49
Financing X
2
, Non Performing Financing X
3
terhadap Return on Assets Y
2
. Sehingga menghasilkan rumusan hipotesis sebagai berikut :
5. H
: Debt Financing tidak berpengaruh signifikan terhadap
Return on Assets H
a
: Debt Financing berpengaruh signifikan terhadap Return
on Assets 6.
H :
Non Performing Financing tidak berpengaruh signifikan terhadap
Return on Assets H
a
: Non Performing Financing berpengaruh signifikan
terhadap Return on Equity
7. H
: Return on Equity tidak berpengaruh signifikan terhadap
Return on Assets H
a
: Return on Equity berpengaruh signifikan terhadap Return
on Equity 8.
H :
Debt Financing, Non Performing Financing dan Return on Equity tidak berpengaruh signifikan terhadap Return on Assets
H
a
: Debt Financing, Non Performing Financing dan Return on
Equity berpengaruh signifikan terhadap Return on Assets
Dari rumusan hipotesis tersebut diatas, maka diketahui persamaan struktural model 2 dengan nilai pengaruh ρ variabel independen
50
terhadap variabel dependen diperoleh dari nilai beta β pada analisis
regresi yang dilakukan sehingga membentuk dasar atau acuan struktur persamaan model 2 seperti dibawah ini
Z = ρx1z X1 + ρx3z X3 + ρyz Y + ρz ε2
Gambar 3.1 Struktur Jalur I dan II
7. Keahlian X
1
berpengaruh terhadap skeptisisme profesionditor Y
Ha
8
: ρyx2 ≠ 0 8.
Etika X
3
berpengaruh terhadap skeptisisme profesional Y Ha
9
: ρyx3 ≠
Keterangan: Pyx1 : Standarized coefficients, koefesien jalur pengaruh langsung X
1
terhadap Y Pyx2 : Standarized coeffecients, koefesien jalur pengaruh langsung X
2
terhadap Y Pyx3 : Standarized coeffecients, koefesien jalur pengaruh langsung X
3
terhadap Y Pzx1 : Standarized coeffecients, koefesien jalur pengaruh langsung X
1
terhadap Z Pzx3 : Standarized coeffecients, koefesien jalur pengaruh langsung X
3
terhadap Z PzY : Standarized coeffecients, koefesien jalur pengaruh langsung Y terhadap Z
PyE1 : Besarnya pengaruh variable lain
Debt Financing X1
Equity Financing X2
Non Performing
Financing X3 Return on
AssetssZ Return on
Equity Y
51
PyE2 : Besarnya pengaruh variable lain X
1
: Variabel eksogen debt financing X
2
: Variabel eksogen equity financing X
3
: Variabel eksogen non performing finanving Y : Variabel intervening return on equity
Z : Variabel endogen return on Assets Hubungan langsung terjadi jika satu variabel mempengaruhi variabel lainnya
tanpa ada variabel ketiga yang memediasiintervening hubungan kedua variabel tadi. Hubungan tidak langsungadalah jika ada variabel ketiga yang memediasi
hubungan kedua variabel ini. Kemudian pada setiap variabel dependen endogen variable akan ada anak panah yang menuju variabel ini dan ini berfungsi untuk
menjelaskan jumlah varians yang tidak dapat dijelaskan unexplained varianceoleh variabel itu.
28
Berdasarkan diagram jalur diatas dibuat persamaan struktural:
Persamaan 1 Y = ρx1y X1 + ρx2y X2 + ρx3y X3 + ρz ε1
Persamaan 2 Z
= ρx1z X1 + ρx2z X2 + ρYz Y + ρz ε2
a. Koefesien determinasi
28
Ghozali. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: BP Undip h.211
52
N Koefesien determinasi R
2
bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan variabel independen terhadap variabel dependen serta
seberapa besar pengaruh dari faktor lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian. Nilai koefesien dterminasi R
2
adalah antara nol dan satu. Nilai R
2
yang kecil berarti kemempuan- kemampuan variabel independen dalam menjalankan variabel dependen amat terbatas. Nilai yang hampir mendekati
satu berarti variabel variabeln independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk mempredi variabel- variabel dependen.
29
Dalam penentuan pengaruh variabel penelitian secara keseluruhan didapat nilai koefesien jalur dari penjumlahan variabel eksogen terhadap
variabel endogen. Koefesien jalur adalah koefesien regresi yang distandarkan yaitu koefesien regresi yang dihitung dari basis data yang telah diset dalam
angka baku. Koefesien jalur yang distandarkan standarized path coeffecients ini digunakan untuk menjelaskan besarnya pengaruh variabel
bebas eksogen terhadap variabel lain yang diberlakukan sebagai variabel terikat.
b. Uji Korelasi
29
Ghozali. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: BP Undip
:
97
53
Dalam metode analisis jalur untuk mengetaui derajat hubungan antar variabel bebas independent dengan variabel terikat dependent Untuk
menafsirkan angka, digunakan kriteria korelasi yaitu
30
:
Tabel 3.1 Interpretasi Koefisien Nilai r
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0.80- 1,00 0.60- 0.799
0.40-0.599 0.20-0.399
0.00- 0.199 Sangat kuat
Kuat Cukup Kuat
Rendah Sangat Rendah
c. Uji Statsistik t
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik t dengan kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
1. Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai
probabilitas Sig atau 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak,
artinya tidak signifikan.
30
Ridwan dan Kuncoro. Path Analysis. Alfabeta hal. 62
54
2. Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai
probabilitas Sig atau 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima,
artinya signifikan. d.
Uji Statistik F Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama sama terhadap variabel dependen. Untuk pengujian
secara keseluruhan dapat dilihat dari tabel anova yang nantinya akan diperoleh nilai F dan didapat hasil probabilitas sig. Jika nilai sig
0,05,maka keputusannya adalah H ditolak dan H
a
diterima artinya signifikan.
31
F. Model – Model dalam Path Analysis
Berikut ini model-model yang terdapat pada path analisis:
32
a. Model Regresi Linier Berganda
Model regresi berganda ini sebenarnya merupakan pengembangan dari teknik analisis regresi linier berganda dengan
menggunakan lebih dari satu variabel independen exogenous, yaitu X
1
dan X
2
dengan satu variabel dependen endogenous Y. Model
tersebut mempunyai diagram jalur seperti di bawah ini:
31
Ghozali. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: BP Undip: 98
32
Sarwono. Analisis Jalur Untuk Riset Bisnis, Edisi 5 hal. 6-7.
55
Gambar 3.2 Path Analysis Model Regresi Berganda
Dimana: X
1
adalah variabel independen exogenous pertama X
2
adalah variabel independen exogenous kedua Y adalah variabel dependen endogenous
b. Model Mediasi,
Model kedua path analysis ini adalah model mediasi atau perantara intervening variable dimana kehadiran variabel Y sebagai
variabel perantara akan mengubah pengaruh variabel X terhadap variabel Z. Pengaruh ini dapat menurun ataupun meningkat. Model
kedua ini diagram jalurnya seperti di bawah ini:
56
Gambar 3.3 Path Analysis Model Mediasi
Dimana: X adalah variabel independen exogenous
Y adalah variabel endogenous perantara Z adalah variabel dependen endogenous
c. Model gabungan antara regresi berganda dan mediasi
Model ketiga dalam path anlysis merupakan penggabungan antara model regresi linier berganda dengan model mediasi, yaitu
variabel X berpengaruh terhadap variabel Z secara langsung direct effect dan secara tidak langsung indirect effect mempengaruhi juga
variabel Z melalui variabel perantara Y.
Dalam model ini dapat diterangkan sebagai berikut
1. Variabel X berfungsi sebagai variabel independen exogenous
terhadap variabel Y dan Z 2.
Variabel Y mempunyai dua fungsi:
57
Fungsi pertama ialah sebagai variabel endogenous terhadap variabel exogenous X
Fungsi kedua ialah sebagai variabel endogenous perantara untuk pengaruh X terhadap Z melalui Y
Variabel Z merupakan variabel dependen endogenous. Model ini mempunyai diagram jalur seperti di bawah ini:
Gambar3.4 Path Analysis Model Gabungan Antara Regresi Linier Berganda
dengan Mediasi
Dimana: X adalah variabel independen exogenous
Y adalah variabel endogenous dan sebagai variabel perantara Z adalah variabel dependen endogenous
d.
Model Kompleks
Model keempat dalam path analysis ini merupakan model yang kompleks, yaitu variabel X
1
secara langsung mempengaruhi Y
2
dan
58
melalui variabel X
2
secara tidak langsung mempengaruhi Y
2
, sementara itu variabel Y
2
juga dipengaruhi oleh variabel Y. Dalam model ini dapat diterangkan sebagai berikut:
1. Variabel X
1
berfungsi sebagai variabel independen exogenous 2.
Variabel X
2
mempunyai dua fungsi: Fungsi pertama ialah sebagai variabel endogenous terhadap
variabel exogenous X
1
Fungsi kedua ialah sebagai variabel endogenous perantara untuk melihat pengaruh X
1
terhadap Y
2
melalui X
2
3. Variabel Y
2
merupakan variabel dependen endogenous 4.
Variabel Y merupakan variabel independen exogenous Model ini mempunyai diagram jalur seperti di bawah ini:
Gambar 3.5 Path Analysis Model Kompleks
Dimana:
59
X
1
adalah variabel independen exogenous X
2
adalah variabel endogenous dan sebagai variabel perantara Yadalah variabel independen exogenous
Y
2
adalah variabel endogenous
G. Langkah Analisis Path
Proses analisis path mencakup beberapa langkahyang harus dilakukan yaitu:
a. Konseptual Model
Tahap ini berhubungan dengan pengembangan hipotesis berdasarkan teori sebagai dasar dalam menghubungkan variabel eksogen dengan
variabel eksogen lainnya, dan juga dengan variabel endogen. Teori dalam konseptualisasi model bukan hanya berasal dari akademisi, tetapi juga
dapat berasal dari pengalaman dan praktek yang diperoleh dari para praktisi. Pada tahap konseptualisasi model mengharuskan dua hal yang
dilakukan. Pertama, hubungan hipotesis antara variabel eksogen harus ditentukan. Tahap pengembangan model ini berfokus pada model
struktural dan harus mempresentasikan variabel eksogen yang relavan terhadap model. Kedua, menentukan hubungan arah positif atau negatif
dan jumlah hubungan antara variabel exogeneous dan variabel endogeneous yang sesuai dengan kajian teori dan hasil penelitian.
60
b. Penyusunan Diagram Jalur
Model path diagram merupakan representasi grafis mengenai bagaimana beberapa variabel pada suatu model berhubungan satu sama
lain, yang memberikan pandangan menyeluruh mengenai struktur model. Representasi grafis membantu kita dalam memahami hipotesis yang telah
dibentuk
c. Validitas Model
Terdapat dua indikator validitas model di dalam anlisis jalur yaitu koefisien determinasi total dan theory trimming.
1 Koefisien determinasi total. Total keragaman data yang dapat
dijelaskan oleh model. 2
Theory trimming Uji validasi koefiisen jalur pada setiap jalur untuk pengaruh langsung adalah sama dengan pada analisis regresi,
menggunakan nilai p p-value dari uji t yaitu pengujian koefisien regresi variabel yang dibakukan secara parsial. Berdasarkan theory
trimming , maka jalur yang non signifikan dibuang sehingga diperoleh model yang didukung oleh data empiris kecuali model tertentu yang
didukung oleh data empiris
d. Penilaian Model
Interprestasi hasil analisis langkah terakhir di dalam analisis jalur adalah melakukan interprestasi hasil analisis yaitu menentukan jalur-jalur
61
pengaruh yang signifikan dan mengidentifikasi jalur yang pengaruhnya lebih kuat yaitu dengan membandingkan besarya koefisien jalur yang
terstandar. Dalam analisis jalur di samping ada pengaruh langsung juga terdapat pengaruh tidak langsung dan pengaruh total. Koefisien beta
dinamakan koefisien jalur yang merupakan pengaruh langsung, sedangkan pengaruh tidak langsung dilakukan dengan mengalikan
koefisien beta dari variabel yang dilalui. Pengaruh total dihitung dengan menjumlahkan pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung.
62
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN A.
Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
Penelitian ini menggunakan obyek penelitian Bank Umum Syariah BUS dan Unit Usaha Syariah UUS di Indonesia. Pengembangan
sistem perbankan syariah di Indonesia dilakukan dalam kerangka dual- banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka Arsitektur
Perbankan Indonesia API, untuk menghadirkan alternatif jasa perbankan yang semakin lengkap kepada masyarakat Indonesia. Secara bersama-
sama, sistem perbankan syariah dan perbankan konvensional secara sinergis mendukung mobilisasi dana masyarakat secara lebih luas untuk
meningkatkan kemampuan pembiayaan bagi sektor-sektor perekonomian nasional.
Karakteristik sistem perbankan syariah yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil memberikan alternatif sistem perbankan yang saling
menguntungkan bagi masyarakat dan bank, serta menonjolkan aspek keadilan dalam bertransaksi, investasi yang beretika, mengedepankan
nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan dalam berproduksi, dan menghindari kegiatan spekulatif dalam bertransaksi keuangan. Dengan
menyediakan beragam produk serta layanan jasa perbankan yang beragam
63
dengan skema keuangan yang lebih bervariatif, perbankan syariah menjadi alternatif sistem perbankan yang kredibel dan dapat dinimati oleh
seluruh golongan masyarakat Indonesia tanpa terkecuali. Dalam konteks pengelolaan perekonomian makro, meluasnya
penggunaan berbagai produk dan instrumen keuangan syariah akan dapat merekatkan hubungan antara sektor keuangan dengan sektor riil serta
menciptakan harmonisasi di antara kedua sektor tersebut. Semakin meluasnya penggunaan produk dan instrumen syariah disamping akan
mendukung kegiatan keuangan dan bisnis masyarakat juga akan mengurangi transaksi-transaksi yang bersifat spekulatif, sehingga
mendukung stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan, yang pada gilirannya akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap
pencapaian kestabilan harga jangka menengah-panjang. Dengan telah diberlakukannya Undang-Undang No.21 Tahun
2008 tentang Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, maka pengembangan industri perbankan syariah nasional semakin memiliki
landasan hukum yang memadai dan akan mendorong pertumbuhannya secara lebih cepat lagi. Dengan progres perkembangannya yang impresif,
yang mencapai rata-rata pertumbuhan aset lebih dari 65 pertahun dalam lima tahun terakhir, maka diharapkan peran industri perbankan syariah
dalam mendukung perekonomian nasional akan semakin signifikan.
64
Kebijakan Pengembangan
Perbankan Syariah
di Indonesia
Untuk memberikan pedoman bagi stakeholders perbankan syariah dan meletakkan posisi serta cara pandang Bank Indonesia dalam
mengembangkan perbankan syariah di Indonesia, selanjutnya Bank Indonesia pada tahun 2002 telah menerbitkan “Cetak Biru Pengembangan
Perbankan Syariah di Indonesia”. Dalam penyusunannya, berbagai aspek telah dipertimbangkan secara komprehensif, antara lain kondisi aktual
industri perbankan syariah nasional beserta perangkat-perangkat terkait, trend perkembangan industri perbankan syariah di dunia internasional dan
perkembangan sistem keuangan syariah nasional yang mulai mewujud, serta tak terlepas dari kerangka sistem keuangan yang bersifat lebih
makro seperti Arsitektur Perbankan Indonesia API dan Arsitektur Sistem Keuangan Indonesia ASKI maupun international best practices
yang dirumuskan lembaga-lembaga keuangan syariah internasional, seperti IFSB Islamic Financial Services Board, AAOIFI dan IIFM.
Pengembangan perbankan syariah diarahkan untuk memberikan kemaslahatan terbesar bagi masyarakat dan berkontribusi secara optimal
bagi perekonomian nasional. Oleh karena itu, maka arah pengembangan perbankan syariah nasional selalu mengacu kepada rencana-rencana
strategis lainnya, seperti Arsitektur Perbankan Indonesia API, Arsitektur
65
Sistem Keuangan Indonesia ASKI, serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJMN dan Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional RPJPN. Dengan demikian upaya pengembangan perbankan syariah merupakan bagian dan kegiatan yang mendukung
pencapaian rencana strategis dalam skala yang lebih besar pada tingkat nasional.
“Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia” memuat visi, misi dan sasaran pengembangan perbankan syariah serta sekumpulan
inisiatif strategis dengan prioritas yang jelas untuk menjawab tantangan utama dan mencapai sasaran dalam kurun waktu 10 tahun ke depan, yaitu
pencapaian pangsa pasar perbankan syariah yang signifikan melalui pendalaman peran perbankan syariah dalam aktivitas keuangan nasional,
regional dan internasional, dalam kondisi mulai terbentuknya integrasi dgn sektor keuangan syariah lainnya.
Dalam jangka pendek, perbankan syariah nasional lebih diarahkan pada pelayanan pasar domestik yang potensinya masih sangat besar.
Dengan kata lain, perbankan Syariah nasional harus sanggup untuk menjadi pemain domestik akan tetapi memiliki kualitas layanan dan
kinerja yang bertaraf internasional. Pada akhirnya, sistem perbankan syariah yang ingin diwujudkan oleh
Bank Indonesia adalah perbankan syariah yang modern, yang bersifat
66
universal, terbuka bagi seluruh masyarakat Indonesia tanpa terkecuali. Sebuah sistem perbankan yang menghadirkan bentuk-bentuk aplikatif dari
konsep ekonomi syariah yang dirumuskan secara bijaksana, dalam konteks kekinian permasalahan yang sedang dihadapi oleh bangsa
Indonesia, dan dengan tetap memperhatikan kondisi sosio-kultural di dalam mana bangsa ini menuliskan perjalanan sejarahnya. Hanya dengan
cara demikian, maka upaya pengembangan sistem perbankan syariah akan senantiasa dilihat dan diterima oleh segenap masyarakat Indonesia
sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan negeri.
Grand Strategy
Pengembangan Pasar
Perbankan Syariah
Sebagai langkah konkrit upaya pengembangan perbankan syariah di Indonesia, maka Bank Indonesia telah merumuskan sebuah Grand
Strategi Pengembangan Pasar Perbankan Syariah, sebagai strategi komprehensif pengembangan pasar yg meliputi aspek-aspek strategis,
yaitu: Penetapan visi 2010 sebagai industri perbankan syariah terkemuka di ASEAN, pembentukan citra baru perbankan syariah nasional yang
bersifat inklusif dan universal, pemetaan pasar secara lebih akurat, pengembangan produk yang lebih beragam, peningkatan layanan, serta
strategi komunikasi baru yang memposisikan perbankan syariah lebih dari sekedar bank.
67
Selanjutnya berbagai program konkrit telah dan akan dilakukan sebagai tahap implementasi dari grand strategy pengembangan pasar
keuangan perbankan syariah, antara lain adalah sebagai berikut:
1. Menerapkan visi baru pengembangan perbankan syariah pada fase I