dan meningkatkan kesejahteraan mereka sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Mohammad suud, 2006:7
Pengertian kesejahteraan sosial dapat dikembangkan dari hasil Pre- Conference Working for the 15
th
International Conference of Social Welfare, yakni Kesejahteraan sosial adalah keseluruhan usaha sosial yang terorganisir dan
mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat berdasarkan konteks sosialnya. Di dalamnya tercakup pula unsur kebijakan dan
pelayanan dalam arti luas yang terkait dengan berbagai kehidupan dalam masyarakat, seperti pendapatan, jaminan sosial, kesehatan, pendidikan dan lain
sebagainya. Miftachul huda, 2009:73
2.5.1 Negara kesejahteraan
Pandangan atau konsep yang menyatakan bahwa “kontrak sosial” sebagai awal terbentuknya suatu negara juga mengandung pengertian bahwa negara dapat
dipandang sebagai asosiasi perkumpulan manusia yang hidup dan bekerja sama untuk mengejar beberapa tujuan bersama. Akhir tujuannya adalah menciptakan
kebahagian bagi rakyatnya bonum publicum, common good, common wealtb. Menurut Roger H. Sultou tujuan negara ialah memungkinkan rakyatnya
“berkembang serta menyeenggarakan daya cipta sebebas mungkin” the freest possible development and creative self-expression of its members. Dan menurut
Harold J. Laski “menciptakan keadaan dimana rakyatnya dapat mencapai terkabulnya keinginan-keinginan secara maksimal” creations of those conditions
under which the members of the state may attain the maximum satisfaction of their desires Miriam budiardjo, 1986
Universitas Sumatera Utara
Negara yang pertama muncul adalah lahirnya tipe negara yang berfungsi hanya sebagai penjaga malam nachtwalker state. Menurut tipe ini, negara hanya
melakukan tugas sebagai penjaga keamanan dan dan pengaturan keuangan negara, serta hubungan dengan luar negeri. Negara akan bertindak kalau keamanan
anggota masyarakat terganggu. Pengaturan hubungan perdagangan, tingkah laku kehidupan dan lain-lain yang terjadi antar anggota masyarakat bukan urusan
negara. Ada tujuh ciri pokok negara kesejahteraan sebagaimana disampaikan oleh
Daeng matutu 1972. 1.
Terjaminnya hak asasi sosial dan hak asasi ekonomi. Negara harus terlebih dahulu mengadakan kegiatan aktif untuk memenuhi hak-hak asasi ini.
Contohnya, antara lain, hak akan pekerjaan dan tunjangan jika menganggur,hak upah minimum dengan jam kerja maksimal, hak perumahan
yang layak, hak memasuki lembaga-lembaga pendidikan dan kesehatan. 2.
Model trias politica cenderung tidak dipisahkan, tapi lebih banyak berorientasi pada manajemen efisiensi kerja.
3. Hak milik tidak diartikan secara mutlak, melainkan juga berfungsi sosial,
bahkan kadang-kadang diformulasikan sebagai sesuatu “sociale plicht” kewajiban sosial.
4. Peranan negara tidak hanya sebagai penjaga keamanan dan ketertiban, tetapi
juga memenuhi kebutuhan asasi sosial, ekonomi dan kultural ikut campur tangan.
5. Kaidah-kaidah hukum administrasi negara merupakan kaidah yang
membebankan kewajiban tertentu kepada pihak yang diperintahkan dan juga
Universitas Sumatera Utara
materinya lebih banyak bersangkut-paut dengan kehidupan sosial, ekonomi dan kultural masyarakat.
6. Peranan hukum public semakin luas dan peranannya semakin mendesak
hukum perdata dalam kehidupan sosial,ekonomi dan kultural. 7.
Titik beratnya bersifat negara hukum materil, yang mementingkan keadilan sosial.
Selanjutnya, kalau kita memperhatikan konsep negara republik Indonesia, sebagaimana tercermin dalam Undang Undang Dasar 1945, baik pembukaannya
maupun batang tubuhnya dengan ciri-ciri pokok negara kesejahteraan akan tampak banyak persamaan.
Alinea keempat pembukaan UUD 1945 menyatakan “Kemudian dari pada itu, untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka…, berdasarkan kepada…, serta mewujudkan
suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.” Menurut Mustamin Daeng Matutu 1972, kata melindungi dalam alinea
tersebut merupakan kata yang berawalan me, yakni awalan yang menunjukkan keaktifan pokok kalimat, yaitu pemerintah negara Indonesia dalam
pekerjaankegiatan “lindungi”. Hal yang menunjukan kehendakcita-cita bapak perumus pembukaan UUD dan UUD, supaya setiap pemerintah negara Indonesia
menjadikan salah satu kewajibannya, yaitu melindungi bangsa Indonesia dan tumpah darahnya terhadap bahaya-bahaya yang mungkin mengancam.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya Mustamin juga menyatakan, kata-kata memajukan kesejahteraan umum menunjukan pula bahwa adalah menjadi kewajiban
pemerintah untuk menggarap dan menggembangkan segala hal yang bersangkut paut dalam memajukan kesejahteraan umum, misalnya pembuatan jalan,
jembatan, memajukan kesehatan rakyat, pembuatan system irigasi, telekomunikasi dan sebagainya. Pemerintah pun menurut pembukaan UUD 1945 juga mempunyai
kewajiban mencerdaskan kehidupan bangsa, dengan mendirikan sekolah-sekolah untuk memberantas buta huruf.
Kemudian sila kelima pancasila yang hendak mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia memberikan petunjuk akan sifat negara kita
sebagai negara kesejahteraan. Lebih jauh lagi, kalau kita perhatikan pasal-pasal pada batang tubuh UUD 1945, seperti pasal 27, 31, 33, dan 34 terlihat bahwa
kesemuanya berindikasi kepada asas-asas dan ciri-ciri pokok negara kesejahteraan.
Plato, Aristoteles, dan Jhon Locke F. Isjwara, 1982 pernah mengemukakan tentang tujuan negara, sebagai berikut. “Tiada negara yang
dibentuk untuk menimbulkan kesukaran-kesukaran dan kekacauan bagi umat manusia, setidak-tidaknya secara teoritis. Semua negara yang pernah ada dalam
sejarah, yang masih ada dan yang akan ada di masa depan, selalu akan dibentuk dan dipertahankan demi tujuan-tujuan baik dan luhur itu.
Maka dari itu, secara teoritis dapat diaktakan bahwa semua tujuan negara dahulu, kini dan di masa depan adalah sama dan baik adanya. Semua tujuan baik
itu dipusatkan pada penciptaan kesejahteraan bagi warga negara, dan kesejahteraan ini pulalah yang menjadi hukum tertinggi bagi negara dan penguasa
Universitas Sumatera Utara
negara itu. “salus populi, suprema lex”. Djoko Triyanto dalam jurnal Kiprah Jamsostek Pada Millenium Ketiga, 1999 : 33.
2.6 Kerangka Pemikiran