cenderung fluktuatif, tingkat ROE yang paling tinggi pada tahun 2010 dan paling rendah pada tahun 2014. Penurunan tingkat ROE pada
tahun 2014 ini disebabkan penurunan harga saham yang diakibatkan oleh banyaknya investor yang menarik dana investasinya pada
perbankan syariah di Indonesia, akibat dari adanya pemilihan umum pemilu yang dilaksanakan di Indonesia. Oleh karena belum adanya
presiden yang baru, para investor takut akan stabilitas perekonomian
5 10
15 20
25 30
35
Jan -10
May -10
S ep
-10 Jan
-11 May
-11 S
ep -11
Jan -12
May -12
S ep
-12 Jan
-13 Ma
y -13
S ep
-13 Ja
n -14
May -14
S ep
-14 Jan
-15
ROE
ROE
79
di Indonesia dan kebijakan ekonomi yang akan dikeluarkan oleh presiden terpilih.
e. Analisis Deskriptif Return on Assets
Return on Assets adalah indikator yang akan menunjukkan bahwa apabila rasio ini meningkat maka aktiva bank telah digunakan dengan
optimal untuk memperoleh pendapatan sehingga diperkirakan ROA dan kredit memiliki hubungan yang positif. Dalam kegiatan usaha
bank yang mendorong perekonomian, rasio ROA yang tinggi menunjukkan bank telah menyalurkan kredit dan memperoleh
pendapatan. Return on Assets ROA adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur keuntungan bersih yang diperoleh bank dari penggunaan aktiva bank. ROA diukur dengan perbandingan antara net income
dengan total assets. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin baik produktifitas assets dalam memperoleh keuntungan bersih.
Data Return on Assets ROA yang digunakan adalah tingkat Return on Assets ROA. Data tersebut diperoleh dari hasil bagi antara
laba bersih dengan total aktiva yang diperoleh dari statistik perbankan
80
syariah Indonesia yang dipublikasikan dalam situs www.bi.go.id
dan www.ojk.go.id
pada tanggal 04 Juli 2015.
Grafik 4.5. Return on Assets
Sumber: Statistik Perbankan Syariah,diolah
Berdasarkan grafik diatas menunjukkan bahwa ROA pada bank syariah sejauh ini tidak stabil. Fluktuasi tajam terlihat pada kondisi rasio
pengembalian aset bank syariah. ROA yang tinggi pada tahun 2013 tidak menjamin kestabilan di tahun berikut. Pada tahun 2014 ROA bank syariah
berada pada titik terendah. Kondisi demikian sama seperti ROE pada perbankan syariah Indonesia yang mengalami penurunan pada tahun tersebut
yang disebabkan oleh pemilu, sehingga para investor menarik dananya untuk menghindari resiko ketidakpastian, ROA yang ditunjukkan membuat mereka
0.5 1
1.5 2
2.5 3
Ja n
-10 May
-10 S
ep -10
Jan -11
May -11
S ep
-11 Jan
-12 May
-12 S
ep -12
Jan -13
May -13
S ep
-13 Jan
-14 May
-14 S
ep -14
Jan -15
ROA
ROA
81
ragu untuk menyalurkan dananya kepada bank syariah. Namun kondisi tidak aman masih pada ROA bank syariah dimana ROA dibawah 1 dan bisa
dikatakan posisi ROA bank syariah tidak baik. Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas adalah melalui ROA, dengan
menurunnya ROA pada tahun 2014 di butuhkan sebuah evaluasi mengenai faktor-faktor yang dapat memengaruhi profitabilitas suatu bank syariah.
C. Analisis Jalur Path Analysis
Teknik pengelolaan data dalam menyelesaikan penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis jalur path analisis, dimana analisis
jalur ini berfungsi untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung sekumpulan variabel, sebagai variabel penyebab variabel
eksogen terhadap seperangkat variabel lainnya yang merupakan variabel akibat variabel endogen
82
Gambar 4.1 Diagram Jalur Hubungan Kausal X
1
X
1
X
1
dan Y ke Z
1.
1. Menguji dan Memaknai Sub-Struktur 1