4. Iuran dibayar dimuka paling lambatpada tanggal 10 bulan berjalan atau pada
tanggal 13 bulan berjalan apabila pembayarannya melalui wadah dan tanggal 15 untuk peserta yang mendaftarkan untuk dirinya sendiri.
5. Bagi peserta yang menunggak iuran 1satu bulan tetap mendapatkan hak
jaminan program yang diikuti dan wajib membayar tunggakan iuran tersebut pada saat peserta kembali aktif menjadi peserta dengan membayar iuran.
6. Batasan kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi pada saat tenaga
kerja melakukan aktifitas sesuai dengan pekerjaannya. Jurnal Petunjuk teknis TKLHK
2.3 Pengertian Program
Program adalah cara yang disahkan untuk mencapai tujuan. Dengan program maka segala bentuk rencana akan lebih terorganisir dan lebih mudah
untuk dioperasionalkan Jones, 1994,296. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa program merupakan unsur
pertama yang harus ada demi tercapainya kegiatan pelaksanaan karena dalam progrma tersebut telah dimuat berbagai aspek antara lain:
1. Adanya tujuan yang ingin dicapai
2. Adanya kebijakan-kebijakan yang harus diambil dalam pencapaian tujuan itu.
3. Adanya aturan-aturan yang dipegang dan prosedur yang harus dilalui.
4. Adanya perkiraan anggran yang dibutuhkan.
5. Adanya strategi dalam pelaksanaan Jones, 1994 : 296.
Unsur kedua yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan progoram ialah adanya kelompok orang yang menguji sasaran program sehingga kelompok orang
tersebut merasa ikut dilibatkan dan membawa hasil dari program yang dijalankan
Universitas Sumatera Utara
dan adanya perubahan serta peningkatan dalam kehidupannya. Tanpa memberikan manfaat pada kelompok orang, boleh dikatakan program tersebut telah gagal
dilaksanakan. Berhasiltidaknya suatu program dilaksanakan tergantung dari unsur pelaksanaanya. Unsur pelaksanaan itu merupakan unsur ketiga. Pelaksana adalah
hal penting dalam mempertanggungjawabkan pengolahan maupun pengawasan dalam pelaksanaan, baik itu organisasi ataupun perorangan Jones, 1994: 298.
2.4 Jaminan sosial
Jaminan sosial merupakan upaya memberikan perlindungan dengan peyelenggaraan untuk menciptakan sosial security bagi setiap elemen warga
negara. Rasa aman menjadi setiap impian bagi setiap orang ketika sedang mengalami sebuah permasalahan hidupnya, permasalahan pada dasarnya tidak
diinginkan namun pasti terjadi. Upaya pemenuhan kesejahteraan dapat terwujud jika adanya jaminan sosial, karena cita – cita pendiri bangsa ini untuk memajukan
kesejahteraan umum, kesejahteraan masyarakat yang kita inginkan masyarakat sejahtera yang memiliki nilai keadilan sosial, sikap gotong royongan dan
kebersamaan.
Jaminan sosial juga merupakan bagian dari konsumsi publik yang wajib didanai oleh negara, dalam pengertian umumnya sering diartikan sebagai sutu
bentuk usaha untuk memberikan bantuan kepada masyarakat. Pengertian itu tampak sangat limitative bila mengacu pada arti leksibel. Dalam pengertian
formal, ISSA International Social Security Association mengartikan jaminan sosial sebagai perlindungan yang diberikan bagi anggota masyarakat untuk suatu
resiko atau peristiwa tertentu, dengan tujuan menghindari sejauh mungkin terjadinya peristiwa yang mengakibatkan hilang atau turunnya sebahagian besar
Universitas Sumatera Utara
penghasilan. Jaminan sosial juga memberikan pelayanan medis, tunjangan keluarga dan anak atau jaminan keuangan atau konsekuensi ekonomi dari suatu
peristiwa. Pada sisi lain, konvensi ILO No. 102 tahun 1952, mendefinisikan jaminan
sosial sebagai usaha pemerintah untuk melindungi masyarakat atau sebahagian anggota masyarakat dari tekanan ekonomi yang dapat menghilangnya penghasilan
karena sakit, mengganggur, cacat, hari tua dan kematian. Jaminan sosial juga menyediakan dana bagi masyarakat serta memberikan bantuan kepada keluarga
dalam pemeliharaan anak. Dari rumusan pengertian tentang jaminan sosial itu terlihat bahwa esensi
dari jaminan sosial adalah semacam pemberian kompensasi atas suatu peristiwa tertentu yang berakibat berkurangnya atau hilangnya penghasilan, Merupakan
definisi dari jaminan sosial kepada tenaga kerja, namun dari sisi lain jaminan sosial harus meliputi seluruh elemen masyarakat di Indonesia yang memberikan
kesejahteraan bagi mereka guna esensi tujuan dari Negara kesejahteraan. Drs. Andi Usman RM, dalam Jurnal Kiprah Jamsostek Pada MIllenium Ketiga,
1999 : 51.
2.4.1 Jaminan sosial tenaga kerja Jamsostek
Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah program publik yang memberikan perlindungan bagi tenaga kerja untuk mengatasi resiko sosial ekonomi tertentu
yang penyelenggarannya menggunakan mekanisme asuransi sosial. Filosofi JAMSOSTEK dilandasi filosofi kemandirian dan harga diri untuk mengatasi
resiko sosial ekonomi. Kemandirian berarti tidak tergantung orang lain dalam membiayai perawatan pada waktu sakit, kehidupan dihari tua maupun
Universitas Sumatera Utara
keluarganya bila meninggal dunia. Harga diri berarti jaminan tersebut diperoleh sebagai hak dan bukan dari belas kasihan orang lain. Agar pembiayaan dan
manfaatnya optimal, pelaksanaan program JAMSOSTEK dilakukan secara gotong royong, dimana yang muda membantu yang tua, yang sehat membantu yang sakit
dan yang berpenghasilan tinggi membantu yang berpenghasilan rendah. Pengertian jaminan sosial tenaga kerja menurut Prof. Iman Supomo, SH
adalah: Jaminan sosial tenaga kerja adalah pembayaran yang diterima pihak buruh dalam hal buruh itu diluar kesehatannya tidak melakukan pekerjaan, jadi
menjamin kepastian pendapatan dalam hal buruh kehilangan
pendapatannyaupahnya karena alasan diluar kehendak. Jaminan sosial tenaga kerja merupakan jaminan yang diadakan dengan
suka rela oleh majikan atau karena kewajiban untuk keperluan atau kepentingan buruh yang ditujukan terhadap kebutuhan pada umumnya yang tidak dapat
dicukupi upah serta tidak mempunyai hubungan kerja. PT Jamsostek Persero terbentuk setelah mengalami proses yang cukup panjang, dimulai dari :
1. Pembentukan Undang-Undang No. 33 Tahun 1947 dan Undang-Undang No. 2
Tahun 1951 Tentang Kecelakaan Kerja; 2.
Peraturan Menteri Perburuhan PMP No. 48 Tahun 1952 dan Peraturan Menteri Perburuhan No. 8 Tahun 1956 Tentang Pengaturan Bantuan Untuk
Usaha Penyelenggaraan Kesehatan Buruh; 3.
Peraturan Menteri Perburuhan No. 15 Tahun 1957 Tentang Pembentukan Yayasan Sosial Buruh;
4. Peraturan Menteri Perburuhan No. 5 Tahun 1964 Tentang Pembentukan
Yayasan Dana Jaminan Sosial YDJS; dan
Universitas Sumatera Utara
5. Pemberlakuan Undang-Undang No.14 Tahun 1969 Tentang Pokok-pokok
Tenaga Kerja. Terbentuknya peraturan-peraturan tersebut merupakan kronologis dari
proses lahirnya asuransi sosial tenaga kerja yang semakin transparan, dan setelah mengalami kemajuan dan perkembangan, baik terhadap landasan hukum, bentuk
perlindungan serta cara penyelenggaraan, maka pada tahun 1977 dikeluarkan Peraturan Pemerintah PP No. 33 Tahun 1977 Tentang pelaksanaan program
asuransi sosial tenaga kerja ASTEK, yang mewajibkan setiap pemberi kerja atau pengusaha swasta dan BUMN untuk mengikuti program ASTEK. Terbit pula PP
No. 34 Tahun 1977 tentang pembentukan wadah penyelenggara ASTEK yaitu Perum Astek.
Pada Tahun 1992 lahirlah Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja Jamsostek. PP No. 36 Tahun 1995 maka PT
Jamsostek ditetapkan sebagai badan penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Program Jamsostek ini memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi
kebutuhan minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya, dengan memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai
pengganti sebagian atau seluruhnya penghasilan yang hilang, akibat resiko sosial.
2.4.2 Ruang lingkup Jamsostek
Menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 Pasal 6 Ayat 1 tentang Jamsostek, bahwa ruang lingkup jaminan sosial meliputi : Jaminan Kecelakaan
Kerja JKK, Jaminan Kematian JK, Jaminan Hari Tua JHT dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan JPK.
Universitas Sumatera Utara
1. Jaminan Kecelakaan Kerja
Jaminan kecelakaan kerja termasuk penyakit akibat akibat kerja merupakan resiko yang harus dihadapi oleh tenaga kerja dalam melakukan
pekerjaannya. Untuk menanggulangi hilangnya sebagian atau seluruh penghasilan yang diakibatkan oleh adanya resiko-resiko sosial seperti kematian atau cacat
karena kecelakaan kerja baik fisik ataupun mental, maka diperlukan adanya jaminan kecelakaan kerja. Kesehatan dan keselamatan tenaga kerja merupakan
tanggung jawab perusahaan sehingga pengusaha memiliki kewajiban untuk membayar iuran jaminan kecelakaan kerja yang berkisar antara 0,24 s.d 1,74
sesuai kelompok jenis usaha. Mengingat gangguan mental akibat kecelakaan kerja yang sifatnya sangat
relatif sehingga sulit ditetapkan derajat cacatnya, maka jaminan atau santunan hanya diberikan dalam hal terjadi cacat mental tetap yang mengakibatkan tenaga
kerja yang bersangkutan tidak dapat bekerja lagi. Anggapan bahwa kecelakaan itu merupakan takdir adalah suatu pemikiran
yang keliru. Setiap kecelakaan selalu ada penyebabnya dan penyebab itu tentunya dapat dicegah dan dikurangi. Sebab-sebab kecelakaan bias dikelompokan menjadi
dua jenis yaitu : 1.
Sebab Teknis. Sebab-sebab teknis biasanya menyangkut masalah-masalah di pabrik
ataupun di erusahaan, misalnya peralatan kerja yang tidak diberi pengaman, ventilasi tidak cukup bahkan tidak ada.
Universitas Sumatera Utara
2. Sebab Manusia
Sebab-sebab manusia biasanya dikarenakan oleh sikap ceroboh, tidak mampu menjalankan tugas dengan baik, mengantuk dan sebagainya.
Untuk mengantisipasi untuk hal-hal yang tidak diinginkan mengenai kecelakaan kerja, maka perlu disebutkan untuk hal-hal apa saja yang merupakan
kecelakaan kerja, agar mudah dipahami dan dimengerti sehingga dikemudian hari tidak salah paham. Hal-hal yang dapat dimasukan kedalam kecelakaan kerja
dalam Undang-Undang nomor 3 Tahun 1992 adalah sebagai berikut : 1.
Kecelakaan yang terjadi di tempat kerja atau lingkungan kerja. 2.
Kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dan pulang ked an dari tempat kerja, sepanjang melalui perjalanan yang wajar dan biasanya dilakukan
setiap hari. 3.
Kecelakaan yang terjadi di tempat lain dalam rangka tugas atau secara langsung bersangkut paut dengan penugasan dan tidak ada unsure kepentingan
pribadi. 4.
Kecelakaan yang terjadi di luar jam kerja tetapi masih dalam waktu kerja seperti jam istirahat sebagaimana diatur oleh Undang-Undang.
5. Kecelakaan yang terjadi pada waktu melakukan kerja lembur yang harus
dibuktikan dengan surat perintah lembur. 6.
Perkelahian di tempat kerja termasuk kecelakaan kerja Kansil, 1997 : 135. Selain yang termasuk kecelakaan kerja pada waktu kerja diatas, juga diluar
waktu kerja dapat dikelompokan sebagai kecelakaan kerja, seperti : 1.
Kecelakaan yang terjadi pada waktu melaksanakan kegiatan olahraga yang harus dibuktikan dengan surat tugas dari perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
2. Kecelakaan yang terjadi pada waktu mengikuti pendidikan yang merupakan
tugas dari perusahaan dan harus dibuktikan dengan surat tugas. 3.
Kecelakaan yang terjadi di sebuah perkemahan yang berada di lokasi kerja, di luar jam kerja dan di luar waktu kerja waktu istirahat serta yang
bersangkutan bebas dari setiap urusan pekerjaan Kansil, 1997 : 137. Jaminan kecelakaan kerja JKK memberikan kompensasi dan rehabilitasi
bagi tenaga kerja yang mengalami kecelakaan pada saat dimulai berangkat bekerja sampai tiba kembali di rumah atau menderita penyakit akibat hubungan kerja.
Iuran untuk program JKKini sepenuhnya dibayarkan oleh perusahaan. Perincian besarnya iuaran berdasarkan kelompok jenis usaha sebagaimana tercantum pada
iuran. Iuran Jaminan kecelakaan kerja : 1.
Kelompok I :
0,24 dari upah sebulan. 2.
Kelompok II :
0,54 dari upah sebulan. 3.
Kelompok III :
0,89 dari upah sebulan. 4.
Kelompok IV :
1,27 dari upah sebulan. 5.
Kelompok V :
1,74 dari upah sebulan. 2.
Jaminan Kematian Jaminan kematian diperuntukan bagi ahli waris tenaga kerja yang menjadi
peserta jamsostek yang meninggal bukan karena kecelakaan kerja. Jaminan kematian diperlukan sebagai upaya meringankan keluarga baik dalam bentuk
biaya pemakaman maupun santunan berupa uang. Pengusaha wajib menanggung iuran program jaminan kematian sebesar 0,3 dengan jaminan kematian yang
diberikan adalah Rp. 1,2 juta terdiri dari Rp. 1 juta untuk santunan kematian dan Rp. 200 ribu biaya pemakaman dan santunan berkala.
Universitas Sumatera Utara
Tenaga kerja yang meninggal dunia akibat kecelakaan kerja akan mengkibatkan terputusnya penghasilan , dan sangat berpengaruh pada kehidupan
sosial ekonomi keluarga yang ditinggalkan. Oleh karena itu, diperlukan jaminan kematian dalam upaya meringankan beban keluarga baik dalam bentuk biaya
pemakaman maupun santunan berupa uang. Dalam Undang-Undang Nomor 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja
pasal 12 menegaskan : 1.
Tenaga kerja yang meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja, keluarganya berhak atas jaminan kematian.
Adapun yang dimaksud keluarga yang ditinggalkan adalah istri atau suami, keturunan sedarah dari tenaga kerja menurut garis lurus kebawah, dan
garis lurus keatas, dihitung sampai derajat kedua termasuk anak yang disahkan. Apabila garis lurus keatas dan kebawah tidak ada, diambil garis kesamping dan
mertua. 2.
Jaminan kematian sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 meliputi : a.
Biaya pemakaman sebesar Rp. 200.000,- b.
Santunan berupa uang sebesar Rp. 1.000.000,- Uraian di atas menetapkan yang berhak menjadi ahli waris dari jaminan
kematian akan memberikan dampak yang positif, artinya orang yang sepatutnya menerima warisan tidak diklaim orang lain, dan warisan yang diterima kepada
keluarga yang berhak menerimanya dapat dimanfaatkan untuk bekal hidup. 3.
Jaminan Hari Tua Definisi program Jaminan Hari Tua JHT, program jaminan hari tua
ditujukan sebagai pengganti terputusnya penghasilan tenaga kerja karena
Universitas Sumatera Utara
meninggal, cacat, atau hari tua dan diselenggarakan dengan sistem tabungan hari tua. Program jaminan hari tua memberikan kepastian penerimaan penghasilan
yang dibayarkan pada saat tenaga kerja mencapai usia 55 tahun atau lebih memenuhi persyaratan tertentu.
Hari tua mengakibatkan terputusnya upah karena tidak lagi mampu bekerja akibat terputusnya upah tersebut, dapat mengakibatkan kerisauan bagi
tenaga kerja dan mempengaruhi ketenagakerjaan sewaktu mereka masih bekerja, tetapi penghasilannya rendah. Iuaran program jaminan hari tua :
1. Ditanggung perusahaan : 3,7
2. Ditanggung tenaga kerja : 2
Program jaminan hari tua diselenggarakan dengan cara atau sistem tabungan hari tua provident fund, dimana iuran dari perusahaan dan tenaga kerja setiap bulan
dikredit pada rekening tenaga kerja secara individual, dan mendapat bunga setiap tahun. Kemanfaatan dari jaminan hari tua berupa pembayaran saldo tabungan
pada saat timbul hak peserta, yaitu : 1.
Mencapai umur 55 tahun. 2.
Mengalami cacat total dan tetap sehingga tidak dapat bekerja lagi. 3.
Meninggal dunia. 4.
Mengalami PHK setelah peserta setidak-tidaknya lima tahun. 5.
Pergi keluar negeri atau pulang kenegeri asal untuk tidak kembali lagi. Utama ningsih dalam Jurnal Pemberdayaan Komunitas, 2006 : 138.
4. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Jaminan pemeliharaan kesehatan adalah salah satu program jamsostek
yang membantu tenaga kerja dan keluarganya dalam mengatasi masalah
Universitas Sumatera Utara
kesehatan. Mulai dari pencegahan, pelayanan di klinik kesehatan, rumah sakit, kebutuhan alat bantu peningkatan pengetahuan dan pengobatan secara efektif dan
efisien. Setiap tenaga kerja yang telah mengikuti program jaminan pemeliharaan kesehatan akan diberikan KPK Kartu Pemeliharaan Kesehatan sebagai bukti diri
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas
tenaga kerja sehingga dapat melaksanakan tugas sebaik-baiknya dan merupakan upaya kesehatan di bidang penyembuhan kuratif. Oleh karena upaya
penyembuhan memerlukan dana yang tidak sedikit dan memberatkan jika dibebankan kepada perorangan, maka sudah selayaknya diupayakan
penaggulangan kemampuan masyarakat melalui program jaminan sosial tenaga kerja. Iuran jaminan pemeliharaan kesehatan dibayarkan oleh perusahaan dengan
perhitungan sebagai berikut : 1.
3 dari upah tenaga kerja maksimal Rp. 1 juta untuk tenaga kerja lajang. 2.
6 dari upah tenaga kerja maksimal Rp. 1 juta untuk tenaga kerja berkeluarga.
Manfaat yang diperoleh karyawan dengan mengikuti jaminan pemeliharaan kesehatan adalah :
1. Memperoleh kepastian pelayanan medis pada saat membutuhkan.
2. Tidak lagi diperlukan pembiayaan dokter, obat, uang muka dan biaya rumah
sakit dan bersalin. 3.
Terpeliharanya kesehatan bagi diri dan keluarga demi kelangsungan dan kebahagian hidup.
Sementara itu, bagi perusahaan juga memperoleh manfaat sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1. Kepastian pembiayaan kesehatan tenaga kerja serta keluarganya.
2. Tidak lagi direpotkan dengan berbagai masalah kesehatan tenaga kerja serta
keluarganya. 3.
Diperoleh atau didapatkannya tenaga kerja yang sehat, stabil dan produktif. Utama Ningsih dalam jurnal pemberdayaan komunitas, 2006 :138.
Dengan demikian kemanfaatan jaminan pemeliharaan kesehatan meliputi usaha-usaha prevensi, kompensasi dan rehabilitasi. JPK juga memberikan
pelayanan promotif peningkatan, preventif pencegahan, kuratif penyembuhan dan rehabilitatif Pemulihan.
2.5 Kesejahteraan sosial
Istilah kesejahteraan sosial social welfare tidak merujuk pada suatu kondisi yang baku dan tetap. Istilah ini dapat berubah-ubah karena ukuran
sejahtera atau tidak sejahtera kadang-kadang berbeda antara satu ahli dengan ahli yang lain. Pada umumnya orang kaya dan segala kebutuhannya tercukupi itulah
yang disebut orang yang sejahtera. Namun demikian, dilain pihak orang yang miskin dan segala kebutuhannya tidak terpenuhi kadang juga dianggap justru
lebih bahagia karena tidak memiliki masalah yang pelik sebagaimana umumnya orang kaya.
Wilensky dan Lebeaux merumuskan kesejahteraan sosial sebagai sistem yang terorganisasi dari pelayanan-pelayanan dan lembaga-lembaga sosial, yang
dirancang untuk mrmbantu individu-individu dan kelompok-kelompok agar mencapai tingkat hidup dan kesehatan yang memuaskan. Maksudnya agar tercipta
hubungan-hubungan personal dan sosial yang memberi kesempatan kepada individu-individu pengembangan kemampuan-kemampuan mereka seluas-luasnya
Universitas Sumatera Utara
dan meningkatkan kesejahteraan mereka sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Mohammad suud, 2006:7
Pengertian kesejahteraan sosial dapat dikembangkan dari hasil Pre- Conference Working for the 15
th
International Conference of Social Welfare, yakni Kesejahteraan sosial adalah keseluruhan usaha sosial yang terorganisir dan
mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat berdasarkan konteks sosialnya. Di dalamnya tercakup pula unsur kebijakan dan
pelayanan dalam arti luas yang terkait dengan berbagai kehidupan dalam masyarakat, seperti pendapatan, jaminan sosial, kesehatan, pendidikan dan lain
sebagainya. Miftachul huda, 2009:73
2.5.1 Negara kesejahteraan
Pandangan atau konsep yang menyatakan bahwa “kontrak sosial” sebagai awal terbentuknya suatu negara juga mengandung pengertian bahwa negara dapat
dipandang sebagai asosiasi perkumpulan manusia yang hidup dan bekerja sama untuk mengejar beberapa tujuan bersama. Akhir tujuannya adalah menciptakan
kebahagian bagi rakyatnya bonum publicum, common good, common wealtb. Menurut Roger H. Sultou tujuan negara ialah memungkinkan rakyatnya
“berkembang serta menyeenggarakan daya cipta sebebas mungkin” the freest possible development and creative self-expression of its members. Dan menurut
Harold J. Laski “menciptakan keadaan dimana rakyatnya dapat mencapai terkabulnya keinginan-keinginan secara maksimal” creations of those conditions
under which the members of the state may attain the maximum satisfaction of their desires Miriam budiardjo, 1986
Universitas Sumatera Utara
Negara yang pertama muncul adalah lahirnya tipe negara yang berfungsi hanya sebagai penjaga malam nachtwalker state. Menurut tipe ini, negara hanya
melakukan tugas sebagai penjaga keamanan dan dan pengaturan keuangan negara, serta hubungan dengan luar negeri. Negara akan bertindak kalau keamanan
anggota masyarakat terganggu. Pengaturan hubungan perdagangan, tingkah laku kehidupan dan lain-lain yang terjadi antar anggota masyarakat bukan urusan
negara. Ada tujuh ciri pokok negara kesejahteraan sebagaimana disampaikan oleh
Daeng matutu 1972. 1.
Terjaminnya hak asasi sosial dan hak asasi ekonomi. Negara harus terlebih dahulu mengadakan kegiatan aktif untuk memenuhi hak-hak asasi ini.
Contohnya, antara lain, hak akan pekerjaan dan tunjangan jika menganggur,hak upah minimum dengan jam kerja maksimal, hak perumahan
yang layak, hak memasuki lembaga-lembaga pendidikan dan kesehatan. 2.
Model trias politica cenderung tidak dipisahkan, tapi lebih banyak berorientasi pada manajemen efisiensi kerja.
3. Hak milik tidak diartikan secara mutlak, melainkan juga berfungsi sosial,
bahkan kadang-kadang diformulasikan sebagai sesuatu “sociale plicht” kewajiban sosial.
4. Peranan negara tidak hanya sebagai penjaga keamanan dan ketertiban, tetapi
juga memenuhi kebutuhan asasi sosial, ekonomi dan kultural ikut campur tangan.
5. Kaidah-kaidah hukum administrasi negara merupakan kaidah yang
membebankan kewajiban tertentu kepada pihak yang diperintahkan dan juga
Universitas Sumatera Utara
materinya lebih banyak bersangkut-paut dengan kehidupan sosial, ekonomi dan kultural masyarakat.
6. Peranan hukum public semakin luas dan peranannya semakin mendesak
hukum perdata dalam kehidupan sosial,ekonomi dan kultural. 7.
Titik beratnya bersifat negara hukum materil, yang mementingkan keadilan sosial.
Selanjutnya, kalau kita memperhatikan konsep negara republik Indonesia, sebagaimana tercermin dalam Undang Undang Dasar 1945, baik pembukaannya
maupun batang tubuhnya dengan ciri-ciri pokok negara kesejahteraan akan tampak banyak persamaan.
Alinea keempat pembukaan UUD 1945 menyatakan “Kemudian dari pada itu, untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka…, berdasarkan kepada…, serta mewujudkan
suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.” Menurut Mustamin Daeng Matutu 1972, kata melindungi dalam alinea
tersebut merupakan kata yang berawalan me, yakni awalan yang menunjukkan keaktifan pokok kalimat, yaitu pemerintah negara Indonesia dalam
pekerjaankegiatan “lindungi”. Hal yang menunjukan kehendakcita-cita bapak perumus pembukaan UUD dan UUD, supaya setiap pemerintah negara Indonesia
menjadikan salah satu kewajibannya, yaitu melindungi bangsa Indonesia dan tumpah darahnya terhadap bahaya-bahaya yang mungkin mengancam.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya Mustamin juga menyatakan, kata-kata memajukan kesejahteraan umum menunjukan pula bahwa adalah menjadi kewajiban
pemerintah untuk menggarap dan menggembangkan segala hal yang bersangkut paut dalam memajukan kesejahteraan umum, misalnya pembuatan jalan,
jembatan, memajukan kesehatan rakyat, pembuatan system irigasi, telekomunikasi dan sebagainya. Pemerintah pun menurut pembukaan UUD 1945 juga mempunyai
kewajiban mencerdaskan kehidupan bangsa, dengan mendirikan sekolah-sekolah untuk memberantas buta huruf.
Kemudian sila kelima pancasila yang hendak mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia memberikan petunjuk akan sifat negara kita
sebagai negara kesejahteraan. Lebih jauh lagi, kalau kita perhatikan pasal-pasal pada batang tubuh UUD 1945, seperti pasal 27, 31, 33, dan 34 terlihat bahwa
kesemuanya berindikasi kepada asas-asas dan ciri-ciri pokok negara kesejahteraan.
Plato, Aristoteles, dan Jhon Locke F. Isjwara, 1982 pernah mengemukakan tentang tujuan negara, sebagai berikut. “Tiada negara yang
dibentuk untuk menimbulkan kesukaran-kesukaran dan kekacauan bagi umat manusia, setidak-tidaknya secara teoritis. Semua negara yang pernah ada dalam
sejarah, yang masih ada dan yang akan ada di masa depan, selalu akan dibentuk dan dipertahankan demi tujuan-tujuan baik dan luhur itu.
Maka dari itu, secara teoritis dapat diaktakan bahwa semua tujuan negara dahulu, kini dan di masa depan adalah sama dan baik adanya. Semua tujuan baik
itu dipusatkan pada penciptaan kesejahteraan bagi warga negara, dan kesejahteraan ini pulalah yang menjadi hukum tertinggi bagi negara dan penguasa
Universitas Sumatera Utara
negara itu. “salus populi, suprema lex”. Djoko Triyanto dalam jurnal Kiprah Jamsostek Pada Millenium Ketiga, 1999 : 33.
2.6 Kerangka Pemikiran
Sebagai bagian dari masyarakat yang produktif, amatlah wajar bila para pekerja diberikan perlindungan, pemeliharaan serta secara bertahap ditingkatkan
kesejahteraannya. Peningkatan kesejahteraan tersebut dapat dilakukan dengan cara meningkatkan upah dan memberikan jaminan sosial.
Sehubungan dengan upaya untuk memberikan perlindungan dan pemeliharaan keselamatan kerja, demi meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja
maka pemerintah telah mengambil kebijaksanaan penting dengan membuat peraturan dan Undang-Undang perlindungan tenaga kerja seperti UU Jaminan
Sosial Tenaga Kerja Nomor 3 Tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja yang hanya mengatur kepesertaan bagi tenaga kerja yang bekerja di dalam
hubungan kerja dengan pengusaha yang berbadan hukum maupun pengusaha perorangan dengan menerima upah. Sedangkan kepesertaan dalam program
Jamsostek bagi tenaga kerja yang bekerja di luar hubungan kerja masih menunggu diterbitkannya Peraturan Pemerintah yang dimaksud bagi tenaga kerja di luar
hubungan kerja yang melakukan kegiatan ekonomi atau usaha-usaha ekonomi, kepesertaannya dalam program Jamsostek saat ni diatur dengan Peraturan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor : PER-24MENVI2006 tentang Pedoman Penyelenggara Program Jaminan Sosial Bagi Tenaga Kerja yang melakukan
Pekerjaan di Luar Hubungan Kerja TKLHK, yang dapat memberikan perlindungan jaminan kecelakaan kerja, jaminan pemeliharaan kematian, jaminan
hari tua dan jaminan pemeliharaan kesehatan. Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Universitas Sumatera Utara
menanggulangi resiko-resiko kerja sekaligus akan menciptakan ketenangan kerja yang pada gilirannya akan membantu meningkatkan produktifitas kerja.
Respon positif Tenaga Kerja Luar Hubungan Kerja TKLHK setuju dengan program Jamsostek, yaitu mengetahui dan memahami mengenai program,
tujuan dan sasaran, manfaat dari program Jamsostek dengan memenuhi segala peraturan dengan adanya program Jamsostek, yaitu membayar iuran tiap bulannya
sehingga mengharapkan hasil yang memuaskan dari program Jamsostek. Respon negatif Tenaga Kerja Luar Hubungan Kerja TKLHK tidak
setuju dengan program Jamsostek, yaitu mengetahui dan memahami mengenai program, tujuan dan sasaran, manfaat dari program Jamsostek, bersikap apatis
terhadap program Jamsostek sehingga tidak mengharapkan hasil apa-apa dari program Jamsostek.
Respon Tenaga Kerja Luar Hubungan Kerja TKLHK baik positif maupun negatif, bersifat pasif ataupun aktif dapat ditujukan kepada pihak PT.
Jamsostek secara langsung maupun tidak langsung.
Universitas Sumatera Utara
Untuk lebih jelasnya, program Jamsostek bagi Tenaga Kerja Luar Hubungan Kerja TKLHK, penulis menggambarkan kerangka pemikiran sebagai
berikut :
BAGAN ALUR PEMIKIRAN
Wadah PAMI Pembinaan Anak
Mandiri Indonesia Medan
PT. Jamsostek
Program khusus TKLHK Peraturan Menteri No :
PER-24MENVI20
06
Program Jaminan Sosial Wadah PAMI
1. Jaminan Kecelakaan Kerja 2. Jaminan Kematian
3. Jaminan Hari Tua 4.
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Respon Negatif - :
1. Tidak setuju dengan program Jamsostek.
2. Bersikap apatis terhadap program Jamsostek.
3.
Tidak mengharapkan apa-apa dari program Jamsostek.
Respon Positif + : 1. Setuju dengan program
Jamsostek. 2. Mematuhi peraturan Jamsostek.
3.
Mengharapkan hasil yang memuaskan dari program
Jamsostek.
Universitas Sumatera Utara
2.7 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional