31
b. Mudharabah muqayyadah adalah mudharabah dimana pemilik dana
memberikan batasan kepada pengelola dana, antara lain mengenai tempat, cara dan atau obyek investasi.
c. Mudharabah musytarakah adalah bentuk mudharabah dimana
pengelola dana menyertakan modal atau dananya dalam kerjasama investasi.
F. Non Performing Financing NPF
Salah satu resiko yang sering dihadapi oleh bank adalah resiko tidak terbayarnya pembiayaan yang telah diberikan atau sering
disebut resiko pembiayaan. Resiko pembiayaan umumnya timbul dari berbagai pembiayaan yang masuk dalam kategori bermasalah atau non
performing financing. NPF adalah pembiayaan bermasalah atau tidak perform yang
disebabkan oleh faktor manajemen pengelolaan, kondisi ekonomi, maupun faktor-faktor lain.
Pembiayaan bermasalah adalah suatu kondisi pembiayaan, dimana ada suatu penyimpangan utama dalam pembayaran kembali
pembiayaan yang menyebabkan kelambatan dalam pengembalian atau diperlukan tindakan yuridis dalam pengembalian atau kemungkinan
potensial loss.
32
Faktor penyebab munculnya NPF adalah default payment kegagalan pembayaran yang dilakukan debitur kepada pemilik dana
kreditur. NPF jika tidak diantisipasi dengan manajemen pengelolaan pembiayaan yang optimal dengan menerapkan kehati-hatian
dijabarkan dalam bentuk seleksi secara seksama terhadap calon debitur.
a. Kategori pembiayaan bermasalah
Pembiayaan menurut kualitasnya pada hakikatnya didasarkan atau risiko kemungkinan menurut lembaga keuangan syariah terhadap
kondisi dan kepatuhan nasabah dalam memenuhi kewajiban- kewajiban untuk membayar bagi hasil, mengangsur serta melunasi
pinjamannnya kepada bank. Jadi unsur utama dalam menentukan kualitas tersebut oleh waktu pembayaran bagi hasil, pembayaran
angsuran, maupun pelunasan pokok pinjaman. Ketidak lancaran nasabah membayar angsuran maupun bagi
hasilprofit margin pembiayaan menyebabkan adanya kolektibilitas pembiayaan, secara umum kolektibilitas pembiayaan dikategorikan
menjadi lima macam, yaitu:
1. Lancar atau kolektibilitas 1
33
Pembiayaan yang digolongkan ke dalam pembiayaan lancar apabila memenuhi kriteria antara lain:
a. Pembayaran angsuran pokok dan atau bagi hasil tepat waktu;
b. Memiliki mutasi rekening yang aktif; atau
c. Bagian dari kredit yang dijamin dengan jaminan tunai cash
collateral. 2.
Dalam perhatian khusus atau kolektibilitas 2 Pembiayaan yang digolongkan ke dalam pembiayaan perhatian khusus
apabila memenuhi kriteria antara lain: a.
Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau pembiayaan yang belum melampui 90 hari; atau
b. Kadang kadang terjadi cerukan;
c. Mutasi rekening relatif aktif; atau
d. Jarang terjadi pelanggaran terhadp kontrak yang diperjanjikan; atau
e. Didukung oleh pinjaman baru.
3. Kurang lancar atau kolektibilitas 3
Pembiayaan yang digolongkan kurang lancar apabila memenuhi kriteria antara lain:
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bagi hasil yang telah
melampui 90 hari; atau b.
Sering terjadi cerukan; atau
34
c. Frekuensi mutasi rekening relatif rendah; atau
d. Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90
hari; atau e.
Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi nasabah; atau f.
Dokumentasi pinjaman yang lemah 4.
Diragukan atau kolektibilitas 4 Pembiayaan yang digolongkan ke dalam pembiayaan diragukan apabila
memenuhi kriteria antara lain: a.
Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui seratus delapan puluh hari; atau
b. Terjadi cerukan yang bersifat permanen;atau
c. Terjadi wanprestasi lebih dari seratus delapan puluh hari;
d. Terjadi kapitalisasi bagi hasil; atau
e. Dokumentasi hukum yang lemah, baik untuk perjanjian pembiayaan
maupun pengikatan jaminan. 5.
Macet atau koektibilitas 5 Pembiayaan yang digolongkan ke dalam pembiayaan macet apabila
memenuhi kriteria antara lain: a.
Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bagi hasil yang telah melampaui 270 hari; atau
b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru; atau
35
c. Dari segi hukum maupun kondisi pasar , jaminan tidak dapat
dicairkan pada nilai wajar.
21
Rasio NPF ditujukan untuk mengukur tingkat permasalahan pembiayaan yang dihadapi bank syariah. Dimana semakin tinggi rasio
ini menunjukkan kualitas pembiayaan bank syari’ah semakin buruk. Nilai rasio ini kemudian dibandingkan dengan kriteria kesehatan NPF
bank syari’ah yang ditetapkan oleh Bank Indonesia seperti yang tertera dalam
Tabel 2.1 Kesehatan NPF Bank Syariah
No. Nilai NPF Predikat
1 NPF = 2
Sehat 2
2 NPF 5 Sehat
3 5 NPF 8
Cukup sehat 4
8 NPF 12 Kurang Sehat
5 NPF 12
Tidak Sehat Sumber: SE BI No 924Dpbs Tanggal 30 Oktober 2007
Demikian juga Bank Indonesia menginstruksi Non Performing Financing dalam laporan tahunan perbankan nasional sesuai SE BI
No. 924Dpbs Tanggal 30 Oktober 2007 tentang sistem penilaian
21
Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, credit management handbook: teori, konsep, prosedur, dan aplikasi panduan praktis mahasiswa, bankir dan nasabah, hal 42-47
36
kesehatan bank berdasar kan prinsip syari’ah yang dirumuskan sebagai
berikut: NPF =
x 100
G. Tingkat Profitabilitas Bank Syariah